Anda di halaman 1dari 11

Kasus 2

Seorang wanita hamil usia 32 tahun datang ke BPM untuk periksa


kehamilan. Keluhan saat ini ibu sering mengalami keputihan. Hasil anamnesa: ibu
hamil kedua, dan tidak pernah keguguran. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit
jantung, DM, hipertensi, atau penyakit berat lainnya. Nenek sang ibu meninggal
karena penyakit diabetes 2 tahun yang lalu. Anak pertama lahir normal, BB lahir
3600 gram, aterm. Selama kehamilan dan persalinan yang lalu tidak ada penyulit.
Namun pada masa nifas ibu mengalami sub involusi. HPHT: 20 Oktober 2012,
siklus haid 28 hari. BB sebelum hamil 65 kg.
Hasil pemeriksaan: TB 155 cm, BB 73 kg, TD 130/80 mmHg, Nadi 80
kali/menit, R: 18 kali/menit, Suhu 36,6 0C. Muka tidak ada edema, tidak pucat.
Abdomen: TFU 33 cm, presentasi kepala, puki. DJJ 140 kali/menit, reguler.
Terdapat edema tungkai, varises tidak ada. Genital: tidak ada kelainan, inspekulo:
terdapat flour albus banyak berwarna kekuningan pada serviks dan vagina.
Pemeriksaan lab: Hb 11,5 gr/dl, protein urin negatif, glukosa urin +1.
1. Apa kemungkinan diagnosis dan masalah klien tersebut ?
Jawab:
Diagnosis : G2P1A0 usia kehamilan 27-28 minggu dengan Diabetes

Melitus Gestasional, janin hidup


Masalah : Rasa tidak nyaman karena keputihan
Diagnosis Potensial:
Pada ibu: Preeklampsi, distosia bahu, partus lama, diabetes melitus,

ISK
Pada janin: makrosomia, hipoglikemia, lahir prematur, lahir mati,
kelainan kongenital, sindrom gagal pernafasan

Sumber: Saifudin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
2. Data apa yang perlu dikaji pada kasus (data subejktif dan data objektif) ?
Jawab:
a. Data subjektif :
Pola makan ibu : karena biasanya ibu yang DM sering banyak makan

sehingga perlu adanya pengawasan diet makan pada ibu dengan DM.
Pola minum ibu : karena ibu dengan DM biasanya terjadi poliuri
sehingga ibu akan kehilangan cairan terlalu banyak sehingga untuk

mengimbangi ibu akan banyak minum.


Frekuensi dan Keluahan saat BAK : biasanya ibu dengan DM akan
banyak kencing atau poliuri karena kadar glukosa darah meningkat
sampai melampaui daya serap ginjal terhadap terhadap glukosa
sehingga terjadi osmotic diuresis, diaman apabila kadar gula darah
tingggi akan banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien akan

lebis sering buang air kecil. Dan tanyakan adakah keluhan saat buang
air kecil atau tidak untuk memastikan adanya infeksi saluran kemih.
Pola istirahat
Gaya hidup
b. Data Objentif :
Taksiran berat janin berdasarkan TFU
BB ibu sebelum hamil
Pemeriksaan trigleserida
Pemeriksaan payudara
Pemeriksaan tubuh ibu adakah luka atau tidak
Sumber :
Cunningham, F. Gary, dkk. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC
3. Apa data dasar penegakan diagnosis dan masalah pada klien tersebut?
Jawab:
Ibu hamil anak kedua
Tidak pernah keguguran
Tanggal pemeriksaan 29 April 2013
HPHT: 20 Oktober 2012
Usia ibu > 30 tahun (32 tahun)
Berat badan ibu 73 kg
Glukosa urine +1
DJJ: 140 kali/menit
Keluhan saat ini: Ibu sering mengalami keputihan
Sumber:
Saifudin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
4. Apa pemeriksaan diagnostik/penunjang yang perlu di lakukan pada klien
tersebut?
Jawab:
Segera setelah pasien didiagnosis DMG, dilakukan pemeriksaan glukosa
darah puasa dan 2 jam sesudah makan untuk menentukan langkah
penatalaksanaan.
Sumber:
Saifudin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
5. Apa diagnosis potensial (kompikasi) dan masalah potensial yang perlu
diantisipasi pada klien tersebut (baik selama kehamilan dan persalinan)?
Jawab:
Diagnosis Potensial:
Pada ibu: Preeklampsi, distosia bahu, partus lama, diabetes melitus,

ISK
Pada janin: makrosomia, hipoglikemia, lahir prematur, lahir mati,
kelainan kongenital, sindrom gagal pernafasan.

Sumber: Cunningham, F. Gary, dkk. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC


6. Apa dampak dari diagnosis/masalah klien terhadap kehamilan dan
bagaimana pengaruh kehamilan terhadap keluhan/penyakit klien?
Jawab:
Meningkatnya hormon-hormon antagonis insulin disertai
resistensi

insulin

selama

kehamilan

akan

mempererat

dengan

gangguan

metabolisme karbohidrat yang sudah ada. Pada kehamilan, diabetes


mellitus cenderung lebih berat dan mempermudah terjadinya berbagai
komplikasi antara lain retinopati, nefropati, neuropati dan ketoasidosis.
1) Kebutuhan insulin
Pada minggu pertama kehamilan timbul beberapa hal yaitu:
a. Hiperemesis gravidarum, yang menyebabkan asupan makanan
berkurang
b. Pengaliran glukosa dan asam amino yang terus menerus kearah janin
c.

("Syphon Effect)
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron ibu yang akan
mengakibatkann hiperplasia sel-sel beta pankreas dan peningkatan
sekresi insulin. Hal tersebut akan menyebabkan hipoglikemia ibu
terutama pada waktu puasa, sehingga kebutuhan insulin pada awal
kehamilan menjadi berkurang.
Setelah pertengahan trimester kedua kehamilan, placenta mulai
berfungsi dan mengeluarkan hormon-hormon yang bersifat antagonis
terhadap insulin, diikuti dengan terjadinya resistensi insulin sehingga
kebutuhan insulin menjadi meningkat.
Pada akhir kehamilan akan terjadi peningkatan hormon stress
antara lain : kortisol, glukagon dan katekolamin. Selain hal itu juga
terjadi peningkatan hormon prolatin. Keadaan ini akan menyebabkan
bertambah

beratnya

hiperglikemia

sehingga

kebutuhan

insulin

meningkat.
Pada saat persalinan, dengan adanya aktivitas otot uterus dan
usaha ibu mengejan menyebabkan pemakaian glukosa lebih banyak
sehingga dapat menimbulkan keadaan hipoglikemia.
Setelah persalinan, dengan keluarnya placenta dari tubuh ibu
maka hormon-hormon yang dihasilkannya akan ikut menghilang dari
peredaran darah ibu secara mendadak. Hal ini dapat menimbulkan
hipoglikemia yang berat. Oleh karena itu pada saat persalinan, untuk
mencegah hal tersebut dosis insulin harus diturunkan.
2) Retinopati
Pada kehamilan retinopati cenderung menjadi lebih buruk. Retinopati
sering timbul pertama kali pada saat hamil. Retinopati preproliferatif

dapat berkembang menjadi retinopati proliferatif dan akhirnya dapat


mengakibatkan kebutaan.
3) Nefropati
Kehamilan dapat mempercepat timbulnya nefropati dan dapat
memperberat nefropati yang telah ada. Pada wanita pendertia diabetes
mellitus dengan komplikasi nefropati, jika hamil akan mempunyai risiko
yang tinggi terjadinya abortus dan pre-eklampsia
4) Neuropati
Neuropati dapat timbul pertama kali pada saat kehamilan. Neuropati
yang telah ada dapat bertambah berat selama kehamilan, tetapi tidak
merupakan hal serius. Neuropati otonom dapat menambah berat keluhan
pada wanita yang mengalami hiperemesis gravidarum.
5) Ketoasidosis
Kadar glukosa darah ibu dengan diabetes mellitus yang sedang hamil
cenderung meningkat. Peningkatan kebutuhan insulin menyebabkan
kecenderungan

terjadinya

ketoasidosis.

Peningkatan

ketoasidosis

tersebut terjadi karena peningkatan metabolisme basal (sekitar 15-20%)


dan berkurangnya CO2 Combining Power dalam darah selama
kehamilan. Ketoasidosis ini tidak selalu memberikan gejala klinik yang
nyata (Silent Ketoasidosis), sering menyebabkan kematian janin
mendadak pada minggu-minggu terakhir kehamilan.
Sumber:
Kunanto.P. Diabetes Mellitus Gestational dengan tinjauan faktor-faktor risiko
Diabetes Mellitus Gestational. 1999. Semarang.Bagian/ SMF ILMU PENYAKIT
DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO RUMAH
SAKIT DOKTER KARIADI
7. Apa kemungkinan faktor predisposisi atas penyebab masalah pada klien
tersebut?
Jawab :
Adanya faktor keturunan dari nenek klien
Usia lebih dari 30 tahun
IMT klien menunjukkan overweight
Sumber
Suryo, Joko. Rhasia Herbal Penyembuhan Diabetes. Hal 16-17
Ariesti, Agung. 2010. Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus Gestasional. Bali.
8. Coba jelaskan faktor predisposisi/penyebab lainnya yang berhubungan
dengan masalah/penyakit klien!
Jawab :
a. Faktor keturunan
Hanya anak perempuan yang dapat mewariskan penyakit ini kepada
keturunan, kendati kedua gender sama-sama dapat terkena.
b. Kegemukan (obesitas)
Obesitas berhubungan dengan besarnya lapisan lemak dan adanya
gangguan metabolik. Kelainan metabolik tersebut umunya berupa

resistensi terhadap insulin yang muncul pada jaringan lemak yang luas.
Sebagai kompensasi akan dibentuk insulin yang lebih banyak oleh sel
beta pankreas sehingga mengakibatkan hiperinsulinemia. Obesitas
berhubungan pula dengan adanya kekurangan reseptor insulin pada otot,
hati, monosit dan permukaan sel lemak. Hal ini akan memperberat
resistensi terhadap insulin. Gula darah yang tidak ditatalaksanakan dapat
menyebabkan kerusakan saraf, masalah ginjal atau mata, penyakit
c.

jantung, serta stroke.


Usia
Faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu usia, bertambahnya usia
menyebabkan risiko diabetes dan penyakit jantung semakin meningkat.
Kelompok usia yang menjadi faktor resiko diabetes adalah usia lebih dari

d.
e.
f.
g.
h.

40 tahun
Gestasional diabetes atau melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg
Tekanan darah tinggi
Angka Triglycerid (salah satu jenis molekul lemak) yang tinggi
Level kolesterol yang tinggi
Gaya hidup modern yang cenderung banyak mengonsumsi makanan

instan
i. Perokok
j. Stres
k. Resistensi insulin
l. Faktor-faktor makanan/gizi
m. Jarang melakukan aktivitas fisik
n. Urbanisasi dan modernisasi
Sumber
Suryo, Joko. Rhasia Herbal Penyembuhan Diabetes. Hal 16-17
Gibney, Michael J. 2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Yuliasih, Wiwi. 2009. Obesitas Abdominal Sebagai Faktor Risiko Peningkatan
Kadar Glukosa Darah. Semarang.
9. Coba jelaskan patofisiologi dari kemungkinan penyakit/masalah klien
tersebut!
Jawab :
Diabetes terjadi karena produksi insulin tidak ada atau tidak cukup.
Insulin adalah hormon yang di produksi oleh sel beta pulau langerhans
didalam pankreas. Fungsi insulin adalah mengangkut glukosa ke dalam sel.
Keberadaan sel bergantung pada jumlah glukosa yang masuk, yang
kemudian di ubah menjadi energi. Pada diabetes, tidak terjadi kekurangan
glukosa di dalam darah, melainkan glukosa diangkut ke dalam sel tanpa
persediaan

insulin yang cukup. Keadaan

ini pada

akhirnya

akan

mengakibatkan hiperglikemia.
Pada diabetes tipe I klasik, insulin tidak ada. Akibatnya sel harus
memetabolisasi lemak dan protein untuk dijadikan sumber energi. Pada
diabetes tipe II, insulin diproduksi, tetapi sel resisten terhadap insulin,
sehingga dibutuhkan sekresi insulin dalam jumlah lebih besar. Pada

akhirnya, pankreas tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan insulin


dan terjadilah hiperglikemia. Diabetes kehamilan sama dengan diabetes tipe
II, akan tetapi perubahan hormon selama kehamilan akan mengubah
kemampuan toleransi tubuh terhadap insulin. Seiring perkembangan
plasenta, produksi hormon kehamilan akan meningkat, terutama HPL
(Human Placenta

Laktogen).

Peningkatan

HPL akan

meningkatkan

resistensi sel terhadap insulin sehingga muncul kondisi diabetes. Pada


kebanyakan wanita, pankreas mampu memenuhi peningkatan kebutuhan
insulin, akan tetapi ketika pankreas tidak sanggup lagi memproduksi insulin,
terjadilah hiperglikemia. Efek puncak HPL terjadi pada usia kehamilan
sekitar 26-28 minggu. Waktu tersebut merupakan saat yang tepat untuk
melakukan penapisan.
Sumber:
Varney,Hellen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.Jakarta.EGC
10. Bagaimana asuhan kebidanan yang seharusnya bidan berikan kepada klien
tersebut ?
Jawab :
a. Menganjurkan ibu untuk mengkonsultasikan kehamilannya kepada
dokter.
b. Menganjurkan ibu untuk melakukan pengontrolan diet yang bertujuan
untuk bertujuan mencapai kadar glukosa darah yang normal dan untuk
c.

menghasilkan pertumbuhan dan perkembangan janin yang optimal.


Perlu selalu diingat bahwa menyusun diet pada DMG tidak semata-mata
untuk mencapai normoglikemia, tetapi pengaturan diet baik jumlah kalori
maupun komposisi makanan harus diperhitungkan untuk pertumbuhan

janin agar menghasilkan bayi yang sehat.


d. Memantau kadar glukosa darah secara ketat. Pemantauan glukosa
dengan finger stick, yang dapat dilakukan mandiri dirumah, telah
digunakan secara luas dan terbukti adekuat untuk memantau kadar
glukosa. Apabila memungkinkan, semua wanita penyandang diabetes
kehamilan disarankan memiliki alat ini dan diajarkan penggunaanya
dirumah.
e. Menganjurkan ibu untuk latihan fisik karena latihan fisik dapat
meningkatkan metabolisme glukosa. Latihan ringan dapat meredakan
diabetes dan tidak menimbulkan efek merugikan pada janin. Latihan fisik
yang dapat dianjurkan untuk dilakukan wanita hamil dengan diabetes
adalah berjalan kaki, tetapi latihan harus dihindari pada keadaan puasa
karena akan meningkatkan risiko hipoglikemia.
Sumber:
Varney,Hellen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4.Jakarta.EGC

11. Bagaimana prognosis kehamilan klien tersebut?


Jawab :
a. Perempuan hamil dengan diabetes dan obes atau dengan kenaikan berat
badan waktu hamil berlebihan, merupakan faktor risiko utama terjadinya :
Preeklampsia
Sectio caesaria
Kelahiran prematur
b. Kadar Glukosa yang meningkat pada ibu hamil sering menimbulkan
dampak yang kurang baik terhadap bayi yang di kandungnya. Maka dari
itu prognosis kehamilan ibu terhadap janinnya adalah :
Makrosomia (Bayi besar), dan bisa terjadi pembesaran organ

organnya (hepar, kelenjar adrenal, dan jantung).


Setelah lahir maka bayi akan hipoglikemia karena produksi insulin
meningkat dari saat kehamilan sebagai reaksi kadar glukosa ibu yang

tinggi.
Bila ibu

yang

Diabetes

tidak

terkontrol

dengan

baik

maka

kemungkinan terjadi keguguran atau bayi lahir mati atau kelainan


kongenital.
Sumber :
Saifudin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

12. Bagaimana penatalaksanaan kasus tersebut secara komprehensif di rumah


sakit?
Jawab:
1) Beritahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa keadaan ibu dalam
keadaan kurang baik.
2) Kolaborasi dengan Dokter untuk melakukan penatalanksanaan.
3) Berikan pengaturan pola makan yang bertujuan menurunkan konsentrasi
glukosa serum maternal. Yaitu dengan cara membatasi asupan
karbohidrat hingga 30-40 % dari seluruh kalori, protein 20%, lemak 3040%, makanan tinggi serat.
4) Kontrol kenaikan berat badan maksimal 11-12,5 kg selama hamil.
5) Memantau pertumbuhan janin secara berkala dan terus-menerus
(misalnya

dengan

USG)

untuk

mengetahui

perkembangan

dan

pertumbuhan ukuran janin sehingga dapat ditentukan saat dan cara


persalinan yang tepat.
6) Untuk trimester III, Melakukan upaya pencegahan bayi lahir mati atau
asfiksia, serta menekan sekecil mungkin kejadian morbiditas ibu dan
janin akibat persalinan.
7) Memperkirakan maturitas (kematangan) paru-paru janin, misalnya
dengan amniosintesis apabila ada rencana terminasi (seksio sesarea)
pada kehamilan 39 minggu.

8) Pemeriksaan antenatal dianjurkan dilakukan sejak umur kehamilan 32


sampai 40 minggu. Pemeriksaan antenatal dilakukan terhadap ibu hamil
yang kadar gula darahnya tidak terkontrol, yang mendapat pengobatan
insulin, atau yang menderita hipertensi. Di anjurkan untuk melakukan
pemeriksaan nonstress test dari indeks cairan amnion.
Sumber :
Saifudin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
13. Bagaimana asuhan kebidanan selama kehamilan pada klien tersebut?
Jawab:
a. Memberikan konseling mengenai:
- Mempertahankan kadar gula darah senormal mungkin sebelum dan
-

sesudah makan.
Menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok dan minum-minuman

beralkohol.
Cara diit yang benar ( yaitu jumlah kalori, jadwal diit, dan jenis

makanan).
Latihan ringan-sedang, teratur setiap hari, tidak boleh latihan berat yang

berbahaya.
Tidak boleh menahan kencing (retentio urin memudahkan infeksi saluran

kemih).
Terapi insulin yang diberikan hanya jika penatalaksaaan diet tidak secara

konsisten mengatur kadar glukosa plasma < 105 mg/dl.


Memberikan KIE tentang diet yang baik dengan tujuan mencukupi

kebutuhan ibu dan janin, mengendalikan glukosa dan mencegah ketosis.


Anjurkan ibu untuk menghindari adanya luka dan menjaga diri dari

infeksi.
Kontrol kehamilan secara teratur.
Kolaborasi untuk pertolongan persalinan.
Konseling dan pengelolaan DMG, terutama didasari atas pengelolaan

gizi/diet dan pengendalian berat badan ibu.


b. Diet harus dilakukan walaupun ibu hamil memerlukan kalori lebih untuk
hal-hal berikut:
1. pertumbuhan janin intrauteri
2. persiapan laktasi
3. penyangga metabolism turun
4. tingginya estrogen/progesterone menimbulkan retensi air dan garam.
5. Persiapan organ reproduksi untuk menyangga hamil:
- Persiapan laktasi
- Deposit lemak, glukosa protein untuk energy inpartu.
- Persiapan untuk inpartu
6. Cara yang dianjurkan adalah cara Broca yaitu BB ideal = (TB-100)10% BB.
7. Kebutuhan

kalori

diperhitungkan dari:

adalah

jumlah

keseluruhan

kalori

yang

Kalori basal 25 kal/kgBB ideal


Kalori kegiatan jasmani 10-30%
Kalori untuk kehamilan 300 kalor
Perlu diingat kebutuhan protein ibu hamil 1-1.5 gr/kgBB
8. Jika dengan terapi diet selama 2 minggu kadar glukosa darah belum
mencapai normal atau normoglikemia, yaitu kadar glukosa darah
puasa di bawah 105 mg/dl dan 2 jam pp di bawah 120 mg/dl, maka
terapi insulin harus segera dimulai.
9. Pemantauan dapat dikerjakan dengan menggunakan alat pengukur
glukosa darah kapiler. Perhitungan menu seimbang sama dengan
perhitungan pada kasus DM umumnya, dengan ditambahkan
sejumlah 300-500 kalori per hari untuk tumbuh kembang janin selama
masa kehamilan sampai dengan masa menyusui selesai.
10. Pengelolaan DM dalam kehamilan bertujuan untuk :
Mempertahankan kadar glukosa darah puasa < 105 mg/dl
Mempertahankan kadar glukosa darah 2 jam pp < 120 mg/dl
Mempertahankan kadar Hb glikosilat (Hb Alc) < 6%
Mencegah episode hipoglikemia
Mencegah ketonuria/ketoasidosis deiabetik
Mengusahakan tumbuh kembang janin yang optimal dan normal.
Sumber:
Manuaba.2007. Pengantar Kuliah Obstetric. Jakarta: EGC
Brudenell, Michael. 1996. Diabetes pada Kehamilan. Jakarta : EGC
Cunningham, F. Gary [et.al..]. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC
14. Bagaimana perencanaan persalinan klien tersebut?
Jawab:
Persalinan anjuran dilaksanakan bila ditemukan Pertumbuhan Janin
Terhambat(PJT), gawat janin, dan makrosomi. Bila perlu, diberikan steroid
untuk pematangan paru. Pada janin yang sehat diharapkan persalinan
normal pada kehamilan 40 minggu.
Beberapa keadaan mengarahkan kita pada pilihan seksio sesarea sebagai
berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Sumber:

Adanya gestosis
Anak yang sangat besar
Gawat janin
Pertumbuhan janin terhambat
Primi tua
Adanya kelahiran mati pada anamnesis

Sastrawinata,Sulaiman. 2004. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi.


Jakarta. EGC
15. Bagaimana asuhan kebidanan selama proses persalinan klien tersebut ?
Jawab:
Penatalaksanaan persalinan dan kelahiran ketika ibu mengalami DMG
tidak berbeda dari perawatan yang diberikan kepada ibu yang tiada diabetik.
Bidan harus melakukan pengkajian cermat terhadap perkiraan berat badan
janin dan memperhatikan farktor risiko untuk distosia bahu.
Penanganan di rumah sakit, kadar glukosa darah pasien dipertahankan
pada batas yang diharapkan sepanjang proses persalinan dengan
memasang infus glukosa 5 persen intravena dan menambahkan insulin agar
kebutuhan insulin total per hari glukosa darah dimonitor setiap 2 jam.
Setelah kelahiran bayi, kecepatan infus dikurangi separuh dan diteruskan
selama 12 jam atau lebih lama.
Penanganan bayi dengan diabetes mellitus:
Disamakan dengan bayi prematur
Observasi kemungkinan hipoglikemia
Perawatan intensif : neonatus intensif unit care dengan pengawasan ahli
neonatologi
Sumber:
Walsh, Linda V.. 2007. Buku Ajar Kebodanan Komunitas ; alih bahasa, Wilda Eka
Handayani, Sifing Lestari, Nia Damiati; editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester. Jakarta: EGC.
Manuaba.2007. Pengantar Kuliah Obstetric. Jakarta: EGC
16. Bagaimana asuhan kebidanan pada masa nifas pada klien tersebut?
Jawab:
- Ibu yang mengalami DMG harus dikaji ulang pada minggu ke-6 setelah
melahirkan. Diagnosis diabetes melitus ditetapkan bila ibu mempunyai
gejala diabetes dan glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, gula darah
puasa >126 mg/dl atau kadar 2 jam >200 mg/dl pada uji toleransi glukosa
oral 3 jam (ADA, 2000). Ada bukti bahwa ibu yang didiagnosis DMG
-

mungkin beresiko tinggi mengalami diabetes melitus.


memberikan konseling kepada ibu agar menyusui anaknya, karena

pemberian ASI akan memperbaiki kontrol kadar gula darah


merencanakan kontrasepsi (karena adanya resiko DMG pada kehamilan

berikutnya).
melakukan upaya penurunan berat badan dengan diet dan berolahraga

secara teratur agar risiko terjadinya diabetes menjadi menurun.


Neonatus makrosomik harus dievaluasi untuk adaya hipoglikemik.

Sumber:

Walsh, Linda V. 2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas ; alih bahasa, Wilda Eka
Handayani, Sifing Lestari, Nia Damiati; editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester. Jakarta: EGC.
YBPSP. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.

Anda mungkin juga menyukai