Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi tulang dapat menjadi masalah kronis yang akan memengaruhi kualitas
hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Osteomealitis hematogen akut
adalah penyakit pada tulang yang sedang sembuh. Osteomealitis akut yang di terapi
akan berkembang menjadi osteomealitis kronik. Infeksi jaringan tulang disebut
sebagai osteomielitis. Osteomielitis kronik sulit disembuhkan daripada
osteomielitis akut, karena keterbatasan asupan darah.

Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh).

Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat pula
ditemukan pada bayi dan ‘infant’. Anak laki-laki lebih sering dibanding anak
perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah tulang-tulang panjang seperti femur,
tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula.(Yuliani 2010). Prevalensi keseluruhan
adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonatal adalah sekitar 1 kasus per1.000.
Kejadian tahunan pada pasien dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%.
Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk.
Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat mortalitas osteomielitis
adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang
mendasari. (Randall, 2011)
Banyaknya kasus osteomielitis menjadi salah satu acuan kami dalam
pembuatan makalah ini, bukan hanya untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Medikal Bedah 3 namun juga sebagai refensi untuk penderita juga
pencegahan terhadap osteomealitis ini.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Definisi Osteomielitis?
2. Sebutkan Anatomi Fisiologi Fibula sampai pedis?
3. Apa saja Etiologi Osteomielitis?
4. Bagaimana Manifestasi Klinik?
5. Bagiamana Pemeriksaan Penunjang?
6. Bagaimana Penatalaksanaan?
7. Bagaimana Klasifikasi Osteomielisis?
8. Bagaimana Patofisiologi?
9. Bagaimana Pathway?
10. Bagaimana Pencegahan?
11. Bagaimana Penyembuhan Tulang?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang
asuhan keperawatan osteomyelitis

2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi, etiologi, dan patofisiologi dari osteomyelitis
b. Menjelaskan manifestasi klinis dan pengobatan dari osteomyelitis
c. Menjelaskan asuhan keperawatan dari osteomielitis

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Osteomyelitis

Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering, setelah
kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen). Osteomielitis
adalah penyakit yang sulit diobati karena dapat terbentuk abses local. Abses tulang
biasanya memiliki pendarahan yang sangat kurang, dengan demikian, penyampaian
sel-sel imun dan antibiotic terbatas. Apabila infeksi tulang tidak diobati secara

segera dan agresif, nyeri hebat dan ketidak mampuan permanen dapat terjadi
(Corwin, 2011).
Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang dan medulla tulang baik karena infeksi
piogenik atau nonpiogenik misalnya mikrobacterium tubercolosa (chaeruddin).
Infeksi ini dapat bersifat akut maupun kronis. Pada nanak-anak infeksi tulang
seringkali timbul sebagai komplikasi dari infeksi dan tempat-tempat lain seperti
infeksi faringitis, telinga (otitismedia), dan kulit atau (impetigo). (Sylvia)

Osteomielitis adalah suatu bentuk infeksi tulang . Infeksi ini lebih sulit untuk
sembuh karena keterbatasan suplai darah, respon inflamasi jaringan, dan
peningkatan tekanan jaringan, dan pembentuk dan pembentukan involukrum .
Infeksi terjadi melalui penyebaran hematogen (melalui darah) dari tempat infeksi
lain.

Berdasarkan pengertian yang ada kesimpulan dari osteomielitis adalah adanya


infeksi pada tulang yang menyebar melalui darah atau juga bisa terjadii karena
setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).

2.2. Anatomi Fisiologi Fibula sampai pedis

Fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah. Tulang itu
adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.

3
Ujung atas berbentuk kepala dan bersendi dengan bagian belakang luar tibia, tetapi
tidak masuk dalam formasi sendi lutut
Batangnya ramping dan terbenang dalam otot tungkai, dan memberi banyak kaitan.
Ujung bawahdisebelah bawah lebih memanjang menjadi malleolus lateralis atau
malleolus vibulae.
Fungsi dari fibula adalah untuk menstabilkan tubuh untuk berdiri, menyangga otot-otot
tungkai bawah, menopang berat badan, dan menggerakan pergelangan kaki. Fibula
memiliki ankle penghubung dengan pergelangan kaki. Ankle merupakan struktur yang
terdiri dari 28 tulang dan 55 artikulasi yang di hubungkan dengan ligamen dan otot.
Puncak beban ankle dalam sebanyak 120% pada saat berjalan dan dan hampir 275 %
pada saat berlari.
1. Struktur Tulang Regio Ankle
Bagian distal dari tulang tibia dan fibula berartikulasi dengan tulang tarsal
padapergelangan kaki yang membentuk struktur kaki. Yang termasuk tulang tarsal
adalah calcaneus, talus, navicular, cuneiform 1, cuneiform 2, cuneiform 3 dan
cuboid, hampir sama dengan tulang carpal pada tangan. Dikarenakan menumpu
beban yang besar maka bentuk dan ukurannya lebih luas. Kaki memiliki persendian
yang kompleks dengan 7 tulang tarsal, 5 tulang meta tarsal dan 14 tulang phalang
yang menopang beban tubuh ketika berdiri, berjalan dan berlari. Penyusun tulang
kaki tertera pada gambar 2.1 dan gambar 2.2 (Wright, 2011).

4
2. Struktrur Otot Regio Ankle

Sendi ankle terbentuk dari struktur yang kompleks seperti tulang, ligamen dan
otot. Struktur tersebut yang memungkinkan sendi ankle menjadi fleksibel dan
mudah beradaptasi dengan lingkungan. Fleksibilitas ini dibutuhkan karena kaki
beresentuhan langsung dengan tanah dan harus dapat beradaptasi ketika berubah
posisi. Fungsi otot sangat berpengaruh terhadap fleksibilitas tersebut. Otot pada
kaki dibedakan menjadi empat macam, yaitu : Otot bagian anterior yang
ditunjukkan dalam gambar 2.3 (m. tibialis anterior, m. peroneus tertius, m. extensor
digitorum longus, m. extensor hallucis longus) berfungsi untuk gerakan dorsi fleksi.

5
a. Otot bagian posterior yang ditunjukkan (m. gastrocnemius, m. soleus, m.
plantaris, m. flexor digitorum longus, m. flexor hallucis longus, m. tibialis
anterior) berfungsi untuk gerakan plantar fleksi.

b. Otot bagian lateral seperti yang tertera terdiri dari m. tibialis anterior untuk
gerakan supinasi dan m. peroneus tertius yang berfungsi untuk gerakan pronasi

c. Otot bagian dalam, m. extensor digitorum longus untuk gerakan ekstensi


empat jari kaki dan m. extensor hallucis longus untuk gerakan supinasi serta
gerakan ekstensi tungkai kaki (Milner, 2008). M. dorsal pedis untuk gerakan
abduksi jari kaki, m. plantar interossei, m. lumbricalis, m. digiti minimi,
m.flexor digiti minimi, m. flexor hallucis brevis, m. flexor digitorum brevis, m.
abductor digit minimi, m.abductor hallucis (Cael, 2010) .

6
2.3.Etiologi Osteomyelitis
Osteomielitis disebabkan karena adanya infeksi yang disebabkan oleh
penyebaran hematogen (melalui darah) biasanya terjadi ditempat dimana terdapat
trauma atau dimana terdapat resistensi rendah, kemunginan akibat trauma
subklinis (tak jelas). Selain itu dapat juga berhubungan dengan penyebaran infeksi
jaringan lunak , atau kontaminasi langsung tulang. Infeksi ini dapat timbul akut
dan kronik.

Adapun faktor penyebabnya adalah: (smeltzer,Suzanne)

1. Bakteri.
2. Menurut joyce & Hawks (2005), penyebab osteomielitis adalah staphylococcus
aureus (70%-80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh Escherichia coli,
Pseudomonas, klebsiella, salmonella, dan proteus.
3. Virus, jamur dan mikroorganisme lain.
Osteomielitis akut atau kronik:
1. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat.
2. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani
dengan baik. Dan akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehiilangan ekstremitas.

Mikroorganisme yang menginfeksi tulang akan membentuk koloni pada tulang


perivaskuler, menimbulkan edema, infiltrasi selular, dan akumulasi produk-produk

7
inflamasi yang akan merusak trabekula tulang dan hilangnya matriks dan mineral
tulang.

2.4. Manifestasi Klinik


1. Osteomyelitis akut
a. Infeksi dibawa oleh darah
a) Biasaya awitannya mendadak
b) Sering terjadi dengan manifestasi klinis septicemia (misalnya
menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise, pembesaran
kelenjar limfe regional).
b. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke kortex tulang
a) Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
c. Infeksi terjadi karena penyebaran dari infeksi yang ada disekitarnya atau
kontaminasi langsung.
a) Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan
b) Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka.
c) Lab = anemia, leukositosis.
2. Osteomyelitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami
priode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus, lab=
LED meningkat.
2.5.Pemeriksaan Penunjang
1. Tes darah. Tes darah dapat mengetahui infeksi dengan melihat peningkatan
jumlah sel darah putih. Tes ini juga dapat mengidentifikasi organisme yang
menyebabkan infeksi, bila osteomielitis menyebar melalui darah.
2. Pemindaian. Pemindaian dilakukan untuk mengetahui adanya kerusakan pada
tulang akibat osteomielitis. Pemindaian dapat dilakukan dengan foto Rontgen,
USG, CT scan, atau MRI yang dapat menampilkan kondisi tulang dan jaringan
sekitarnya secara lebih detail.

8
3. Biopsi tulang. Pengambilan sampel tulang ini dilakukan guna mengidentifikasi
bakteri yang menyebabkan infeksi pada tulang. Dengan mengetahui jenis
bakteri, maka dokter dapat menentukan pengobatan yang akan diberikan.
2.6.Penatalaksanaan
Osteomyelitis kronik lebih sukar diterapi, terapi umum meliputi pemberian
antibiotic dan debridemen. tergantung tipe osteomyelitis kronik, pasien munkin
diterapi dengan antibiotic parenteral selam 2 smapi 6 minggu. meskipun, tanpa
debridemen yang ade kuat, osteomyelitis kroniktidak berespon terhadap
kebanyakan regimen regimen antibiotic, beberapa lama pun terapi dilakukan. pada
osteomyelitis kronik dilakukan sekuestrasi dan debridemen serta pemberian
antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur dan tes resitensi.debridemen merupakan
pengeluaran jaringan nekrotik di dinding ruang sekuester dan penyaliran. pada pasce
pascaakut dan subakut atau kronik dini biasanya involucrum belum belum cukup
kuat untuk menggantikan tulang asli yang menjadi sekuester. karena itu ektrimitas
yang terkena harus dilindungi dengan gips untuk mencegah patah tulang patologik.
Sasaran awal adalah untuk mengontrol dan memusnahkan proses infeksi
1. imobilisasi area yang sakit; lakukan rendam salin normal hangat selama 20
menit beberapa kali sehari.
2. kultur darah; dilakukan smear cairan abses untuk mengidentifikasi organisme
dan memilih antibiotika.
3. terapi antibiotika intravena sepanjang waktu.
4. berikan antibiotic per oral jika infeksi tampak dapat terkontrol; teruskan selama
3 bulan.
5. bedah debridemen tulang jika tidak berespons terhadap antibiotika:
pertahankan terapi antibiotika tambahan.
Squestrektomi dengan pengangkatan involukrum secukupnya dapat dilakukan.
Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat
terjad proses penyembuhan dan permanen. Luka ditutup rapat atau di pasang
tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting di
kemudian hari. Dapat juga dipasang drainase untuk mengontrol hematoma dan

9
mengangkat debris. Irigasi larutan salin normal dapat di berikan selama 7-8
hari.
2.7.Klasifikasi Osteomielitis

1. Osteomielitis menurut penyebarannya terbagi menjadi 2 yaitu ;


a. Osteomyelitis primer penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan beredar melalui
sirkulasi darah.
b. Osteomyelitis Sekunder terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya
akibat dari bisul, luka, fraktur, dan sebagainya (Mansjoer, 2000).
2. Osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas ;
A. Osteomyelitis akut
a) Nyeri daerah lesi
b) Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
c) Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
d) Pembengkakan local
e) Kemerahan
f) Suhu raba hangat
g) Gangguan fungsi
h) Lab = anemia, leukositosis
B. Osteomyelitis kronis
a) Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
b) Gejala-gejala umum tidak ada
c) Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
d) Lab = LED meningkat
2.8.Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang.
Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada Osteomielitis meliputi :
Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi
resistensi penisilin,nosokomial, gram negative dan anaerobik.Awitan Osteomielitis
stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama(akut fulminan –

10
stadium 1) dan sering berhubungan dengan penumpukan hematoma atauinfeksi
superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan
setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat
penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon
inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi,
dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat
tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan
penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas
medularis dan kebawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi
di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk
dalam dindingnyaterbentuk daerah jaringan mati (sequestrum) tidak mudah mencari
dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang
terjadi pada jaringan lunak.Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

11
2.9.Pathway
Faktor predisposisi : Invasi mikroorganisme
dari tempat lain yang Masuk kejuksta epifisis
- Usia
beredar melalui tulang panjang
- Virulensi Kuman sirkulasi darah.
- Riwayat trauma
- Nutrisi dan luka infeksi fagositosis osteomyelitis

Demam Proses inflamasi hyperemia, Pembentukan pus


pembengkakan, gangguan dan nekrosis

Gangguan fungsi, pembentukan pus, dan jaringan

thermoregulasi kerusakan integritas jaringan.


Penyebaran infeksi
keorgan penting
Kemampuan tonus otot Peningkatan tekanan
menurun jaringan tulang dan medula
Resiko infeksi

Nyeri

Nafsu makan menurun Iskemia dan nekrosis tulang


Pembentukan
abses tulang

Kelemahan fisik Ketidak seimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan Pembentukan tulang

tubuh baru, pengeluaran pus

Deformitas bau dari


adanya luka
Tirah baring lama Kerusakan mobilitas
2.9.Pencegahan
penekanan lokal fisik
Gangguan citra tubuh

Kerusakan integritas
kulit

12
2.10. Pencegahan

Beberapa tindakan dan upaya yang dapt mencegah terjadinya osteomielitis


atara lain sebagai berikut

1. Penanganan infeksi lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen.


2. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang.
3. Pemeriksaan klien secara teliti, perhatikan lingkungan pembedahan, dan
teknik pembedahan.
4. Penggunaan antibiotik profilaksis, untuk mencapai kadar jaringan yang
memadai saat pembedahan dan selama 24-48 jam setelah operasi.
5. Teknik perawatan luka pasca operasi aseptik.
2.11. Penyembuhan Tulang
Kebanyakan patah tulang sembuh melalui osifikasi. Ketika tulang mengalami
cedera, fragmen tulang tidak hanya di tambal dengan jaringan parut. Namun
tulang mengalami regenerasi sendiri . Ada beberapa tahapan dalam
penyembuhan tulang:
a. Tahap Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tubuh mengalami respon yang sama dengan
bila ada cedera di lain tempat dalam tubuh . Terjadi pendarahan dalam
jaringan yang cedera dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah
tulang. Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya
pasokan darah. Tempat cedera kemudian diinvasi oleh makrofag (sel darah
putih besar), yang akan membersihkan saerah tersebut. Terjadi inflamasi,
pembengkakan dan nyeri. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan
hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.
b. Tahap Poliferasi
Dalam sekitar 5 hari, hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuknya
benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan
osteoblast (berkembang dari osteosit, sel endotel dan sel periosteum) akan

13
menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada
ppertahanan tulang. Terbentuknya jaringan ikat fibrus dan tulang rawan
(osteoid). Dari poriosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang
rawan tersebut di rangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah
tulang. Tetapi, gerakan yang berlebihan akan merusak struktur kalus.
Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukan potensial elektronegatif.
c. Pembentukan Kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh
mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan
tulang di gabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang
imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tullang tergabung dalam
tulang rawan atau jaringan fibrus.
d. Osifikasi
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah
tulang melalui proses penulangan endokondral.
e. Remodelin

14
BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Kasus

Seorang laki-laki usia 18 tahun dibaw kerumah sakit X dengan keluhan nyeri,
demam, anoreksia pada kaki sebelah kiri, dari hasil pengkajian ners Y didapatkan
luka dan mengeluarkan pus dikaki sebelah kiri dengan fibula sampai pedis, infeksi
menyebar ke diafisis serta terjadi sekuester, muka klien tamoak meringis, skala
nyeri 7 (1-10), nyeri yang dirasakan klien menyebar kedaerah paha bagian atas,
klien mengatakan nyeri yang dialami klien sangat mengganggunya apalagi kalo
digerakan dan berkurang apabila klien sudah minum obat dan tertidur., sedangkan
dari hsil pemeriksaan penunjang didapatkan HB 7gr/dl, leukosit 16.600gr/dl, PCV
219. Trombosit 450.000, GDS 260, staphilococuus aureus positif.

3.2 Asuhan keperawatan

A. Biodata
1. Identitas Pasien
Nama :-
Umur : 18Tahun
Agama :-
Pendidikan :-
Alamat :-
Tanggal Masuk :-
Golongan Darah :-
Tanggal Masuk :-
Tanggal Pengkajian : -
2. Penanggung Jawab Pasien / Keluarga Terdekat
Nama :-
Pekerjaan :-
Hubungan dengan pasien : -

15
Alamat :-

3. Keluhan Utama :

Nyeri pada bsgisn kaki

4. Riwayat Penyakit Sekarang :

keluhan nyeri, demam, anoreksia pada kaki sebelah kiri, dari hasil
pengkajian ners Y didapatkan luka dan mengeluarkan pus dikaki sebelah kiri
dengan fibula sampai pedis, infeksi menyebar ke diafisis serta terjadi
sekuester, muka klien tamoak meringis, skala nyeri 7 (1-10), nyeri yang
dirasakan klien menyebar kedaerah paha bagian atas, klien mengatakan nyeri
yang dialami klien sangat mengganggunya apalagi kalo digerakan dan
berkurang apabila klien sudah minum obat dan tertidur., sedangkan dari hsil
pemeriksaan penunjang didapatkan HB 7gr/dl, leukosit 16.600gr/dl, PCV
219. Trombosit 450.000, GDS 260, staphilococuus aureus positif.

5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu : -

6. Riwayat Kesehatan Keluarga :-

7. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. DS : Invasi mikroorganisme Nyeri


- Klien mengatakan nyeri dari tempat lain yang
beredar memalui
pada kaki sebelah kiri
sirkulasi darah

DO : -
- Terdapat luka dan Masuk kejuksta epifsis
tulang Panjang
mengeluarkan pus
disebelah kaki kiri
bagian fibula sampai
Osteomyelitis
pedis

16
- Muka klien tampak
meringis
Fagositosis
- Skala nyeri 7 (1-10 )

Proses inflamasi
hyperemia,
pembengkakan,
gangguan fungsi,
pembentukan pus, dan
kerusakan integritas
jaringan

Peningkatan tekanan
jaringan dan medulla

Iskemia dan nekrosis


tulang

Pembentukan abses
tulang

Nyeri

2. DS : Invasi mikroorganisme
- Klien mengatakan dari tempat lain yang Hipertermi
demam beredar memalui
DO : sirkulasi darah
- HB 7gr/dl
- Leukosit 16.600 gr/dl
- PCV 219
- Trombosit 450.000 Masuk kejuksta epifsis
gr/dl tulang Panjang

17
- GDS 260
Staphilococuus aureus
positif
Osteomyelitis

Fagositosis

Proses inflamasi
hyperemia,
pembengkakan,
gangguan fungsi,
pembentukan pus, dan
kerusakan integritas
jaringan

Demam

Gangguan
termoregulasi

3. DS : Invasi mikroorganisme Kerusakan


- Klien mengatakan dari tempat lain yang
mobilitas
tidak bisa menggerakan beredar memalui
kakinya sirkulasi darah fisik
DO:
- Skala nyeri 7 (1-10 )
Adanya luka yang
Masuk kejuksta epifsis
mengeluarkan pus
tulang Panjang

Osteomyelitis

18
Fagositosis

Proses inflamasi
hyperemia,
pembengkakan,
gangguan fungsi,
pembentukan pus, dan
kerusakan integritas
jaringan

Kemampuan tonus
otot menurun

Nafsu makan menurun

Kelemahan fisik

Kerusakan mobilitis
fisik

19
3.Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d proses peradangan ditandai dengan terjadinya sekuester
pada kaki seblah kiri
2. Hipertemi b.d proses peradangan ditandai dengan meningkatnya
leukosit
3. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri ditandai dengan luka

4. Intervensi

Dx. Intervensi Rasional

1 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Data tersebut sebagai


secara komprehensif data dasar dalam
termasuk lokasi, menentukan intervensi
karakteristik, durasi, tindakan yang tepat
frekuensi, kulitas dan pada klien selanjutnya
faktor presipitasi . untuk mencapai
2. Ovbservasi reaksi kesembuhan klien
nonverbal dari yang optimal.
ketidaknyamanan
2. Isyarat klien menjadi
3. Kontrol lingkungan yang
tanda
dapat mempengaruhi nyeri
ketidaknyamanan
4. Ajarkan teknik relaksasi.
5. Tingkatkan istirahat tidur 3. Lingkungan yang

6. Kolaborasi dengan dokter nyaman dapat

untuk pemberian obat mempengaruhi

analgesik. kenyamanan klien.

4. Tindakan relaksasi
dapat di lakukan tanpa
bantuan perawat atau
tenaga kesahatan
untuk mengurangi

20
nyeri.

5. Istirahat tidur dapat


mengalihkan rasa
nyeri klien.
6. Anlagesik dapat membantu
mengurangi nyeri.

2 1. Monitoring tanda- 1. Mengetahui


tanda vital perkembangan

2. Tingkatkan intake keadaan pasien

cairan dan nutrisi 2. Mencegah terjadinya

3. Lakukan kompres malnutrisi dan

dingin dehirasi.

4. Anjurkan klien 3. Untuk membantu

untuk banyak proses penguapan

minum 4. Mencegah dehidrasi

5. Anjurkan klien selama panas

menggunakan baju 5. Mempercepat


yang menyerap penurunan panas.
keringat 6. Membantu dalam penurunan
6. Kolaborasi dalam panas
pemberian obat

3 1. Kaji keterbatasan gerak 1. Menentukan batas


sendi gerakan yang akan
2. Kaji motivasi klien untuk dilakukan
mempertahankan 2. Motivasi yang tinggi
pergerakan sendi dari pasien dpt
melancarkan latihan

21
3. Jelaskan alasan/rasional 3. Agar pasien beserta
pemberian latihan kepada keluarga dapat
pasien/ keluarga memahami dan
mengetahui
alasanpemberian
4. Monitor lokasi
latihan
ketidaknyamanan atau
nyeri selama aktivitas 4. Agar dapat
memberikan intervensi
5. Lindungi pasien dari cedera
secara tepat
selama latihan
5. Cedera yg timbul
dapat memperburuk
6. Bantu klien ke posisi yang kondisi klien
optimal untuk latihan
6. Memaksimalkan
rentang gerak
latihan
7. Anjurkan klien untuk 7. ROM dapat
melakukan latihan range of mempertahankan
motion secara aktif jika pergerakan sendi
memungkinkan
8. ROM pasif dilakukan
8. Anjurkan untuk melakukan jika klien tidak dapat
range of motion pasif jika melakukan secara
diindikasikan mandiri

9. Meningkatkan harga

9. Beri reinforcement positif diri klien

setiap kemajuan klien

22
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri. Jika
tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering
membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar
tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan,
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang
memadai, bagian dari tulang bisa mati. Infeksi juga bisa menyebar keluar dari
tulang dan membentuk abses (pengumpulan nanah) di jaringan lunak di sekitarnya.
Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat timbul akut atau
kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam maupun manifestasi
local yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat dari
osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik

4.2 Saran
Diharapkan mahasiswa mampu mengerti dan memeahami mengenai penyakit
Osteomielitis dan asuhan keperawatan pada klien serta dapat menerapkan dalam
praktik lapangan maupun didunia kerja nanti. Dan kami sangat mengharapkan
kritik maupun saran yang membangun untuk lebih baik lagi kedepannya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. 2010. ANATOMI DAN FISIOLOGI UNTUK PARAMEDIS.


Jakarta:Gramedia

Lukman, Nurna Ningsih. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta:Salemba Medika

Nurarif, AH, Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarta:Mediaction

Hartono, Andry, dkk. 2002. BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH


BRUNNER & SUDDARTH. Jakarta:EGC

Asih, Yasmin. 2000. KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH:BUKU SAKU DARI


BRUNNER &SUDDARTH. Jakarta:EGC

24

Anda mungkin juga menyukai