A. Definisi
Diabetes Melitus pada kehamilan atau sering disebut Diabetes Melitus Gestasional, merupakan
penyakit diabetes yang terjadi pada ibu yang sedang hamil.
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) didefinisikan sebagai gangguan toleransi glukosa, Intoleransi
karbohidrat ringan (toleransi glukosa terganggu) maupun berat. Penyakit kelainan metabolisme,
dimana penderita tidak bisa secara otomatis mengendalikan tingkat glukosa dalam darahnya, yang
terjadi atau diketahui pertama kali pada saat kehamilan berlangsung dan tidak diderita sebelum ibu
hamil.
B. Etiologi
Penyakit gula dapat merupakan kelainan herediter dengan cara insufisiensi atau absennya insulin
dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi. Berkurangnya glikogenesis. Diabetes dalam
kehamilan menimbulkan banyak kesulitan, penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan
metabolik dan hormonal pada penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Sebaliknya diabetes
akan mempengaruhi kehamilan dan persalinan.
Faktor Predisposisi :
2. Multiparitas
3. Penderita gemuk
5. Bersifat keturunan
7. Riwayat kehamilan : Sering meninggal dalam rahim, Sering mengalami lahir mati, Sering
mengalami keguguran
8. Glokusuria
C. Patofisiologi
Pada DMG terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal. Terjadi
perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin. Akibatnya, komposisi sumber energi
dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah tinggi, kadar insulin tetap tinggi).
Melalui difusi terfasilitasi dalam membran plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi
sumber energi abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu terjadi
juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik (hipoglikemia,
hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, dan sebagainya.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan karbohidrat yang menunjang
pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap
melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah
ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada
janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin, disamping beberapa hormone lain
seperti estrogen, steroid dan plasenta laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi
hiperglikemia yang relatif lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan
insulin meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai tekanan
diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi resistensi insulin yaitu bila ia ditambah
dengan insulin eksogen ia tidak mudah menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu
meningkatkan produksi insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia
atau diabetes kehamilan.
D. Manifestasi Klinis
8. Mata kabur
9. Pruritus vulva.
10. Ketonemia.
11. BB menurun
E. Klasifikasi
Pada Diabetes Mellitus Gestasiona , ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu, yaitu:
· Kelas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah
melahirkan.
· Kelas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah
hamil.
· Kelas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh darah seperti
retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah perifer, 90% dari wanita
hamil yang menderita Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional (Tipe II).
b. Hidronion
c. Pre-eklamasi
e. Insufisiensi plasenta
c. Gangguan pembuluh darah plasenta sehingga terjadi asfiksia sampai dengan lahir
mati
G. Pencegahan
3. Tersier :
b. Pemeriksaan optalmologist
H. Terapi
4. Pembedahan
A. Pengkajian
1. Identitas
· Usia : perlu diketahui kapan ibu dan berapa tahun ibu menderita Diabetes melitus, karena semakin
lama ibu menderita DM semakin berat komplikasi yang muncul. Seperti yang dijelaskan pada
klasifikasi DM.
2. Keluhan Utama
· Biasanya ibu hamil dengan DM mengeluh Mual, muntah, penambahan berat badan berlebihan atau
tidak adekuat, polipdipsi, poliphagi, poluri, nyeri tekan abdomen dan retinopati.
· Perlu dikaji apakah ada keluarga yang menderita DM, karena DM bersifat keturunan.
4. Riwayat Kehamilan
· Infertilitas.
· Anomali congenital.
· Aborsi spontan.
· Polihidramnion.
· Makrosomia.
a. Pola Nutrisi:
· Polidipsi.
· Poliuri.
· Obesitas.
· Hipoglikemi.
· Glukosuria.
· Ketonuria.
· Kulit.
· Sensasi kulit lengan, paha, pantat dan perut dapat berubah karena ada bekas injeksi insulin yang
sering.
· Mata.
b. Pola eliminasi; BAK : pasien dengan DM memiliki gejala yaitu poliuri atau sering berkemih. BAB
: biasanya tidak ada gangguan.
c. Pola personal hygiene; Pola atau frekuensi mandi, menggosok gigi, keramas.
6. Pola istirahat tidur : Gangguan pola tidur karena perubahan peran dan melaporkan kelelahan yang
berlebihan.
7. Pola aktifitas dan latihan : Aktivitas yang berlebih pada keadaan hipoglikemi dapat menyebabkan
rasa lapar meningkat, pusing, nyeri kepala, berkeringat, letih, lemah, pernapasan dangkal dan
pandangan kabur. Jika ini terjadi maka ibu akan rentan terhadap cedera dan jika rasa lapar berlebih ini
akan menyebabkan ketidakpatuhan diet ibu.
8. Pemeriksaan Fisik :
· Keadaan umum jika dalam keadaan hipoglikemi ibu bisa merasa lemah dan letih
· TD ibu dengan DM perlu diobservasi tekanan darahnya karena komplikasi dari ibu dengan DM
adalah preeklamsia dan eklamsia.
· Respirasi pada keadaan hiperglikemi atau diabetik ketoasidosis biasanya RR meningkat dan napas
bau keton.
· Suhu tidak ada gangguan, tetapi biasanya kulit pasien lembab pada kondisi hipoglikemi.
· Berat badan ibu dengan DM biasanya memiliki berat badan berlebih, dan terjadi peningkatan berat
badan waktu hamil yang berlebih.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
2. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa maternal,
perubahan pada sirkulasi.
3. Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol diabetik, profil
darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon umum.
C. Intervensi
Diagnosa I : Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna dan menggunakan nutrisi kurang tepat.
Kriteria hasil :
Mempertahankan kadar gula darah puasa antara 60-100 mg/dl dan 2 jam sesudah makan tidak lebih
dari 140 mg/dl.
Intervensi :
Mandiri :
Rasional: Penambahan berat badan adalah kunci petunjuk untuk memutuskan penyesuaian kebutuhan
kalori.
3. Tinjau ulang dan berikan informasi mengenai perubahan yang diperlukan pada penatalaksanaan
diabetik.
Rasional : Kebutuhan metabolisme dari janin dan ibu membutuhkan perubahan besar selama gestasi
memerlukan pemantauan ketat dan adaptasi.
4. Tinjau ulang tentang pentingnya makanan yang teratur bila memakai insulin.
Rasional : Makan sedikit dan sering menghindari hiperglikemia , sesudah makan dan kelaparan.
Rasional : Mual dan muntah dapat mengakibatkan defisiensi karbohidrat yang dapat mengakibatkan
metabolisme lemak dan terjadinya ketosis.
Kolaborasi :
Rasional : Diet secara spesifik pada individu perlu untuk mempertahankan normoglikemi.
3. Observasi kadar Glukosa darah.
Rasional : Insiden abnormalitas janin dan bayi baru lahir menurun bila kadar glukosa darah antara 60
– 100 mg/dl, sebelum makan antara 60 -105 mg/dl, 1 jam sesudah makan dibawah 140 mg/dl dan 2
jam sesudah makan kurang dari 200 mg/dl.
Diagnosa 2 : Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa
maternal, perubahan pada sirkulasi.
Intervensi :
Mandiri :
Rasional : Terjadi insufisiensi plasenta dan ketosis maternal mungkin secara negatif mempengaruhi
gerakan janin dan denyut jantung janin.
Rasional : Benda keton dapat mengakibatkan kerusakan susunan syaraf pusat yang tidak dapat
diperbaiki.
Rasional : sekitar 12% – 13% dari diabetes akan berkembang menjadi gangguan hipertensi karena
perubahan kardiovaskuler berkenaan dengan diabetes.
5. Tinjau ulang prosedur dan rasional untuk Non stress Test setiap minggu.
Rasional : Aktifitas dan pergerakan janin merupakan petanda baik dari kesehatan janin.
Kolaborasi :
1. Kaji kadar albumin glikosilat pada getasi minggu ke 24 sampai ke 28 khususnya pada ibu dengan
resiko tinggi.
Rasional : Tes serum albumin glikosilat menunjukkan glikemia lebih dari beberapa hari.
2. Dapatkan kadar serum alfa fetoprotein pada gestasi minggu ke 14 sampai minggu ke 16.
Rasional : Insiden kerusakan tuba neural lebih besar pada ibu diabetik dari pada non diabetik bila
kontrol sebelum kehamilan sudah buruk.
3. Siapkan untuk ultrsonografi pada gestasi minggu ke 8, 12, 18, 28, 36 sampai minggu ke 38.
Rasional : Ultrasonografi bermanfaat dalam memastikan tanggal gestasi dan membantu dalam
evaluasi retardasi pertumbuhan intra uterin.
Diagnosa 3 : Resiko tinggi terhadap cedera janin berhubungan dengan ketidakadekuatan kontrol
diabetik, profil darah abnormal atau anemia, hipoksia jaringan dan perubahan respon umum.
Kriteria evaluasi :
· Tetap normotensif.
· Mempertahankan normoglikemia.
Intervensi :
Mandiri :
Rasional: Perubahan vaskuler yang dihubungkan dengan diabetes menandakan resiko abrupsi
plasenta.
Rasional: Distensi uterus berlebihan karena makrosomia atau hidramnion dapat mempredisposisikan
pada persalinan awal.
Rasional: Insiden hipoglikemia sering terjadi pada trimester ketiga karena aliran glukosa darah dan
asam amino yang kontinue pada janin dan untuk menurunkan kadar insulin antagonis laktogen
plasenta. Insiden hiperglikemia memerlukan regulasi diet atau insulin untuk normoglikemia
khususnya pada trimester kedua dan ketiga karena kebutuhan insulin sering meningkat dua kali.
Rasional: Diabetes cenderung kelebihan cairan karena perubahan vaskuler. Insiden hidramnion
sebanyak 6% – 25% pada kasus diabetes yang hamil kemungkinan berhubungan dengan peningkatan
kontribusi janin pada cairan amnion dan hiperglikemia meningkatkan haluaran urin janin.
Rasional: Deteksi awal adanya infeksi saluran kencing dapat mencegah pielonefritis.
Kolaborasi :
2. Kaji Hb dan Ht pada kunjungan awal lalu selama trimester kedua dan preterm.