Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN KATARAK


DI RUANG NABAWI RSUDZA

OLEH :

M Ridho Ramadanta Sitepu, S.Kep


1307101020115

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


KEPERAWATAN DASAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2021
KONSEP KATARAK

A. Defenisi

Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang sangat

bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan dengan penuaan

(Vaughan, 2000).

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi

akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak kongenital). Dapat

juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan

kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar

matahari yang lama, atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 2001)

Hal 1996.

Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan

bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air

terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu seperti

tertutup oleh air terjun didepan matanya (Ilyas, 2006) hal 2.

B. Jenis – jenis Katarak

Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi atas :

1. Katarak terkait usia (katarak senilis)

Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu- satunya gejala adalah

distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur.

2. Katarak anak- anak

Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya. Banyak katarak

kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun mungkin terdapat faktor


genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan

berbagai sindrom.

b. Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan sebab-sebab

spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma, baik tumpul maupun

tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi mata didapat, diabetes dan obat.

3. Katarak traumatik

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di lensa atau trauma

tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah masuknya benda asing

karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang-kadang korpus

vintreum masuk kedalam struktur lensa.

4. Katarak komplikata

Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular pada fisiologi lensa.

Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh

struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan pembentukan

katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan

retina.

5. Katarak akibat penyakit sistemik

Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik berikut: diabetes

mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis atropik, galaktosemia, dan

syndrome Lowe, Werner atau Down.

6. Katarak toksik

Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai akibat penelanan

dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang

diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang dapat

menyebabkan kekeruhan lensa.


7. Katarak ikutan

Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak traumatik yang

terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak ekstrakapsular.

C. Anatomi dan Fisiologi

1. Anatomi mata

a. Struktur mata eksternal

Struktur mata eksternal

(Smeltzer, 2001)

1) Alis

Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis dikaitkan pada

otot-otot sebelah bawahnya serta berfungsi melindungi mata dari sinar matahari.

2) Kelopak mata

Kelopak mata merupakan dua buah lipatan muskulofibrosa yang dapat digerakkan,

dapat dibuka dan ditutup untuk melindungi dan meratakan air mata ke permukaan bola
mata dan mengontrol banyaknya sinar yang masuk. Kelopak tersusun oleh kulit

tanpa lemak subkutis.batas kelopak mata berkahir pada plat tarsal,terletak pada batas

kelopak.

3) Bulu mata

Bulu mata melindungi mata dari debu dan cahaya.

b. Struktur Mata Internal

Gambar 2. Struktur mata internal (Smeltzer, 2001)

1) Sklera

Lapisan paling luar dan kuat ( bagian “putih” mata). Bila sklera mengalami penipisan

maka warnanya akan berubah menjadi kebiruan. Dibagian posterior, sklera mempunyai

lubang yang dilalui saraf optikus dan pembuluh darah retina sentrailis. Dibagian anterior

berlanjut menjadi kornea. Permukaan anterior sklera diselubungi secara longgar dengan

konjungtiva

2) Khoroid

Lapisan tengah yang berisi pembuluh darah. Merupakan ranting-ranting arteria

oftalmika, cabang dari arteria karotis interna. Lapisan vaskuler ini membentuk iris yang

berlubang ditengahnya, atau yang disebut pupil (manik) mata. Selaput berpigmen sebelah
belakang iris memancarkan warnanya dan dengan demikian menentukan apakah

sebuah mata itu berwarna biru, coklat, kelabu, dan seterusnya. Khoroid bersambung pada

bagian depannya dengan iris, dan tepat dibelakang iris. Selaput ini menebal guna

membentuk korpus siliare sehingga terletak antara khoroid dan iris. Korpus siliare itu berisi

serabut otot sirkulerndan serabut-serabut yang letaknya seperti jari-jari sebuah

lingkaran. Kontraksi otot sirkuler menyebabkan pupil mata juga berkontraksi. Semuanya ini

bersama-sama membentuk traktus uvea yang terdiri dari iris, korpus siliare, dan khoroid.

Peradangan pada masing- masing bagian berturut-turut disebut iritis, siklitis, dan khoroiditis,

atau pun yang secara bersama-sama disebut uveitis. Bila salah satu bagian dari traktus ini

mengalami peradangan, maka penyakitnya akan segera menjalar kebagian traktus lain

disekitarnya.

3) Retina

Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf batang

dan kerucut. Semuanya termasuk dalam konstruksi retina yang merupakan jaringan saraf

halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju jaringan saraf halus yang

menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus optikus, yang merupakan titik

dimana saraf optik meninggalkan biji mata. Titik ini disebut titik buta, oleh karena tidak

mempunyai retina. Bagian yang paling peka pada retina adalah makula, yang terletak tepat

eksternal terhadap diskus optikus, persis berhadapan dengan pusat pupil.

4) Kornea

Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sklera yang putih dan

tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan tepi adalah epithelium

berlapis yang tersambung dengan konjungtiva.

5) Bilik anterior (kamera okuli anterior) Terletak antara kornea

dan iris.
6) Iris

Tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan selaput khoroid. Iris berisi dua

kelompok serabut otot tak sadar (otot polos). Kelompok yang satu mengecilkan

ukuran pupil, sementara keompok yang lain melebarkan ukuran pupil itu sendiri.

7) Pupil

Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah dalam iris, dimana cahaya

dapat masuk untuk mencapai retina.

8) Bilik posterior (kamera okuli posterior)

Terletak diantara iris dan lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior yang diisi

dengan aqueus humor.

9) Aqueus humor

Cairan ini berasal dari badan siliaris dan diserap kembali ke dalam aliran darah pada sudut

iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai Saluran Schlemm.

10) Lensa

Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan transparan. Tebalnya ±4 mm dan

diameternya 9 mm. Dibelakang iris, lensa digantung oleh zonula (zonula zinni) yang

menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aqueus

dan disebelah posterior terdapat vitreus humor. Kapsul lensa adalah membran semipermiabel

yang dapat dilewati air dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapular.

Nukleus lensa lebih keras daripada korteks nya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-

serat lamelar sub epitel terus diproduksi sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang

elastik. Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa

ada dalam jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di

jaringan lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun

tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, maupun saraf dalam lensa.
11) Vitreus humor

Daerah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina yang diisi dengan

cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar. Berfungsi untuk memberi

bentuk dan kekokohan pada mata, serta mempertahankan hubungan antara retina dengan

selaput khoroid dan sklerotik.

2. Fisiologi mata

Saraf optikus atau urat saraf cranial kedua adalah saraf sensorik untuk penglihatan.

Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion dalam retina yang bergabung untuk membentuk saraf

optikus. Saraf ini bergerak ke belakang secara medial dan melintasi kanalis optikus,

memasuki rongga cranium lantas kemudian menuju khiasma optikum. Saraf penglihatan

memiliki 3 pembungkus yang serupa dengan yang ada pada meningen otak. Lapisan luarnya

kuat dan fibrus serta bergabung dengan sclera, lapisan tengah halus seperti arakhnoid,

sementara lapisan dalam adalah vakuler (mengandung anyak pembuluh darah). Pada

saat serabut-serabut itu mencapai khiasma optikum, maka separuh dari serabut-serabut itu

akan menuju ke traktus optikus sisi seberangnya, sementara separuhnya lagi menuju traktus

optikus sisi yang sama. Dengan perantara serabut-serabut ini, maka setiap serabut nervus

optikus dihubungkan dengan kedua sisi otak sehingga indera penglihatan menerima

rangsangan berkas-berkas cahay pada retina. Pusat visual terletak pada kortex lobus

oksipitalis otak (Pearce, 1997).

Indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina

dengan perantaraan serabut nervus optikus, menghantarkan rangsangan ini ke pusat

penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan bayangan

yang difokuskan pada retina. Bayangan itu akan menembus dan diubah oleh kornea, lensa

badan aqueus dan vitreus. Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan bayangan pada
retina, bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang difokuskan. Gangguan lensa adalah

kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomali geometric. Pasien yang mengalami gangguan-

gangguan tersebut mengalami kekaburan penglihatan tanpa rasa nyeri.

a. Pembentukan bayangan

Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari bayangan objek di retina.

Bayangan dalam fovea di retina selalu lebih kecil dan terbalik dari objek nyata.

Bayangan yang jatuh pada retina akan menghasilkan sinyal saraf dalam mosaik reseptor,

selanjutnya mengirim bayangan dua dimensi ke otak untuk direkonstruksikan

menjadi bayangan tiga dimensi. Pembentukan bayangan abnormal terjadi jika bola mata

terlalu panjang dan berbentuk elips, titik fokus jatuh didepan retina sehingga bayangan

menjadi kabur. Untuk melihat lebih jelas harus mendekatkan mata pada objek yang

dilihat, dibantu dengan lensa bikonkaf yang memberi cahaya divergen sebelum masuk

mata. Pada hipermetropia, titik fokus jatuh dibelakang retina. Kelainan dikoreksi

dengan lensa bikonveks. Sedangkan pada presbiopia, bentuk abnormal karena lanjut usia

yang kehilangan kekenyalan lensa.

b. Respon bola mata terhadap benda

Relaksasi muskulus siliaris membuat ligamentum tegang, lensa tertarik sehingga bentuknya

lebih pipih. Keadaan ini akan memperpanjang jarak fokus. Bila benda dekat dengan mata

maka otot akan berkontraksi agar lengkung lensa meningkat. Jika benda jauh, maka m.

siliaris berkontraksi agar pipih supaya bayangan benda pada retina menjadi tajam.

Akomodasi mengubah ukuran pupil, kontraksi iris membuat pupil mengecil dan melebar.

Jika sinar terlalu banyak maka pupil menyempit agar sinar tidak seluruhnya masuk ke dalam

mata. Dalam keadaan gelap pupil melebar agar sinar banyak yang ditangkap. Dalam hal

melihat benda, jika mata melihat jauh kemudian melihat dekat maka pupil berkontraksi agar
terjadi peningkatan ke dalam lapang penglihatan. Akomodasi lensa diatur oleh mekanisme

umpan balik negatif secara otomatis.

c. Lintasan penglihatan

Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini berjalan ke belakang melalui nervus

optikus. Pada persilangan optikus, serabut menyilang ke sisi lain bersatu dengan serabut

yang berasal dari retina. Otak menggunakan visual sebagai informasi untuk dikirim ke

korteks serebri dan visual pada bagian korteks visual ini membentuk gambar tiga dimensi.

Gambar yang ada pada retina di traktus optikus disampaikan secara tepat ke korteks jika

seseorang kehilangan lapang pandang sebagian besar dapat dilacak lokasi kerusakan di

otak yang bertanggung jawab atas lapang pandang.

D. Etiologi

Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami

katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam

kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian

yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus

lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek

sedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks,

dan subkapsularis lensa.

Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi lebih

padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya

memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun dimana

mulai timbul kesukaran melihat dekat(presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai

mengalami katarak atau lensa keruh.

Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi progresivitasnya

berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata berbeda dengan mata yang
sebelahnya. Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam bulan

hingga tahun.

Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat. Faktor lain

dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa sepertidiabetes melitus,

obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahay matahari, efek racun dari merokok, dan alkohol,

gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola mata. Obat tertentu dapat

mempercepat timbulnya katarak seperti betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison,

ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat lainnya.

Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes melitus dapat mengakibatkan

timbulnya kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata (Ilyas, 2006) .

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang berbeda.

Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti diabetes. Namun

kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan

katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki dekade ketujuh. Katarak

dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat

menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering

berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat- obatan, alkohol,

merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama

(Smeltzer, 2001).

E. Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk

seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga

komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan

yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya

usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul

posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada

jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi.

Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar

daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi.

Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan

pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan

terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini

mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain

mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari

degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada

pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

F. Manifestasi Klinik

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien

melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan fungsional

sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi, temuan

objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina

tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan

dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus

pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang

menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang

normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi
bertahap selama bertahun-tahun , dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi

yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.

Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk

menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.

Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung

menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca mata

hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari

(Smeltzer, 2001).

Menurut (Mansjoer, 2000), pada katarak senil, dikenal 4 stadium yaitu: insipiens,

matur, imatur, dan hipermatur.

Insipiens Matur Imatur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normla Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopositif

Penyulit - Glaukoma - Uveitis,

G. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemuka n obat yang dapat mencegah katarak. Beberapa

penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah keruhnya lensa untuk

menjadi katarak (Ilyas, 2006). Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk nama

insipien, imatur, matur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit

yang dapat terjadi (Prof. Dr Sidarta Ilyas, dkk, 2002).

Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan penggantian

lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak dilakukan dengan

anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata

dan kelopak mata atau diberikan secara topikal. Operasi dilakukan dengan insisi luas pada

perifer kornea atau sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak

ekatrakapsular. Insisi harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi

yang dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior

(fakoemulsifikasi).

H. Komplikasi

1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel

vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya glaucoma

atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan satu

instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa

intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.

2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca

operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami

distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.

3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang terjadi.
Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan 1. Diskusikan
infeksi berhubungan dengan tindakan keperawatan, pentingnya
prosedur invasive. infeksi tidak terjadi. mencuci tangan
Dengan kriteria hasil : sebelum
Meningkatkan menyentuh/mengobati
penyembuhan luka mata.
tepat waktu, bebas 2. Gunakan/tunjukkan
drainase purulen, teknik yang tepat
eritema, dan demam. untuk membersihkan
mata dari dalam
dengan kapas
basah/bola kapas
untuk tiap usapan,
ganti balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan
3. Tekankan
pentingnya tidak
menyentuh/menggaru
k mata yang
dioperasi.
4. Observasi/diskusikan
tanda terjadinya
infeksi, contoh :
kemerahan, kelopak
bengkak, drainase
purulent
5. Berikan obat
sesuai indikasi.
Antibiotic (topical,
parenteral,
subkonjungtiva) dan
steroid.
2. Gangguan rasa nyaman: nyeri Mendemonstrasikan 1. Tanyakan pasien
berhubungan dengan tindakan berkurangnya tentang nyeri.
operasi yang akan dilakukan. ketidaknyamanan mata Tentukan karakteristik
dengan kriteria hasil : nyeri, misalnya terus-
Menyangkal menerus, sakit,
ketidaknyamanan menusuk, terbakar.
mata, tak ada merintih, Buat rentang intesitas
ekspresi wajah rileks pada skala 0-10
2. Berikan analgesik
resep sesuai pesanan
dan mengevaluasi
keefektifan. Beri tahu
dokter bila nyeri mata
menetap atau
memburuk setelah
pemberian pengobatan
3. Berikan anti
inflamasi dan agen
anti infeksi oftalmik
yang diresepkan
4. Berikan kompres
dingin sesuai pesanan
dengan menggunakan
teknik aseptik. Ajarkan
pasien bagaimana
memberikan kompres
dengan menggunakan
teknik aseptik dalam
persiapan pulang.
Tekankan pentingnya
mencuci tangan
sebelum perawatan
mata di rumah
PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. DATA KLINIS
Nama : Ny. Tihawa
No. RM :
Usia : 73 tahun
TB :156 cm, BB : 49 Kg. (actual/ perkiraan)
Lila : 25 cm
Suhu :
Nadi _____√ ____ kuat _________ lemah ______ teratur _____tak teratur
Tekanan darah : Lengan kanan ( √ )
Lengan Kiri ( )
Duduk ( )
Berbaring (√ )
Tanggal Masuk : 28/07/2021
Waktu Kedatangan : 13.30 WIB
Orang yang dihubungi : anak
Telepon :
Catatan kedatangan : ( ) kursi roda, ( ) ambulans, ( ) brankar
Alasan masuk Rumah Sakit : pasien mengatakan tedapat pembengkakan di pipi kiri sejak
4,5 bulan yang mengeluarkan nanah

Perawatan diRS terakhir :


Tanggal :
Alasan :

Riwayat Kesehatan yang lalu :


Obat-obatan Dosis Dosis Terakhir Frekuensi
(Resep/ Obat
Bebas)
- - - -

2. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATAN


Persepsi terhadap penyakit

Penggunaan
Tembakau :
Ya ( ), tidak ( √ ) berhenti (tanggal), ( april ) Pipa, ( ) Cerutu, ( ) < 1 bks/hari,
( ) 1-2 bks/hari, ( ) > 2 bks /hari, ( ) riwayat bks/tahun ( )

Alkohol :
(√ ) tidak, ( )Jenis / Jumlah , _____x/hari, _______x/minggu, _____x/bulan.

Obat lain :
(√ ) tidak, ( ) Ya, Jenis : Penggunaan :

Alergi :
(obat-obatan, makanan, plester, zat warna) : _ Tidak ada________________
Reaksi : (x )

Obat-obatan warung/tanpa resep dokter : ( x )

3. POLA NUTRISI / METABOLISME


Diet/ Suplemen khusus :

Instruksi diet sebelumnya : ( √ ) tidak, ( ) Ya,

Nafsu makan :
( ) Normal , ( ) Meningkat, ( √ ) Menurun, ( ) Purunan sensasi kecap, ( )
Mual, ( ) Muntah, ( ) Stomatitis
Perubahan berat badan 6 bulan terakhir :
( ) tidak ada, 8 Kg, Penurunan

Kesulitan Menelan( Dispagia) :


( ) tidak, ( ) makanan padat, ( √ ) Cair

Gigi :
Atas : ( √ ) Parsial, ( ) lengkap
Bawah : (√ ) Parsial, ( ) lengkap
Riwayat Masalah kulit/ Penyembuhan :
( √ ) tidak, ( ) Penyembuhan Abnormal, ( ) Ruam, ( ) Kering, ( ) Keringat
berlebihan

Gambaran diet pasien dalam sehari :


Makan Pagi : Susu cair

Makan Siang : Susu Cair

Makan Malam : Susu Cair

Pantangan/ Alergi :( x )

4. POLA ELIMINASI
Kebiasaan defekasi :
___Baik___defekasi / hari, Tanggal defekasi terakhir : 2x sehari , ( √ ) DBN,
( √ ) Konstipasi ( ) Diare, ( ) Inkontinensia,
( ) ostomi : Jenis :
Alat :
Karakter Stoma :

Kebiasaan berkemih :
( √ ) DBN,
Fekuensi : 5-6 x/hari, ( √ ) disuria, ( ) Nokturia, ( ) Hematuria , ( )
Retensi .

Inkontinensia :
( ) tidak, ( ) Ya, ( ) total, ( ) Siang hari, ( ) Malam Hari, ( √ ) kadang
– kadang, ( ) Kesulitan menahan berkemih, ( ) Kesulitan mencapai toilet,

Alat Bantu ;
( √ ) Kateterisasi intermitten, ( ) Kateter Indwlling, ( ) Kateter Eksternal,
( ) jenis Implantasi Penis.

Lain – lain :

5. POLA AKTIFITAS / OLAHRAGA


Kemampuan Perawatan diri :
1 = Mandiri
2 = Dengan alat Bantu
3 = Bantuan dari orang lain
4 = Bantuan peralatan dari orang lain
5 = Tergantung / tidak mampu

0 1 2 3 4
Makan/ Minum √
Mandi √
Berpakaian/ Berdandan √
Toileting √
Mobilisasi diTempat tidur √
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √
Berbelanja √
Memasak √
Pemeliharaan Rumah √
Alat Bantu :
( √ ) tidak ada ( ) Kruk
( ) Pispot ditempat tidur ( ) Walker
( ) Tongkat ( ) Belat/ Mitela
( ) Kursi Roda
Kekuatan otot : tidak terlalu baik
Keluhan saat beraktifitas :
6. POLA ISTIRAHAT TIDUR
Kebiasaan :Jam/malam, ( √ ) tidur siang, ( )Tidur sore,
Merasa segar setelah tidur : ( ) Ya, ( √ ) Tidak
Masalah – masalah :
( ) tidak ada, ( √ ) Terbangun, ( ) Terbangun dini, ( ) Insomnia ,
( ) Mimpi Buruk
Lain-lain :

7. POLA KOGNITIF – PERSEPSI


Status mental :
( √ ) Sadar,
( ) Afasia Reseptif
( ) Mengingat Cerita Buruk
( ) Terorientasi
( ) Kelam piker
( ) Kombatif
Bicara :
( ) Normal
( √ ) Tak Jelas
( ) Gagap
( ) Afasia Ekspresif
Bahasa sehari-hari : daerah (√ ) Indonesia, ( )
Kemampuan membaca bahasa Indonesia : (√ ) Ya, ( ) Tidak
Kemampuan berkomunikasi : (√ ) Ya, ( ) Tidak
Kemampuan memahami : ( √ ) Ya, ( ) Tidak
Tingkat Ansietas (√ ) Ringan, ( ) Sedang, ( ) Berat, ( ) panik
Keterampilan Interaksi : (√ ) Tepat, ( ) lain-lain :
Pendengaran:
( √ ) DBN,
( x ) Kerusakan : ( ) Kanan, ( ) Kiri
( x ) Tuli : ( ) Kanan, ( ) Kiri
( x ) Alat Bantu Dengar
( x ) Tinnitus
Penglihatan:
( √ ) DBN
( ) Kacamata
( ) Kerusakan : ( ) Kanan, ( ) Kiri
( ) Buta : ( ) Kanan, ( ) Kiri
( ) Katarak : ( ) Kanan, ( ) Kiri
( ) Glaucoma : ( ) Kanan, ( ) Kiri
( ) Protesis : ( ) Kanan, ( ) Kiri , ( ) Ya, ( ) Tidak

Vertigo :
Ketidaknyamanan / Nyeri : ( √ )tidak ada, ( ) Akut, ( ) Kronik
Deskripsi:

Penatalaksanaan Nyeri : Manajemen Nyeri

8. POLA PERAN HUBUNGAN


Pekerjaan : Petani
Status pekerjaan :
( √ ) bekerja, ( ) Ketidakmampuan jangka pendek, ( ) ketidakmampuan Jangka
Panjang,
( ) Tidak bekerja
Sistem Pendukung :
( ) Pasangan,
( ) tetangga/teman,
( ) tidak ada,
( √ ) keluarga serumah,
( ) Keluarga tinggal berjauhan
Lain-lain :
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan dirumah sakit :
Kegiatan social (√ )
Lain-lain :( )

9. POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI
Tanggal mesntruasi akhir (TMA) :
Masalah menstruasi : ( ) Ya, ( ) Tidak
Pap Smear terakhir :
Pemeriksaan Payudara/ testis Mandiri bulanan : ( ) Ya, ( ) Tidak
Masalah seksual b/d penyakit :
Lain-lain :

10. POLA KOPING – TOLERANSI STRES


Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (financial, perawatan diri) :

Kehilangan / perubahan besar dimasa lalu : ( ) Ya, ( √ ) Tidak


Hal yang dilakukan saat ada masalah :

Penggunaan obat untuk menghilangkan stress :( x )

Keadaan emosi dalam sehari-hari : (√ ) santai, ( ) tegang,


Lain-lain :

11. POLA KEYAKINAN – NILAI


Agama : ( √ ) Islam, ( ) Katolik Roma, ( ) Protestan, ( ) Hindu, ( ) Budha
Pantangan keagamaan : ( √ ) tidak, ( ) Ya : uraikan :

Pengaruh agama dalam kehidupan : bagus

Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini : ( ) Ya, ( √ ) Tidak

12. PEMERIKSAAN FISIK


TANDA VITAL :
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36.5
Pernapasan : 24 x/menit

KULIT : Kering

LEHER :
Trakea : Normal
Carotid Bruit : Normal
Vena : Normal
Kelenjar : Normal
Tiroid : Normal
Lainnya :

DADA / THORAK
Inspeksi : Asimetris
Palpasi : ekspansi dada normal
Perkusi: sonor/redup
Auskultasi : vesikuler

JANTUNG
Inspeksi : simetris
Palpasi : baik
Auskultasi : baik
Perkusi: baik
Ritme : cepat

ABDOMEN :
Inspeksi : Normal
Auskultasi : Normal
Perkusi: Normal
Palpasi : Normal
MUSKULOSKELETAL : Kedua lutut tidak bisa digerakan
NEUROLOGI :
Status Mental/GCS : (15) E=4, M=6, V=5
Motoris : 4444 3333
4444 4444

EKSTERMITAS : terdapat edema pada kaki kiri


GENITALIA :-
RECTAL : -

13. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Penunjang Laboratorium :

14. PERENCANAAN PULANG :


Rencana tindak lanjut : Belum ada rencana
ANALISA DATA
Problem Etiologi Symptom
Nyeri akut Agen cedera biologis DS: “nyeri hilang timbul
dipipi kiri”
DO: P=Adanya benjolan
pada pipi sebelah kiri
Q= seperti ditusuk
R= pipi bagian kiri
S= 3 NRS
T= Hilang muncul
TD = 130/90x menit
HR = 90x/menit
RR = 24x/menit
T = 36,5ºC

Resiko infeksi Terdapat tindakan insisi DS =


DO = terdapat luka dari
tindakan insisi di pipi kiri
pasien
Ketidakseimbangan nutrisi Penurunan berat badan DS= “ tidak ada nafsu
tubuh kurang dari kebutuhan makan karena memakai
tubuh selang NGT
DO=
-pasien nampak lemas
-pasien menggunakan NGT
-terdapat sianosis di mulut
pasien

INTERVNSI
Diagnosa NOC NIC
Nyeri Akut -pain level 1. lakukan pengkajian nyeri
-pain control secara komperensif
-comfort level 2. memberikan manajemen
Setelah dilakukan nyeri
tindakan keperawatan 3. kontrol skala nyeri
diharapkan: 4. kolaborasi pemberian
-melapor nyeri berkurang analgesik untuk
Mampu mengontrol nyeri mengurangi nyeri
-TTV dalam batas normal
Resiko nyeri - Immune status 1. Monitor tanda dan
- Infection control gejala infeksi
- Risk control 2. Instruksikan pasien
Setelah dilakukan untuk mencuci tangan
tindakan keperawatan 3. Intake nutrisi yang
diharapkan: adekuat
- Pasien bebas dari tanda 4. Ajarkan pasien tentang
dan gejala infeksi tanda-tanda infeksi dan
- Menunjukkan melaporkan pada
kemampuan untuk petugas kesehatan
mencegah timbulnya Kolaborasi pengecekan lab
infeksi untuk mengobservasi nilai
leukosit dan hasil lab
lainnya
Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan 1. identifikasi adanya alergi
kurang dari kebutuhan tubuh keperawatan diharapkan yang dimiliki pasien
nutrisi pasien seimbang 2. tentukan jumlah kalori
dengan kriteria hasil: dan jenis nutrisi yang
- asupan gizi adekuat dibutuhkan untuk
-asupan makanan adekuat memenuhi persyaratan gizi
-asupan cairan adekua 3. beri obat-obatan sebelum
makan
4. ciptakan lingkungan
yang optimal

CATATAN PERKEMBANGAN
NO DX Hari/Tanggal Evaluasi
1. Sabtu 7 agustus 2021 S: sakit dipipi kiri
O: Terdapat benjolan dibagian
pipi kiri
Skala nyeri 3, nyeri hilang timbul
TD= 128/80mmhg
HR= 80x/menit
RR= 22x/menit
A: Nyeri Akut
P:
-melakukan pengkajian nyeri
-kolaborasi pemberian analgesik
-Monitor TTV
-ajarkan teknik relaksasi
E:
- Nyeri sudah mulai berkurang
R: - Pengkajian nyeri secara
komprehensif
- Observasi isyarat non-verbal
- Monitor TTV
- Ajarkan teknik non
farmakologi: relaksasi
Kolaborasi pemberian analgetik
dan anti-inflamasi
2. Sabtu 7 agustus 2021 S: masih keluar sedikit nanah di
pipi kiri
O: - terdapat luka yang
mengeluarkan cairan
- Terdapat luka yang mulai
menghitam serta dikelilingi
dengan kemerahan
A: Risiko infeksi
P: - monitor tanda dan gejala
infeksi
- Intruksikan pasien untuk cuci
tangan
- Intake nutrisi yang adekuat
- Ajarkan pasien tanda-tanda
infeksi dan melapor ke
petugas kesehatan
- Kolaborasi pengecekkan lab
I: - memonitor tanda dan gejala
infeksi
- Mengintruksikan pasien untuk
mencuci tangan
- Intake nutrisi yang adekuat
- Mengajarkan pasien tanda-
tanda infeksi dan melaporkan
ke petugas kesehatan
- Kolaborasi untuk
mengecekkan lab
E: - Terdapat luka yang
mengeluarkan cairan
- Terdapat luka yang mulai
menghitam serta dikelilingi
dengan kemerahan
- Pasien memahami bagaimana
tanda-tanda infeksi dan akan
segera melapor ke petugas
jika terjadi
- Pasien rajin mencuci tangan
R: - Monitor tanda dan gejala
infeksi
- Intruksikan pasien untuk cuci
tangan
- Intake nutrisi yang adekuat
Kolaborasi pengecekkan lab
3. Sabtu 7 agustus 2021 S= pasien tidak enak makan
karena memasang alat NGT
O=
-pasien tampak lemah
-penurunan badan pasien
meningkat
A= Ketidakseimbangan Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
P=
- berikan asupan makanan dengan
cair (susu)
Monitor asupan makanan
Monitor intake dan asupan cairan
secara tepat
I = Monitor asupan makanan
pasien
-menciptakan lingkungan yang
optimal
-
E= - pasien masih mengalami
penurunan nutrisi karena hanya
minum susu melalui NGT

CATATAN PERKEMBANGAN
NO DX Hari/Tanggal Evaluasi
1. Senin 9 Agustus 2021 S= “ pasien masih merasa nyeri
didada kiri
O= Terdapat benjolan dibagian
dada kiri
Skala nyeri 3, nyeri hilang timbul
TD= 130/88mmhg
HR= 88x/menit
RR= 22x/menit
A= Nyeri Akut
P=
-melakukan pengkajian nyeri
-kolaborasi pemberian analgesik
-Monitor TTV
-ajarkan teknik relaksasi
I=
-melakukan manajemen nyeri
-Pantau skala nyeri
E=
- Nyeri sudah mulai berkurang
R: -Pengkajian nyeri secara
komprehensif
- Observasi isyarat non-verbal
- Monitor TTV
- Ajarkan teknik non
farmakologi: relaksasi

2. Senin 9 Agustus 2021 S: masih keluar sedikit nanah di


pipi kiri
O: - terdapat luka yang
mengeluarkan cairan
- Terdapat luka yang mulai
menghitam
A: Risiko infeksi
P: - monitor tanda dan gejala
infeksi
- Intruksikan pasien untuk cuci
tangan
- Intake nutrisi yang adekuat
- Ajarkan pasien tanda-tanda
infeksi dan melapor ke petugas
kesehatan
- Kolaborasi pengecekkan lab
I: - memonitor tanda dan gejala
infeksi
- Mengintruksikan pasien untuk
mencuci tangan
- Intake nutrisi yang adekuat
- Mengajarkan pasien tanda-tanda
infeksi dan melaporkan ke
petugas kesehatan
- Kolaborasi untuk mengecekkan
lab
E: - Terdapat luka yang
mengeluarkan cairan
- Terdapat luka yang mulai
menghitam serta dikelilingi
dengan kemerahan
- Pasien memahami bagaimana
tanda-tanda infeksi dan akan
segera melapor ke petugas jika
terjadi
- Pasien rajin mencuci tangan
R: - Monitor tanda dan gejala
infeksi
- Intruksikan pasien untuk cuci
tangan
- Intake nutrisi yang adekuat
Kolaborasi pengecekkan lab
3. Senin 9 Agustus 2021 S: pasien masih tampak lemas dan
masih diberikan susu
O:
-pasien tampak lemah
-penurunan badan pasien meningkat
A: Ketidakseimbangan Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
P:
- berikan asupan makanan dengan
cair (susu)
Monitor asupan makanan
Monitor intake dan asupan cairan
secara tepat
I : Monitor asupan makanan pasien
-menciptakan lingkungan yang
optimal
-
E: - pasien masih mengalami
penurunan nutrisi karena hanya
minum susu melalui NGT

CATATAN PERKEMBANGAN
NO DX Hari/Tanggal Evaluasi
1 Selasa 10 Agustus 2021 S: pasien merasa nyeri sudah
sedikit berkuang
O: Terdapat benjolan dibagian pipi
kiri
Skala nyeri 3, nyeri hilang timbul
TD= 120/77mmhg
HR= 80x/menit
RR= 20x/menit
A: Nyeri Akut
P:
-melakukan pengkajian nyeri
-kolaborasi pemberian analgesik
-Monitor TTV
-ajarkan teknik relaksasi
I:
- masih melakukan manajemen
nyeri
-Pantau skala nyeri
-berikan kompres hangat
E:
- setelah melakukan intervensi
masih masih merasakan nyeri pada
bagian pipi kiri
2. Selasa 10 Agustus 2021 S: masih keluar sedikit nanah di
pipi kiri
O: - terdapat luka yang
mengeluarkan cairan
- Terdapat luka yang mulai
menghitam
A: Risiko infeksi
P: - monitor tanda dan gejala
infeksi
- Intruksikan pasien untuk cuci
tangan
- Intake nutrisi yang adekuat
- Ajarkan pasien tanda-tanda
infeksi dan melapor ke petugas
kesehatan
- Kolaborasi pengecekkan lab
I: - memonitor tanda dan gejala
infeksi
- Mengintruksikan pasien untuk
mencuci tangan
- Intake nutrisi yang adekuat
- Mengajarkan pasien dan
keluarga tanda-tanda infeksi dan
melaporkan ke petugas
kesehatan
- Kolaborasi untuk mengecekkan
lab
E: - Terdapat luka yang
mengeluarkan cairan
- Terdapat luka yang mulai
mengering
- Pasien/keluarga memahami
bagaimana tanda-tanda infeksi
dan akan segera melapor ke
petugas jika terjadi
R: - Monitor tanda dan gejala
infeksi
- Intruksikan pasien untuk cuci
tangan
- Intake nutrisi yang adekuat
Kolaborasi pengecekkan lab
3. Selasa 10 Agustus 2021 S: pasien masih tampak lemas dan
masih diberikan susu
O:
-pasien tampak lemah
-penurunan badan pasien meningkat
A= Ketidakseimbangan Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
P=
- berikan asupan makanan dengan
cair (susu)
Monitor asupan makanan
Monitor intake dan asupan cairan
secara tepat
I = Monitor asupan makanan pasien
-menciptakan lingkungan yang
optimal
E= - pasien masih mengalami
penurunan nutrisi karena hanya
minum susu melalui NGT

Anda mungkin juga menyukai