Anda di halaman 1dari 13

Alokasi Dan Penjadwalan

Tenaga Keperawatan Dalam setiap Shift

(diajukan sebagai pelengkap tugas kelompok pada mata kuliah manajemen keperawatan
yang diampu oleh Ns. Vania Tampilang S,Kep., M.Kes.)

OLEH :

KELOMPOK XVI

1. Jane Biringan NIM 2114102148


2. Tryanti Sasiwu NIM 2114202135

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN


INDONESIA MANADO
2022
Alokasi Dan Penjadwalan Tenaga Keperawatan Dalam setiap Shift

A. Pengertian

Alokasi adalah penentuan banyaknya barang yang disediakan untuk suatu

tempat (Pembeli dan sebagainya) penjatahan. Atau penentuan banyaknya biaya

yang disediakan untuk suatu keperluan (Kamus besar bahasa Indonesia:Online).

Penjadwalan adalah pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan

masing-masing pekerjaan dalamrangkamenyelesaikan suatu kegiatan hingga

tercapainya hasil yang optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-

keterbatasan yang ada (Husein 2008 dalam Jurnal USU). Salah satu layanan

dalam rumah sakit adalah layanan rawat inap. Di dalam layanan ini terdapat alur

tranformasi kegiatan, mulai dari tahap penelitian terhadap pasien., diagnosis

hingga tahap penyembuhan. Layanan rawat inap dalam rumah sakit tersebut

membutuhkan penjadwalan yang optimal. Optimal artinya keutungan harus

sebesar-besarnya dan kerugian harus sekecil-kecilnya (Suyadi 2005 dalam

setiawan dkk).

Penentuan jadwal diperlukan peranan penting pihak management terutama

kepala bidang keperawatan, dalam prosesnya menggunakan cara manual. cara

seperti ini membutuhkan waktu yang lama. Pihak management harus membuat

penjadwalan perawat setiap unit ruang rawat inap (setiawan dkk 2014).
B. Permasalahan Penjadwalan

Agar tujuan tercapai seperti yang diinginkan oleh semua manajemen

perusahaan maka perlu Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien.

Masalah penjadwalan tenaga kerja memiliki karakteristik yang spesifik, antara

lain kebutuhan karyawan yang berfluktuasi, kapasitas tenaga kerja yang tidak bisa

disimpan, dan faktor kenyamanan pelanggan. Berbagai permasalahan pasti akan

dihadapi setiap perusahaan dalam membuat jadwal untuk memenuhi semua

kebutuhan jam kerja sesuai dengan jumlah pekerja yang ada. Terlebih lagi jika

dalam suatu organisasi atau perusahaan jumlah pekerja sangat banyak, jumlah jam

kerja sangat panjang (misal 24 jam dalam sehari, dan 7 hari dalam seminggu) dan

variasi pekerjaan banyak. Contoh nyata yang dapat diambil pada kasus ini adalah

penjadwalan perawat dan penjadwalan dokter yang ada di sebuah rumah sakit.

Banyaknya jumlah pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan sangat kontras

dengan jumlah perawat dan dokter yang ada pada rumah sakit. Hal ini

mengakibatkan pihak rumah sakit perlu melakukan pengaturan jadwal yang

efisien untuk setiap sumber daya manusia yang ada (termasuk perawat dan pasien)

agar semua pasien dapat terlayani dengan baik.(Atmasari 2014)


C. Penjadwalan perawat

perencanaan kebutuhan dan penjadwalan perawat adalah salah satu halyang

paling penting yang harus di buat di dalam keputusan rumah sakit,Ada tiga hal

yang berkaitan dengan proses dan pengambilan keputusan perencanaan kebutuhan

dan penjadwalan perawat yaitu:

a. Staffing Decision Yaitu merencanakan tingkat atau jumlah kebutuhan akan

perawat prakualifikasinya.

b. Scheduling decisión Yaitu menjadwalkan hari masuk dan libur juga shift.

Shift kerja untuk setiap harinya sepanjang periode penjadwalan dalam rangka

memenuhi kebutuhan 3 mínimum tenaga perawat yang harus tersedia

c. Allocation Decision Yaitu membentuk kelompok perawat untuk dialosikan ke

shift-shift atau hari-hari yang kekurangan tenaga kibat adanya variasi demand

yang tidak diprediksi, misalnya absennya perawat.

Masalah penjadwalan kariayan banyak di jumpai pada Industri jasa, salah

satunya dirumah sakit. Sebagaimana yang telah di atur dalam Undang-undang No

44 tahun 2009 tentang Rumah sakit bahwa salah satu tujuan penyelenggaraan

rumah sakit adalah meninggkatkan mutu dan mempertahankan standar

pelayananan kesehatan. Untuk peningkatan mutu dan standar itu rumah sakit

harus memiliki sistem penjadwalan yang berkualitas karena padatnya system

memberi pelayanan yang ada di dalamnya baiknya atau tidaknya system

pelayanan yang ada dalam rumah sakit dapat menentukan sistem penjadwalan

perawat yang ada pada umumnya perawat di Indonesia di klaifikaskan dalam


sistem penjadwalan dinas jaga atau shift, yaitu dinas pagi, jaga sore, dan jaga

malam. Namun bagi sebagian perawat,di tuntut bekeja di malam hari, liburan dan

akhir pekan sering membuat stress dan frustasi. oleh karena itu, penjadwalan

merupakan factor yang paling penting dalam penentuan ketidak puasan atau

kepuasan kerja. manager sebagai orang yang bertanggung jawab untuk menyusun

jadwal kerja sebaiknya secara berkala melakukan evaluasi kepuasan pegawai

terhadap system penjadwalan yang sedang berlaku. Dengan mempertimbangkan

keuntungandan kerugian. karena beberapa penjadwalan mengharuskan

pembayaran uang lembur, hasil kepuasan perawat dalam peningkatan biaya.

Selain itu, Perpanjangan dinas jaga dari 8 jam – 10/12 jam Dapat menyebakan

peningkatan kesalahan penilaian klinis Karena perawat keletihan.untuk alasan ini,

banayk organisaasi membatasi jumlah hari berturut-turut seorang perawat dapat

bekerja di perpanjangan dinas jaga. (USU 2015)

D. Undang-Undang mengenai kerja shift pagi siang dan malam

Pengaturan jam kerja dalamsistem shift di atur dalam UU No 13 tahun 2003

mengenai ketenaga kerjaan yaitu di atur dalam pasal-pasal sebagai berikut:

a. Jika jam kerja dilingkungan suatu perusahaan atau badan hukum

lainnya di tentukan 3 shift, pembagian dan setiap shift adalah maksimum

8 jam per hari, termaksud istirahat antar jam kerja (Pasal 79 ayat 02

Huruf a UU No 13 tahun 2003).


b. Jumlah jamkerja secaraa kumulatif masing-masing shift tidak boleh lebih

dari 40 jam/minggu (Pasal 77 ayat 02 UU No13 tahun 2003)

c. Setiap pekerja yang bekerja melebihi ketentuan waktu kerja 8 jam / hari

per shift atau melebihi jumlah jam kerja akumulatif 40jam/minggu, harus

sepengetahuan dan dengan surat perintah dari pimpinan perusahaan yang

di perihitungkan sebagai waktu kerja lembur ( pasal 78 ayat 02 UU No 13

Tahun 2003)

d. Dalam Penerapannya, terdapat pekerjaan yang di jalanan terus menerus

yang dijlankan dengan pembagian waktu kerja dalam shift-shift.

Menurut Kepmenarkertrans No 233/men/2003, yang di maksud dengan

Pekerjaan dijalankan secara terus menerus disini adalah pekerjaan yang

menurut jenis dan sifatnya harus di laksanakan atau dijalankan secara terus

dalam keadaan lain berdasarkan kesepakatan anatara pekerja dengan

pengusaha

E. Karakteristik Penjadwalan Perawat

Penjadwalan perawat memiliki karakteristik yang penting, antara lain:

a. Coverage

Jumlah perawat dengan berbagai tingkat yang akan ditugaskan sesuai

jadwal berkenaan dengan pemakaian minimum personel perawat

tersebut.
b. Quality

Sebuah alat untuk menilai keadaan pola jadwal.

c. Stability

Bagaimana agar seseorang perawat mengetahui kepastian jadwal libur

masuk untuk beberapa hari mendatang dan supaya mereka mempunyai

pandangan bahwa jadwal ditetapkan oleh suatu kebijaksanaan yang

stabil dan konsisten, seperti weekend policy, rotation policy.

d. Flexibility

Kemampuan jadwal untuk mengantisipasi setiap perubahan-perubahan

seperti pembagian fulltime, part time, rotasi shift dan permanen shift.

e. Fairness

Alat untuk menyatakan bahwa tiap-tiap perawat akan merasa

diberlakukan sama.

f. Cost

Jumlah resource yang dikonsumsi untuk penyusunan maupun

operasional penjadwalan. (Menurut Warner 1976 dalam Atmasari 2014)

F. Model Sedehana Penjadwalan Perawat di Ruangan

Rumah sakit merupakan instansi yang memiliki kesibukan kerja yang sangat

tinggi. Kesibukan ini akan lebih tampak pada ruangan dimana pada ruangan ini

pengaturan seluruh sumber daya yang meliputi dokter, perawat, kendaraan

ambulan, obat-obatan sampai pengaturan shift jaga harus dioptimalkan. Misalkan


pada ruang rawat di sebuah rumah sakit waktu jaga perawat dalam sehari dibagi

kedalam 3 shift, yaitu shift pagi, sore dan shift malam. Penjelasan untuk masing-

masing shift adalah sebagai berikut :

1. Shift pagi

kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan durasi waktu = antara pukul

7.00 pagi s.d 14.00 sore

2. Shift sore

Kebutuhan dalam 1 hari = 7 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul

14.00 sore s.d 21.00 malam

3. Shift malam

kebutuhan dalam 1 hari = 10 jam kerja dan Durasi waktu = antara pukul

21.00 malam s.d 7.00 pagi dihari berikutnya.

Dalam memenuhi kebutuhan perawat untuk seluruh shift, haruslah

mematuhi peraturan-peraturan yang ada pada rumah sakit. Karena banyaknya

batasan-batasan dalam pembuatan jadwal, hal ini mengakibatkan hampir tidak ada

solusi yang benar-benar feasible untuk digunakan. Dalam prakteknya pasti

terdapat pelanggaran-pelanggaran terhadap satu atau beberapa peraturan.Oleh

karena itu, batasan-batasan model dibagi kedalam dua jenis yaitu :

1. Kendala utama

Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-peraturan

kerja yang tidak boleh dilanggar. Contoh kendala utama adalah : Seorang

perawat tidak dapat berjaga pada shift pagi, sore dan malam dalam secara
berturut-turut. Dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada lebih dari

empat hari aktif kerja berturut-turut.

2. Kendala tambahan

Merupakan batasan-batasan yang merepresentasikan peraturan-peraturan

kerja yang sewaktu-waktu dapat dilanggar, namun sebisa mungkin

pelanggaran terhadap kendala tambahan tersebut diminimalkan. Contoh

kendala tambahan adalah: Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada dua

shift malam berturut-turut dan Setiap perawat tidak boleh ditugaskan pada tiga

shift sore berturut-turut. (Atmasari 2014)

G. Metode Goal Programming dan Linear

Program linier merupakan suatu metode pendekatan terhadap masalah

pengambilan keputusan yang hanya melibatkan satu tujuan (single goal). Program

linier digunakan untuk mengalokasikan sumber daya langka yang ada supaya

mencapai tujuan yaitu meminimumkan atau memaksimumkan suatu

permasalahan. Contoh permasalahan yang harus dimaksimumkan adalah

keuntungan dan penjualan produk, sedangkan contoh permasalahan

meminimumkan adalah biaya dan kerugian. (USU,2015)

Goal Programming atau yang dikenal dengan Program Tujuan Ganda (PTG)

merupakan modifikasi atau variasi khusus dari program linier. Goal Programming

bertujuan untuk meminimumkan jarak antara atau deviasi terhadap tujuan, target

atau sasaran yang telah ditetapkan dengan usaha yang dapat ditempuh untuk

mencapai target atau tujuan tersebut secara memuaskan sesuai dengan syarat-
ikatan yang ada, yang membatasinya berupa sumber daya yang tersedia, teknologi

yang ada, kendala tujuan, dan sebagainya .(Nasendi, 1985). Goal Programming

pertama kali diperkenalkan oleh Charnes dan Coopers (1961). Charnes dan

Coopers mencoba menyelesaikan persoalan program linier dengan banyak

kendala dengan waktu yang bersamaan. Gagasan itu berawal dari adanya program

linier yang tidak bisa diselesaikan karena memiliki tujuan ganda. Charnes dan

Coopers mengatakan bahwa jika di dalam persamaan linier tersebut terdapat slack

variable dan surplusvariable (variable deviasi atau penyimpangan) di dalam

persamaan kendalanya, maka fungsi tujuan dari persamaan tersebut bisa

dikendalikan yaitu dengan mengendalikan nilai ruas kiri dari persamaan tersebut

agar sama dengan nilai ruas kanannya. Inilah yang menjadi dasar Charnes dan

Coopers mengembangkan metode Goal Programming. (USU,2015)

Terminologi yang mendasari GP Terdiri dari Objektif yang dimana Objektif

merupakan Suatu pernyataan yang menyatakan atau mempresentasikan suatu

aspirasi atau kainginan untuk dapat memaksimumkan pemenuhan permintaan dan

lain-lain. Tingkat aspirasi atau nilai target adalah bagian kedua dalamgoal

programming yang artinya Suatu nilai yang membatasi pencapaian objektif

diterima atau ditolak atau merupakan tingkat pencapaian yang diinginkan untuk

setiap atribut atau objektif. Dan yang terakhir adalah Goal yang dimana goal

adalah Suatu pencapaian objektif yang sesuai dengan tingkat aspirasi pengambil

keputusan.
Ada beberapa formulasi model goal programming yang dibentuk dari

modifikasi model linear programming dengan criteria pemilihan keputusan yang

memuaskan adalah yang meminimumkan masing-masing variable deviasinya.

Variabel deviasi ini yang menyebabkan penyimpangan terhadap pencapaian

tingkat aspirasi goal yang ditetapkan pengmbil keputusan.

Berdasarkan Jurnal ’’Penjadwalan Perawat Unit Gawat Darurat Dengan

Menggunakan Goal Programming’’ oleh Atmasari Setelah model matematik

diformulasikan dalam bentuk Goal Programming dan selanjutnya diproses dengan

menggunakan paket LINGO maka dihasilkan jadwal kerja perawat untuk Unit

Gawat Darurat dalam periode satu bulan. Dari jadwal GP hasil komputasi jumlah

kebutuhan minimal dan maksimal perawat untuk tiap shift dalam satu hari sudah

memenuhi range yang ditentukan pihak manajemen rumah sakit. Day off dari

masing-masing perawat dipenuhi dengan cara memberikan hari libur maksimal

setelah perawat ditugaskan pada tiga hari aktif kerja. Dari jadwal GP hasil

komputasi terlihat bahwa perawat mendapat jatah libur secara merata dan tidak

ada perawat yang tidak mendapat hari libur setelah maksimal bekerja selama tiga

hari. Untuk total jumlah shift perawat dalam satu periode sudah memenuhi range

yang ditentukan oleh pihak manajemen rumah sakit yaitu antara 15 sampai 22

hari. Terlihat dari jadwal GP hasil komputasi bahwa tidak ada satupun perawat

yang jumlah total shiftnya kurang dari 15 hari atau melebihi 22 hari. Untuk

pembagian shift malam dari jadwal GP hasil komputasi setiap perawat memiliki

jatah shift malam kurang lebih 30% dari jumlah shift yang ada. Untuk
pelanggaran perawat ditugaskan pada dua atau lebih shift malam secara berturut-

turut tidak didapati pada jadwal GP hasil komputasi. Berdasarkan hasil yang

didapatkan dalam penelitian ini, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan sebagai

yakni Dengan menggunakan model penjadwalan goal Programming, maka

diperoleh penjadwalan perawat yang lebih baik dibandingkan jadwal yang dibuat

secara manual. Dan Jadwal yang dihasilkan dengan model goal programming

dapat memenuhi seluruh kendala utama yang merupakan presentasi peraturan

rumah sakit yang tidak boleh dilanggar, dan juga memenuhi seluruh kendala

tambahan yang merupakan presentasi peraturan rumah sakit yang dapat dilanggar.

maka penggunaan metode GP ini Lebih baik dibandingkan dengan metode manual

karena mengingat banyaknya kendala dan persoalan pada metode manual tersebut.
Referensi:

Anonim. (2017). Gajimu. Pembagian Kerja Shift .

Anonim. (2015). repository.USU.ac.id. Landasan Teori Perawat , 1-21.

Atmasari. (2014). diglib.its.ac.id. ’Penjadwalan Perawat Unit Gawat Darurat

Dengan Menggunakan Goal Programming , 1-13.

Rudi setiawan, D. P. (2014). Repository.unej.ac.id. Optimasi penjadwalan Perawat

ruangrawat inap penyakit dalam rumahsakit daerah dr.Soebandi

Jamber , 1-9.

Anda mungkin juga menyukai