Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya
kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul, “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Citra Tubuh” sebagai bentuk tugas dari
mata kuliah Keperawatan Kesehata Jiwa I dapat kami selesaikan.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan
sehingga diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pemyempurnaan kedepannya.
Terimakasih kepada Dosen Pembimbing dan teman-teman sekalian yang secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu dan memberikan motivasi untuk menyelesaikan
makalah ini sehingga penulis dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Semoga dapat
memberikan manfaat untuk memperluas wawasan kita tentang asuhan keperawatan pada
pasien gangguan citra tubuh, Amin.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB IV KESIMPULAN
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 18
B. Saran ................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keindahan ataupun penampilan ragawi yang menarik, merupakan salah satu aspek
penting dalam membuat kesan pertama dan juga bisa membuat orang lain tertarik pada diri
kita. Sekalipun penilaian seperti ini tentulah sangat dangkal dan terkesan tidak melihat 'isi'
ataupun hal-hal lain di luar penampilan, tetapi tidak bisa disangkal bahwa orang memang
cenderung melihat penampilan fisik ataupun tampilan 'luar' saja.
Menurut pendapat kelompok, kita akan lebih merasa senang jika melihat orang yang
memiliki penampilan 'enak dipandang' dan bersih daripada orang yang 'dekil', kotor atau
tidak terawat. Salah satu aspek penampilan fisik yang penting dan merupakan hal yang
paling 'terlihat' adalah tubuh. Tubuh yang langsing, ramping, kencang bagi wanita ataupun
tubuh pria yang berotot, tinggi besar, 'keras' bagi pria merupakan idaman semua orang. Jika
dibandingkan dengan tubuh yang 'kerempeng', kurus kering ataupun tubuh gemuk yang
buruk, 'malas' dan terlihat tidak lincah, orang lebih ingin memiliki tubuh ideal yang langsing
dan kencang, yang menandakan kesehatan dan juga membuat seseorang lebih terlihat
percaya diri dan menarik.
Penampilan fisik juga merupakan salah satu aspek yang penting untuk menarik perhatian
lawan jenis. Dari segi fisiologis, penelitian pada perilaku hewan yang dilakukan oleh ahli
zoologi mengemukakan bahwa binatang jantan maupun betina mengalami perubahan
fisiologis yang terjadi tanpa disadari ketika mereka berusaha menarik perhatian satu sama
lain. Perilaku yang sama juga terjadi pada manusia, karena terjadi secara tidak disadari dan
tidak bisa dijelaskan, perilaku-perilaku ini kemungkinan besar merupakan bawaan.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering
kontak dengan tubuh. Pada klien yang dirawat di Rumah Sakit Umum, perubahan citra tubuh
sangat mungkin terjadi. Stressor pada tiap perubahan adalah :
1. Perubahan ukuran tubuh : berat badan yang turun akibat penyakit
2. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasif, seperti operasi, suntikan, daerah pemasangan
infus
3. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai dengan pemasanagn
alat di dalam tubuh
4. Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh
6. Makna dan obyek yang sering kontak : penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat
pada tubuh klien ( infus, fraksi, respitor, suntik, pemeriksaan tanda vital, dll.
B. Rentang Respon
Renta
ng respon terjadinya citra tubuh
1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang kosnep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima
2. Konsep diri positif apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam
beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.
3. Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa
lebih rendah dari orang lain.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri
yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya denganorang lain.
C. Etiologi
1. Faktor Presipitasi
D. Pohon Masalah
E. Tanda dan Gejala
Beberapa gangguan pada gambaran diri tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala, seperti:
1. Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat
terjadi pada saat pertamatindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap
ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat
klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan
proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
2. Menarik diri
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak
mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif,
tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
3. Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh
d. Prijeksi, kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri dilontarkan pada orang lain
1.Pengkajian
Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian
stressor , suberkoping yang dimiliki paien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat pasien
dirawat dan tanggal dirawat isi pengkajian meliputi:
1. Identitas pasien.
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, tanggal MRS,
informan, tanggal pengkajian , No Rumah pasien dan alamat pasien.
2. Keluhan utama/ Alasan MRS
Keluhan biasanya berupa menyendiri (menghindar dari orag lain), komunikasi kurang
atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak
melakukan kegiatan sehari - hari, dependen
3. Faktor predisposisi.
Meliputi Kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak
realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan
struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan,
dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi
( korban perkosaan , dituduh kkn, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang
tidak menghargai pasien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung
lama.
2. Konsep diri:
1. Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatip tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan
keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
2. Identitas diri
Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan
tidak mampu mengambil keputusan.
3. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses
menua, putus sekolah, PHK
4. Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
5. Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri,
gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri,
dan kurang percaya diri. Pasien mempunyai gangguan / hambatan
dalam melakukan hubunga social dengan orang lain terdekat dalam
kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
6. Status Mental
Kontak mata pasien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata ,
kurang dapat memulai pembicaraan , pasien suka menyendiri dan
kurang mampu berhubungan dengan perawat.
7. Mekanisme Koping
Pasien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan
nya pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik
diri).
8. Aspek Medik
Terapi yang diterima pasien bisa berupa therapy farmakologi ECT,
Psikomotor, therapy okupasional, TAK , dan rehabilitas.
2.Diagnosa Keperawatan
Selama pasien dirawat, perawat melakukan tindakan untuk diagnosa potensial, dan akan
dilanjutkan oleh perawat di Unit Rawat Jalan untuk memonitor kemungkinan diagnosa
aktual.
Beberapa diagnosa gangguan citra tubuh adalah potensial gangguan citra tubuh yang
berhubungan dengan efek pembedahan serta menarik diri yang berhubungan dengan
perubahan penampilan (Keliat, 1998). Adapun Diagnosa yang mungkin muncul diantaranya:
Berikut ini merupakan data objektif dan data subjektif yang sering ditemukan pada gangguan
citra tubuh :
Data Objektif :
1. Mengurung diri
2. Dari hasil pemeriksaan dokter, pasien mengalami goncangan emosi.
Data Subyektif :
5. Menolak perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan hasil operasi.
9. Mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu.
Tujuan tindakan keperawatan bagi pasien perubahan citra tubuh adalah meningkatkan
keterbukaan dan hubungan saling percaya, peran serta pasien sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, mengidentifikasi perubahan citra tubuh, menerima perasaan dan pikirannya,
menetapkan masalah yang dihadapinya, mengidentifikasi kemampuan koping dan sumber
pendukung lainnya, melakukan tindakan yang dapat mengembalikan integritas diri (Keliat,
1998).
TUM :
TUK 1 :
Kriteria Hasil:
Setelah diberikan askep selama ... menit dalam ..x pertemuan diharapkan TU dan TUK dapat
tercapai dengan kriteria hasil :
Intervensi:
4. Tanyakan nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai pasien.
Kriteria Hasil:
Setelah diberikan askep selama ... menit dalam ..x pertemuan diharapkan TU dan TUK dapat
tercapai dengan kriteria hasil :
1. Pasien dapat menyebutkan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki pasien
2. Aspek positif keluarga.
Intervensi:
TUK 3 :
Kriteria Hasil:
Setelah diberikan askep selama ... menit dalam ..x pertemuan diharapkan TU dan TUK dapat
tercapai dengan kriteria hasil :
Intervensi:
1. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat dilakukan dalam sakit.
Rasional : Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah
prasarat untuk berubah.
2. Keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang dimiliki adalah prasarat untuk
berubah.
Rasional : Pengertian tentang kemampuan yang masih dimiliki pasien memotivasi
untuk tetap mempertahankan penggunaannya.
TUK 4 :
Intervensi:
1. Rencanakan bersama pasien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan
kemampuan: kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagaian, kegiatan yang
membutuhkan bantuan total.
Rasional : Membentuk individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien.
Rasional : Pasien perlu bertindak secara realistik dalam kehidupannya.
TUK 5 :
Kriteria Hasil:
Setelah diberikan askep selama ... menit dalam ..x pertemuan diharapkan TU dan TUK dapat
tercapai dengan kriteria hasil :
Intervensi:
1. Beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
Rasional : Memberikan kesempatan kepada pasien mandiri dapat meningkatkan
motivasi dan harga diri pasien.
2. Beri pujian atas keberhasilan pasien
Rasional : Reinforcement positif dapat meningkatkan harga diri pasien.
TUK 6 :
Kriteria Hasil:
Setelah diberikan askep selama ... menit dalam ..x pertemuan diharapkan TU dan TUK dapat
tercapai dengan kriteria hasil :
Intervensi:
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat pasien dengan harga
diri rendah.
Rasional : Mendorong keluarga untuk mampu merawat pasien mandiri di rumah.
2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama pasien dirawat.
Rasional : Support system keluarga akan sangat mempengaruhi dalam mempercepat
proses penyembuhan pasien.
TUK 7 :
Kriteria Hasil:
Setelah diberikan askep selama ... menit dalam ..x pertemuan diharapkan TU dan TUK dapat
tercapai dengan kriteria hasil :
Intervensi:
1. Diskusikan dengan Pasien tentang manfaat dan kerugisn tidak minum obat, nama,
warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat
Rasional : Pasien mengerti dan paham mengenai manfaat dan efek samping obat
2. Pantau Pasien dalam penggunaan obat
Rasional : Agar pasien dalam minum obat dapat secara tepat dan teratur
3. Anjurkan Pasien minta sendiri obat pada perawat agar dapat merasakan manfaatnya
Rasional : Membuat pasien menjadi mandiri dan mengerti mengenai manfaat obat
4.Implementasi
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai aspek dari tindakan yang dilakukan
secara terus menerus terhadap respon pasien evaluasi adalah hasil yang dilihat dan
perkembangan persepsi pasien pertumbuhan perbandingan perilakunya dengan kepribadian
yang sehat.Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP:
A : Analisa ulang atas data subyektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masih
tetap atau masuk giliran baru.
P : Perencanaan untuk tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon pasien.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Citra tubuh adalah bagaimana cara individu mempersepsikan tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar yang meliputi ukuran, fungsi, penampilan, dan potensi tubuh berikut
bagian-bagiannya. Dengan kata lain, citra tubuh adalah kumpulan sikap individu, baik yang
disadari ataupun tidak yang ditujukan terhadap dirinya.
B. Saran
Setiap orang harus bisa menerima apapun yang ada pada dirinya, sehingga jika
ada ketidakpuasan persepsi terhadap tubuhnya tidak membuat individu merubah dirinya
kearah yang negatif. Maka ketika individu berhasil untuk menerima dirinya sendiri dan bisa
mencapai sesuatu hal tersebut. Dan pada akhirnya pandangan manusia dalam
mendeskripsikan pandangan terhadap citra tubuhnya bukan malah memburuk tetapi berharap
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Honigman, Rosberta dan David J. Castle. 2007. Living With Your Looks. Victoria:
University of Western Australia Press.
Keliat, B.A. 1994. Gangguan Konsep Diri. Jakarta : EGC.
Potter, P.A, Perry, A.G.2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
Dan Praktik.Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC.
Samura, Jul Asdar Putra. 2011. Hubungan Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas
Dengan Citra Tubuh Remaja Putri Kelas 1 Di SMP Nusantara Lubuk Pakam. Volume
1 No 1.
Stuart dan Sundeen. 1995. Buku Keperawatan (Ahli Bahasa) Achir Yani S.Hamid,
Edisi 3. Jakarta : EGC.