OLEH :
A. Defenisi
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat
bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan
(Vaughan, 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi
akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat
matahari yang lama, atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 2001)
Hal 1996.
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air
terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi atas :
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu- satunya gejala adalah
a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak katarak
berbagai sindrom.
b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab
spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun
tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan obat.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma
tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing
karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang korpus
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada fisiologi lensa.
Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh
struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan
katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan
retina.
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik berikut: diabetes
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat penelanan
dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang
diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik yang
1. Anatomi mata
(Smeltzer, 2001)
1) Alis
Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis dikaitkan pada
otot-otot sebelah bawahnya serta berfungsi melindungi mata dari sinar matahari.
2) Kelopak mata
Kelopak mata merupakan dua buah lipatan muskulofibrosa yang dapat digerakkan,
dapat dibuka dan ditutup untuk melindungi dan meratakan air mata ke permukaan bola
mata dan mengontrol banyaknya sinar yang masuk. Kelopak tersusun oleh kulit
tanpa lemak subkutis.batas kelopak mata berkahir pada plat tarsal,terletak pada batas
kelopak.
3) Bulu mata
1) Sklera
Lapisan paling luar dan kuat ( bagian “putih” mata). Bila sklera mengalami penipisan
maka warnanya akan berubah menjadi kebiruan. Dibagian posterior, sklera mempunyai
lubang yang dilalui saraf optikus dan pembuluh darah retina sentrailis. Dibagian anterior
berlanjut menjadi kornea. Permukaan anterior sklera diselubungi secara longgar dengan
konjungtiva
2) Khoroid
oftalmika, cabang dari arteria karotis interna. Lapisan vaskuler ini membentuk iris yang
berlubang ditengahnya, atau yang disebut pupil (manik) mata. Selaput berpigmen sebelah
belakang iris memancarkan warnanya dan dengan demikian menentukan apakah
sebuah mata itu berwarna biru, coklat, kelabu, dan seterusnya. Khoroid bersambung pada
bagian depannya dengan iris, dan tepat dibelakang iris. Selaput ini menebal guna
membentuk korpus siliare sehingga terletak antara khoroid dan iris. Korpus siliare itu berisi
lingkaran. Kontraksi otot sirkuler menyebabkan pupil mata juga berkontraksi. Semuanya ini
bersama-sama membentuk traktus uvea yang terdiri dari iris, korpus siliare, dan khoroid.
Peradangan pada masing- masing bagian berturut-turut disebut iritis, siklitis, dan khoroiditis,
atau pun yang secara bersama-sama disebut uveitis. Bila salah satu bagian dari traktus ini
mengalami peradangan, maka penyakitnya akan segera menjalar kebagian traktus lain
disekitarnya.
3) Retina
Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf batang
dan kerucut. Semuanya termasuk dalam konstruksi retina yang merupakan jaringan saraf
halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju jaringan saraf halus yang
menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus optikus, yang merupakan titik
dimana saraf optik meninggalkan biji mata. Titik ini disebut titik buta, oleh karena tidak
mempunyai retina. Bagian yang paling peka pada retina adalah makula, yang terletak tepat
4) Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sklera yang putih dan
tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan tepi adalah epithelium
dan iris.
6) Iris
Tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan selaput khoroid. Iris berisi dua
kelompok serabut otot tak sadar (otot polos). Kelompok yang satu mengecilkan
ukuran pupil, sementara keompok yang lain melebarkan ukuran pupil itu sendiri.
7) Pupil
Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah dalam iris, dimana cahaya
Terletak diantara iris dan lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior yang diisi
9) Aqueus humor
Cairan ini berasal dari badan siliaris dan diserap kembali ke dalam aliran darah pada sudut
iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai Saluran Schlemm.
10) Lensa
Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan transparan. Tebalnya ±4 mm dan
diameternya 9 mm. Dibelakang iris, lensa digantung oleh zonula (zonula zinni) yang
menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aqueus
dan disebelah posterior terdapat vitreus humor. Kapsul lensa adalah membran semipermiabel
yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapular.
Nukleus lensa lebih keras daripada korteks nya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-
serat lamelar sub epitel terus diproduksi sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang
elastik. Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa
ada dalam jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di
jaringan lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun
tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, maupun saraf dalam lensa.
11) Vitreus humor
Daerah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina yang diisi dengan
cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar. Berfungsi untuk memberi
bentuk dan kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan antara retina dengan
2. Fisiologi mata
Saraf optikus atau urat saraf cranial kedua adalah saraf sensorik untuk penglihatan.
Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion dalam retina yang bergabung untuk membentuk saraf
optikus. Saraf ini bergerak ke belakang secara medial dan melintasi kanalis optikus,
memasuki rongga cranium lantas kemudian menuju khiasma optikum. Saraf penglihatan
memiliki 3 pembungkus yang serupa dengan yang ada pada meningen otak. Lapisan luarnya
kuat dan fibrus serta bergabung dengan sclera, lapisan tengah halus seperti arakhnoid,
sementara lapisan dalam adalah vakuler (mengandung anyak pembuluh darah). Pada
saat serabut-serabut itu mencapai khiasma optikum, maka separuh dari serabut-serabut itu
akan menuju ke traktus optikus sisi seberangnya, sementara separuhnya lagi menuju traktus
optikus sisi yang sama. Dengan perantara serabut-serabut ini, maka setiap serabut nervus
optikus dihubungkan dengan kedua sisi otak sehingga indera penglihatan menerima
rangsangan berkas-berkas cahay pada retina. Pusat visual terletak pada kortex lobus
penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan bayangan
yang difokuskan pada retina. Bayangan itu akan menembus dan diubah oleh kornea, lensa
badan aqueus dan vitreus. Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan bayangan pada
retina, bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang difokuskan. Gangguan lensa adalah
kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomali geometric. Pasien yang mengalami gangguan-
a. Pembentukan bayangan
Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari bayangan objek di retina.
Bayangan dalam fovea di retina selalu lebih kecil dan terbalik dari objek nyata.
Bayangan yang jatuh pada retina akan menghasilkan sinyal saraf dalam mosaik reseptor,
menjadi bayangan tiga dimensi. Pembentukan bayangan abnormal terjadi jika bola mata
terlalu panjang dan berbentuk elips, titik fokus jatuh didepan retina sehingga bayangan
menjadi kabur. Untuk melihat lebih jelas harus mendekatkan mata pada objek yang
dilihat, dibantu dengan lensa bikonkaf yang memberi cahaya divergen sebelum masuk
mata. Pada hipermetropia, titik fokus jatuh dibelakang retina. Kelainan dikoreksi
dengan lensa bikonveks. Sedangkan pada presbiopia, bentuk abnormal karena lanjut usia
Relaksasi muskulus siliaris membuat ligamentum tegang, lensa tertarik sehingga bentuknya
lebih pipih. Keadaan ini akan memperpanjang jarak fokus. Bila benda dekat dengan mata
maka otot akan berkontraksi agar lengkung lensa meningkat. Jika benda jauh, maka m.
siliaris berkontraksi agar pipih supaya bayangan benda pada retina menjadi tajam.
Akomodasi mengubah ukuran pupil, kontraksi iris membuat pupil mengecil dan melebar.
Jika sinar terlalu banyak maka pupil menyempit agar sinar tidak seluruhnya masuk ke dalam
mata. Dalam keadaan gelap pupil melebar agar sinar banyak yang ditangkap. Dalam hal
melihat benda, jika mata melihat jauh kemudian melihat dekat maka pupil berkontraksi agar
terjadi peningkatan ke dalam lapang penglihatan. Akomodasi lensa diatur oleh mekanisme
c. Lintasan penglihatan
Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini berjalan ke belakang melalui nervus
optikus. Pada persilangan optikus, serabut menyilang ke sisi lain bersatu dengan serabut
yang berasal dari retina. Otak menggunakan visual sebagai informasi untuk dikirim ke
korteks serebri dan visual pada bagian korteks visual ini membentuk gambar tiga dimensi.
Gambar yang ada pada retina di traktus optikus disampaikan secara tepat ke korteks jika
seseorang kehilangan lapang pandang sebagian besar dapat dilacak lokasi kerusakan di
D. Etiologi
kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian
yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus
lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek
sedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks,
Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih
padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya
memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun dimana
mulai timbul kesukaran melihat dekat(presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai
berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata yang
sebelahnya. Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam bulan
hingga tahun.
Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor lain
obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahay matahari, efek racun dari merokok, dan alkohol,
gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola mata. Obat tertentu dapat
Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes melitus dapat mengakibatkan
timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata (Ilyas, 2006) .
Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun
katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak
dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering
berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat- obatan, alkohol,
merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama
(Smeltzer, 2001).
E. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan
yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya
usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada
jendela.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar
Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan
terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain
mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari
degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
F. Manifestasi Klinik
sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi, temuan
objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina
tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang
normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi
bertahap selama bertahun-tahun , dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi
menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.
Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung
menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca mata
hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari
(Smeltzer, 2001).
Menurut (Mansjoer, 2000), pada katarak senil, dikenal 4 stadium yaitu: insipiens,
G. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemuka n obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa
penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah keruhnya lensa untuk
menjadi katarak (Ilyas, 2006). Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk nama
insipien, imatur, matur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian
lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan
anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata
dan kelopak mata atau diberikan secara topikal. Operasi dilakukan dengan insisi luas pada
perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak
yang dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior
(fakoemulsifikasi).
H. Komplikasi
1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel
vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya glaucoma
atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan satu
2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami
3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang terjadi.
Intervensi keperawatan
1. DATA KLINIS
Nama : Ny. Tihawa
No. RM :
Usia : 73 tahun
TB :156 cm, BB : 49 Kg. (actual/ perkiraan)
Lila : 25 cm
Suhu :
Nadi _____√ ____ kuat _________ lemah ______ teratur _____tak teratur
Tekanan darah : Lengan kanan ( √ )
Lengan Kiri ( )
Duduk ( )
Berbaring (√ )
Tanggal Masuk : 28/07/2021
Waktu Kedatangan : 13.30 WIB
Orang yang dihubungi : anak
Telepon :
Catatan kedatangan : ( ) kursi roda, ( ) ambulans, ( ) brankar
Alasan masuk Rumah Sakit : pasien mengatakan tedapat pembengkakan di pipi kiri sejak
4,5 bulan yang mengeluarkan nanah
Penggunaan
Tembakau :
Ya ( ), tidak ( √ ) berhenti (tanggal), ( april ) Pipa, ( ) Cerutu, ( ) < 1 bks/hari,
( ) 1-2 bks/hari, ( ) > 2 bks /hari, ( ) riwayat bks/tahun ( )
Alkohol :
(√ ) tidak, ( )Jenis / Jumlah , _____x/hari, _______x/minggu, _____x/bulan.
Obat lain :
(√ ) tidak, ( ) Ya, Jenis : Penggunaan :
Alergi :
(obat-obatan, makanan, plester, zat warna) : _ Tidak ada________________
Reaksi : (x )
Nafsu makan :
( ) Normal , ( ) Meningkat, ( √ ) Menurun, ( ) Purunan sensasi kecap, ( )
Mual, ( ) Muntah, ( ) Stomatitis
Perubahan berat badan 6 bulan terakhir :
( ) tidak ada, 8 Kg, Penurunan
Gigi :
Atas : ( √ ) Parsial, ( ) lengkap
Bawah : (√ ) Parsial, ( ) lengkap
Riwayat Masalah kulit/ Penyembuhan :
( √ ) tidak, ( ) Penyembuhan Abnormal, ( ) Ruam, ( ) Kering, ( ) Keringat
berlebihan
Pantangan/ Alergi :( x )
4. POLA ELIMINASI
Kebiasaan defekasi :
___Baik___defekasi / hari, Tanggal defekasi terakhir : 2x sehari , ( √ ) DBN,
( √ ) Konstipasi ( ) Diare, ( ) Inkontinensia,
( ) ostomi : Jenis :
Alat :
Karakter Stoma :
Kebiasaan berkemih :
( √ ) DBN,
Fekuensi : 5-6 x/hari, ( √ ) disuria, ( ) Nokturia, ( ) Hematuria , ( )
Retensi .
Inkontinensia :
( ) tidak, ( ) Ya, ( ) total, ( ) Siang hari, ( ) Malam Hari, ( √ ) kadang
– kadang, ( ) Kesulitan menahan berkemih, ( ) Kesulitan mencapai toilet,
Alat Bantu ;
( √ ) Kateterisasi intermitten, ( ) Kateter Indwlling, ( ) Kateter Eksternal,
( ) jenis Implantasi Penis.
Lain – lain :
0 1 2 3 4
Makan/ Minum √
Mandi √
Berpakaian/ Berdandan √
Toileting √
Mobilisasi diTempat tidur √
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan Rumah √
Alat Bantu :
( √ ) tidak ada ( ) Kruk
( ) Pispot ditempat tidur ( ) Walker
( ) Tongkat ( ) Belat/ Mitela
( ) Kursi Roda
Kekuatan otot : tidak terlalu baik
Keluhan saat beraktifitas :
6. POLA ISTIRAHAT TIDUR
Kebiasaan :Jam/malam, ( √ ) tidur siang, ( )Tidur sore,
Merasa segar setelah tidur : ( ) Ya, ( √ ) Tidak
Masalah – masalah :
( ) tidak ada, ( √ ) Terbangun, ( ) Terbangun dini, ( ) Insomnia ,
( ) Mimpi Buruk
Lain-lain :
Vertigo :
Ketidaknyamanan / Nyeri : ( √ )tidak ada, ( ) Akut, ( ) Kronik
Deskripsi:
9. POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI
Tanggal mesntruasi akhir (TMA) :
Masalah menstruasi : ( ) Ya, ( ) Tidak
Pap Smear terakhir :
Pemeriksaan Payudara/ testis Mandiri bulanan : ( ) Ya, ( ) Tidak
Masalah seksual b/d penyakit :
Lain-lain :
KULIT : Kering
LEHER :
Trakea : Normal
Carotid Bruit : Normal
Vena : Normal
Kelenjar : Normal
Tiroid : Normal
Lainnya :
DADA / THORAK
Inspeksi : Asimetris
Palpasi : ekspansi dada normal
Perkusi: sonor/redup
Auskultasi : vesikuler
JANTUNG
Inspeksi : simetris
Palpasi : baik
Auskultasi : baik
Perkusi: baik
Ritme : cepat
ABDOMEN :
Inspeksi : Normal
Auskultasi : Normal
Perkusi: Normal
Palpasi : Normal
MUSKULOSKELETAL : Kedua lutut tidak bisa digerakan
NEUROLOGI :
Status Mental/GCS : (15) E=4, M=6, V=5
Motoris : 4444 3333
4444 4444
INTERVNSI
Diagnosa NOC NIC
Nyeri Akut -pain level 1. lakukan pengkajian nyeri
-pain control secara komperensif
-comfort level 2. memberikan manajemen
Setelah dilakukan nyeri
tindakan keperawatan 3. kontrol skala nyeri
diharapkan: 4. kolaborasi pemberian
-melapor nyeri berkurang analgesik untuk
Mampu mengontrol nyeri mengurangi nyeri
-TTV dalam batas normal
Resiko nyeri - Immune status 1. Monitor tanda dan
- Infection control gejala infeksi
- Risk control 2. Instruksikan pasien
Setelah dilakukan untuk mencuci tangan
tindakan keperawatan 3. Intake nutrisi yang
diharapkan: adekuat
- Pasien bebas dari tanda 4. Ajarkan pasien tentang
dan gejala infeksi tanda-tanda infeksi dan
- Menunjukkan melaporkan pada
kemampuan untuk petugas kesehatan
mencegah timbulnya Kolaborasi pengecekan lab
infeksi untuk mengobservasi nilai
leukosit dan hasil lab
lainnya
Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan 1. identifikasi adanya alergi
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan diharapkan yang dimiliki pasien
nutrisi pasien seimbang 2. tentukan jumlah kalori
dengan kriteria hasil: dan jenis nutrisi yang
- asupan gizi adekuat dibutuhkan untuk
-asupan makanan adekuat memenuhi persyaratan gizi
-asupan cairan adekua 3. beri obat-obatan sebelum
makan
4. ciptakan lingkungan
yang optimal
CATATAN PERKEMBANGAN
NO DX Hari/Tanggal Evaluasi
1. Sabtu 7 agustus 2021 S: sakit dipipi kiri
O: Terdapat benjolan dibagian
pipi kiri
Skala nyeri 3, nyeri hilang timbul
TD= 128/80mmhg
HR= 80x/menit
RR= 22x/menit
A: Nyeri Akut
P:
-melakukan pengkajian nyeri
-kolaborasi pemberian analgesik
-Monitor TTV
-ajarkan teknik relaksasi
E:
- Nyeri sudah mulai berkurang
R: - Pengkajian nyeri secara
komprehensif
- Observasi isyarat non-verbal
- Monitor TTV
- Ajarkan teknik non
farmakologi: relaksasi
Kolaborasi pemberian analgetik
dan anti-inflamasi
2. Sabtu 7 agustus 2021 S: masih keluar sedikit nanah di
pipi kiri
O: - terdapat luka yang
mengeluarkan cairan
- Terdapat luka yang mulai
menghitam serta dikelilingi
dengan kemerahan
A: Risiko infeksi
P: - monitor tanda dan gejala
infeksi
- Intruksikan pasien untuk cuci
tangan
- Intake nutrisi yang adekuat
- Ajarkan pasien tanda-tanda
infeksi dan melapor ke
petugas kesehatan
- Kolaborasi pengecekkan lab
I: - memonitor tanda dan gejala
infeksi
- Mengintruksikan pasien untuk
mencuci tangan
- Intake nutrisi yang adekuat
- Mengajarkan pasien tanda-
tanda infeksi dan melaporkan
ke petugas kesehatan
- Kolaborasi untuk
mengecekkan lab
E: - Terdapat luka yang
mengeluarkan cairan
- Terdapat luka yang mulai
menghitam serta dikelilingi
dengan kemerahan
- Pasien memahami bagaimana
tanda-tanda infeksi dan akan
segera melapor ke petugas
jika terjadi
- Pasien rajin mencuci tangan
R: - Monitor tanda dan gejala
infeksi
- Intruksikan pasien untuk cuci
tangan
- Intake nutrisi yang adekuat
Kolaborasi pengecekkan lab
3. Sabtu 7 agustus 2021 S= pasien tidak enak makan
karena memasang alat NGT
O=
-pasien tampak lemah
-penurunan badan pasien
meningkat
A= Ketidakseimbangan Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
P=
- berikan asupan makanan dengan
cair (susu)
Monitor asupan makanan
Monitor intake dan asupan cairan
secara tepat
I = Monitor asupan makanan
pasien
-menciptakan lingkungan yang
optimal
-
E= - pasien masih mengalami
penurunan nutrisi karena hanya
minum susu melalui NGT
CATATAN PERKEMBANGAN
NO DX Hari/Tanggal Evaluasi
1. Senin 9 Agustus 2021 S= “ pasien masih merasa nyeri
didada kiri
O= Terdapat benjolan dibagian
dada kiri
Skala nyeri 3, nyeri hilang timbul
TD= 130/88mmhg
HR= 88x/menit
RR= 22x/menit
A= Nyeri Akut
P=
-melakukan pengkajian nyeri
-kolaborasi pemberian analgesik
-Monitor TTV
-ajarkan teknik relaksasi
I=
-melakukan manajemen nyeri
-Pantau skala nyeri
E=
- Nyeri sudah mulai berkurang
R: -Pengkajian nyeri secara
komprehensif
- Observasi isyarat non-verbal
- Monitor TTV
- Ajarkan teknik non
farmakologi: relaksasi
CATATAN PERKEMBANGAN
NO DX Hari/Tanggal Evaluasi
1 Selasa 10 Agustus 2021 S: pasien merasa nyeri sudah
sedikit berkuang
O: Terdapat benjolan dibagian pipi
kiri
Skala nyeri 3, nyeri hilang timbul
TD= 120/77mmhg
HR= 80x/menit
RR= 20x/menit
A: Nyeri Akut
P:
-melakukan pengkajian nyeri
-kolaborasi pemberian analgesik
-Monitor TTV
-ajarkan teknik relaksasi
I:
- masih melakukan manajemen
nyeri
-Pantau skala nyeri
-berikan kompres hangat
E:
- setelah melakukan intervensi
masih masih merasakan nyeri pada
bagian pipi kiri
2. Selasa 10 Agustus 2021 S: masih keluar sedikit nanah di
pipi kiri
O: - terdapat luka yang
mengeluarkan cairan
- Terdapat luka yang mulai
menghitam
A: Risiko infeksi
P: - monitor tanda dan gejala
infeksi
- Intruksikan pasien untuk cuci
tangan
- Intake nutrisi yang adekuat
- Ajarkan pasien tanda-tanda
infeksi dan melapor ke petugas
kesehatan
- Kolaborasi pengecekkan lab
I: - memonitor tanda dan gejala
infeksi
- Mengintruksikan pasien untuk
mencuci tangan
- Intake nutrisi yang adekuat
- Mengajarkan pasien dan
keluarga tanda-tanda infeksi dan
melaporkan ke petugas
kesehatan
- Kolaborasi untuk mengecekkan
lab
E: - Terdapat luka yang
mengeluarkan cairan
- Terdapat luka yang mulai
mengering
- Pasien/keluarga memahami
bagaimana tanda-tanda infeksi
dan akan segera melapor ke
petugas jika terjadi
R: - Monitor tanda dan gejala
infeksi
- Intruksikan pasien untuk cuci
tangan
- Intake nutrisi yang adekuat
Kolaborasi pengecekkan lab
3. Selasa 10 Agustus 2021 S: pasien masih tampak lemas dan
masih diberikan susu
O:
-pasien tampak lemah
-penurunan badan pasien meningkat
A= Ketidakseimbangan Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
P=
- berikan asupan makanan dengan
cair (susu)
Monitor asupan makanan
Monitor intake dan asupan cairan
secara tepat
I = Monitor asupan makanan pasien
-menciptakan lingkungan yang
optimal
E= - pasien masih mengalami
penurunan nutrisi karena hanya
minum susu melalui NGT