Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN

OSTEOMILITIS
KELOMPOK 1
1. DILA ANGGUN
2. IKHSAN WIRA YUDHA
3. OKTRI SURYANI
4. PAJRI YANTI MUHARIM
5. RENI WULANDARI
DEFINISI
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan Osteomyelitis adalah infeksi jaringan
tulang yang mencakup sumsum dan atau tulang (Price, 1995:1200).
kortek tulang dapat berupa eksogen Osteomyelitis akut adalah infeksi tulang
(infeksi masuk dari luar tubuh) atau panjang yang disebabkan oleh infeksi
hemotogen (infeksi yang berasal dari lokal akut atau trauma tulang, biasanya
dalam tubuh). (Reeves, 2001:257). disebabkan oleh escherichia coli,
Osteomyelitis adalah infeksi substansi staphylococcus aureus, atau
tulang oleh bakteri piogenik (Overdoff, streptococcus pyogenes (Tucker,
2002:571). 1998:429).
osteomyelitis adalah infeksi pada tulang Jadi pengertian osteomyelitis yang paling
yang disebabkan oleh mikroorganisme. mendasar adalah infeksi jaringan tulang
Osteomyelitis biasanya merupakan infeksi yang mencakup sumsum atau kortek
bakteri, tetapi mikrobakterium dan jamur tulang yang disebabkan oleh bakteri
juga dapat menyebabkan osteomyelitis piogenik. Osteomyelitis dapat timbul akut
jika mereka menginvasi tulang (Ros, atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan
1997:90). adanya awitan demam sistemik maupun
manifestasi lokal yang berjalan dengan
cepat. Osteomyelitis kronik adalah akibat
dari osteomyelitis akut yang tidak
ETIOLOGI
Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%).
Organisme penyebab yang lain adalah salmonela streptococcus dan
pneumococcus (Overdoff, 2002:571). Luka tekanan, trauma jaringan
lunak, nekrosis yang berhubungan dengan keganasan dan terapi radiasi
serta luka bakar dapat menyebabkan atau memperparah proses infeksi
tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang berdarah merupakan
akibat dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang tengkorak.
Faktur compound, prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat melukai
tulang pokok sering menyebabkan traumatik osteomyelitis.
Osteomyelitis sering ditemukan pada orang yang lebih tua karena faktor
penyebabnya berhubungan dengan penuaan (Reeves, 2001:273).
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Smeltzer (2002)1. 
• Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering terjadidengan
manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadicepat dan malaise
umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejalalokal secara lengkap. Setelah
infeksi menyebar dari rongga sumsum ke kortekstulang, akan mengenai periosteum dan
jaringan lunak, dengan bagian yangterinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
Pasien menggambarkannyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan gerakan
dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.2.
• Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya ataukontaminasi
langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksimembengkak, hangat, nyeri dan
nyeri tekan.3.
• Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalirkeluar dari sinus
atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada jarin
gan parut akibat kurangnya asupan darah
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sistem musculoskeletal merupakan suatu system yang dibentuk oleh tulang, sendi dan otot.

a. Tulang (system skelet)

Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, terbagi 4 kategori :

1. Tulang panjang

Tulang ini agak melengkung tujuannya agar kuat menahan beban dan tekanan. Contohnya humerus, radius, ulna, femur, tibia, dan fibula.

Bagian tulang Panjang

a) Diafisis : bagian tengah tulang berbentuk silinder dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan besar

b) Matafisis : bagian tulang yang melebar dekat ujung akhir batang. Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang
spongiosa yang mengandung sumsum merah. Sumsum merah terdapat juga dibagian epifisis dan diafisis tulang. Pada anak-anak sumsum
merah mengisi sebagian besar bagian dalam tulang panjang tetapi kemudian diganti olah sumsum kuning setelah dewasa.

c) Epifisis : lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak. Bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa.
Bagian epifisis yang letaknya dekat sendi tulang panjang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang terhenti.
2. Tulang pendek

Parbandingan tebal dan panjang hampir sama, terdapat pada pergelangan tangan dan kaki, bentuknya seperti kubus.

3. Tulang pipih : iga, tengkorak, panggul dan scapula. Bentuknya pipih berfungsi untuk perlindungan.

4. Tulang tak teratur, tulang pada wajah dan vertebra.

Tulang diliputi dibagian luar oleh membrane fibrus padat dinamakan periosteum yang memberi nutrisi ke tulang dan
memungkinnya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligament.

Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblas
yang merupakan sel pembentuk tulang.

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-sel tulang terdiri atas :

a) Osteoblast , yang berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98%
kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan/asam polisakarida dan proteoglikan)

b) Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang yang terletak dalam osteon (unit matriks tulang)

c) Osteoklast adalah multinuclear yng berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remodelling tulang.
Jaringan tulang mempunyai vaskularisasi yang sangat baik. Tulang kanselus menerima asupan darah yang sangat
banyak melalui pembuluh metafisis dan epifisis. Pembuluh periosteum mangangkut darah ke tulang kompak
melalui kanal Volkmann ang sangat kecil. Selain itu, ada arteri nutrient yang menembus periosteum dan memasuki
rongga meduar melalui foramina. Arteri nutrient memasok darah ke sumsum dan tulang.

Pembentukan tulang

Ossifikasi adalah proses dimana matriks tulang terbentuk dan pengerasan mineral ditimbun dalam serabut kolagen
dalam suatu lingkungan elektronegatif.

model dasar ossifikasi :

i. Intramembran : tulang tumbuh di dalam membrane, terjadi pada tulang wajah dan tengkorak.

ii. Endokondal : pembentukan tulang rawan terlebih dahulu kemudian mengalami resorpsi dan diganti oleh tulang.

Kebanyakan tulang terbentuk dan mengalami penyembuhan melalui ossifikasi endokondal.


Pemeliharaan tulang

Factor yang mengatur pembentukan dan resorpsi tulang :

a) Stress terhadap tulang

b) Vitamin D, meningkatkan jumlah kalsium dengan meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran pencernaan.

c) Hormone paratiroid dan kalsitonin, Hormone paratiroid mengatur konsentrasi kalsium dalam darah. Kalsitonin
meningkatkan penimbunan kalsium dalam tulang.

d) Pasokan darah, Penyembuhan tulang

e) Inflamasi, Bila fraktur, terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma.
Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi. Tempat cedera akan diinvasi makrofag, terjadi inflamasi,
pembengkakan dan nyeri.

f) Proliferasi sel, Terbentuk benang-benang fibril, jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan
osteoblast. Fibroblast dan osteoblast akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada
patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan osteoid.
g) Pembentukan kalus, Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah
sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan 7 tulang serat imatur.
Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang aan atau jaringan fibrus.

h) Osifikasi, Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui proses penulangan
endokondral. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dank keras.

i) Remodeling, Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke
susunan struktural sebelumnya.

Fungsi system skelet

1) Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh

2) Melindungi bagian tubuh tertentu seperti hati, ginjal, otak dan paru-paru

3) Tempat melekatnya otot dan tendon

4) Sumber mineral seperti garam dan fosfat

5) Tempat produksi sel darah merah 


b. Sistem Persendian

Tulang dalam tubuh dihubungkan satu sama lain dengan sendi atau artikulasi yang memungkinkan berbagai macam gerakan.

Ada 3 macam sendi yaitu :

1) Sendi sinartrosis merupakan sendi yang tidak dapat digerakkan misalnya pada persambungan tulang tengkorak.

2) Sendi amfiartrosis, seperti sendi pada vertebra dan simfisis pubis yang memungkinkan gerakan terbatas.

3) Sendi diartrosis adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas

Pada sendi yang dapat digerakkan, ujung persendian tulang ditutupi oleh tulang rawan hialin yang halus. Persendian tulang
tersebut dikelilingi oleh selubung fibrus kuat kapsul sendi. Kapsul dilapisi oleh membrane, sinovium, yang mensekresi
cairan pelumas dan peredam getaran ke dalam kapsul sendi.

Ligamen, mengikat tulang dalam sendi. Ligamen dan tendon otot yang melintasi sendi, menjaga stabilitas sendi. Bursa
adalah suatu kantung yang berisi cairan sinovial, biasanya merupakan bantalan bagi pergerakan tendon, ligamen dan tulang
di siku, lutut dan beberapa sendi lainnya.
c. Sistem otot

1) Kira-kira 40% tubuh adalah otot rangka dan 5-10% lainya adalah otot polos atau otot jantung

2) Otot dihubungkan oleh tendon tau aponeurosis ke tulang, jaringan ikat atau kulit

3) Otot bervariasi ukuran dan benuknya bergantung aktivitas yang dibutuhkan

4) Otot tubuh tersusun oleh kelompok sel otot yang paralel (fasikuli) yang terbungkus dalam jaringan fibrus dinamakan
epimisium atau fasia

5) Otot mengandung sebagian besar mioglobulin yang berkontraksi lebih lambat dan lebih kuat

6) Tiap sel otot (serabut otot) mengandung myofibril. Yang tersusun atas sekelompok sarkomer (aktin dan myosin) yang
merupakan unit kontraktil otot skelet

Otot berfungsi sebagai :

• Pergerakan

• Membentuk postur

• Produksi panas karna adanya kontraksi dan relaksasi


Fisiologi otot

Otot merupakan jaringan peka rangsang (eksitabel) yang dapat dirangsang secara kimia, listrik dan mekanik untuk
menimbulkan suatu aksi potensial. Ada tiga jenis otot yaitu otot rangka, otot jantung dan otot polos.

Otot rangka

a. Sarkolema

b. Myofibril

c. T tubulus

d. Reticulum sarkoplasma

e. Terminal cisterna (junctional sarcoplasmic reticulum)


Mekanisme kontraksi otot

1) Aksi potensial pada motor neuron

2) Aksi potensial pada otot

3) Pelepasan ion calsium dari rs

4) Mengaktifkan ca channel pada tubulus t

5) Ion ca akan berikatan dengan troponin c

6) Menubah konfigurasi aktin-tropomiosin-troponin kompleks

7) Aktif site dari aktin akan terbuka sehingga dapat terikat dengan miosin

8) Ikatan inilah yang mengakibatkan kontaksi otot karna tertariknya aktin kearah myosin oleh struktur cross-bridge yang keluar dari myosin

Mekanisme relaksasi otot

1) Ion calsium akan dikembalikan ke dalam RS secara transport aktif mempengaruhi struktur aktin-troponin-tropomiosin sehingga aktif site
aktin kembali ditutupi oleh tropomiosin

2) Lepasnya ikatan antara aktin dan myosin ini menyebabkan relaksasinya otot

3) Troponin yang kehilangan ion Ca akan dan ikatan antara aktin dan myosin tidak terjadi lagi
Otot polos

Otot polos mempunyai struktur yang lebih kecil dari otot rangka dan tidak ada gambaran striata. RS juga tidak berkembang dengan baik
seperti pada otot rangka. Juga terdapat aktin, myosin, dan tropomiosin, tetapi tidak terdapat troponin. Pada otot polos juga mengandung
sedikit mitokondria, dan ini tergantung dari aktivitas metabolismenya.

· otot polos unit ganda (multi unit)

· otot polos unit tunggal (single unit)

Kontraksi Dan Relaksasi Otot Polos

• Otot polos juga mempunyai filamen aktin dan myosin dengan karakteristik kimia yang sama dengan filamen aktin dan moisin pada
otot rangka. Pada otot polos toak terdapat troponin, sehingga mekanisme pengaturan kontraksinya berbeda. Secara aktin dan myosin
berinteraksi satu sama lainnya seperti halnya pada otot rangka, dan pada proses ini diaktifasi oleh ion Ca dan ATP sebagai sumber energi.
Ikatan Ca-calmodulin akan mengaktifkan enzim myosin kinase yang akan menyebabkan fosforilase ATP pada kepala myosin.
Fosforilase kepala myosin akan menyebabkan aktin membentuk cross-bridge dengan myosin dan terjadilah kontraksi.

• Bila kontraksi ion Ca turun dibawah konsentrasi yang cukup untuk menimbulkan kontraksi, maka akan terjadi proses defosforilase
dari kepala myosin yang dikatalisa oleh enzim myosin fosfatase. Enzim ini akan memisahkan gugus fosfat dari kepala myosin sehingga
interaksi filamen aktin dan myosin akan berhenti, dan terjadilah relaksasi.
PATOFISIOLOGI
Terdapat tiga mekanisme dasar terjadinya osteomielitis. Osteomielitis hematogen
biasanya terjadi pada tulang panjang anak-anak, jarang pada orang dewasa, kecuali
bila melibatkan tulang belakang. Osteomielitis dari insufisiensi vaskuler sering
terjadi pada diabetes melitus. Contiguous osteomielitis paling sering terjadi setelah
terjadi cedera pada ekstremitas. Berbeda dari osteomielitis hematogen, kedua yang
terakhir biasanya dengan infeksi polimikroba, sering Staphylococcus aureus
bercampur dengan patogen lain (Swiontkowski dkk, 1999).
Infected nonunion dan osteomielitis post trauma disebabkan oleh karena
kontaminasi mikroba setelah suatu patah tulang terbuka atau pembedahan pada
patah tulang tertutup. Pembentukan biofilm merupakan kunci dari perkembangan
infeksi. Biofilm merupakan suatu kumpulan koloni mikroba yang ditutupi matriks
polisakarida ekstraseluler (glycocalyx) yang melekat pada permukaan implan atau
tulang mati (Patzakis dkk, 2005).
Fokus primer dari osteomielitis akut pada anak-anak terdapat pada metafise. Bila tidak
ditangani, terjadi peningkatan tekanan intramedula dan eksudat menyebar melalui
korteks metafise yang tipis menjadi abses subperiosteal. Abses subperiosteal dapat
menyebar dan mengangkat periosteum sepanjang diafise. Nekrosis tulang terjadi karena
kehilangan aliran darah akibat dari peningkatan tekanan intramedulari dan kehilangan
suplai darah dari periosteal. Bagian yang avaskular dari tulang yang dikenal sebagai
sequestrum, dan seluruh panjang dari tulang dapat menjadi sequestrum. Fragmen ini
menjadi tempat berkumpulnya mikroorganisme dan dapat terjadi episode infeksi klinis
yang berulang. Abses dapat keluar melalui kulit, membentuk sinus. Respon pasien
dibentuk oleh periosteum sebagai usaha memagari atau menyerap fragmen ini dan
mengembalikan stabilitas, disebut involucrum (Song dkk, 2001, Spiegel & Penny, 2005,
Salomon dkk, 2010).
Infeksi bakteri ke tulang dapat terjadi karena inokulasi langsung, penyebaran
hematogen atau invasi lokal dari tempat infeksi lain. Fisis yang avaskuler membatasi
penyebaran infeksi ke epifise kecuali pada neonatus dan bayi. Pembuluh darah
menyebrang fisis hingga umur 15 hingga 18 bulan, berpotensi terjadinya septic arthritis.
Hal ini dapat terjadi sekitar 75% dari kasus osteomielitis neonatus (Song dkk, 2001)
Bakteri dapat muncul dalam bentuk biofilm atau planktonik. Biofilm
memberikan proteksi, kerangka, yang dapat memfasilitasi aktivitas
metabolik dan bahkan komunikasi antara anggotanya. Pada bentuk
planktonik, tidak terdapat struktur organisasi antara sel-sel, demikian juga
tidak terbentuk lapisan kimia. Bakteri dalam bentuk planktonik
memudahkan penyebaran infeksi ke tempat lain (bacteremia atau sepsis);
namun lebih rentan diserang oleh sistem imun atau antibiotik (Arnold,
2013). Setelah terinfeksi, osteomielitis melunakan tulang secara progresif
dan terjadi nekrosis tulang sehingga terbentuknya sequestrum. Pada
stadium ini, debridemen dengan pembedahan menjadi pilihan terapi.
Adanya implant pada lokasi infeksi dapat menjadi salah satu faktor yang
dapat menghambat pengobatan yang sukses (Eid & Berbari, 2012)
KLASIFIKASI
Klasifikasi oleh Cierny-Mader berdasarkan pada karakteristik anatomi dari tulang dan fisiologi
dari inang. Debridemen osteomielitis ditentukan dari evaluasi karakteristik anatomi. Dengan
memperhatikan karakteristik fisiologi baik lokal maupun sistemik, dapat membantu
mengidentifikasi potensi masalah. Optimalisasi kondisi pasien sebelum operasi dan hindari
prosedur rekonstruksi kompleks pada pasien yang bermasalah (Cierny dkk, 2003).
Terdapat empat tipe anatomi dari osteomielitis: medula, superfisial, lokal dan difus (Tabel
2.1). Osteomielitis medula (type I) melibatkan permukaan intramedula. Osteomielitis
superfisial (type II) melibatkan permukaan tulang. Ini disebabkan oleh infeksi langsung ketika
permukaan tulang berdekatan dengan luka jaringan lunak. Osteomielitis lokal (type III)
melibatkan seluruh tebal korteks dan menyebar ke kanal intramedula, namun pengeluaran
sequestrum dengan pembedahan tidak mempengaruhi stabilitas tulang. Osteomielitis difus
(type IV) melibatkan tulang secara melingkar, membutuhkan reseksi tulang dan stabilisasi.
Instabilitas pada osteomielitis difus, dapat terjadi baik sebelum maupun sesudah
debridemen. Infected nonunions, yang melibatkan osteomielitis difus, memberikan
tantangan paling besar (Cierny dkk, 2003)
Status fisiologi dari pasien dibagi menjadi tipe A, B, atau C berdasarkan adanya
faktor lokal dan sistemik, yang memberikan peran besar pada hasil akibat dari
interaksi mikroorganisme dan inang. Tipe A mempunyai sistem pertahanan
yang baik, vaskularisasi lokal yang baik dan respon fisiologi yang normal
terhadap infeksi dan pembedahan. Tipe B dibagi menjadi masalah sistemik,
lokal dan kombinasi dalam penyembuhan luka dan respon terhadap infeksi.
Faktor sistemik, seperti penyakit ginjal stadium akhir, keganasan, diabetes
mellitus, penggunaan alkohol, malnutrisi, penyakit reumatologi atau status
immunocompromised (infeksi HIV, terapi imunosupresif), dapat mengurangi
kemampuan sistem imun. Defisiensi lokal dapat disebabkan oleh penyakit
arteri, stasis vena, radiasi, bekas luka, atau merokok yang dapat mengurangi
vaskularisasi (Tabel 2.2). Cedera awal dan pembedahan yang menyertai sering
berakhir dengan fragmen tulang yang avaskuler dan bekas luka pada jaringan
diatasnya. Pada inang tipe C, faktor lokal dan sistemik begitu beratnya
sehingga bahaya dari terapi melebihi penyakit itu sendiri (Cierny dkk, 2003).
WOC
(Brunner, suddarth. (2001)
PENATALAKSANAAN
• Istirahat dan pemberian analgetik untuk • Istirahat di tempat tidur untuk menghemt energi dan
menghilangkan nyeri. Sesuai kepekaan penderita dan mengurangi hambatan aliran pembuluh balik.9.
reaksi alergi penderita2.
• Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.a.
•  penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.3.
• Vitamin K : Diperlukan untuk pengerasan tulang
• Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.4. karena vitamin K dapatmengikat kalsium.Karena
• Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam5. tulang itu bentuknya berongga, vitamin Kmembantu
mengikat kalsium dan menempatkannya ditempat
• Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.6. yang tepat. b.
• Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi • Vitamin A,B dan C : untuk dapat membantu
darah7. pembentukan tulang.c.
• Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah • Vitamin D :Untuk membantu pengerasan tulang
24 jam pengobatan antibiotiktidak menunjukkan dengan cara mengatur untukkalsium dan fosfor pada
perubahan yang berarti, mengeluarkan jaringan tubuh agar ada di dalam darah yang
nekrotik,mengeluarkan nanah, dan menstabilkan kemudiandiendapkan pada proses pengerasan
tulang serta ruang kososng yangditinggalkan dengan tulang. Salah satu cara pengerasan tulangini adalah
cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid
kulit sehat.8. merangsang pelepasankalsium dari permukaan
tulang masuk ke dalam darah
Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi
(Boughman, 2000:389).
1. Imobilisasi area yang sakit : lakukan rendam salin noral hangat selama
20 menit beberapa kali sehari.
2. Kultur darah : lakukan smear cairan abses untuk mengindentifikasi
organisme dan memilih antibiotik.
3. Terapi antibiotik intravena sepanjang waktu.
4. Berikan antibiotik peroral jika infeksi tampak dapat terkontrol :
teruskan selama 3 bulan.
5. Bedah debridement tulang jika tidak berespon terhadap antibiotik
pertahankan terapi antibiotik tambahan.
KOMPLIKASI
1.Dini
1) Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2) Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya
sembuh
3) Atritis septic
2. Lanjut
1) Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi tub
uhyang terkena
2) Fraktur patologi
3) Kontraktur sendi
4) Gangguan pertumbuhan
ASKEP TEORITIS
PENGKAJIAN
Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang digunakan,status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asusransi, golongan darah, nomorregister, tanggal masuk rumahsakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya, keluhanutama
pada kasus osteomelitis adalah nyeri hebat.
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejalaakut (misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema,
demam) atau kambuhankeluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam sedang.
RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengansekarang, atau penyakit lain yang berhubungan
tulang, seperti trauma tulang,infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang
diturunkan.
PEMERIKSAAN FISIK
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek biladipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau
kemerahan dan panas. Efek sistemikmenunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable,
lemah bengkak, nyeri, maupun eritema.
POLA KEBIASAAN
a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti
bahwa penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat  perlu mengkaji bagaimana klien
memandang penyakit yang dideritanya, apakahklien tau apa penyebab penyakitnya sekarang. 
b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makankarena demam yang ia diderita.
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien mengalami penurunan nafsu makan
akibat demam.
d. Aktivitas– Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunanaktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat–Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karenarasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif– Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif dan persepsinya
g. Persepsi Diri– Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri,mengingkari, depresi, ekspresi takut,
perilaku marah, postur tubuh mengelak,menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
h. Peran- Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakityang dialaminya. Serta adanya tekanan
yang datang dari lingkungannya. Danklien juga tidak dapat melakukan perannya dengan baik.
i. Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalammasalah seksual. 
j. Koping-  Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng beratkarena kondisinya saat itu 
k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klienagar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi
selama proses perawatan klien diRS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien biasanya
mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ansientas b.d perubahan kondisi kesehatan pada psikologis
2. Gangguan integritas kulit b.d perubahan turgor kulit
3. Nyeri akut b.d distensi cairan
4. Resiko infeksi b.d perubahan komponen sendi
INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI/NOC SLKI/NIC AKTIFITAS KEPERAWATAN

Ansientas b.d perubahan Setelah dilkukan intervensi Reduksi ansientas - Identifikasi saat tingkat
kondisi kesehatan pada keperawatan, maka tingkat (I.09314) ansientas berubah (mis,
psikologis ansientas membaik dengan kondisi, wajtu, stresor)
kriteria hasil : - Identifikasi kemampuan
- Verbalisasi kebingungan mengambil keputusan
menurun skala (5) - Monitor tanda – tanda
- Verbalisasi khawatir ansientas (verbal dan
akibat kondisi yang nonverbal)
dihadapi menurun skala - Ciptakan suasana terapeutik
(5) untuk menumbuhkan
- Perilaku gelisah menurun kepercayaan
skala (5) - Temani pasien untuk
- Perilaku tegang menurun mengurangi kecemasan
skala (5) - Pahami situasi yang membuat
- Keluhan pusing menurun ansientas
skala (5)
-
INTERVENSI
DIAGNOSA KEPERAWATAN SLKI/NOC SLKI/NIC AKTIFITAS KEPERAWATAN

- Palpitasi menurun skala - Gunakan pendekatan yang tenang


(5) dan meyakinkan
- Frekuensi pernafasan - Informasikan secara faktual
menurun skala (5) mengenai diagnosis, pengobatan,
- Frekuensi nadi menurun dan prognosis
skala (5) - Anjurkan keluarga untuk tetap
- Tekanan darah menurun bersama pasien
skala (5) - Anjurkan untuk tidak melakukan
- Diaforesis menurun skala kegiatan yang kompetitif
(5) - Latihan kegiatan pengalihan untuk
- Tremor menurun skala (5) mengurangi ketegangan
- Pucat menurun skala (5) - Kolaborasi pemberian obat
- Konsentrasi meningkat antisentas, jika perlu
skala (5)
- Perasaan keberdayaan
meningkat skala (5)
- Kontak mata meningkat
skala (5)
- Pola berkemih meningkat
skala (5)
- Orientasi meningkat skala
(5)
INTERVENSI
DIAGNOSA SLKI/NOC SLKI/NIC AKTIFITAS KEPERAWATAN
KEPERAWATAN

Gangguan integritas kulit Setelah dilkukan intervensi Perawatan integritas - Identifikasi penyebab gangguan
b.d perubahan turgor kulit keperawatan, maka integritas kulit (I.11353) integritas kulit (mis, perubahsan
kulit dan jaringan membaik sirkulasi, perubahan status
dengan kriteria hasil : nutrisi,dll)
- Elastisitas meningkat skala - Ubah posisi tiap 2 jam jika
(5) berbaring
- Hidrasi meningkat skala (5) - Lakukan pemijatan pada area
- Perfusi jaringan meningkat penonjolan tulang, jika perlu
skala (5) - Hindari produk berbahan
- Nyeri menurun skala (5) alkohol pada kulit kering
- Hematoma menurun skala - Anjurkan menggunakan
(5) pelembab
- Nekrosis menurun skala (5) - Anjurkan minum air yang cukup
- Suhu kulit membaik skala - Anjurkan meningkatkan asupan
(5) nutrisi
- Tekstur membaik skala (5) - Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem
INTERVENSI
DIAGNOSA SLKI/NOC SLKI/NIC AKTIFITAS KEPERAWATAN
KEPERAWATAN

Nyeri akut b.d distensi Setelah dilkukan intervensi Manajemen nyeri - Identifikasi
cairan keperawatan, maka nyeri akut (I.08238) lokasi,karaktristik,durasi,frekuan
dengan kriteria hasil : si,kualitas, intensitas nyeri.
- Kemampuan menuntaskan - Indefkasi ksla nyeri
kemampuan meningkat skala - Identifikasi respon nyeri non
5 verbal
- Keluhan nyeri menurun skala - Identifikasi faktor yang
5 memperberat dan keringan
- Meringis menurun skala 5 nyeri
- Gelisah menurun skala 5 - Identifikasi pengetahuan dan
- Susah tidur menurun skala 5 keyakinan tentang nyeri
- Menarik diri menurun skala 5 - Identifikasi budaya terhadap
- Berfokus pada diri sendiri respon nyeri
menurun skala 5 - Monitor keberhasilan terapi
- Diaforesis menurun skala 5 komplementer yang sudah
- Perasaan depresi menurun diberikan
skala 5 - Memonitor efek samping
- Perenium terasa tertekan penggunaan anorgetik
menurun skala 5
INTERVENSI
DIAGNOSA SLKI/NOC SLKI/NIC AKTIFITAS KEPERAWATAN
KEPERAWATAN

- Ketegangan otot menurun skala Trapeutik


5 - Berikan tekanan
- Ketegangan otot menurun nonfarmakologis untuk
skala 5 mengurangi rasa nyeri (mis,
- Muntah menurun skala 5 TENS,hiponosis,akupresur,
- Mual menurun skala 5 terapi musik,biofeedback,terapi
- Pola napas membaik skala 5 pijat, aroma terapi, teknik
- Tekanan darah membaik skala imajinasi terbimbing,kompres
5 hangat/dingin,terapi b ermain)
- Proses berfikir membaik skala - Kontrol lingkungan yang
5 memperberat rasa nyeri ( mis,
- Fokus membaik skala 5 suhu rungan
- Fungsi berkemih membaik ,pencahayaan,kebisingan)
skala 5 - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Nafsu makan membaik skla 5 - Pertimbangkan jenis dan
- Pola tidur membaik skala 5 sumber nyeri dalam pemilihan
stategi meredakan nyeri
INTERVENSI
DIAGNOSA SLKI/NOC SLKI/NIC AKTIFITAS KEPERAWATAN
KEPERAWATAN

Resiko infeksi b.d Setelah dilkukan intervensi Manajemen - Observasi tanda dan gejala
perubahan keperawatan, maka resiko infeksi imunisasi/vaksina hipovelemia (mis. Frekuensi nadi
komponen sendi yang didapatkan dengan kriteria si (L.14508) meningkat ,nadi teraba
hasil : lemah,tekanan darah menurun,
- Kebersihan tangan meningkat tekanan nadi menyempit,tugor kulit
skala 5 menurun, membran mukisa kering,
- Kebersihan badan meningkat skala volume urin menurun, hematokrit
5 meningkat,haus,lemah)
- Nafsu makan meningkat skala 5 - Memonitor output dan cairan
- Demam menuru skala 5 terapeutik
- Kemerahan menurun skala 5 - Hitung kebutuhan cairan
- Nyeri menurun skala 5 - Berikan posisi tandelemburg
- Bengka menuru n skala 5 - Berikan asupan cairan oral
- Vesikel menurun skala 5 Edukasi
- Cairan berbau busuk menurun - Anjurkan memperbanyak asupan
skala 5 cairan oral
- Spuntum berwarna hijau menurun - Anjurkan menghindari perubahan
5 posisi mendadak
INTERVENSI
DIAGNOSA SLKI/NOC SLKI/NIC AKTIFITAS KEPERAWATAN
KEPERAWATAN

- Drainasi purulen menuru n skala 5 Kolaborasi


- Piuna menurun skala 5 - Kolaborasi pemberian cairan IV
- Periode malaise menurun skala 5 isotonis (mis. NaCl,RL)
- Periode menggigil menurun skala - Kolaborasi pemberian cairan IV
5 hopotonis (mis. Glukosa 2.5persen ,
- Latargi menurun skala 5 NaCL 0,4 persen )
- Gangguan kognitif menurun skala - Kolaborasi pemberian cairan koloid (
5 mis, albumin , plasmanate, )
- Kadar sel darah putih membaik - Kolaborasi pemberian produk darah
skala 5
- Kultur darah membaik skala 5
- Kultur urine membaik skala 5
- Kultur spuntum membaik skala 5
- Kultur area luka membaik skala 5
- Kultur feses membaik sklaa 5
- Kadar sel darah putih membaik
skala 5
REFERENSI
• Herdman, heather.2009.Nursing Diagnosis definition and classification.USA: wiley Blackwell

• Moorhead, sue dkk.2008.Nursing Outcomes Classification (NOC).USA: Mosby Elsevier

• Bulechek,gloria dkk.2008. Nursing Interventions Classification (NIC).USA: Evolve Elsevier

• Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

• Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

• Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

• Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit Yarsif Watampone. 2003. Halaman 132-141.

• Sjamsuhidajat.R; De Jong.W, Editor.1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi, Cetakan Pertama.Jakarta: EGC

• Schwartz.SI; Shires.GT; Spencer.FC.2000. Intisari Prinsip Prinsip Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

• www.wikipedia.com di akses tanggal 19 januari 2013


•  

Anda mungkin juga menyukai