Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul, “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Citra Tubuh” sebagai bentuk tugas dari
mata kuliah Keperawatan Kesehata Jiwa I dapat kami selesaikan.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
sehingga diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pemyempurnaan kedepannya.
Terimakasih kepada Dosen Pembimbing dan teman-teman sekalian yang secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan
makalah ini sehingga penulis dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Semoga dapat
memberikan manfaat untuk memperluas wawasan kita tentang asuhan keperawatan pada
pasien gangguan citra tubuh, Amin.

Pekanbaru, 17 Februari 2020

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


BAB II PEMBAHASAN
A.     Pengertian gangguan citra tubuh......................................................................................... 3
B.     Etiologi ganggun citra tubuh............................................................................................... 5
C.     Tanda dan gejala gangguan citra tubuh .............................................................................. 6
D.     Rentang respon................................................................................................................... 7
E.      Respon adaptif dan maladaptif........................................................................................... 8
F.      Faktor predisposisi dan presiposisi..................................................................................... 10
G.     Negatif dan positif gangguan citra tubuh............................................................................ 11
H.     Mekanisme koping gangguan citra tubuh........................................................................... 12

BAB III ASKEP


A.       Asuhan keperawatan pada pasien gangguan citra tubuh.................................................... 14

BAB IV KESIMPULAN
A.     Kesimpulan ........................................................................................................................ 18
B.     Saran ................................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Keindahan ataupun penampilan ragawi yang menarik, merupakan salah satu aspek
penting dalam membuat kesan pertama dan juga bisa membuat orang lain tertarik pada diri
kita. Sekalipun penilaian seperti ini tentulah sangat dangkal dan terkesan tidak melihat 'isi'
ataupun hal-hal lain di luar penampilan, tetapi tidak bisa disangkal bahwa orang memang
cenderung melihat penampilan fisik ataupun tampilan 'luar' saja.
Menurut pendapat kelompok, kita akan lebih merasa senang jika melihat orang yang
memiliki penampilan 'enak dipandang' dan bersih daripada orang yang 'dekil', kotor atau
tidak terawat. Salah satu aspek penampilan fisik yang penting dan merupakan hal yang
paling 'terlihat' adalah tubuh. Tubuh yang langsing, ramping, kencang bagi wanita ataupun
tubuh pria yang berotot, tinggi besar, 'keras' bagi pria merupakan idaman semua orang. Jika
dibandingkan dengan tubuh yang 'kerempeng', kurus kering ataupun tubuh gemuk yang
buruk, 'malas' dan terlihat tidak lincah, orang lebih ingin memiliki tubuh ideal yang langsing
dan kencang, yang menandakan kesehatan dan juga membuat seseorang lebih terlihat
percaya diri dan menarik.
Penampilan fisik juga merupakan salah satu aspek yang penting untuk menarik perhatian
lawan jenis. Dari segi fisiologis, penelitian pada perilaku hewan yang dilakukan oleh ahli
zoologi mengemukakan bahwa binatang jantan maupun betina mengalami perubahan
fisiologis yang terjadi tanpa disadari ketika mereka berusaha menarik perhatian satu sama
lain. Perilaku yang sama juga terjadi pada manusia, karena terjadi secara tidak disadari dan
tidak bisa dijelaskan, perilaku-perilaku ini kemungkinan besar merupakan bawaan.

B.     Rumusan Masalah


1.        Pengertian gangguan citra tubuh
2.        Etiologi gangguan citra tubuh
3.        Tanda dan gejala gangguan citra tubuh
4.        Rentang respon
5.        Respon adaptif dan mal adaptif
6.        Faktor predisposisi dan presiposisi
7.        Negatif dan positif gangguan citra tubuh
8.        Mekanisme koping
C. Tujuan
1.    Mahasiswa/i mampu mengetahui dan memahami tentang konsep citra tubuh
2.    Mahasiswa/i mampu mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan tentang citra
tubuh
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
Menurut Honigman dan Castle, body image adalah gambaran mental seseorang
terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsikan dan
memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk
tubuhnya, dan bagaimana kira-kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa
yang dia pikirkan dan rasakan, belum tentu benar-benar merepresentasikan keadaan yang
aktual, namun lebih merupakan hasil penilaian diri yang subyektif (Dewi, 2009).
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal maupun
eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh. Citra tubuh
dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik oleh persepsi
dan pandangan orang lain. Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan
perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan
penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan
aspek lainnya dari konsep diri. (Perry & Potter, 2005)
Body image adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran
tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dia
pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas bagaimana ‘kira-kira
penilaian orang lain terhadap dirinya. (Melliana, 2006)
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak
sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan perasaan tentang
ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2004).
Sejak lahir individu mengeksplorasikan bagian tubuhnya, menerima reaksi tubuhnya dan
menerima stimulus orang lain. Pandangan realistis terhadap diri, menerima dan menyukai
bagian tubuh akan memberi rasa aman, terhindar dari rasa cemas dan menigkatkan harga diri.
Persepsi dan pengalaman individu terhadap tubuhnya dapat mengubah citra tubuh secara
dinamis. Persepsi orang lain dilingkungan pasien terhadap tubuh pasien turut mempengaruhi
penerimaan pasien pada dirinya (Keliat, 1998).
Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut
bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang
disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya. Beberapa hal terkait citra tubuh
antara lain:
1.  Fokus individu terhadap bentuk fisiknya.
2.   Cara individu memandang dirinya berdampak penting terhadap aspek psikologis individu
tersebut.
3.    Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan respon orang lain  terhadap
dirinya, dan sebagian lagi oleh eksplorasi individu terhadap dirinya.
4.    Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai bagian tubuh akan memberi
rasa aman serta mencegah kecemasan dan meningkatkan harga diri.
5.    Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap citra tubuhnya dapat mencapai
kesuksesan dalam hidup (Mubarak, Wahit & Chayatin, 2008).

Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering
kontak dengan tubuh. Pada klien yang dirawat di Rumah Sakit Umum, perubahan citra tubuh
sangat mungkin terjadi. Stressor pada tiap perubahan adalah :

1.        Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit

2.        Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah pemasangan
infus

3.        Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasanagn
alat di dalam tubuh

4.        Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh

5.        Keterbatasan : gerak, makan, kegiatan

6.        Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat
pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll.
B. Rentang Respon

Renta
ng respon terjadinya citra tubuh

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang kosnep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.

3. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa
lebih rendah dari orang lain.

4. Identitas kacau adalah kegagalan individu mengintegrasikan aspek- aspek identitas


pada masa kanak- kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian apada
masa dewasa harmonis.

5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya denganorang lain.

C. Etiologi

1. Faktor PredisposisiFaktor yang mempengaruhi harga diri meliputi perilaku yang


objektif dan teramati serta bersifatsubjektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku
berhubungan dengan harga  diri yang rendah, keracuan identitas, dan deporsonalisasi.
a) Faktor yang mempengaruhi peran adalah streotipik peran seks, tuntutan peran
kerja,  dan harapan peran kultural.

b) Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan


orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan perubahan dalam struktur sosial.

1. Faktor Presipitasi

a) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan


kejadian mengancam kehidupan
b) Ketegangan peran hubugnan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalaminya sebagai frustasi. ada tiga jenis transisi peran :

1. Transisi peran perkembangan

2. Transisi peran situasi

3. Transisi peran sehat /sakit

D. Pohon Masalah
E. Tanda dan Gejala
Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala, seperti:

1. Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat
terjadi pada saat pertamatindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap
ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat
klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan
proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
2. Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak
mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif,
tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.

3. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap


Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul.
Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.

Tanda dan gejala gangguan citra tubuh, (Harnawatiaj, 2008) yaitu:


1. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2.Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3.Menolak penjelasan perubahan tubuh
4.Persepsi negatif pada tubuh
5.Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang
6.Mengungkapkan keputusasaan
7.Mengungkapkan ketakutan

F. Faktor gangguan citra tubuh

Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.


Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek
penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep
diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial jugamempengaruhi citra tubuh. Pandangan
pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dan pandangan orang
lain.
Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologinya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya, menerima dan mengukur bagian
tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa cemas dan
meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif perubahan
perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan
yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain dari konsep diri (Potter &
Perry, 2005)
a.    Faktor predisposisi
     Faktor predisposisi gangguan citra tubuh :

1. Kehilangan /kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)


2. Perubahan ukuran,bentuk dan penampilan tubuh (akibat pertumbuhan dan
perkembangan atau penyakit)

3. Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh

4. Prosedur pengobatan seperti radiasi,kemoterapi,transplantasi.

b.   Faktor Prespitasi


Perubahan perilaku
     Perubahan perilaku pada gangguan citra tubuh :

1. Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu


2. Menolak bercermin

3. Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh

4. Menolak usaha rehabilitasi

5. Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat

6. Menyangkal cacat tubuh

G.      Negatif  Dan Positif Citra Tubuh


Citra tubuh yang negatif merupakan suatu persepsi yang salah mengenai bentuk individu,
perasaan yang bertentangan dengan kondisi tubuh individu sebenarnya. Individu merasa
bahwa hanya orang lain yang menarik dan bentuk tubuh dan ukuran tubuh individu adalah
sebuah tanda kegagalan pribadi. Individu merasakan malu, self-conscious, dan khawatir
akan  badannya. Individu merasakan canggung dan gelisah terhadap badannya (Dewi, 2009).
Citra Tubuh yang positif merupakan suatu persepsi yang benar tentang bentuk individu,
individu melihat tubuhnya sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Individu menghargai
badan/tubuhnya yang alami dan individu memahami bahwa penampilan fisik seseorang
hanya berperan kecil dalam menunjukkan karakter mereka dan nilai dari seseorang. Individu
merasakan bangga dan menerimanya bentuk badannya yang unik dan tidak membuang waktu
untuk mengkhawatirkan makanan, berat badan, dan kalori. Individu merasakan yakin dan
nyaman dengan kondisi badannya (Dewi, 2009).

H.      Mekanisme koping


Dalam kehidupan sehari-harinya, individu menghadapi pemgalaman yang
mengganggu ekuibrium kognitif dan afektifnya. Individu dapat mengalami perubahan
hubungan dengan orang lain dalam harapannya terhadap diri sendiri dengan cara negative.
Munculnya ketegangan dalam kehidupan mengakibatkan perilaku pemecah masalah
(mekanisme koping) yang bertujuan untuk meredakan ketegangan tersebut.
            Klien gangguan konsep diri menggunakan mekanisme kopingyang dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang.

a.        Koping jangka pendek


Karakteristik koping jangka pendek :

1. Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara krisis. Misalnya


menonton televise, kerja keras, olahraga berat.
2. Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut
kegiatan social politik, agama
3. Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep diri,
misanya aktivitas yang berkompetensi yaitu pencapaian akademik atau olahraga.
4. Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi
kurang berarti dalam kehidupan, misanya penyalahgunaan zat.

b.      Koping jangka panjang


Koping jangka panjang dikategorikan dalam penutupan identitas dan identitas negative.
1. Penutupan identitas
Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang penting bagi individu
tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi individu.
2. Identitas negative
Asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai-nilai dan harapan
masyarakat
3. Mekanisme pertahanan ego
   Mekanisme pertahanan ego yang sering dipakai adalah :

a.              Fantasi, kemampuan menggunakan tanggapan-tanggapan yang sudah ada (dimiliki)


untuk menciptakan tanggapan baru

b.             Disposiasi, respons yang tidak sesuai dengan stimulus

c.    Isolasi, menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar

d.     Prijeksi, kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri dilontarkan pada orang lain

e.   Displacement, mengeluarkan perasaan-perasaan yang tertekan pada orang lain yang


kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN CITRA TUBUH

1.Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian 
stressor , suberkoping yang dimiliki paien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat pasien
dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi:

1. Identitas pasien.
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS,
informan, tanggal pengkajian , No Rumah pasien dan alamat pasien. 
2. Keluhan utama/ Alasan MRS
Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orag lain), komunikasi kurang
atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari - hari, dependen

3. Faktor predisposisi.
Meliputi  Kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak
realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus  dioperasi , kecelakaan,
dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi
( korban perkosaan , dituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang
tidak menghargai pasien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung
lama.

4. Aspek Fisik / Biologis


Meliputi hasil pengukuran tanda vital  (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh pasien.

5. Aspek Psikososial meliputi :


1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi.

2. Konsep diri:

1. Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatip tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan
keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.

2. Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan
tidak mampu mengambil keputusan.

3. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua, putus sekolah, PHK

4. Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.

5. Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri,
dan kurang percaya diri. Pasien mempunyai gangguan / hambatan
dalam melakukan hubunga social dengan orang lain terdekat dalam
kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.

6. Status Mental
Kontak mata pasien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , pasien suka menyendiri dan
kurang mampu berhubungan dengan perawat.

7. Mekanisme Koping
Pasien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan
nya pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik
diri).

8. Aspek Medik
Terapi yang diterima pasien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okupasional, TAK , dan rehabilitas.

2.Diagnosa Keperawatan

Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa potensial, dan akan
dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk memonitor kemungkinan diagnosa
aktual.  
Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra tubuh yang
berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang berhubungan dengan
perubahan penampilan (Keliat, 1998).  Adapun Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya:

1. Gangguan konsep diri : Gangguan Citra Tubuh


2. Isolasi sosial : menarik diri

3. Defisit Perawatan Diri

Berikut ini merupakan data objektif dan data subjektif yang sering ditemukan pada gangguan
citra tubuh :
Data Objektif :

1. Mengurung diri
2. Dari hasil pemeriksaan dokter, pasien mengalami goncangan emosi.

3. Hilangnya bagian tubuh.

4. Perubahan anggota tubuh baik bentuk maupun fungsi.

5. Menyembunyikan atau memamerkan bagian tubuh yang terganggu.

6. Menolak melihat bagian tubuh.

7. Aktifitas sosial menurun.

Data Subyektif :

1. Nafsu makan tidak ada.


2. Sulit tidur

3. Pasien suka mengeluh nyeri di dada.

4. Pasien mengeluh sesak nafas.

5. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi.

6. Mengatakan hal negatif tentang anggota tubuhnya yang tidak berfungsi.

7. Mengungkapkan perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan.

8. Menolak berinteraksi dengan orang lain.

9. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu.

10. Sering mengulang-ulang mengatakan kehilangan yang terjadi.

11. Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.


3.Rencana Keperawatan

Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah meningkatkan
keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra  tubuh, menerima perasaan dan pikirannya,
menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber
pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri (Keliat,
1998).
TUM :

 Kepercayaan diri pasien kembali normal.

TUK 1 :

 Pasiendapat  membina hubungan saling percaya

Kriteria Hasil:
Setelah  diberikan askep selama ... menit dalam ..x pertemuan diharapkan TU dan TUK dapat
tercapai dengan kriteria hasil :

1. Ekspresi wajah bersahabat


2. Menunjukan rasa senang

3. Ada kontak mata

4. Mau berjabat tangan, mau menyebut nama, mau menjawab salam

5. Mau duduk berdampingan dengan perawat

6. Mau mengutarakan masalah yang dihadapi.

Intervensi:

1. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi


therapeutic :
2. Sapa pasien dengan ramah dan baik secara verbal dan non verbal.

3. Perkenalkan diri dengan sopan.

4. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai pasien.

5. Jelaskan tujuan pertemuan.

6. Jujur dan menepati janji.

7. Tunjukkan sikap empati dan menerima pasien apa adanya.

8. Beri perhatian pada pasien dna perhatikan kebutuhan dasar pasien


TUK 2 :

 Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimilikinya

Kriteria Hasil:
Setelah  diberikan askep selama ... menit dalam ..x pertemuan diharapkan TU dan TUK dapat
tercapai dengan kriteria hasil : 

1. Pasien dapat menyebutkan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki pasien
2. Aspek positif keluarga.

3. Aspek positif lingkungan yang dimiliki pasien.

Intervensi:

1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien.


Rasional : Mendiskusikan tingkat kemampuan pasien seperti menilai realitas, control
diri atau integritas ego diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatannya.
2. Setiap bertemu hindarkan dari memberi nilai negatif.
Rasional : Reinforcement positif akan meningkatkan harga diri pasien.

3. Usahakan memberikan pujian yang realistik.


Rasional : Pujian yang realistik tidak menyebabkan pasien melakukan kegiatan hanya
karena ingin mendapatkan pujian.

TUK 3 :

 Pasien dapat menilai kemampuan yang masih bisa digunakan

Kriteria Hasil:
Setelah  diberikan askep selama ... menit dalam ..x pertemuan diharapkan TU dan TUK dapat
tercapai dengan kriteria hasil : 

1. Pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan di RSJ 


2. Pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dirumah pasien.

Intervensi:

1. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat dilakukan dalam sakit.
Rasional : Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah
prasarat untuk berubah.
2. Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat untuk
berubah.
Rasional : Pengertian tentang kemampuan yang masih dimiliki pasien memotivasi
untuk tetap mempertahankan penggunaannya.

TUK 4 :

 Pasien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan


yang dimiliki
Kriteria Hasil:
Setelah  diberikan askep selama ... menit dalam ..x pertemuan diharapkan TU dan TUK
dapay tercapai dengan kriteria hasil : 

1. Pasien memiliki kemampuan yang akan dilatih, 


2. Pasien mencoba sesuai jadwal harian

Intervensi:

1. Rencanakan bersama pasien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan
kemampuan: kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagaian, kegiatan yang
membutuhkan bantuan total.
Rasional : Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien.
Rasional : Pasien perlu bertindak secara realistik dalam kehidupannya.

3. Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan pasien.


Rasional : Contoh perilaku yang dilihat pasien akan memotivasi pasien untuk
melaksanakan kegiatan.

TUK 5 :

 Pasien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya

Kriteria Hasil:
Setelah  diberikan askep selama ... menit dalam ..x pertemuan diharapkan TU dan TUK dapat
tercapai dengan kriteria hasil : 

1. Pasien melakukan kegiatan yang telah dilatih, 


2. Pasien mampu melakukan beberapa kegiatan secara mandiri

Intervensi:

1. Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Rasional : Memberikan kesempatan kepada pasien mandiri dapat meningkatkan
motivasi dan harga diri pasien.
2. Beri pujian atas keberhasilan pasien
Rasional : Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri pasien.

3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.


Rasional : Memberikan kesempatan kepada pasien untuk tetap melakukan kegiatan
yang biasa dilakukan.

TUK 6 :

 Pasien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Kriteria Hasil:
Setelah  diberikan askep selama ... menit dalam ..x pertemuan diharapkan TU dan TUK dapat
tercapai dengan kriteria hasil : 

1. Keluarga memberi dukungan dan pujian,


2. keluaraga memahami jadwal kegiatan harian pasien

Intervensi:

1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat pasien dengan harga
diri rendah.
Rasional : Mendorong keluarga untuk mampu merawat pasien mandiri di rumah.
2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama pasien dirawat.
Rasional : Support system keluarga akan sangat mempengaruhi dalam mempercepat
proses penyembuhan pasien.

3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.


Rasional : Meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat pasien di rumah.

TUK 7 :

 Pasien mendapatkan manfaat obat dengan 6B

Kriteria Hasil:
Setelah  diberikan askep selama ... menit dalam ..x pertemuan diharapkan TU dan TUK dapat
tercapai dengan kriteria hasil : 

1. Manfaat minum obat


2. Kerugian tidak minum obat

3. Nama,warna dosis, efak terapi dan efek samping obat

Intervensi:

1. Diskusikan dengan Pasien tentang manfaat dan kerugisn tidak minum obat, nama,
warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat
Rasional : Pasien mengerti dan paham mengenai manfaat dan efek samping obat 
2. Pantau Pasien dalam penggunaan obat
Rasional : Agar pasien dalam minum obat dapat secara tepat dan teratur 

3. Anjurkan Pasien minta sendiri obat pada perawat agar dapat merasakan manfaatnya
Rasional : Membuat pasien menjadi mandiri dan mengerti mengenai manfaat obat 

4. Beri pujian jika Pasien menggunakan obat dengan benar


Rasional : Menambah semangat pasien 

4.Implementasi

 Pelaksanaan atau implementasi perawatan merupakan tindakan dari rencana


keperawatan yang disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana
tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri dan kolaboratif. Pada situasi
nyata sering impelmentasi jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi karena perawat
belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan tindakan
keperawatan yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan,
dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal ini sangat membahayakan pasien dan perawat
jika berakibat fatal dan juga tidak memenuhi aspek legal. Sebelum melaksanakan
tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah
rencana perawatan masih sesuai dan dibutuhkan pasien sesuai kondisi saat ini. Setelah
semua tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat
akan dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan pasien dilaksanakan.
Dokumentasikan semua tidakan yang telah dilaksanakan beserta respon pasien
(Keliat, 2006,).

5. EVALUASI

Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang dilakukan
secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi adalah hasil yang dilihat dan
perkembangan persepsi pasien pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan kepribadian
yang sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:

 S : Respon subyektif pasien terhadap keperawatan yang telah dilaksanakan 


 O : Respon objektif pasien terhadap keperawatan yang dilaksanakan

 A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masih
tetap atau masuk giliran baru.

 P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon pasien.  
BAB IV
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut
bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang
disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya.
B.  Saran
Setiap orang harus bisa menerima apapun yang ada pada dirinya, sehingga jika
ada  ketidakpuasan persepsi terhadap tubuhnya tidak membuat individu merubah dirinya
kearah yang negatif. Maka ketika individu berhasil untuk menerima dirinya sendiri dan bisa
mencapai sesuatu hal tersebut. Dan pada akhirnya pandangan manusia dalam
mendeskripsikan pandangan terhadap citra tubuhnya bukan malah memburuk tetapi berharap
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

 Honigman, Rosberta dan David J. Castle. 2007. Living With Your Looks. Victoria:
University of Western Australia Press.
 Keliat, B.A. 1994. Gangguan Konsep Diri. Jakarta : EGC.

 Larsen, P. D & Lubkin, I. M. (2009). Chronic illness: impact and intervention,


Sudbury, Jones and Bartlett Publishers.

 Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : CV Andi Offset.

 Potter, P.A, Perry, A.G.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.

 Samura, Jul Asdar Putra. 2011. Hubungan Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas
Dengan Citra Tubuh Remaja Putri Kelas 1 Di SMP Nusantara Lubuk Pakam. Volume
1 No 1.

 Stuart dan Sundeen. 1995. Buku Keperawatan (Ahli Bahasa) Achir  Yani S.Hamid,
Edisi 3. Jakarta : EGC. 

 Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai