NIM : 2011020009
Prodi : Keperawatan S1/4A
Tugas : Keperwatan Maternitas ll ( Resume )
Materi Komplikasi Kehamilan Lanjut
2. Etiologi
Selama kehamilan, peningkatan kadar hormon tertentu dibuat dalam plasenta
(organ yang menghubungkan bayi dengan tali pusat ke rahim) nutrisi membantu
pergeseran dari ibu ke janin.
Hormon lain yang diproduksi oleh plasenta untuk membantu mencegah ibu
dari mengembangkan gula darah rendah. Selama kehamilan, hormon ini
menyebabkan terganggunya intoleransi glukosa progresif (kadar gula darah yang
lebih tinggi). Untuk mencoba menurunkan kadar gula darah, tubuh membuat insulin
lebih banyak supaya sel mendapat glukosa bagi memproduksi sumber energi.
3. Faktor resiko
Faktor-faktor berikut meningkatkan risiko terkena GDM selama kehamilan:
Kelebihan berat badan sebelum hamil (lebih 20% dari berat badan ideal).
Merupakan anggota kelompok etnis risiko tinggi (Hispanik, Black, penduduk asli
Amerika, atau Asia).
Gangguan toleransi glukosa atau glukosa puasa terganggu (kadar gula darah yang
tinggi, tetapi tidak cukup tinggi untuk menjadi diabetes).
Riwayat keluarga diabetes (jika orang tua atau saudara kandung memiliki diabetes).
Sebelumnya melahirkan bayi lebih dari 4 kg.
Sebelumnya melahirkan bayi lahir mati.
Mendapat diabetes kehamilan dengan kehamilan sebelumnya.
Memiliki terlalu banyak cairan ketuban (suatu kondisi yang disebut
polihidramnion).
4. Pathogenesis
Kehamilan adalah suatu kondisi diabetogenic ditandai dengan resistensi
insulin dengan peningkatan kompensasi sebagai respon β-sel dan hyperinsulinemia.
Resistensi insulin biasanya dimulai pada trimester kedua dan memaju ke seluruh sisa
dari kehamilan. Plasenta sekresi hormon seperti progesteron, kortisol laktogen,
plasenta, prolaktin, dan hormon pertumbuhan, merupakan penyumbang utama kepada
resistensi insulin yang terlihat dalam kehamilan. Resistensi pada insulin mungkin
berperan dalam memastikan bahwa janin memiliki tenaga yang cukup dari glukosa
dengan mengubah metabolisme energi ibu dari karbohidrat ke lemak.
Wanita dengan GDM memiliki keparahan yang lebih besar dari resistensi
insulin dibandingkan dengan resistensi insulin terlihat pada kehamilan normal.
Mereka juga memiliki penurunan dari peningkatan kompensasi dalam sekresi insulin,
Universitas Sumatera Utara khususnya pada fase pertama sekresi insulin. Penurunan
pada insulin fase pertama mungkin menandakan kerusakan fungsi sel β. Xiang et al
menemukan bahwa wanita dengan GDM Latino meningkat resistensi terhadap
pengaruh insulin pada clearance glukosa dan produksi dibandingkan dengan wanita
hamil normal. Selain itu, mereka menemukan bahwa wanita dengan GDM mengalami
penurunan 67% sebagai kompensasi β-sel mereka dibandingkan dengan normal
peserta kontrol hamil.
5. Gejala klinis
Tanda dan gejala dapat termasuk:
Gula dalam urin
Sentiasa rasa haus
Sering buang air kecil
Kelelahan
Mual
Sering infeksi kandung kemih, vagina dan kulit
Penglihatan kabur
6. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan bagi es toleransi glukosa oral (TTGO)
2. Inteprestasi hasil lab TTGO bagi GDM
7. Diagnose
Tes Toleransi glukosa oral (TTGO) yang paling umum digunakan untuk
mendiagnosis GDM di Amerika Serikat adalah TTGO, 3-jam-g 100. Menurut kriteria
diagnostik yang direkomendasikan oleh American Diabetes Association (ADA),
GDM didiagnosa jika kadar plasma dua atau lebih glukosa memenuhi atau melebihi
ambang batas berikut: konsentrasi glukosa puasa 95 mg / dl, kadar glukosa 1-jam 180
mg / dl , 2-jam glukosa konsentrasi 155 mg / dl, atau 3 jam konsentrasi glukosa 140
mg / dl. Tetapi nilai-nilai ini lebih rendah daripada batas yang direkomendasikan oleh
National Diabetes Data Group dan didasarkan pada Carpenter dan modifikasi
Coustan. Rekomendasi ADA juga mencakup penggunaan-g OGTT-jam 75 2 dengan
batas glukosa yang sama terdaftar untuk berpuasa, 1-jam, dan jam nilai 2.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kriteria diagnostik, yang digunakan
hanya di negara di luar Amerika Utara, didasarkan pada TTGO 75-g 2-jam. GDM
didiagnosa oleh WHO kriteria jika baik glukosa puasa> 126 mg / dl atau glukosa 2
jam adalah> 140 mg / dl.
8. Komplikasi
Komplikasi akibat GDM bisa berlaku pada janin dan juga pada ibu. Komplikasi janin
termasuk makrosomia, hipoglikemia neonatal, kematian perinatal, kelainan bawaan,
hiperbilirubinemia, polisitemia, hypocalcemia, dan sindrom gangguan pernapasan.
Makrosomia, yang didefinisikan sebagai berat lahir> 4.000 g, terjadi pada 20-30%
bayi yang ibunya menderita GDM. Faktorfaktor lain yang dapat diperlihat pada ibu
yang memicukan peningkatan insiden kelahiran janin makrosomia termasuk
hiperglikemia, Body Mass Index (BMI) tinggi, usia yang lebih tua, multiparitas.
Dengan ini, kasus makrosomia dapat menyebabkan untuk morbiditas janin meningkat
sewaktu dilahirkan, seperti distosia bahu, dan meningkatkan risiko kelahiran secara
sactio caesaria. Hipoglikemia neonatal dapat terjadi dalam beberapa jam setelah
dilahirkan . Hal ini adalah karena ibu yang hiperglikemia dapat menyebabkan janin
hiperinsulinemia Komplikasi jangka panjang pada janin dengan ibu GDM termasuk
peningkatan risiko intoleransi glukosa, diabetes, dan obesitas.
Komplikasi pada ibu GDM meliputi hipertensi, preeklampsia, dan peningkatan
risiko kelahiran secara sactio caesaria. Hipertensi ini mungkin terkait dengan
resistensi insulin. Oleh karena itu, intervensi yang menunjukkan peningkatkan
sensitivitas insulin dapat membantu mencegah komplikasi ini. Selain itu, wanita
dengan riwayat GDM memiliki peningkatan risiko diabetes setelah kehamilan
dibandingkan dengan populasi umum, dengan tingkat konversi hingga 3% per tahun.
9. Penatalaksanaan
- Manajemen farmakologi
- Manajemen non farmakologi
- Monitor/surveilans (antenatal care)
- Prognosis
PERDARAHAN ANTEPARTUM
c. Insiden plasenta previa
Plasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi dan pada usia
diatas 30 tahun. Uterus bercacat ikut mempertinggi angka kejadiannya. Di negara
maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari 1% mungkin disebabkan
berkurangnya perempuan hamil paritas tinggi.
d. Efiologi
Penyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belumlah
diketahui dengan pasti. Teori lain mengemukakan sebagian salah satu
penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai
akibat dari proses radang atau atrofi. Cacat bekas bedah sesar berperan
menaikkan insiden dua sampai tiga kali. l•ada perempuan perokok dijumpai
insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat. Hipoksemia akibat karbon
mono-oksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertropi
sebagai upaya kompensasi.
e. Patofisiologi
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trimester ketiga dan
mungkin juga lebih awal. maka plasenta yang berimplantasi di situ sedikit
banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak
plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar dan membuka ada bagian
tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan
yang berasal dari sikulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta.
Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada
plasenta previa betapa pun pasti akan tejadi . Pada plasenta yang menutupi
seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan
oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah
yaitu pada ostium uteri internum. pada plasenta previa parsialis atau letak
rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan.
Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada
perdarahan berikutnya.
Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan dibawah 30 minggu tetapi
lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu ke atas. sangat
jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih
sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar. Kedua kondisi
ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca persal inan pada plasenta
pervia.
f. Gambaran klinik
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar
melalui vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi pada akhir
trimester kedua keatas. Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan yang lebih
banyak bahLan seperti mengalir. Sada plasenta letak rendah perdarahan baru
terjadi pada waktu mulai persalinan perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip
pada solusio plasenta. Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan serviks dan
segmen bahwa rahim pada plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalaini
robekan. Robekan lebih mudah terjadi pada upaya pengeluaran dengan tangan
misalnya pada retensio plasenta sebagai komplikasi plasentaakreta.
g. Diagnosis
Perempuan hamil yang mengalami perdarahan dalam kehamilan lanjut
biasanya menderita plasenta previa atau solusi Dengan pasien dalam posisi
litotomi di atas meja operasi dilakukan periksa dalam dalam lingkungan di
Desinfeksi Tingkat Tinggi secara hati-hati dengan dua jari telujuk dan jari tengah
nieraba forniks posterior untuk mendapat kesan ada atau tidak ada bantalan
antara jari dengan bagian terbawah.
h. Penanganan
Setiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan dalam trimester kedua
atau trimester ketiga harus dirawat dalam nimah sakit. Jika Rh negatif immune
globulin treatment (RhoGam) perlu diberikan pada pasien yang belum pernah
mengalami sensitisasi. Jika kemudian temyata perdarahan tidak banyak dan
berhenti serta janin dalam keadaan sehat dan masih prematur dibolehkan pulang
dilanjutkan dengan rawat rumah atau rawat jalan dengan syarat telah mendapat
konsultasi yang cukup dengan pihak keluarga agar dengan segera kembali ke
rumah sakit bila tejadi perdarahan ulang, walaupun kelihatannya tidak ada
perbedaan pada morbiditas ibu dan janin bila pada masing-masing kelompok
diberlakukan rawat inap atau rawat jalan. yang perlu dipertimbangkan adalah
adaptasi fisiologik perempuan hamil yang memperlihatkan seolah keadaan klinis
dens tanda tanda vital dan hasil pemeriksaan laboratorium yang masih normal
padahal bisa tidak mencerminkan keadaanya yang sejati.
Jika ada gejalahi hipovolemia seperti hipotensi dan takikardi, pasien tersebut
mungkin telah mengalami perdarahan yang cukup berat, lebih berat dari pada
penampakannya secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera
diberikan. Pada keadaan yang terlihat stabil dalam Jawatan di luar rumah sakit
Hubungan suami istri dan keja nimah tangga dihindari kecuali jika setelah
pemeriksaan ultrasonografi ulangan, dianjurkan minimal setelah 4 minggu,
memperlihatkan ada migrasi plasenta menjaiihi ostium uteri intemum. Selama
rawat inap mungkin perlu diberikan transfusi darah dan terhadap pasien
dilakukan kesehatan janin dan observasi kesehatan maternal yang ketat
berhubungan tidak bisa diramalkan pada pasien mana dan bilamana perdarahan
ulang tidak sampai membahayakan.
Sebuah laporan menganjurkan pemeriksaan maternal serum alfa feto
protein (MSAFP) dalam trimester kedua sebagai upaya mendeteksi pasien yang
perlu diawasi dengan ketat. Perdarahan dalam trimester ketiga perlu pengawasan
lebih ketat dengan istirahat baring yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam
keadaan yang serius cukup alasan untuk merawatnya sampai melahirkan.
Serangan perdarahan ulang yang banyak bisa saja tejadi sekalipun pasien
diistirahat baringkan. Jika pada waktu masuk terjadi perdarahan yang banyak
perlu segera dilakukan terminasi bila keadaan janin sudah viabel.
2. Solusio plasenta
a. Definisi solusio plasenta
Solusio plasenta adalah pelepasan sebagian atau seluruh plasenta yang normal
implantasinya antara 22 minggu dan lahirnya anak .Abdul Bari Saifuddin dalam
bukunya mendefinisikan solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasi normalnya sebelum janin lahir, dan definisi ini hanya berlaku apabila
terjadi pada kehamilan diatas 22 minggu atau berat janin diatas 500 gram.
b. Klasifikasi solusio plasenta
Plasenta dapat terlepas hanya pada pinggiranya saja (ruptur sinus
marginalius),dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis) atau bisa
seluruh permukan maternal plasenta terlepas.
1. Solusio plasenta sedang
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, tetapi belum mendapat
sepanihnya. Gejala-gejala dan tanda-tanda sudah jelas seperti rasa nyeri pada
perut yang terus menerus, denyut jantung janin cepat, hipotensi dan takikardi.
2. Solusio plasenta berat
Luas plasenta yang terlepas sudah melebihi 50% dan jumlah darah yang keluar
telah mencapai 1.000 ml atau lebih. Komplikasi koagulopati dan gagal ginjal yang
ditandai pada oliguri biasanya telah ada .
c. Insiden
Literatur lain menyebutkan insidennya 1 dalam 77-89 persalinan, dan bentuk
solusio plasenta berat 1 dalam 500-750 persalinan . Slava dalam penelitiannya
melaporkan insidensi solusio plasenta di dunia adalah 1% dari seluruh kehamilan.
Penelitian Cunningham di Parkland Memorial Hospital melaporkan 1 kasus dalam
500 persalinan. Tetapi sejalan dengan penurunan frekuensi ibu dengan paritas
tinggi, tejadi pula penurunan kasus solusio plasenta menjadi 1 dalam 750
persalinan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Ducloy di Swedia
melaporkan dalam 894. M. Djamil Padang dalam periode 2002-2004 dilaporkan
terjadi 19 kasus solusio plasenta dalam 4867 persalinan atau 1 dalam 256
persalinan .
d. Etiologi
Hematoma ini makin lama makin besar, hingga makin lama makin besar
bagian plasenta yang terlepas dan tak berfaal.
e. Patofisiologi
Desidua balasis kemudian terpisah, meninggalkan satu lapisan tipis yang
melekat ke miometrium. Akibatnya, proses ini pada tahap yang awal
memperlihatkan pembentukan hematom de.sidua yang menyebabkan pemisahan,
penekanan, dan akhimya destruksi plasenta yang berada didekatnya . Kejadian
baru diketahui setelah lahir, yang pada pemeriksaan plasenta didapatkan cekungan
pada permukaan maternainya dengan bekuan darah lama yang bersama
kehitaman. Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus/tidak terkontrol
karena otot uterus yang meregang oleh kehamilan tidak mampu berkontiaksi
untuk membantu dalam menghentikan perdarahan yang tejadi. Akibat kerusakan
miometrium dan bekuk retroplasenter adalah pelepasan tromboplastin yang
banyak ke dalam peredaran darah ibu. Pada keadaan hipofibrinogenemia ini tejadi
gangguan pembekuan darah yang tidak hanya diuterus, tetapi juga pada alat-alat
tubuh lainnya.
f. Gambaran Klinik
Perdarahan yang disertai nyeri, juga di luar his. Rahim keras seperti papan dan
nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan darah yang berkumpul di
belakang plasenta hingga rahim teregang Palpasi sukar karen rahim keras.Fundus
uteri makin lama makin naik.
g. Diagnosis
Dalam banyak hal diagnosis bisa ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda
kiinik yaitu perdarahan melalui vagina, nyeri pada uterus, kontraksi tetanik pada
uterus, dan pada solusio plasenta yang berat terdapat kelainan denyut jantung
janin pada pemeriksaan dengan kardiotokografi (KTG) . Namun, adakaJanya
pasien datang dengan gejala mirip persalinan prematur, atau pun datang dengan
perdarahan tidak banyak dengan perut tegang. tetapi janin telah meninggal
diagnosis definitif hanya bisa ditegakkan secara retrospketif yaitu setelah partus
dengan melihat adanya hematoma retroplasenta.
Pemerikasaan dengan ultrasonografi berguna untuk membedakannya dengan
plasenta previa, tetapi pada solusio plasenta pemeriksaan dengan USG tidak
memberikan kepastian berhubung kompleksitas gambaran retroplasenta yang
normal mirip dengan gambaran perdarahan retroplasenta pada solusio plasenta.
Kompleksitas gambaran normal retroplasenta, kompleksitas vascular rahim
sendiri, desidua dan mioma semuanya bisa mirip dengan solusio plasenta dan
memberikan hasil pemeriksaan positif palsu.
Magnetic resonance imagine bisa mendeteksi darah melalui deteksi
methemoglobin, tetapi dalam situasi darurat seperti pada kasus solusio plasenta
tidaklah merupakan perangkat diagnosis yang tepat.
Alfa-feto-protein senim ibu, Maternal serum alpha fetoprotein screening dan
human churionic gonudotrupin serum ibu ditengarai bisa melewati plasenta dalam
keadaan di mana terdapat gangguan fisiologik dan keutuhan anatomik dari
plasenta. Peninggian kadar MSAFP tanpa sebab lain yang meninggikan kadamya
terdapat pada solusio plasenta.
h. Penanganan
Menghentikan di brinolysc dengan trasilol 200.000 signa intra i ena set an
jutnya kaliu perlu 1 /jam. Kala serviks panjang dan tertutup dilakukan kalau ada
atonia uteri yang berat yang tak dapat diatasi dengan usaha-usaha yang lazim.
2.1.3 Faktor determinan perdarahan antepartum
Perdarahan antepartum
a. Umur
Umur yang lebih tua dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya perdarahan
antepartum. Wanita pada umur kurang dari 20 tahun memiliki risiko yang lebih
tinggi untuk mengalami perdarahan antepartum karena alat reproduksi belum
sempuma atau matang untuk hamil. Sedangkan umur di atas 35 tahun merupakan
faktor yang dapat meningkatkan kejadian perdarahan antepartum karena proses
menjadi tua dari jaringan alat reproduksi dari jalan lahir, cenderung berakibat buruk
pada proses kehamilan danpersalinan.
b. Pendidikan
Ibu yang mempunyai pendidikan relatif tinggi, cendening memperhatikan
kesehatannya dibandingkan ibu yang tingkat pendidikannya rendah.
c. Paritas
Frekuensi pendarahan antepamim meningkat dengan bertambahnya paritas.
Perdarahan antepartum lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi.
Wanita dengan paritas persalinan empat atau lebih mempunyai risiko besar untuk
terkena dibandingkan dengan paritas yang lebih rendah.
i. Penagakan diagnosis
Apabila perdarahan berasal dari uterus, adanya plasenta previa dan solusio
plasenta harus dicurigai. Untuk menegakkan diagnosa yang tepat maka dilakukan
pemeriksaan daiam yang secara langsung meraba plasenta.
d. Factor determinan
1. Faktor umur ibu
2. Tingkat Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Riwayat kehamilan
5. Riwayat persalinan
Preeklampsia
1. Definisi
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi
sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklampsia ditegakkan
berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan
gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu.
2. Diagnosis
Terjadinya peningkatan tekanan sistolik sekurang-kurangnya 30 mmHg atau
peningkatan tekanan sistolik 15 mmHg atau adanya tekanan sistolik sekurang-
kurangnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sekurangkurangnya 90 mmHg atau lebih
dengan kenaikan 20 mmHg atau lebih, ini sudah dapat dibuat sebagai diagnosis
preeklampsia.
Kriteria terbaru sudah tidak mengkategorikan preeklampsia ringan,
dikarenakan setiap preeklampsia merupakan kondisi yang berbahaya dan dapat
mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas secara signifikan dalam waktu
singkat. Preeklampsia hanya ada dua kriteria yaitu preeklampsia dan preeklampsia
berat, dengan kriteria diagnosis sebagai berikut:
a. Preeklampsia
b. Preeklampsia berat
3. Patofisiologi
Meskipun penyebab preeklampsia masih belum diketahui, bukti manifestasi
klinisnya mulai tampak sejak awal kehamilan, berupa perubahan patofisiologi
tersamar yang terakumulasi sepanjang kehamilan dan akhir nya menjadi nyata secara
klinis. Preeklampsia adalah gangguan multisistem dengan etiologi komplek yang
khusus terjadi selama kehamilan.
a. Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta
b. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, Dan Disfungsi Endotel
1. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas
2. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
(HDK)
3. Disfungsi sel endotel
c. Teori Intoleransi Imunologik Antara Ibu dan Janin
d. Teori Adaptasi Kardiovaskuler
e. Teori stimulus inflamasi
5. Komplikasi
a. Komplikasi maternal :
1. Eklampsia
2. Sindrom Hemolysis, Elevated Liver Enzimes, Low Platelet Count (HELLP)
3. Ablasi retina
4. Gagal ginjal
5. Edema paru
6. Kerusakan hati
7. Penyakit kardovaskuler
8. Gangguan saraf
b. Komplikasi neonatal
1. Pertumbuhan janin terhambat
2. Prematuritas
3. Fetal distress
6. Pencegahan
Berbagai strategi yang digunakan untuk mencegah atau memodifikasi keparahan
preeklampsia antara lain:
a. Antenatal Care (ANC)
b. Manipulasi diet
1. Suplementasi kalsium
2. Suplementas vitamin D
c. Antioksida
d. Agen antitrombotik
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan preeklampsia
1) Monitor tekanan darah 2x sehari dan cek protein urin rutin
2) Pemeriksaan laboratorium darah (Hb, Hct, AT, ureum, kreatinin,
SGOT, SGPT) dan urin rutin
3) Monitor kondisi janin
4) Rencana terminasi kehamilan pada usia 37 minggu. Atau usia <37
minggu bila kondisi janin memburuk, atau sudah masuk dalam
persalinan/ ketuban pecah dini (KPD).