Anda di halaman 1dari 10

MUHAMMAD FIKRI PUTRA PRATAMA

1102018106

LO 1 MM ANATOMIS TULANG, OTOT, DAN PEMBULUH DARAH EKSTREMITAS BAWAH


1.1 MAKROSKOPIK

1.2 MIKROKOSPIK
Tulang dewasa dan yang sedang berkembang mengandung 4 jenis sel berbeda. Yaitu :

Osteoprogenitor adalah sel induk pluripotent tidak berdiferensiasi yang berasal dari jaringan ikat
mesenkim. Sel ini terletak di lapisan dalam jar ikat periosteum dan di lapisan endosteum dalam
melapisi rongga sumsum, osteon (havers) dan kanalis. Fungsi utama kedua lapisan ini untuk menutrisi
tulang dan memberikan suplai bagi osteoblast baru untuk pertumbuhan. Dan kemudian berdiferensiasi
menjadi osteoblast yang menyekresi serat kolagen dan matriks tulang.

Osteoblast terdapat pada permukaan tulang yang berfungsi menyintesis, mengekskresi, dan
mengendapkan osteoid komponen tulang baru. Osteoid tidak mengandung mineral namun, osteoid
segera mengalami mineralisasi menjadi tulang.

Osteosit adalah bentuk matur osteoblast dan merupakan sel utama tulang.  Sel ini berukuran lebih kecil
dari osteoblast. Osteosit terperangkap dalam matriks tulang yang diproduksi oleh osteoblast. Lokasinya
berada di bawah lacuna dan sangat dekat dengan pembuluh darah. Karena matriks tulang sudah
mengalami mineralisasi, nutrient dan metabolit tidak dapat bebas berdifusi menuju osteosit. Karena itu,
tulang sangat vascular dan memiliki system saluran khusus atau kanal halus yang disebut kanalikuli
yang bermuara kedalam osteon. Kanalikuli mengandung cairan ekstraseluler yang memudahkan
masing masing osteosit berhubungan dengan yang lainnya dan material dipembuluh darah. Ini
bertujuan untuk membentuk hubungan kompleks dengan sekitar pembuluh darah di osteon dan terjadi
pertukaran yang efisien. Kanalikuli menjaga osteosit tetap hidup dan osteosit sebaliknya . jika osteosit
mati, matriks tulang disekitarnya direabsorbsi oleh osteoklas.

Osteoklas adalah sel multinukleus besar yang terdapat di sepanjang permukaan tulang tempat
terjadinya resorpsi, remodeling dan perbaikan tulang. Osteoklas berasal dari penyatuan sel sel
progenitor homeopetik atau darah di sumsum tulang. Fungsi utamanya yaitu reabsorpsi tulang selama
remodeling.osteoklas sering terdapat didalam lekuk dangkal pada matriks tulang yang disebut lacuna
howship. Enzim lisosom yang dikeluarkan oleh osteoklas mengikis cekungan ini
(Victor P. Eroschenko, 2010)

Terdapat dua macam proses penulangan:Penulangan intramembranosa / desmal (tanpa dimulai dengan
pembentukan tulang rawan)

Penulangan intrakartilaginosa / endokondral (dimulai dengan pembentukan tulang rawan)

Macam zona

1. Zona Istirahat : terdapat di lempeng epifisis,terdiri atas sel tulang rawan primitif yang
tumbuh kesegala arah
2. Zona proliferasi : terletak di metafisis,terdiri atas kondrosit yang membelah,dan
menghasilkan sel berbentuk gepeng atau lonjong yang tersusun berderet-deret longitudinal
seperti tumpukan uang logam,sejajar dengan sumbu panjang model tulang rawan.
3. Zona maturasi dan hipertrofi kondrosit : ukuran kondrosit beserta lakunanya bertambah
besar
4. Zona klasifikasi : terjadi endapan kalsium fosfat didalam matriks tulang tawan.Matriks
menjadi basofil dan kondrosit banyak yang mati (perlekatan zat kapur,nutrisi kurang)
5. Zona degenerasi : kondrosit berdegenerasi,banyak yg pecah,lakuna kosong dan saling
berhubungan satu dnegan yang lainnya.Daerah matriks yang hancur diisi oleh sel
osteoprogenitor
6. Zona penulangan (osifikasi) : sel progenitor yang mengisi lakuna yang telah kosong
berubah menjadi osteoblas,yang mulai mensekresi matriks tulang,sehingga terbentuklah
balok-balok tulang. (dihancurkan oleh osteoklas)
1.3 KINESIOLOGI
1. Kinesiologi
Articulation coxae
Tulang: antara caput femoris dan acetabulum
Jenis sendi: enarthrosis spheroidea
Penguat sendi: terdapat tulang rawan pada facies lunata
Kelenjar havers terdapat pada acetabuli
Gerak sendi:
 Fleksi : M. iliopsoas, M. pectineus, M. rectus femoris, M. adductor longus, M. adductor
brevis, M. adductor magnus pars anterior tensor fascia lata

 Ekstensi : M. gluteus maximus, M. semitendinosis, M. semimembranosus, M. biceps femoris


caput longum, M. adductor magnus pars posterior

 Abduksi : M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M. piriformis, M. Sartorius, M. tensor


fascia lata

 Adduksi : M. adductor magnus, M. adductor longus, M. adductor brevis, M. gracilis, M.


pectineus, M. obturator externus, M. quadratus femoris

 Rotasi medialis : M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M. tensor fascia lata, M. adductor
magnus pars posterior

 Rotasi lateralis : M. piriformis, M. obturator internus, Mm. gemelli, M. obturator externus,


M. quadratus femoris, M. gluteus maximus, dan Mm. adductors.

1.4 VASKULARISASI

LO 2 MM FRAKTUR
2.1 DEFINISI
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/ atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Fraktur adalah pemecahan suatu bagian, khususnya tulang atau pecah (ruptur) pada tulang.
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis yang
bersifat total maupun parsial.

2.2 ETIOLOGI
Etiologi fraktur yang dimaksud adalah peristiwa yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur
diantaranya peristiwa trauma(kekerasan) dan peristiwa patologis

Menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu:

1. Cidera atau benturan


2. Fraktur patologik: Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi
lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.
3. Fraktur beban: Fraktur baban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang- orang yang baru saja
menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam angkatan bersenjata atau
orang- orang yang baru mulai latihan lari.

Menurut Sachdeva (1996), penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan
pada kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan,
misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor
dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru yang tidak
terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat
timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan kegagalan absorbsi
Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

2. Secara Spontan Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

2.3 KLASIFIKASI
Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar
Fraktur dapat dibagi menjadi :
a) Fraktur tertutup (closed),bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar.
b) Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat (menurut R.
Gustillo), yaitu:
Derajat I :
i. Luka 1 cm
ii. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi
iii. Fraktur kominutif sedang
iv. Kontaminasi sedang

Derajat II :
i. Laserasi >1 cm
ii. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi
iii. Fraktur kominutif sedang
iv. Kontaminasi sedang

Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot, dan neurovaskular
serta kontaminasi derajat tinggi.
Fraktur terbuka derajat III terbagi atas:
i. Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat laserasi
luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat kominutif yang disebabkan oleh
trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran luka.
ii. Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau kontaminasi
masif.
iii. Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa melihat
kerusakan jaringan lunak.

Berdasarkan bentuk patahan tulang


a) Transversal Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang
atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya mudah dikontrol dengan
pembidaian gips.
b) Spiral Adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi ekstremitas
atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak.
c) Oblik Adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis patahnya
membentuk sudut terhadap tulang.
d) Segmental Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang retak
dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darah.
e) Kominuta Adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya keutuhan
jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.
f) Greenstick Adalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana korteks
tulang sebagian masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis ini sering terjadi pada anak –
anak.
g) Fraktur Impaksi Adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga
yang berada diantaranya, seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.
h) Fraktur Fissura Adalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti,
fragmen biasanya tetap di tempatnya setelah tindakan reduksi.

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun pada penderita usia tua
biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat menyebabkan fraktur collum femur. Penderita tidak
dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan
eksorotasi. Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera. Tungkai dalam posisi
abduksi dan fleksi serta eksorotasi. Nyeri, memar dan pembengkakan adalah gejala yang sering di
temukan, tetapi gejala itu tidak membedakan fraktur dari cedera jarngan lunak. Deformitas jauh lebih
mendukung.
Tanda-tanda lokal
 Penampilan : pembengkakan, memar dan deformasi mungkn terlhat jelas.
 Rasa : terdapat nyeri setempat
 Gerakan : krepitus dan gerakan abnormal dapat di temukan

1. Deformitas Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari
tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang.
b. Penekanan tulang.
2. Bengkak : Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan
yang berdekatan dengan fraktur.
3. Echimosis dari perdarahan Subculaneous.
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur.
5. Tenderness / keempukan.
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaerah yang berdekatan
7. Kehilangan sensasi ( mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf/perdarahan ).
8. Pergerakan abnormal.
9. Dari hilangnya darah.
10. Krepitasi

2.5 DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Keluhan utama berupa:
a. Trauma, waktu terjadinya trauma, cara terjadinya trauma, lokasi trauma.
b. Nyeri, lokasi nyeri, sifat nyeri, intensitas nyeri, referred pain.
c. Kekakuan sendi
d. Pembangkakan
e. Deformitas
f. Ketidakstabilan sendi
g. Kelemahan otot
h. Gangguan sensibilitas
i. Hilangnya fungsi
j. Jalan pincang

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi (look)
 Kulit, meliputi warna kulit, tanda peradangan dan tekstur kulit
 Jaringan lunak, pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen, jaringanlemak, fasia,
kelenjar limfe.
 Tulang dan sendi
 Sinus dan jaringan parut
b. Palpasi (feel)
 Suhu kulit, denyutan arteri
 Jaringan lunak, mengetahui adanya spasme otot, atrofi otot
 Nyeri tekan,
 Tulang, perhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang
 Pengukuran anggota gerak
 Penilaian deformitas
c. Pergerakan (move)
 Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif, apakah gerakanmenimbulkan sakit dan
disertai krepitasi
 Stabilitas sendi
 ROM, abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna, pronasi,
supinasi, fleksi lateral, dorsofleksi, plantar fleksi, inversi,eversi.

3. Penunjang Dilakukan pemeriksaan rontgen, apabila fraktur pada tulang panjang


dilakukan posisi AP dan lateral. Fraktur tulang navicular posisi AP, lateral,dan oblique.

2.6 TATALAKSANA (PERTOLONGAN PERTAMA, PENGOBATAN, REHABILITASI, PENCEGAHAN)


1. laksana
Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan pengembalian fungsi
dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
a. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi
anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka,
yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktur.
1. Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan
traksi manual.
2. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang
terjadi.
3. Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang
direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat,
paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan
fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid
terjadi.
b. Immobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di imobilisasi 
atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau inernal.
1. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips
atau fiksator eksternal.
2. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai inerna
untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi di butuhkan sesuai
lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trohanterik 10-12 minggu, batang
18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.
c. Mempertahankan  dan mengembalikan fungsi, segala upaya  diarahkan pada
penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu:
1. Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
2. Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan
3. Memantau status neurologi.
4. Mengontrol kecemasan dan nyeri
5. Latihan isometrik dan setting otot
6. Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
7. Kembali keaktivitas secara bertahap.
Pemeriksaan Radiologi

Untuk setiap penderita yang diperkirakan fraktur, pemeriksaan radiologis yang Anda minta
hanya sebagai konfirmasi / diagnosis, rencana terapi dan kritik medicolegal pada tindakan
pertama yang dilakukan terhadap penderita tersebut serta perkiraan prognosis nya. Oleh
karena itu pada permintaan X-ray proyeksi dan daerah / ara yang diminta harus jelas.
Kadangkala proyeksi khusus seperti proyeksi oblik diperlukan atau sisi sehat guna
perbandingan terutama pada anakanak atau proyeksi stress guna menentukan adanya lesi pada
ligamen sebagai stabilitas sendi. Bahkan pemeriksaan yang lebih canggih seperti MRI, CT-
scan dan lainnya perlu dipikirkan untuk informasi yang rinci terhadap penderita. Ada beberapa
kesalahan yang harus Anda pikirkan seperti: fraktur scaphoid sukar dilihat dengan proyeksi
konvensional / standard maka perlu proyeksi khusus. Fraktur kalkaneus memerlukan
visualisasi tulang kalkaneus dengan proyeksi tangensial dengan ataupun tanpa proyeksi oblik
Pada pemotretan kolum femur yang kurang terpusat pada lehernya maka visualisasi fraktur
tersebut sukar dilihat. Demikian juga fraktur avulsi pada tibial spine yang tidak terfokus pada
daerah tersebut akan mengalami kesukaran dalam menilai lesi daerah itu.

TINDAKAN PEMBEDAHAN
1. ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION)
 Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera dan diteruskan sepanjang
bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur
 Fraktur diperiksa dan diteliti
 Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka
 Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali
 Saesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat ortopedik
berupa; pin, sekrup, plate, dan paku
Keuntungan:
- Reduksi akurat
- Stabilitas reduksi tinggi
- Pemeriksaan struktu neurovaskuler
- Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal
- Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat
- Rawat inap lebih singkat
- Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal
Kerugian:
- Kemungkinan terjadi infeksi
- Osteomielitis
2. EKSTERNAL FIKSASI
- Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada
ekstrimitas dan tidak untuk fraktur lama
- Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips.
- Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang
- Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya.
- Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain:
 Obsevasi letak pen dan area
 Observasi kemerahan, basah dan rembes
 Observasi status neurovaskuler distal fraktur
2. Pencegahan
1. Nutrisi dan sinar matahari
Tubuh pada dasarnya membutuhkan asupan kalsium yang cukup untuk kesehatan tulang.
Sumber kalsium yang baik bisa Anda dapatkan dari susu, yoghurt, keju, dan sayuran berdaun
hijau gelap. Tubuh juga membutuhkan vitamin D untuk menyerap kalsium. Anda bisa
mendapatkan vitamin D dengan berjemur dibawah sinar matahari (disarankan dipagi hari),
makan telur, dan ikan berminyak.

2. Aktivitas fisik
Jika sering latihan menahan beban, semakin kuat dan padat tulang Anda. Latihan yang
membuat tulang Anda kuat misalnya berlari, berjalan, berlari, melompat, dan menari, atau
latihan apa pun itu yang dapat menguatkan tulang. Dengan begitu Anda dapat mencegah patah
tulang.

3. Menopause
Estrogen adalah hormon yang mengatur kalsium pada wanita. Hormon ini akan berkurang
selama menopause, yang membuat pengendalian kalsium jauh lebih sulit. Akibatnya, wanita
harus sangat berhati-hati pada tulangnya selama dan setelah menopause.

Tips berikut ini dapat membantu Anda mengurangi risiko osteoporosis setelah menopause:

Jika kecanduan merokok, segera berhenti sama sekali


Lakukan latihan beban singkat setiap minggu
Hindari alkohol
Sering berjemur dibawah sinar matahari
Pastikan pola makan yang mengandung banyak kalsium. Bagi Anda yang kesulitan
mengonsumsi makanan berkalsium, dokter mungkin menyarankan mengonsumsi suplemen
kalsium.

2.7 FRAKTUR PADA TUNGKAI


2. Klasifikasi fraktur tulang
Fraktur tulang femur
Fraktur femoris adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan
oleh trauma langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi
tulang/osteoporosis.

Klasifikasi fraktur collum femoris, yaitu:


1. Fraktur intrakapsular, fraktur ini terjadi di kapsul sendi pinggul
 Fraktur capital : Fraktur pada kaput femur
 Fraktur subkapital : Fraktur yang terletak di bawah kaput femur
 Fraktur transervikal : Fraktur pada kolum femur

2. Fraktur ekstrakapsular, fraktur yang terjadi di luar kapsul sendi pinggul

Klasifikasi fraktur collum femur menurut Garden’s adalah sebagai berikut :


 Grade I : Fraktur inkomplit
 Grade II: Fraktur lengkap tanpa pergeseran
 Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment)
 Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang
bersinggungan

Klasifikasi Pauwel’s untuk fraktur kolum femur juga sering digunakan. Klasifikasi ini berdasarkan atas
sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang horizontal pada posisi tegak.
 Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal pada posisi tegak
 Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal pada posisi
tegak
 Tipe III : garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal pada posisi tegak

Dislokasi collum femur


Dislokasi adalah keaadan terpisahnya dua permukaan sendi secara keseluruhan.
Dalam hal ini collum dan caput femoris keluar dari acetabulum os. Coxae.

LO 3 MM TATA CARA SHOLAT SAAT SAKIT PADA PANDANGAN ISLAM


Keringanan Dalam Shalat
Keringanan dalam mengerjakan shalat pun diberikan kepada orang sakit. Di antaranya dibolehkannya
shalat sambil duduk, tidak terlalu menghadap kiblat, tidak ikut shalat Jumat dan Id, menjama' shalat
dan lainnya.
1. Tidak Bisa Berdiri
Berdiri adalah rukun shalat, sehingga orang yang shalatnya tidak berdiri maka shalatnya tidak sah.
Namun khusus buat orang yang sakit dan tidak mampu berdiri dengan benar kecuali dengan bersandar,
dibolehkan berdiri dengan bersandar.
Bila tidak mampu juga, maka dibolehkan shalat dengan tanpa berdiri, sehingga posisinya cukup dengan
duduk saja. Dan bila tidak mampu duduk sendiri, dibolehkan duduk sambil bersandar.
Dasarnya adalah hadits nabawi berikut ini :
َ‫اعدًا فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ْست َِط ْع فَ َعلَى َج ْن ِبك‬
ِ َ‫صل قَا ِئ ًما فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ْست َِط ْع فَق‬ ُ ‫اسي ُر فَ َسأ َ ْل‬
َ : ‫ت َرسُول هَّللا ِ فَقَال‬ ْ ‫كَان‬
ِ ‫َت ِبي بَ َو‬
Dari Imran bin Hushain berkata,”Aku menderita wasir, maka aku bertanya kepada Rasulullah SAW.
Beliau bersabda,”Shalatlah sambil berdiri, kalau tidak bisa, maka shalatlah sambil duduk. Kalau
tidak bisa, shalatlah di atas lambungmu. (HR. Bukhari)
2. Tidak Bisa Ruku'
Bagaimana bila seorang yang sakit tidak mampu melakukan gerakan dan posisi ruku?
Dalam hal ini ada dua pendapat, yaitu pendapat jumhur ulama dan pendapt Al-Hanafiyah.
a. Jumhur Ulama
Menurut jumhur ulama, orang yang tidak bisa melakukan gerakan atau berposisi ruku’, dia harus
berdiri tegak, lalu mengangguk kepala, namun masih tetap berdiri.[1]
Dasarnya adalah hadits berikut ini :
َ‫َوقُو ُموا هَّلِل ِ قَانِتِين‬
Berdirilah untuk Allah dengan Khusyu’
Maksudnya, bila orang sakit tidak mampu melakukan gerakan ruku, maka dia mengambil posisi dasar
yaitu berdiri. Ruku’nya hanya dengan mengangguk saja.
b. Mazhab Al-Hanafiyah
Namun menurut pendapat Al-Hanafiyah, orang yang tidak mampu melakukan gerakan ruku’, secara
otomatis tidak lagi wajib melakukan posisi berdiri. Sehingga dia shalat sambil duduk saja, rukunnya
dengan cara mengangguk dalam posisi duduk, bukan dari posisi berdiri. [2]
3. Tidak Bisa Sujud
Posisi sujud adalah bagian dari rukun shalat yang apabila ditinggalkan akan membuat shalat itu
menjadi tidak sah. Sebagaimana ruku’ yang juga merupakan rukun shalat, sujud juga diperintahkan di
dalam Al-Quran.
‫ارْ َكعُوا َوا ْس ُجدُوا‬
Ruku’ lah dan sujudlah (QS. Al-Hajj : 77)
Namun orang yang sakit dan tidak mampu untuk melakukan gerakan sujud, tentu tidak bisa dipaksa.
Dia mendapatkan keringanan dari Allah SWT untuk sebisa-bisanya melakukan sujud, meski tidak
sempurna.
Orang yang bisa berdiri tapi tidak bisa sujud, dia cukup membungkuk sedikit saja dengan badan masih
dalam keadaan berdiri. Dia tidak boleh berbaring, sambil menganggukkan kepala untuk sujud. Bila hal
itu dilakukannya malah akan membatalkan shalatnya.[3]
Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW :
َْ
َ َ‫ض َوإِالَّ فَأَوْ ِمئْ إِي َما ًء َواجْ َعل ُسجُودَكَ أَ ْخف‬
ِ ‫ض ِم ْن ُر ُك‬
َ‫وعك‬ ِ ْ‫ِإ ِن ا ْستَطَعْتَ أَ ْن تَ ْس ُج َد َعلَى اْألَ•ر‬
Bila kamu mampu untuk sujud di atas tanah, maka lakukanlah. Namun bila tidak, maka anggukan
kepala. Jadikan sujudmu lebih rendah dari ruku’mu. (HR. Ath-Thabrani)
4. Tidak Bisa Menghadap Kiblat
Seseorang yang sedang menderita sakit tertentu sehingga tidak mampu berdiri atau duduk, maka dia
tetap wajib shlat dengan menghadap kiblat. Namun caranya memang agak berbeda-beda di antara para
ulama.
Sebagian mengatakan bahwa caranya dengan berbaring miring, posisi bagian kanan tubuhnya ada di
bawah dan bagian kiri tubuhnya di atas. Mirip dengan posisi mayat yang masuk ke liang lahat.
Dalilnya karena dalam pandangan mereka, yang dimaksud dengan menghadap kiblat harus dada dan
bukan wajah. Maka intinya adalah bagaimana dada itu bisa menghadap kiblat. Dan caranya dengan
shalat dengan posisi miring.
Dalil lainnya adalah sabda Rasulullah SAW sendiri yang memerintahkan untuk shalat di atas lambung.
Dasarnya adalah hadits nabawi berikut ini :
َ‫اعدًا فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ْست َِط ْع فَ َعلَى َج ْنبِك‬
ِ َ‫صل قَائِ ًما فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ْست َِط ْع فَق‬ ُ ‫اسي ُر فَ َسأ َ ْل‬
َ : ‫ فَقَال‬ ِ ‫ت َرسُول هَّللا‬ ْ ‫كَان‬
ِ ‫َت بِي بَ َو‬
Dari Imran bin Hushain berkata,”Aku menderita wasir, maka aku bertanya kepada Rasulullah SAW.
Beliau bersabda,”Shalatlah sambil berdiri, kalau tidak bisa, maka shalatlah sambil duduk. Kalau
tidak bisa, shalatlah di atas lambungmu. (HR. Bukhari)
Namun sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa yang menjadi ukuran dalam menghadap kiblat
adalah kaki, bukan dada. Asalkan kakinya sudah menghadap kiblat, maka dianggap posisi badannya
sudah memenuhi syarat.
Maka orang yang sakit itu dalam posisi telentang dan kakinya membujur ke arah kiblat.
Namun akan jauh lebih baik bila badannya bisa sedikit dinaikkan dan bersender di bantal, karena baik
dada mau pun kaki sama-sama bisa menghadap kiblat. Umumnya ranjang di rumah sakit bisa
ditinggikan di bagian kepala, maka ranjang seperti ini tentu akan lebih baik lagi.
Adapun seseorang yang sakitnya amat parah sehingga tidak bisa lagi menggerakkan badan atau
menggeser posisinya agar menghadap ke kiblat, dan juga tidak ada yang membantunya untuk
menggeserkan posisi shalat menghadap ke kiblat, maka dia boleh menghadap ke arah mana saja.
5. Tidak Wajib Ikut Shalat Jumat
Kewajiban untuk mengerjakan shalat Jumat menjadi gugur manakala seseorang punya udzur sakit.
Dalilnya antara lain adalah hadits berikut ini :
ٌ‫ خَ وْ فٌ أَوْ َم َرض‬: ‫ َو َما ْالع ُْذ ُر ؟ قَال‬: ‫اع ِه ع ُْذ ٌر قَالُوا‬
ِ َ‫َم ْن َس ِم َع ْال ُمنَا ِدي فَلَ ْم يَ ْمنَ ْعهُ ِمنَ اتِّب‬
Orang yang mendengar panggilan, tidak ada yang bisa mencegahnya kecuali udzur. Seseorang
bertanya,"Udzur itu apa saja?". Beliau SAW menjawab,"Rasa takut atau sakit". (HR. Abu Daud).
6. Kebolehan Menjama' Shalat
Dalam hal kebolehan menjama' shalat bagi orang sakit, ada sebagian ulama yang tidak
memperbolehkannya. Namun ada sebagian yang lain membolehkan adanya shalat jama’ bagi orang
yang sedang sakit.
a. Tidak Membolehkan
Mereka yang tidak membolehkan orang sakit untuk menjama’ shalat di antaranya adalah mazhab Al-
Hanafiyah dan Asy-Syafi’iyah, serta sebagian dari ulama dari mazhab Al-Malikiyah.
Dasarnya karena sama sekali tidak ada dalil apa pun dari Rasulullah SAW yang membolehkan hal itu.
Dan selama tidak ada dalil, maka kita tidak boleh mengarang sendiri sebuah aturan tentang shalat.[4]
Sehingga setiap orang yang sakit wajib menjalankan shalat sesuai dengan waktu-waktu shalat yang
telah ditetapkan, dan tidak ada istilah untuk dijama’.
b. Membolehkan
Mazhab Al-Hanabilah dan sebagian ulama dari kalangan mazhab Al-Malikiyah berpendapat bahwa
seorang yang sedang sakit diberi keringanan untuk menjama’ dua shalat, baik jama’ taqdim atau
pun jama’ ta’khir.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

http://www.rumahfiqih.com/x.php?id=1392633452

Anda mungkin juga menyukai