Anda di halaman 1dari 7

Manifestasi Klinis

Tiga serangkai klasik merupakan efek langsung dari kadar gula darah
tinggi,seperti poliuria, polidipsi, dan polifagi. Selain trias klasik, terdapat gejala
lain menurut (Tarwoto & dkk, 2012) beberapa manifestasi klinis yang terjadi pada
pasien DM yaitu:
a) Penurunan berat badan yang disebabkan karena banyaknya kehilangan
cairan, glikogen dan cadangan trigliserida serta massa otot.
b) Kelainan pada mata atau penglihatan kabur. Pada kondisi kronis, keadaan
hiperglikemia mnyebabkan aliran darah menjadi lambat, sirkulasi ke
vaskuler tidak lancar, termasuk pada mata yang dapat merusak retina serta
kekeruhan pada lensa
c) Kulit gatal, infeksi kulit, gatal-gatal disekitar penis dan vagina.
Peningkatan glukosa darah mengakibatkan penumpukan pula pada kulit
sehingga menjadi gatal. Jamur dan bakteri mudah menyerang kulit
d) Ketonuria. Ketika glukosa tidak lagi digunakan untuk energi, maka
digunakan asam lemak untuk energi, asam lemak akan dipecah menjadi
keton yang kemudian berada pada darah dan dikeluarkan melalui ginjal
e) Kelemahan dan keletihan. Kurangnya cadangan energi, adanya kelaparan
sel, kehilangan potassium menjadi akibat pasien mudah lelah dan letih.

Komplikasi
a. Komplikasi Akut
(a) Hipoglikemi
Terjadi apabila kadar glukosa darah turun di bawah 50-60 mg/dl akibat pemberian
insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit
atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemi terbagi dalam (1) hipoglikemi
ringan, gejala yang muncul seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi,
kegelisahan, dan rasa lapar. (2) hipoglikemi sedang, gejala yang muncul seperti
ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya
ingat, baal di daerah bibir dan lidah, bicara pelo, gerakan tak terkoordinasi,
perubahan emosional, perilaku tidak rasional, penglihatan ganda, perasaan ingin
pingsan. (3) Hipoglikemia berat, gejala yang muncul seperti disorientasi, serangan
kejang, sulit dibangunkan dari tidur, dan kehilangan kesadaran Smeltzer,S.C dan
B.G Bare. (2002)
(b) Ketoasidosis diabetik
Disebabkan oleh tidak adanya insulin atau jumlah insulin yang tidak mencukupi.
Gambaran klinis yang penting pada ketoasidosis diabetik adalah dehidrasi,
kehilangan elektrolit, dan asidosis. Gejala yang muncul seperti poliuri dan
polidipsi, penglihatan kabur, kelemahan dan sakit kepala, hipotensi ortostatik,
nafas berbau aseton, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, dan
hiperventilasi (pernapasan Kusmaul) Smeltzer,S.C dan B.G Bare. (2002).
b. Komplikasi Jangka Panjang
(a) Komplikasi Makrovaskuler
Beberapa komplikasi makrovaskuler : (1) Penyakit arteri koroner. Penderita
diabetes mengalami peningkatan insiden infark miokard akibat perubahan
atherosklerotik pada pembuluh arteri koroner. Salah satu ciri unik penyakit
arteri koroner pada penderita diabetes adalah tidak terdapatnya gejala iskemik
yang khas. (2) Penyakit serebrovaskuler. Penderita diabetes berisiko dua kali lipat
untuk terkena penyakit serebrovaskuler seperti TIA (Transient Ischemic Attack)
dan stroke. (3) Penyakit vaskuler perifer. Tanda dan gejala mencakup
berkurangnya denyut nadi perifer dan klaudikasio intermiten (nyeri pada pantat
atau betis ketika berjalan).
(b) Komplikasi Mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler yang sering terjadi pada pasien diabetes adalah (1)
Retinopati diabetik. Merupakan kelainan patologis mata disebabkan perubahan
dalam pembuluh-pembuluh darah kecil pada retina mata. Penglihatan yang kabur
merupakan gejala umum yang terjadi. Penderita yang melihat benda tampak
mengambang (floaters) dapat mengindikasikan terjadinya perdarahan. (2)
Nefropati diabetik merupakan penyebab tersering timbulnya penyakit ginjal
stadium terminal pada penderita diabetes.
(c) Neuropati
Mengacu pada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf termasuk
saraf perifer (sensoriotonom), otonom, dan spinal. (1) Neuropati perifer. Sering
mengenai bagian distal serabut saraf khususnya saraf ekstremitas bawah. Gejala
awal adalah parestesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau peningkatan
kepekaan) dan rasa terbakar khususnya malam hari. Bila terus berlanjut penderita
akan mengalami baal (matirasa) di kaki, penurunan sensibilitas nyeri dan suhu
yang meningkatkan risiko untuk mengalami cedera dan infeksi di kaki. (2)
Neuropati otonom. Mengakibatkan berbagai disfungsi yang mengenai hampir
seluruh sistem organ tubuh. Kardiovaskuler: takikardi, hipotensi ortostatik, infark
miokard tanpa nyeri. Gastrointestinal: cepat kenyang, kembung, mual, muntah,
hiperfluktuasi gula darah, konstipasi, diare. Urinarius: retensi urin, penurunan
kemampuan untuk merasakan kandung kemih yang penuh. Kelenjar adrenal: tidak
ada atau kurangnya gejala hipoglikemia, penderita tidak lagi merasa gemetar,
berkeringat, gelisah, dan palpitasi. Neuropati sudomotorik: penurunan
pengeluaran keringat (anhidrosis) pada ekstremitas. Kekeringan pada kaki
meningkatkan risiko ulkus. Disfungsi seksual: impotensi.
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Diabetes Melitus
Pengkajian
Menurut Doenges et all (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah :
Aktivitas/istirahat.
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan.
Kram otot, tonus otot menurun. Gangguan tidur/istirahat.
Tanda : Takikardi, dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas.
Letargi/disorientasi Penurunan kekuatan otot
Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi; IM akut.
Klaudikasi, kebas,kesemutan pada ekstremitas.
Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardi
Perubahan tekanan darah postural ; hipertensi.
Nadi yang menurun/ tidak ada.
Disritmia.
Krekles; DVJ (GJK).
Kulit panas, kering, dan kemerahan; bola mata cekung.
Integritas Ego
Gejala : Stres; tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih(poliuria).Nokturia.
Rasa nyeri terbakar, kesulitan berkemih (infeksi),ISK baru/berulang.
Nyeri teka abdomen, Diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning.
Urine berkabut, bau busuk (infeksi).
Abdomen keras, adanya asites.
Bising usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare).
Makanan/Cairan
Gejala : Hilang napsu makan, haus.
Gejala : Perubahan pola berkemih(poliuria).Nokturia.
Rasa nyeri terbakar, kesulitan berkemih (infeksi),ISK baru/berulang.
Nyeri teka abdomen, Diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning.
Urine berkabut, bau busuk (infeksi).
Abdomen keras, adanya asites.
Bising usus lemah dan menurun; hiperaktif (diare).
Makanan/Cairan
Gejala : Hilang napsu makan, haus. Mual/muntah.
Tidak mengikuti diet; peningkatan masukan glukosa/karbohidrat.
Penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu.
Penggunaan diuretik.
Tanda : Kulit kering/bersisik,turgor jelek.
Kekakuan/distensi abdomen, muntah.
Pembesaran tiroid.
Bau napas aseton.
Neurosensori
Gejala : Pusing/pening.
Sakit kepala.
Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia.
Gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi; mengantuk,letargi,stupor/koma (tahap lanjut).
Gangguan memori;kacau mental
Nyeri/keamanan
Gejala : Abdomen ang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.
Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum purulen.
Tanda : Lapar udara.
Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi).
Masalah impoten pada pria; kesulitan orgasme pada wanita.
Masalah keperawatan
1. Kekurangan volume cairan.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhaan.
3. Risiko infeksi.
4. Risiko perubahan persepsi sensori.
5. Intoleransi aktivitas.
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit,prognosis dan pengobatan.
PENATALAKSANAAN
Theraphy non farmakotheraphy
Senam kaki
Menurut Stone, J.A & Fitchett, D (2013) untuk meningkatkan sirkulasi perifer
dapat dilakukan dengan cara farmakoterapi (anti platelet agent, statin, angiotensin
converting enzyme/ACE inhibitor, angiotensin receptor blockers/ ARBs) dan non
farmakoterapi (latihan dan aktivitas fisik, terapi nutrisi, modifikasi berat badan,
penghentian merokok). Salah satu terapi non farmakoterapi yang dapat dialakukan
untuk mengatasi gangguan sirkulasi adalah dengan latihan senam kaki. Menurut
Priyanto (2013) aktivitas fisik khususnya senam kaki akan membantu
meningkatkan aliran darah di daerah kaki sehingga akan membantu menstimuli
syaraf-syarat kaki dalam menerima rangsang. Hal ini akan meningkatkan
sensitivitas kaki terutama pada penderita diabetes melitus
Posisi awal
Duduk tegak diatas sebuah bangku (jangan bersandar)
a. Gerakkan jari jari kedua kaki seperti bentuk cakar dan luruskan kembali
b. Angkat ujung kaki, tumit tetap diletakkan diatas lantai, Turunkan ujung kaki,
kemudian angkat tumitnya dan turunkan kembali
c. Angkat kedua ujung kaki, putar kaki pada pergelangan kaki, kearah samping,
turunklan kembali kelantai dan gerakkan kearah tengah
d. Angkat kedua tumit, putar kedua tumit kearah samping, turunkan kembali
kelantaidan gerakkan ketengah
e. Angkat salah satu lutut, luruskan kaki, gerakkan jari-jari ke depan, Turunkan
kembali kaki bergantian kiri dan kanan
f. Luruskan salah satu kaki diatas lantai, kemudian angkat kaki tersebut, gerakan
ujung-ujung jari kearah muka, turunkan kembali tumit ke lantai
g. Seperti latihan sebelumnya, tetapi kali ini dengan kedua kaki bersamaan
h. Angkat kedua kaki, luruskan dan pertahankan posisi tersebut, gerakkan kaki
pada pergelangan kaki, kedepan dan kebelakang
i. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,
tuliskan di udara dengan kaki angka-angka 0 – 9
j. Selembar Koran dilipat-lipat dengan kakimenjadi bentuk bulat seperti bola,
kemudian dilicinkan kembali dengan menggunakan kedua kaki, dan setelah
itu disobek-sobek
Kumpulkan sobekan sobekan tersebut dengan kedua kaki dan letakkanlah
diatas lembaran Koran lainnya. Akhirnya bungkuslah semuanya denmgan
kedua kaki menjadi bentuk bola.
DAPUT
Doenges, M.E.(2000) Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien (Edisis ketiga). Jakarta :
EGC
Smeltzer,S.C dan B.G Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 3. Penerjemah Agung Waluyo dkk. Jakarta:
EGC
Sigal, R.D, Armstrong, M.J (2013). Clinical practice guidelines physical activity
aand diabetes. Canadian Journal of diabetes

Tarwoto, W. I. (2012). keperawatan medikal bedah gangguan sistem endokrin.


jakarta: CV. Trans Info Medika.

Anda mungkin juga menyukai