Anda di halaman 1dari 5

GAMBARAN PUBLIC STIGMA TERHADAP ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA

PADA SISWA MADRASAH ALIYAH


NEGERI KABANJAHE
M Ridho Ramadanta Sitepu, Aiyub
1
Nursing Science Program, Faculty of Nursing, Syiah Kuala University Banda Aceh
2
Department of Adult Nursing, Faculty of Nursing, Syiah Kuala University Banda Aceh
Email: Ridho27ramadanta@gmail.com
ABSTRAK
Masayarakat masih mengganggap bahwa gangguan jiwa merupakan aib pagi penderitanya
maupun keluarganya sehingga dapat mempengaruhi stigma remaja terhadap orang dengan
gangguan jiwa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran public
stigma terhadap orang dengan gangguan jiwa pada siswa. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Populasi pada
penelitian ini adalah 42 siswa kelas dua belas Madrasah Aliyah Negeri di Kabanjahe. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Snowball Sampling, yaitu
pengumpulan data yang diperoleh melalui proses bergulir dari satu responden ke responden
yang lain. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan self report menggunakan kuesioner
yang dikembangkan oleh Cornwall Healthy School. Hasil analisa univariat menggunakan
mean dan frekuensi didapatkan hasil public stigma terhadap orang dengan gangguan jiwa
pada siswa mayoritas berada pada kategori tinggi sebanyak 24 orang (57,14%).
Direkomendasikan kepada Perawat Puskesmas Bidang Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
(PKPR) dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) agar dapat memberikan intervensi berupa
konseling kelompok dalam bentuk Forum Grup Diskusi (FGD) dengan kesamaan tema,
tingkat permasalahan, tujuan dan usia/ kematangan yang berfokus meningkatkan pengetahuan
mengenai masalah kesehatan jiwa/ gangguan jiwa agar dapat menurunkan stigma remaja
terhadap orang dengan gangguan jiwa.

Keywords : Public Stigma, Orang dengan gangguan jiwa


PENDAHULUAN terdapat sekitar 35 orang terkena depresi,
60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang
Kesehatan merupakan sebuah terkena skizofrenia serta 47,5 juta orang
keadaan yang tidak hanya terbebas dari terkena dimensia . Oleh karena itu masalah
penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh gangguan kesehatan jiwa yang ada
aspek kehidupan fisik, emosi, sosial dan diseluruh dunia sudah menjadi masalah
spiritual (WHO, 2013). Dimensi kesehatan yang sangat serius (Yosep, 2013).
tidak boleh dipandang secara fisik saja,
namun kesehatan jiwa juga penting Hasil Riset Kesehatan Dasar
diperhatikan. Kesehatan jiwa adalah (Riskesdas) tahun 2018, menunjukan
keadaan sejahtera yang dikaitkan dengan bahwa prevalensi orang dengan gangguan
kebahagiaan, kegembiraan, kepuasan, jiwa adalah 7% permil penduduk
pencapaian, optimisme dan harapan (Stuart indonesia. Di provinsi Aceh gangguan jiwa
2016). Menurut Undang-Undang Nomor mencapai 11% permil dari populasi yang
18 Tahun 2014, kesehatan jiwa diartikan ada. Gangguan jiwa merupakan sindrom
sebagai kondisi dimana seorang individu atau pola perilaku yang secara klinis
dapat berkembang secara fisik, mental, berhubungan dengan distres yang
spiritual, dan sosial sehingga individu menimbulkan gangguan pada sistem
tersebut menyadari kemampuan sendiri, kehidupan manusia (Keliat, 2011). ODGJ
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja sering terlihat kurang memelihara diri dan
secara produktif, dan mampu memberikan berprilaku aneh, seperti: bicara sendiri,
kontribusi untuk komunitasnya. keluyuran tanpa tujuan, susah diajak
Seseorang dikatakan memiliki jiwa bicara, melakukan perilaku kekerasan
yang sehat apabila mempunyai sikap yang bahkan ada yang telanjang di jalanan. Hal
positif terhadap diri sendiri, tumbuh, ini menyebabkan munculnya persepsi
berkembang, memiliki aktualisasi diri, negatif dari masyarakat sehingga
keutuhan, kebebasan diri, memiliki masyarakat memberi suatu label negatif
persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan kepada mereka sebagai orang gila, edan,
dalam beradaptasi dengan lingkunganya sedeng, miring dan tidak selayaknya
(Yosep, 2013). Ketika seseorang berada di lingkungan masyarakat. Label ini
mempunyai masalah fisik, mental, sosial, kemudian menimbulkan stigmatisasi
pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau masyarakat kepada mereka. Stigma ini
kualitas hidup sehingga memiliki resiko sering muncul di kalangan masyarakat
mengalami gangguan jiwa, inilah yang yang memiliki pengetahuan yang kurang
biasanya disebut orang dengan masalah tentang gangguan jiwa dan bagaimana
kejiwaan (ODMK) dan orang yang merawat mereka (Smith & Casswell,
mengalami dalam pikiran, prilaku, dan 2010).
perasaan yang termanifestasi dalam bentuk
sekumpulan gejala dan/atau perubahan Stigma merupakan bentuk
perilaku yang bermakna, serta dapat penyimpangan penilaian dan perilaku
menimbulkan penderitaan dan negatif karena pasien gangguan jiwa tidak
penghambatan dalam menjalankan fungsi memiliki keterampilan atau kemampuan
orang sebagai manusia disebut orang berinteraksi dan dianggap bisa
dengan gangguan jiwa (ODGJ) (UU No menimbulkan bahaya terhadap orang di
18 Pasal 1 Tentang Kesehatan Jiwa, 2014). sekitarnya (Michaels et al,2012). Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia stigma
Penderita gangguan jiwa merupakan ciri negatif yang menempel
mengalami peningkatan yang sangat pada diri seseorang karena pengaruh
signifikan setiap tahunnya diberbagai lingkungannya (Noorkasani, 2007).
belahan dunia. Berdasarkan data dari
World Health Organization (WHO 2016)
Hingga saat ini stigma telah perilaku masyarakat yang cendrung
menghalangi ODGJ untuk memperoleh hak diskriminatif( Noorkasani, 2007). Stigma
mereka. Mereka sering dimarginalisasi juga berdampak bagi keluarga ODGJ,
distigmatisasi dan terdiskriminasi baik dimana mereka sering dikucilkan dari
dalam masyarakat dan dalam memperoleh lingkungan masyarakat sehingga
pelayanan kesehatan . Stigma sering melakukan tindakan isolasi terhadap
berdampak negatife bagi ODGJ. penderita dengan melakukan pemasungan.
Marginasilasi, stigmatisasi dan Tujuan utama dalam penelitia ini adalah
diskriminasi sering membuat penderita Mengetahui gambaran public stigma siswa
yang sudah dinyatakan sembuh dan MAN KARO Kabanjahe terhadap
dikembalikan ke keluarga dan masyarakat penderita gangguan jiwa
kambuh kembali akibat distres terhadap

METODE PENELITIAN dengan nilai 2; 3) ragu-ragu dengan nilai


3; 4) setuju dengan nilai 4; dan 5) sangat
Jenis penelitian yang digunakan setuju dengan nilai 5. Sementara penilaian
dalam penelitian ini adalah deskriptif untuk pernyataan negatif adalah: 1) sangat
dengan pendekatan cross sectional studi tidak setuju dengan nilai 5; 2) tidak setuju
untuk mengetahui gambaran public stigma dengan nilai 4; 3) ragu-ragu dengan nilai
siswa terhadap penderita gangguan jiwa 3; 4) setuju dengan nilai 2; dan 5) sangat
pada MAN Karo Kabanjahe. Desain cross setuju dengan nilai 1.
sectional digunakan untuk mengukur atau
megobservasi karakter variabel pada waktu
yang sama (Notoatmodjo, 2010, p.38).
Penelitian ini menggunakan kuesioner
dengan hasil uji validitas 0,3610 dan
reabilitas 0,608 yan berarti kuesioner ini RESULT
dapat di gunakan.Kuesiner ini terdiri dari
Bagian A yang mengkaji data demografi Tabel 5.1
siswa seperti umur,tempat tinggal, Distribusi Usia, kelas Dan
pekerjaan orang tua dan penghasilan orang Pekerjaan Orang tua Responden
tua. Bagian B merupakan pernyataan untuk Di MAN Karo Kabanjahe tahun
mengukur persepsi siswa. merupakan 2020 (n = 42)
kuisioner untuk mengukur stigma siswa N Demografi Frequensi Persentase
terhadap penderita gangguan jiwa. o
Kuisioner yang digunakan adalah
kuisioner yang dikembangkan oleh 1 16
Cornwall Healthy School dengan dengan 17
23 pernyataan, dengan 8 pernyataan positif 18 42 100%
(1,3,4,9,14,16,17,21) dan 15 peryataan
Total 42 100%
negative
( 2,5,6,7,8,10,11,12,13,15,18,19,20,22,23). 2 Kelas Frequensi Persentase
Penilai kuisioner menggunakan 5 point
X
skala likert, yaitu: 1) sangat tidak setuju 2)
tidak setuju 3) ragu-ragu; 4) setuju; dan 5) XI
sangat setuju. Penilaian kuisioner untuk XII 42 100%
pernyataan positif, yaitu: 1) sangat tidak Total 42 100%
setuju dengan nilai 1; 2) tidak setuju
3 Pekerjaan Orang Frequensi Persentae pada siswa MAN Karo Kabanjahe,
Tua sebagian besar berada pada kategori tinggi
24(57,14%).
PNS 10 23,8%
pegawai 3 7,1% PEMBAHASAN
petani 16 38%
lainnya 13 30,9% Stigma adalah suatu usaha untuk
label tertentu sebagai sekelompok orang
Sumber: Data Primer (Diolah, yang kurang patut dihormati daripada yang
2020). lain (Sane Research, 2009). Menurut
Berdasarkan tabel 5.1 dapat di Dadang Hawari (2001) dalam kaitannya
simpulkan bahwa usia responden 16 pada penderita skizofrenia. Penyakit
sampai 18 tahun dengan mayoritas ada mental masih menghasilkan
pada usia 18 tahun 42(100%), dengan kesalahpahaman, prasangka, kebingungan,
mayoritas kelas responden ada pada kelas dan ketakutan. Masayarakat masih
XII 42(100%), dan status pekerjaan orang mengganggap bahwa gangguan jiwa
tua responden dengan frekuensi dan merupakan aib pagi penderitanya maupun
persentase tertinggi yaitu ada pada petani keluarganya. Selain dari itu, gangguan jiwa
yaitu yaitu 16(38%). juga dianggap penyakit yang disebabkan
2. Analisa univariat oleh hal-hal supranatural oleh sebagian
Hasil pengolahan data gambaran masyarkat.
public stigma terhadap orang dengan Stigma masyarakat (public
gangguan jiwa pda siswa MAN Karo stigma) memiliki tiga komponen utama
Kabanjahe menggunakan kuesioner. Hasil yaitu meliputi stereotype, prejudice, dan
pengolahan data menunjukkan bahwa discrimination (Corrigan, Larson, &
responden memiliki public stigma yang Rüsch, 2009). Komponen stereotype
rendah terhadap orang dengan gangguan adalah keyakinan tentang kelompok sosial
jiwa.Berikutnya data yang lebih lengkap yang dibuat berdasarkan karakterisasi
telah disajikan pada tabel dibawah ini: kelompok secara keseluruhan dengan
menolak perbedaan individu atau
Tabel 5.2 karakteristik unik dari orang-orang di
Gambaran Public Stigma Terhadap dalam kelompok (Hinshaw, 2007).
Orang Dengan Gangguan Jiwa Pada Stereotip pada stigma masyarakat meliputi
Siswa MAN Karo Kabanjahe (n=42) kepercayaan negatif tentang kelompok
masyarakat tertentu meliputi
ketidakmampuan, kelemahan, dan
N Gambaran Frequensi Persentase membahayakan. Sebutan orang gila
O Public digambarkan sebagai orang yang tidak
stigma normal, tidak bertanggung jawab,
dikucilkan dari masyarakat dan sulit untuk
1 Tinggi 24 57,14 disembuhkan. Stereotip didasarkan pada
pengetahuan yang tersedia bagi anggota
2 Rendah 18 42,86 kelompok dan menyediakan cara untuk
mengkategorikan informasi tentang
Total 42 100 kelompok lain dalam masyarakat.
Stereotip tentang penyakit jiwa meliputi
menyalahkan (blame), bahaya
Berdasarkan tabel di atas dapat (dangerousness), dan tidak kompeten
dilihat bahwa gambaran Public stigma (incompetence) (Corrigan et al., 2009).
terhadap orang dengan gangguann jiwa
Stigma merupakan sikap keluarga lingkungan hidup mereka. Hal ini dapat
dan masyarakat yang menganggap bahwa diartikan bahwa semakin stigma yang di
bila salah seorang anggota keluarga tunjukkan terhadap orang dengan
menderita Skizofrenia, hal ini merupakan gangguan jiwa maka semakin buruk pula
aib bagi keluarga. Selama bertahun-tahun, mereka memandang dan menanggapi
banyak bentuk diskriminasi secara orang dengan gangguan jiwa yang ada di
bertahap turun temurun dalam masyarakat lingkungan hidup para siswa MAN Karo
kita. Dalam hal ini peneliti akan Kabanjahe. Selain itu dari hasil analisis
membahas hasil penelitian terkait data penelitian, diketahui bahwa tingkat
gambaran public stigma terhadap orang gambaran public stigma terhadap orang
dengan gangguan jiwa pada siswa MAN dengan gangguan jiwa pada siswa
Karo Kabanjahe yang di kategorikan tergolong dalam kategori tinggi yaitu
menjadi 2 yaitu tinggi dan rendah. 57,14%.
Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa Direkomendasikan kepada
gambaran Public stigma terhadap orang Perawat Puskesmas Bidang Pelayanan
dengan gangguan jiwa pasa siswa MAN Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) dan
Karo Kabanjahe, sebagian besar berada Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) agar
pada kategori tinggi 24(57,14%). dapat memberikan intervensi berupa
konseling kelompok dalam bentuk Forum
KESIMPULAN Grup Diskusi (FGD) dengan kesamaan
tema, tingkat permasalahan, tujuan dan
Berdasarkan hasil analisis data
usia/ kematangan yang berfokus
penelitian yang telah diuraikan, dapat
meningkatkan pengetahuan mengenai
ditarik kesimpulan bahwa siswa Man
masalah kesehatan jiwa/ gangguan jiwa
Karo Kabanjahe memiliki public stigma
agar dapat menurunkan stigma remaja
yang tinggi terhadap orang dengan
terhadap orang dengan gangguan jiwa.
gangguan jiwa yang terdapat di

Anda mungkin juga menyukai