Anda di halaman 1dari 64

MERENCANAKAN KETENAGAAN KEPERAWATAN

SEDERHANA YANG SESUAI DENGAN KEBUTUHAN


RUANG RAWAT

Team Teaching Manajemen Keperawatan



POKOK BAHASAN :

1. KONSEP DASAR, PRINSIP, DAN TUJUAN KETENAGAAN


2. VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KETENAGAAN
3. CARA PENGHITUNGAN JUMLAH TENAGA DALAM SUATU SHIFT
4. ALOKASI DAN PENJADWALAN TENAGA KEPERAWATAN SETIAP SHIFT
5. PENINGKATAN KUALITAS KETENAGAAN YANG EFEKTIF SESUAI STANDAR AKREDITASI
6. JENIS METODE PENUGASAN DALAM RUANG RAWAT
KONSEP DASAR, PRINSIP, DAN TUJUAN KETENAGAAN

• Definisi : Ketenagaan adalah sumber daya manusia untuk mengisi


posisi dalam sebuah organisasi dengan personil yang berkualitas.
• Strategi ketenagaan : tindakan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan sumber daya di masa depan, merekrut dan memilih
pegawai yang memenuhi syarat dan sesuai dengan kebutuhan
organisasi disesuaikan dengan misi rumah sakit, dan sasaran
yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu
• Rencana manajemen ketenagaan merupakan pendekatan
terstruktur untuk mengidentifikasi dan mengalokasikan pegawai
berbasis unit tertentu dengan cara paling efektif dan efisien.
• Ketenagaan mengkuantifikasi jumlah staff menurut tingkat
keterampilan yang dijadwalkan setiap hari dan setiap shiftnya.
• Keefektifan ketenagaan dilihat dari hasil evaluasi dari pengaruh
pegawai terhadap penanganan pasien, keuangan serta organisasi
(rumah sakit).
• Tujuan Ketenagaan : Mendayagunakan tenaga
keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat
memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat
memenuhi harapan pengguna jasa
FUNGSI UTAMA KETENAGAAN
1. Memenuhi falsafah organisasi dan budget organisasi pelayanan
kerepawatan tergantung pada kuantitas tenaga keperawatan yang
bertugas selama 24 jam dalam 3 shif dan pelaksanaannya saling
berkesinambungan
2. Dukungan SDM yang optimal diharapkan mampu meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan.
PRINSIP KETENAGAAN (HUBER, 2010)
Ada 9 prinsip yang disusun menjadi tiga kategori yang berkaitan
dengan unit perawatan pasien, staf, dan organisasiI.
I. Unit Perawatan Pasien
1. Tingkat ketenagaan yang sesuai untuk unit perawatan pasien
mencerminkan analisis kebutuhan pasien individual dan agregat.
2. Kebutuhan kritis untuk menunda atau mempertanyakan secara
serius kegunaan konsep jam perawatan per hari pasien
3. Fungsi Unit yang diperlukan untuk mendukung penyampaian
asuhan keperawatan berkualitas juga harus diperhatikan dalam
menentukan tingkat ketenagaan.
3. Fungsi Unit yang diperlukan untuk mendukung
penyampaian asuhan keperawatan berkualitas
. II. Staf
II

1. Kebutuhan khusus dari berbagai pasien harus memenuhi


kompetensi klinis yang sesuai dengan praktik perawat di
wilayah tersebut.
2. Registered nurse (RN) harus memiliki dukungan manajemen
keperawatan dan memiliki perwakilan baik di tingkat
operasional maupun tingkat eksekutif.
3. Dukungan klinis dari RN yang berpengalaman harus tersedia
untuk RN dengan kemampuan yang kurang.
III. ORGANISASI
1. Kebijakan organisasi harus mencerminkan organisasi yang menghargai
perawat dan karyawan lainnya sebagai aset strategis dan menunjukkan
komitmen sejati untuk mengisi posisi yang direncanakan pada waktu yang
tepat.
2. Institusi harus memiliki kompetensi yang terdokumentasi untuk staf
perawat.
3. Kebijakan organisasi harus mengenali berbagai kebutuhan baik pasien
maupun staf perawat.
ANA memperbaharui panduan mengenai Prinsip untuk Staf Perawat
(2005).
1. Nilai yang dimasukkan perawat dalam perencanaan organisasi ;
2. Nilai yang dimasukkan perawat dalam pelaksanaan tugas; Dan
3. Nilai RN yang terlatih secara klinis dan berpengalaman dalam
membuat keputusan profesional mengenai ketenagaan.
VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KETENAGAAN (GIBSON 1997)
DALAM NURSALAM (2014)
1. Faktor Individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang
keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial demografi seseorang
2. Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan
kepuasan
3. Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan,
supervise, imbalan
MENGHITUNG JUMLAH TENAGA PERAWAT DALAM SHIFF

Dalam suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang


diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat
ketergantungan pasien douglas (1984)
MENURUT LOVERIDGE & CUMMINGS (1996) KLASIFIKASI DERAJAT KETERGANTUNGAN PASIEN
DIBAGI 3 KATEGORI, YAITU :
a. PERAWATAN MINIMAL : MEMERLUKAN WAKTU 1 – 2 JAM/24 JAM YANG TERDIRI ATAS :
• Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
• Makan dan minum dilakukan sendiri
• Ambulasi dengan pengawasan
• Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift.
• Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
• Persiapan prosedur memerlukan pengobatan.
b. PERAWATAN INTERMEDIET / PARTIAL : MEMERLUKAN WAKTU 3 – 4
JAM/24 JAM YANG TERDIRI ATAS :

• Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu


• Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
• Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
• Voley kateter/intake output dicatat
• Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan,
memerlukan prosedur
c. PERAWATAN MAKSIMAL/TOTAL : MEMERLUKAN WAKTU 5 – 6 JAM/24
JAM
• Segala diberikan/dibantu
• Posisi yag diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2
jam
• Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi
intravena
• Pemakaian suction
• Gelisah/disorientasi
KLASIFIKASI KEBUTUHAN PERAWAT MENURUT
DOUGLAS :
Waktu
Klasifikasi Pagi Sore Malam

Minimal 0,17 0,14 0,10


Partial 0,27 0,15 0,07
Total 0,36 0,30 0,20
JUMLAH KEBUTUHAN TENAGA MENURUT DOUGLAS :
• Jumlah kebutuhan tenaga perawat / shift = Jumlah pasien klasifikasi x Ketetapan kebutuhan
perawat/shift.
Contoh:
• Dalam sebuah ruangan terdapat 10 pasien dengan kriteria 5 minimal, 3 partial, dan 2 total,
berapakah kebutuhan tenaga perawat pershift pagi, sore dan malam.
Maka :
Kebutuhan tenaga perawat shift pagi.
shift pagi = (5x0,17) + (3x0,27) + (2x0,36) = 0,85+0,81+0.72= 2,38 tenaga perawat.
Jadi diperoleh 2,38 = 3 tenaga perawat yang dibutuhkan untuk jaga shift pagi berdasarkan
banyaknya pasien yang ada pada contoh diatas.
METODE GILLIES (1994)
• kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit perawatan
Dengan rumus :
Jumlah jam keperawatan rata rata jumlah
yang dibutuhkan klien/hari x klien/hari x hari/tahun
Jumlah hari/tahun - hari libur x jmlh jam kerja
masing2 tiap perawat
Perawat
Jumlah Jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari adalah :
1. waktu keperawatan langsung (rata rata 4-5 jam/klien/hari) dengan spesifikasi
pembagian adalah : keperawatan mandiri (self care) = ¼ x 4 = 1 jam ,
keperawatan partial (partial care ) = ¾ x 4 = 3 jam , keperawatan total (total care) =
1-1.5 x 4 = 4-6 jam dan keperawatan intensif (intensive care) = 2 x 4 jam = 8 jam
2. Waktu keperawatan tidak langsung
• menurut RS Detroit (Gillies, 1994) = 38 menit/klien/hari
• menurut Wolfe & Young ( Gillies, 1994) = 60 menit/klien/hari = 1
jam/klien/hari
3. Waktu penyuluhan kesehatan lebih kurang 15 menit/hari/klien = 0,25 jam/hari/klien
4. Rata rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatu unit berdasarkan
rata - rata biaya atau menurut Bed Occupancy Rate (BOR) dengan rumus
Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu x 100 %
Jumlah tempat tidur x 365 hari
5. Jumlah hari pertahun yaitu : 365 hari.
6. Hari libur masing-masing perawat per tahun, yaitu : 73 hari ( hari minggu/libur = 52 hari (
untuk hari sabtu tergantung kebijakan rumah sakit setempat, kalau ini merupakan hari libur
maka harus diperhitungkan , begitu juga sebaliknya ), hari libur nasional = 13 hari, dan cuti
tahunan = 8 hari).
7. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 6 hari
maka 40/6 = 6.6 = 7 jam per hari, kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam per
hari)
8. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20% (untuk antisipasi
kekurangan /cadangan
9. Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45
Contoh
1. Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
2. Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan
ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total)
3. Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah jam
kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
4. Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional
Jumlah jam keperawatan langsung
• Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
• Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam
• Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam = 63 jam
Jumlah keperawatan tidak langsung
17 orang klien x 1 jam = 17 jam
Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam

Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :


63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 Jam/klien/hari
17 orang
Jadi,,
1. Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,96 x 17 x 365= 30.776,8 = 15,06 orang ( 15 orang )
(365 – 73) x 7 2044
2. Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
3. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang
/hari
4. Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % = 10 :
8 orang
PEDOMAN CARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN TENAGA
KEPERAWATAN (DEPKES RI, 2005)
a. Pengelompokan unit kerja rumah sakit
Kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan)harus memperhatikan unit kerja
yang ada di rumah sakit. Secara garis besar terdapat pengelompokan unit kerja di
rumah sakit sebagai berikut :
• Rawat inap dewasa
• Rawat inap anak/perinatal
• Rawat inap intensif
• Gawat darurat (IGD)
• Kamar bersalin
• Kamar operasi
• Rawat jalan
• b. Model pendekatan dalam perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan
b. MODEL PENDEKATAN DALAM PERHITUNGAN KEBUTUHAN
TENAGA KEPERAWATAN
Beberapa model pendekatan yang dapat dipergunakan dalam perhitungan
kebutuhan tenaga keperawatan (perawat dan bidan) di ruang rawat inap rumah
sakit.
Cara perhitungan berdasarkan klasifikasi pasien :
1) Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan jenis kasus
2) Rata pasien per hari
3) Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
4) Jam perawatan yang diperlukan/ruangan/hari
5) Jam efektif setiap perawat/bidan adalah tujuh jam per hari
TABEL. CONTOH PERHITUNGAN DALAM SATU RUANGAN
BERDASARKAN KLASIFIKASI PASIEN
No. Jenis / Kategori Rata-rata Rata-rata jam Jumlah
pasien/hari perawatan/pasien/ha perawatan/har
ri i
a b c d e
1 Pasien penyakit 10 3,5 35
dalam
2 Pasien bedah 8 4 32
3 Pasien gawat 1 10 10
4 Pasien anak 3 4,5 13,5
5 Pasien kebidanan 1 2,5 2,5

Jumlah 23 93,0
Jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan
Jumlah jam perawatan
Jam kerja efektif per shif
93/7 = 13,28 = 13 perawat
Untuk perhitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan
hari libur/cuti/hari besar (loss day)
Loss day = Jumlah perawat yang tersedia
Jumlah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar
Jumlah hari kerja efektif
52 + 12 + 14 = 78 hari = 0,72
286 286
0,72 X 13 = 3,5 orang
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non-keperawatan (non-
nursing jobs), seperti : membuat perincian pasien pulang, kebersihan ruangan,
kebersihan alat-alat makan pasien dan lain-lain, diperkirakan 25% dari jam
pelayanan keperawatan.
(Jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
(13 + 3,5) x 25% = 4,1
Jumlah tenaga : tenaga yang tersedia + faktor koreksi
= 16,5 + 4,1 = 20,6 (dibulatkan 21 perawat/bidan)
Jadi tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk contoh tersebut adalah 21 orang
Pembagian tenaga keperawatan &
penyusunan jadwal
PRINSIP PENYUSUSNAN JADWAL
1. Harus ada kesinambungan antara kebutuhan unit kerja dan kebutuhan staf.
2. staf harus terlibat dalam siklus atau rotasi pagi- sore- malam

formulasi jumlah staf pada setiap shiftnya.


1. Modifikasi kerja mingguan
1) Total jam kerja per minggu adalah 40 jam dengan 10 jam per hari dan 4 hari kerja per minggu.
Pada metode ini terjadi tumpang tindih kurang lebih 6 jam per 24 jam. Dimana jam- jam tersebut
dapat dipergunakan untuk ronde keperawatan, penyelesaian rencana keperawatan atau kegiatan
lainnya. Kelemahan cara ini adalah memerlukan staf yang banyak.
2) Perincian 12 jam dalam satu shift yaitu 3 hari kerja, 4 hari libur dan 4 hari
kerja. Sistem ini sama dengan sistem yang pertama yang membutuhkan tenaga
yang banyak.
3) Perincian 70 jam dalam 2 minggu yaitu 10 jam per hari (7 hari kerja dan 7 hari
libur)
4) Sistem 8 jam per hari dengan 5 hari kerja per minggu. Sistem ini lebih banyak
disukai karena mengurangi kelelahan staf dan produktivitas staf tetap dapat
dipertahankan.
BEBERAPA PILIHAN PENJADWALAN
1. Dinas Jaga 10 jam atau 12 jam
2. Upah premi untuk kerja di akhir pekan
3. Pembagian kerja
4. Mengizinkan perawat bertukar jam kerja di antara mereka
5. Waktunya fleksibel
6. Penjadwalan yang dilakukan sendiri oleh staf
PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN STAF
1. In service education
proses pendidikan melalui berlangsungnya pelayanan
kesehatan atau keperawatan yang terus diberikan kepada
klien.
2. Orientasi
3. pendidikan tinggi bagi perawat selaras dengan statusnya
sebagai insan profesi.
4. Job training : Dilakukan melaui program pelatihan bagi staf
sesuai bidang penugasannya atau job tertentu
5. Continuing nursing education
Program ini merupakan program berkelanjutan sesuai dengan
sistem pendidikan formal yang berlaku yaitu sistem
5. Pelatihan kepemimpinan
6. Pengembangan karier
7. Studi banding
8. Penilaian kinerja
9. Pendidikan dan pelatihan
10.Magang di rumah sakit yang lebih maju
11.Kelompok kerja keperawatan
12.Pengembangan kerja tim di ruangan
MACAM METODE PENUGASAN
1. Metode Fungsional
berorientasi pada penyelesaian tugas dan prosedur
keperawatan. Setiap staff perawat hanya melakukan 1-2
jenis intervensi keperawatan pada semua pasien dibangsal
KELEBIHAN
• Efisien (Pekerjaan selesai,waktu singkat, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan
yang baik)
• Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
• Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
• Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja.
• Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk
tugas sederhana.
• Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.
KELEMAHAN :
• Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam
penerapan proses keperawatan. -
• Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.
• Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja
• Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
• Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat
• Hubungan perawat dan klien sulit terbentuk
2. Metode TIM
• Perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di
bawah arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).
• Ketua tim perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan
dibidangnya (Regestered Nurse).
• Ketua tim membagi tugas, memberikan pengarahan kepada anggotanya serta menerima
laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien.
• Ketua tim membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan
dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan /
asuhan keperawatan terhadap klien.
ELEMEN PENTING YANG HARUS DIPERHATIKAN (TAPPEN,1995)
• Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi anggota tim dan
mengarahkan pekerjaan timnya.
• Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau partisipatif
dalam berinteraksi dengan anggota tim.
• Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada kelompok
pasien.
• Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar sukses. (penu!isan perawatan klien,
rencana perawatan klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk
mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik)
• informal di antara anggota tim.
KELEBIHAN
• Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.
• Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
• Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar.
• Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal.
• Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda secara efektif.
• Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim
• Menghasilkan sikap moral yang tinggi
• Memperbaiki fungsi staf secara keseluruhanmberikan (anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai
kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan)
• Menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan
• Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas
KELEMAHAN
• Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervise
• Ketua tim harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik
• Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan (konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total)
• Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan, sehingga
komunikasi antar angota tim terganggu.
• Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf, berlindung
kepada anggota tim yang mampu. -
• Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
• Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan tenaga yang
mempunyai keterampilan tinggi.
TANGGUNG JAWAB KEPALA RUANG
• Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan keperawatan.
• Mengorganisir pembagian tim dan pasien
• Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan.
• Menjadi nara sumber bagi ketua tim.
• Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode/model tim dalam pemberian asuhan
keperawatan.
• Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
• Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
• Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya,
• Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian menindak lanjutinya,
• Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan.
• Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf.
TANGGUNG JAWAB KETUA TIM
• Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan, -
• Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan oleh kepala ruangan.
• Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya, -
• Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik. -
• Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan melalui konferens. -
• Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan serta mendokumentasikannya. -
• Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan keperawatan, -
• Menyelenggarakan konferensi -
• Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, -
• Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya, -
• Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan,
TANGGUNG JAWAB ANGGOTA TIM
• Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan. -
• Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah
diberikan berdasarkan respon klien. -
• Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan asuhan
keperawatan -
• Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim. -
• Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim. -
• Memberikan laporan
3. METODE PRIMER
• Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan
selama 24 jam (perencanaan, pelaksanaan dan evaIuasi pada satu atau beberapa
klien sejak klien masuk rumah sakit sampai pasien dinyatakan pulang).
• Selama jam kerja, perawat primer memberikan perawatan langsung secara total
untuk klien.
• Ketika perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan
kepada perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah disusuni
oleh perawat primer.
• Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien.
• Seorang perawat primer mempunyai kewenangan untuk
melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan
lembaga sosial masyarakat membuat jadual perjanjian klinik,
mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya.
• Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut
akontabilitas yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang
diberikan.
KARAKTERISTIK MODALITAS KEPERAWATAN PRIMER
• Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien
selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan
• Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan,
kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun
rencana perawatan.
• Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer
kepada perawat sekunder selama shift lain.
• Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.
• Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer
KELEBIHAN
• Mendapat akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan untuk
pengembangan diri.
• Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat (meningkatkan
motivasi, tanggung jawab dan tanggung gugat)
• Bersifat kontinuitas dan komprehensif dalam asuhan keperawatan sepanjang
hospitalisasi.
• Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer
operasional dan administrasi
• Kepuasan kerja perawat tinggi
• Profesi lain lebih menghargai dan merasakan puas dengan
kerja perawat
• Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan
kapasitasnya
• Waktu yang digunakan lebih banyak untuk aktivitas langsung
kepada klien.
• Pasien terlihat lebih menghargai.
• Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
• Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
• Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
• Metode ini mendukung pelayanan profesional.
• Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak
tenaga keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi
KELEMAHAN
• Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
• Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki
akuntabilitas dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan
asuhan keperawatan untuk klien.
• Akuntabilitas yang total dapat membuat jenuh.
• Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.
• Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
KETENAGAAN PRIMER
• Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”
• Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat
primer
• Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
• Perawat primer dibantu oleh perawat professional
lain maupun non professional sebagai perawat
asisten
TANGGUNG JAWAB KEPALA RUANG DALAM METODE
PRIMER
• Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer
• Mengorganisir pembagian pasien kepada perawat primer
• Menyusun jadual dinas dan memberi penugasan pada perawat
asisten
• Orientasi dan merencanakan karyawan baru
• Merencanakan dan menyelenggarakan pengembangan staff
TANGGUNG JAWAB PERAWAT PRIMER
• Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif
• Membuat tujuan dan rencana keperawatan
• Melaksanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas
• Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin
lain maupun perawat lain
• Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai
• Menyipakan penyuluhan untuk pulang
• Melakukan rujukan kepada pekarya sosial, kontak dengan lembaga sosial
dimasyarakat
• Membuat jadual perjanjian klinis
• Mengadakan kunjungan rumah
4. METODE KASUS
• Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung
jawab terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio
satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian perawatan
konstan untuk periode tertentu.
• Metode penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan
khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan
komunitas.
KELEBIHAN
• Kelebihan :
• Perawat lebih memahami kasus per kasus
• Sistem evaluasi da
• Kekurangan :
• Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab
• Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama
5. METODE MODIFIKASI
• Metode modifikasi adalah penggunaan metode asuhan keperawatan dengan
modifikasi antara tim dan primer. Menurut Sudarsono (2000), MPKP
mekembangkan beberapa jenis sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang
ada, antara lain adalah:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III
• Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan
profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan
kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan
riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta memanfaatkan hasil-
hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan
B. MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL II

• Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan


profesional tingkat II.
• Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan
spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat
spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan
keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya.
• Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam
memberikan asuhan keperawatan.
• Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat
primer pada area spesialisnya.
c. Model Praktek Keperawatan Profesional I.
• Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I
dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan
dan metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan.
• Model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim
primer.
d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
• Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP) merupakan tahap awal untuk
menuju model PKP.
• Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula.
• Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan,
metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan
ALASAN PENETAPAN SISTEM MODEL MAKP II (RATNA S.
SUDARSONO,2000)
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan
SI keperawatan atau setara
b. Keperawatan tim tidak digunakan secara murni , karena
tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi
pada berbagai tim
c. Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akountabilitasnya terdapat pada
primer.
Aplikasi nilai-nilai profesional dari penatalaksanaan kegiatan keperawatan
dipaparkan dalam 4 pilar :
1. Pendekatan Manajemen ( Management Approach )
2. Penghargaan karir ( compensatory rewards ).
3. Hubungan Profesional ( professional relationship).
4. Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system )

Kegiatan yang ditetapkan pada tiap pilar merupakan kegiatan dasar MPKP yang
dapat dikembangkan jika tenaga keperawatan yang bekerja berkualitas.
TUGAS
Kasus : pada 1 ruang keperawatan terdapat pasien dengan jumlah
30 orang (10 orang dengan ketergantungan minimal, 13 orang
dengan ketergantungan partial dan 7 orang
dengan ketergantungan total)
a. Hitung jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan
b. Berapa orang perawat dinas pagi, siang dan malam

Anda mungkin juga menyukai