Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

A. Profil RSUD Dr. Moewardi


RSUD dr. Moewardi adalah salah satu rumah sakit yang
berada di wilayah Karesidenan Surakarta. RSUD dr. Moewardi
mempunyai sejarah yang panjang yaitu sejak jaman penjajahan
oleh Jepang dan telah mengalami perubahan nama beberapa kali.
Pada awalnya RSUD dr. Moewardi bernama Rumah Sakit
Ziekenzorg, lalu mengalami perubahan yang kedua yaitu menjadi
Rumah Sakit Tentara Surakarta, dan perubahan nama yang ketiga
yaitu Rumah Sakit Bale Kusolo. Pada tanggal 1 Januari 1950
Rumah Sakit Bale Kusolo diambil alih dan di kelola oleh Pemerintah
RI dan diganti nama menjadi Rumah Sakit Pusat Surakarta
(Selanjutnya tanggal 1 Januari 1950 ditetapkan sebagai hari jadi
RSUD Dr.Moewardi Surakarta). Kemudian RSUD dr. Moewardi
mengalami perubahan nama yang kelima kali yaitu menjadi Rumah
Sakit Umum Jebres dan diserahkan kepada Pemerintah Daerah
Swatantra Tingkat I Jawa Tengah di Semarang. Pada tanggal 12
Agustus 1973 nama Rumah Sakit Umum Jebres dirubah dan diberi
nama Komplek Rumah Sakit dr. Moewardi oleh keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah.
Nama Rumah Sakit dr. Moewardi dapat bertahan hingga saat
ini, dan telah berkembang pesat dalam segala aspek. RSUD dr.
Moewardi juga telah menerima banyak akreditasi, salah satunya
yaitu akreditasi yang baru-baru ini diterima oleh RSUD dr.
Moewardi adalah Akreditasi KARS Paripurna. Tentunya untuk
mencapai semua itu tidak lepas dari kerjasama seluruh sivitas
RSUD dr. Moewardi.
Untuk membangun dan mengembangkan Rumah Sakit, RSUD
dr. Moewardi menyusun struktur organisasi yaitu struktur
organisasi direksi yang terdiri dari Direktur yang dijabat oleh
dr.Endang Agustina M.Kes, Wakil Direktur Umum dijabat oleh dr.

1
2

Suharto Wijanarko, dr.Sp.U, Wakil Direktur Pelayanan dijabat oleh


dr. Purwoko, Sp.An, dan Wakil Direktur Keuangan dijabat oleh drs.
Syahrudin Hamzah, SE, MM.
Setelah struktur Organisasi Direksi, RSUD dr. Moewardi juga
menyusun struktur Pejabat Struktural Pelayanan. Salah satunya
yaitu Ka. Bidang Pelayanan Keperawatan yang dijabat oleh Sukardi
Sugeng R, SKP, MPH, Ka. Bidang Pelayanan Keperawatan
membawahi Mutu Pelayanan Keperawatan yang dijabat oleh
Santosa Sekti W, Skep.Ns dan SUmber Daya Pelayanan
Keperawatan yang dijabat oleh Eko Haryati, Skep.Ns.

B. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan materi teori dasar keperawatan
2. Mendeskripsikan profil, pelayanan unggulan, indikator mutu,
metode penugasan dan struktur organisasi ruangan yang
dikunjungi

C. Manfaat Penulisan
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada pegawai baru mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
area praktik asuhan keperawatan di RSUD Dr. Moewardi ini
sehingga mempermudah proses adaptasi atau segera dapat
menyesuaikan dengan standar kerja yang ada.
3

BAB II
KONSEP DAN HASIL PEMBEKALAN PEGAWAI BARU

A. Materi Teori Dasar Keperawatan


1. Pedoman Pelayanan dan Pengorganisasian Pelayanan
Keperawatan
a. Tujuan Pelayanan Keperawatan
1) Umum
Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah
sakit
2) Khusus
a) Tercapainya zero komplain terhadap askep
b) Meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan
c) Menurunkan terjadinya Infeksi Nosokomial
d) Mengoptimalkan keselamatan pasien (patient safety)
e) Memperpendek hari rawat
f) Terselenggaranya penelitian keperawatan yang
unggul
b. Metode penugasan tenaga keperawatan
1) Metode fungsional
Metode penugasan ini menekankan bahwa setiap perawat
diharuskan melaksanakan fungsi-fungsi tertentu dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Metode
penugasan ini diterapkan di Instalasi rawat jalan dan IBS.
2) Metode kasus
Merupakan metode penugasan dalam asuhan
keperawatan dimana setiap satu klien dalam satu shift
dirawat oleh seorang perawat, diterapkan di Instalasi
perawatan intensif (ICU, ICCU, PICU/NICU dan
hemodialisa).
3) Metode tim
Metode penugasan ini mengacu pada prinsip bahwa setiap
klien berhak untuk menerima asuhan keperawatan yang
4

sebaik-baiknya, dan setiap perawat berhak untuk


menerima bantuan dari sesama anggota tim dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Metode
tim diterapkan di Instalasi perawatan intensif (IMC),
Instalasi Rawat Inap I, II, III dan Instalasi gawat Darurat.
4) Metode primer
Metode ini terdiri dari 5 subsistem yaitu: nilai-nilai
profesional, hubungan antar profesional, metode
pemberian asuhan keperawatan, pendekatan managemen
dalam pengambilan keputusan dan sistem kompensasi
dan penghargaan. Pada aspek struktur ditetapkan jumlah
tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien sesuai
dengan ketergantungan klien. Metode penugasan ini
diterapkan di Ruang Melati I dan Mawar II, yang
dimodifikasi dengan metode penugasan Tim.
c. Pelayanan keperawatan
1) Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi hingga
evaluasi. Tindakan khusus/invasiv/risiko tinggi tidak boleh
dilakukan sendiri, harus dengan pendampingan CI.
Terdapat kegiatan pre/post confren, bed side, ronde.
2) Dokumentasi keperawatan
Rekam medis terintegrasi, meliputi SBAR (Situation,
Background, Assessment, Recommendation). Untuk
komunikasi dan serah terima pasien melalui telepon
menggunakan read back.
3) Sistem billing
Billing merupakan laporan harian sensus pasien yang
menjadi bukti untuk kesesuaian koding  paket INA
CBG’c untuk paket pelayanan BPJS. Semua tindakan
harus dimasukkan dalam sistem billing.
5

d. Struktur organisasi bidang pelayanan keperawatan


DIREKTUR

WAKIL DIREKTUR PELAYANAN

KEPALA BIDANG PELAYANAN KEPERAWATAN STRUKTURAL &


FUNGSIONAL LAIN
KASIE SUMBER KASIE MUTU
DAYA PELAYANAN PELAYANAN
KEPERAWATAN KEPERAWATAN

(Disampaikan oleh Bp. Rosyid Sukiono, Drs.,MM pada 8


Oktober 2015)

2. Manajemen Bimbingan dan Peran Clinical Instructur (CI) RSUD


Dr. Moewardi
a. Jadwal dinas
Praktek di ruangan dilakukan minimal 4 hari. Jadwal dinas
diatur oleh kepala ruangan/CI. Pola pengaturan jadwal
praktek adalah dua (2) dinas pagi, dua (2) dinas sore, satu
dinas malam dan satu libur setelah dinas malam. Jadwal
dibuat sesuai tujuan peserta didik :
1) Praktek klinik dilaksanakan pada pagi/sore/malam
menyesuaikan dengan tempat (di Rawat Jalan dinas pagi
saja)
2) Libur diberikan setelah mahasiswa melaksanakan jaga
malam.
b. Tugas pembimbing klinik
1) Melakukan Evaluasi kesiapan mahasiswa masuk lahan
praktek klinik (Pre Conference)
2) Melakukan Orientasi
3) Melakukan Bimbingan dan pendampingan dengan
menggunakan beberapa Metode
6

4) Diskusi dan Responsi harian


5) Melakukan Evaluasi akir
6) Memberikan Nilai Praktek
c. Metode bimbingan
1) Clinical Conference (PRE DAN POST)
2) Ceramah
3) Demonstrasi
4) Diskusi Refleksi Kasus (DRK)
5) Responsi
6) Bed Side Teaching
7) Presentasi Kasus
8) Presentasi Jurnal
9) Ronde Keperawatan
10)Penugasan Klinik
11)Mini CEX (menilai performa ners muda)
12)DOPS (Directly Observation Procedural Skills)
13)Meet the Expert (MTE)
14)Preceptorship
15)Mentorship
d. Tata tertib
1) Kehadiran praktik harus 100%
2) Datang tepat waktu sesuai dengan ketentuan RS (shift
pagi, siang, malam)
3) Bila sakit/berhalangan hadir wajib mengganti sesuai
dengan jumlah hari ketidakhadiran dan jika tanpa alasan
harus mengganti 2kali lipat.
4) Istirahat maksimal 30 menit.
5) Memakai seragam dengan atribut lengkap dan sopan
(seragam putih-putih, cap (wanita non jilbap), name tag,
ID Card, dan tidak memakai aksesoris/make up
berlebihan)
6) Lama hari praktik
a) Non shift (libur 1 kali yaitu hari Minggu)
7

b) Shift (libur setelah jaga malam)


7) Mahasiswa wanita, rambut disanggul/ditekuk atau model
pendek tidak boleh menyentuh leher baju seragam. Tidak
diperkenankan memakai cat rambut selain warna rambut
asli.
8) Mahasiswa wanita berjilbab, kerudung wajib dimasukkan
dalam baju seragam, bawahan model celana dan bukan
rok panjang.
9) Mahasiswa pria tidak diperkenankan berambut gondrong
dan disisir rapi.
10)Menggunakan make up sederhana yang sesuai.
11)Kuku pendek dan tidak boleh menggunakan cat kuku.
12)Mahasiswa yang praktek di ruangan-ruangan khusus
seperti IBS, ICU, ICVCU, KBRT, High Care Unit dan
ruangan-ruangan yang menggunakan baju khusus (jas
lab, sandal, masker) harus membawa sendiri untuk
dipergunakan di ruangan tersebut sesuai ketentuan yang
berlaku.

(disampaikan oleh Ibu Sri Martuti, S.Kp.,M.Kes pada 8


Oktober 2015)

3. Tata Kelola Perawatan Intensif


a. Pengertian ICU
ICU adalah unit perawatan intensif yg dikelola untuk
merawat pasien sakit berat dan kritis, yg mengancam jiwa
dengan melibatkan tenaga terlatih serta didukung dengan
kelengkapan peralatan khusus.
b. Tujuan pelayanan
1) Menyelamatkan kehidupan.
2) Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi
melalui observasi dan monitoring ketat, kemampuan
menginterpretasikan data dan melakukan tindak lanjut.
8

3) Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan


kehidupan.
4) Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ
5) Mengurangi angka kematian pasien kritis dan
mempercepat proses penyembuhan pasien.
c. Usaha yang dilakukan
1) Observasi / monitoring ketat
2) Koreksi secara dini
3) Gagal dengan obat dan alat.
4) Diagnosis & terapi terhadap gangguan atau penyakit
primer
5) Mencegah dan mengatasi penyulit yang timbul
6) Memberi rasa aman, nyaman dan manusiawi baik fisik /
psikis.
d. Ruang lingkup pelayanan ICU
1) Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit akut
yang mengancam nyawa
2) Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital,
melakukan penatalaksanaan spesifik penyakit dasarnya
3) Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan
terhadap komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit atau
iatrogenik
4) Dukungan psikologis pasien yang kehidupannya
tergantung alat & orang lain
e. Sifat pengelolaan
1) Multidisipliner & multiprofesi satu manajement
2) Bekerja secara tim:
a) Satu komandan intensifis
b) Satu bahasa Guideline
c) Satu tujuan keselamatan pasien
d) Satu kesatuan
e) Dedikasi tinggi
f) Pengetahuan dan ketrampilan “Up to date”
9

g) Purna waktu
f. Fundamental critical care support
1) Airway management
2) Cardiopulmonary /cerebral resuscitation
3) Mechanical ventilation
4) Basic hemodynamic monitoring
5) Managemennt of syok
6) Neurologic support
7) Basic trauma and burn management
8) Miocardial ischemia and infarction
9) Management sepsis
10)Management electrolyte dan metabolic
11)Critical care in pregnancy
g. Indikasi masuk ICU
1) Ancaman / kegagalan sistem pernafasan.
2) Ancaman / kegagalan sistem Hemodinamik
3) Ancaman / kegagalan sistem syaraf pusat
4) Overdosis obat, reaksi obat dan intoksikasi.
5) Gangguan sistem koagulasi darah.
6) Infeksi berat.
h. Yang tidak memerlukan perawatan ICU
1) MBO, kecuali donor organ.
2) Koma dengan keadaan vegetatif permanen (cardio, ginjal,
paru baik).
3) END stage dari suatu penyakit.
4) Menolak terapi bantuan hidup.
i. Indikasi keluar ICU
1) Tidak perlu terapi intensif, terapi intensif gagal.
2) Tidak perlu terapi intensif dan monitoring khusus dan
terdapat prioritas 1 memerlukan
3) Tidak perlu terapi intensif dan prognose jelek, keuntungan
terapi kecil (geriatri, MBO, stadium lanjut).
10

j. Kriteria kualitas tenaga


1) Medis :
a) Intensivist
b) 50 % waktu untuk pelayanan di ICU
2) Perawat
a) Ditambah pendidikan tambahan ICU
b) Mempunyai kemauan & dedikasi tinggi
k. Kriteria kuantitas tenaga
1) Medis :
a) Ketua team Ideal seorang intensivist (minimal 1
orang)
b) Anggota team: Beberapa disiplin ilmu terkait
2) Perawat : Pasien
1:1 s/d 1:2
l. High Care Unit (HCU)
High Care Unit (HCU) atau Intermediate Care Unit / High
Nursing Dependency / Intermediate Care Area (ICA) yaitu
ruangan yang dipakai mengelola pasien peralihan (derajat
kesakitannya antara ICU dan Bangsal biasa), yang stabil
namun masih memerlukan pengawasan ketat, dengan
harapan agar bila mengarah ke perburukan, segera, sedini
mungkin dipindah untuk dirawat di kelola di ICU.

(disampaikan oleh Bp. Ari Setiyajati, S.Kep, Ns pada 8


Oktober 2015)

4. Pengelolaan Jalan Nafas


a. Tujuan pengelolaan jalan nafas
Tujuan pengelolaan jalan nafas adalah agar jalan nafas
lancar, sehingga oksigen (O2) bisa masuk sampai alveoli.
b. Cara pengelolaan jalan nafas
1) Tanpa alat: ektensikepala topang leher dan ekstensi
kepala angkat dagu “Triple maneuver”.
11

2) Dengan alat:
a) Pipa orofaringeal (Guedel, Mayo)
Menjaga agar lidah tidak menyumbat oropharing. Bisa
juga sebagai fasilitas penghisapan lendir didaerah
pharing. Juga berfungsi untuk mencegah tergigitnya
pipa ET. Dipasang pada pasien yang tidak sadar
dengan atau tanpa nafas spontan namun tidak ada
reflek muntah. Komplikasi: obstruksi jalan nafas
bagian atas, spasme laring, muntah (terangsang),
letak tidak tepat.
b) Pipa nasofaringeal (NPT)
Seperti pipa oroparing, berfungsi agar lidah tidak
menyumbat pharing. Digunakan pada pasien yang
tidak sadar dengan nafas spontan namun masih ada
reflek muntah. Lebih enak dibanding dengan pipa
oropharing. Komplikasi: perlukaan pada mukosa
hidung dan spasme laring.
c) Pipa endotrakheal (ETT)
Obstruksi jalan nafas bagian atas, resusitasi pada
henti nafas (apneu) / henti jantung (cardiac arrest),
penjagaan jalan nafas (GCS < 7), hipoksemia
refrakter, menggunakan alat bantu nafas (ventilator)
d) Laryngo Mask Airway (LMA)
Sebagai alternatif sungkup (masker) pada keadaan
darurat. Digunakan pada keadaan dimana terjadi
kesulitan penguasaan jalan nafas dengan
menggunakan pipa ET.
3) Operatif:
a) Krikotirotomi
b) Trakheostomi
Perlu jalan nafas buatan > 2 minggu. Reflek laring
(batuk) tidak ada. Bronkhial toilet (sputum retention).
12

Trauma wajah dan leher. Sumbatan jalan nafas


bagian atas.
c. Pengisapan lendir
Peralatan
1) Sentral (di RS)
2) Portabel
a) Secara manual
b) Dengan battery
c) Dengan menggunakan oksigen
d) Harus mempunyai daya hisap sampai 300 mmHg
dengan kecepatan 30 L/menit
Prinsip tindakan suction:
1) Aseptik
2) Asianotik
3) Atraumatik

(disampaikan oleh Bp. Ari Setiyajati, S.Kep, Ns pada 8


Oktober 2015)

5. Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan RSUD Dr. Moewardi


a. Pengertian mutu
1) Kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau konsumen
(Deming)
2) Kepuasan pelanggan sepenuhnya yaitu sesuai dengan
apa yang diharapkan konsumen atas suatu produk
(Feigenbaun)
3) Pemenuhan terhadap kebutuhan /keperluan sesuai
dengan apa yang dipersyaratkan atau distandarkan
(Crosby)
4) Produk yg berorientasi pada pelanggan (Martinich)
5) Kemampuan dari suatu produk atau pelayanan dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhan pelanggan (Heizer
dan Render)
13

b. Pengertian mutu dalam pelayanan keperawatan


1) Caring yg merupakan fokus/inti dari keperawatan,
tindakan kepedulian
2) Bersifat relatif untuk setiap klien,dan selalu berubah
dari waktu ke waktu dg kepuasan yg harus dicapai
sesuai dg standar profesional
3) Berupa kepuasan yg harus dicapai sesuai standar
operasional
4) Berupa pengawasan diperlukan dlm lingkungan yg
kompetitif
5) Merupakan tantangan yg harus diterima dan dipenuhi
oleh keperawatan
c. Tiga komponen tanggung jawab
1) Hasil dari asuhan keperawatan
2) Penampilan kinerja profesional perawat
3) Pembiayaan keperawatan
d. Empat prinsip utama manajemen mutu pelayanan
keperawatan
1) Kepuasan pelanggan
2) Penghargaan terhadap setiap orang
3) Manajemen berdasarkan fakta
4) Perbaikan berkesinambungan
e. Indikator klinik keperawatan
Indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa
atau kondisi. Indikator klinik adalah ukuran kuantitas
sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi
kualitas asuhan pasien dan berdampak pada pelayanan
(Depkes RI, 2008). Indikator klinik keperawatan: suatu
variabel untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas
pelayanan keperawatan dan berdampak terhadap
pelayananan kesehatan. Karakteristik dari suatu indikator:
valid, reliable, sensitive, specific, relevan. Indikator mutu
klinik keperawatan ada 6, yaitu:
14

1) Keselamatan pasien (patient safety)


a) Angka kejadian decubitus
Dikubitus adalah gangguan integritas kulit yang
terjadi akibat tekanan, gesekan, dan atau keduanya
di daerah kulit atau jaringan di bawahnya.
b) Angka kejadian kesalahan pada pemberian obat
oleh perawat
KTD pemberian obat adalah suatu kejadian salah
pemberian obat yang mengakibatkan cidera yang
tidak diharapkan karena suatu tindakan atau
karena tidak bertindak. KNC pemberian obat adalah
suatu kejadian salah pemberian obat akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil yang dapat
menciderai pasien tetapi cidera serius tidak terjadi
karena keberuntungan dikarenakan adanya
pencegahan.
c) Angka kejadian pasien jatuh
Pasien jatuh adalah peristiwa jatuhnya pasien dari
tempat tidur ke lantai atau tempat lainnya yang
lebih rendah pada saat istirahat maupun saat
pasien terjaga yang tidak disebabkan oleh penyakit.
d) Angka kejadian cedera akibat restrain
Kejadian cidera akibat restrain adalah suatu kondisi
cidera akibat pemasangan alat batu immobilisasi
terutama pasien binggung atau disorientasi.
2) Keterbatasan perawatan diri
Angka tidak terpenuhinya kebutuhan makan, mandi
berpakaian, eliminasi yang disebabkan oleh
keterbatasan diri.
3) Kepuasan pasien
4) Kecemasan
15

Angka kejadian pasien cemas adalah presentasi jumlah


prevalensi pasien cemas yang dirawat selama periode
waktu tertentu.
5) Kenyamanan
Angka tata laksana nyeri
6) Pengetahuan
a) Pengetahuan ttg.perawatan penyakitnya:
b) Perencanaan pasien pulang (discharge planning)

(disampaikan oleh Bp. Santosa Sekti W, S.Kep,Ns pada 9


Oktober 2015)

6. Jenjang Karir dan Kredensial Keperawatan


a. Komite keperawatan
Komite keperawatan merupakan wadah non-struktural RS
yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan
meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan melalui
Kredensial, penjagaan mutu profesi dan pemeliharaan etika
dan disiplin profesi.
Pengorganisasian komite keperawatan:
DIREKTUR

KOMED KOPER WADIR WADIR WADIR

MUTU KREDENSIAL ETIK &


DISIPLIN

b. Tugas komite sub kredensial


1) Menyusun daftar rincian kewengan klinis
2) Menyusun buku putih
3) Menerima hasil verifikasi persyaratan kredensial dari
bagian SDM
16

4) Merekomendasikan tahapan proses kredensialing.


5) Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinis setiap
tenaga keperawatan
6) Melakukan kredensialing ulang secara berkala sesuai
waktu yang ditetapkan
7) Sub Komite membuat seluruh laporan Kredensialing
kepada Ketua Komite Keperawatn untuk diteruskan ke
Direktur RS
c. Kewenangan sub komite kredensial
Sub Komite Kredensial mempunyai kewenangan
memberikan rekomendasi rincian Kewenangan Klinis untuk
memperoleh surat Penugasan Klinis.
d. Sistem jenjang karir perawat

PK V PM V PP V PR V

PK IV PM IV PP IV PR IV

PK III PM III PP III PR III

PK II PM II PP II PR II

PK I PM I PP I PR I
Perawat Perawat Perawat Perawat
Klinik Manajer Pendidik Penelit

1) Pra PK: D-III Keperawatan atau Ners pengalaman


kerja 0 tahun, mempunyai sertifikat BHD.
2) PK I: Jenjang perawat klinik dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan dasar dengan penekanan
pada keterampilan teknis keperawatan dibawah
bimbingan. Pendidikan formal D-III Keperawatan atau
17

Ners, pengalaman kerja ≥ 1 tahun, mempunyai sertifikat


pra klinik.
3) PK II: Jenjang perawat klinik dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan holistic pada pasien
secara mandiri dan mengelola pasien secara tim serta
memperoleh bimbingan untuk penanganan masalah
lanjut/kompleks. Pendidikan formal D-III Keperawatan
dengan pengalaman kerja ≥ 4 tahun, Ners dengan
pengalaman kerja ≥ 3 tahun, mempunyai sertifikat PK I.
4) PK III: jenjang perawat klinik dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan komprehensif pada area
spesifik dan mengelola unit keperawatan serta
mengembangkan pelayanan keperawatan berdasarkan
bukti ilmiah dan melaksanakan pembelajaran klinis.
Pendidikan formal D-III Keperawatan dengan pengalaman
kerja ≥ 10 tahun dan mempunyai sertifikat PK II, Ners
dengan pengalaman kerja ≥ 7 tahun dan mempunyai
sertifikat PK II, Ners Spesialis I dengan pengalaman kerja
0 tahun.
5) PK IV: Jenjang perawat klinik dengan kemampuan
melakukan asuhan keperawatan pada masalah pasien
yang kompleks di area spesialistik dengan pendekatan
tata kelola klinis secara interdisiplin, multidisiplin,
melakukan riset untuk mengembangkan praktek
keperawatan serta mengembangkan pembelajaran klinis.
Pendidikan formal Ners dengan pengalaman kerja ≥ 13
tahun, Ners Spesialis I dengan pengalaman kerja ≥ 2
tahun, mempunyai sertifikat PK III.
6) PK V: Jenjang perawat klinik dengan kemampuan
memberikan konsultasi klinis keperawatan pada area
spesialistik, melakukan tata kelola klinik secara
transdisiplin, melakukan riset klinik untuk pengembangan
praktik, profesi dan kependidikan keperawatan.
18

Pendidikan formal Ners Spesialis I dengan pengalaman


kerja ≥ 4 tahun mempunyai sertifikat PK IV, Ners
Spesialis II (Konsultan) dengan pengalaman kerja 0
tahun.
e. Skema jenjang karir perawat klinik baru

f. Kredensial keperawatan
Kredensial adalah proses verifikasi kompetensi seorang
perawat yang selanjutnya ditetapkan kewenangan klinis
(clinical privilege) untuk melakukan tindakan keperawatan
sesuai dengan lingkup praktiknya. Target kredensial: setiap
Perawat memiliki surat “Clinical Appointment” dari Direktur
RS sesuai dengan “Clinical Privilege” berdasarkan
mekanisme “Credentialing”
Tujuan kredensial:
1) Memberikan kejelasan kewenangan klinis bagi setiap
tenaga keperawatan
2) Melindungi keselamatan pasien dengan menjamin bahwa
tenaga keperawatan yang memeberikan asuhan
keperawatan dan kebidanan memiliki kompetensi dan
kewenangan klinis yang jelas
3) Pengakuan dan penghargaan terhadap tenaga
keperawatan yang berada di semua level pelayanan
19

Tahapan kredensial:
1) Pengajuan surat permohonan kredensial
2) Proses kredensial: pengisian format kewenangan klinis
oleh mitra bestari yang ditunjuk
3) Proses assesment kompetensi (disepakati), review dan
verifikasi oleh mitra bestari
4) Mengambil keputusan tentang kewenangan klinis
5) Proses rekomendasi
6) Penerbitan penugasan klinik oleh direktur/ pimpinan RS
Aspek yang dikredensial:
1) Kompetensi akademis: psikomotor, kognitif
2) Kesehatan: kompetensi fisik, kesehatan mental/ perilaku
Instrumen kredensial di rumah sakit berupa rincian
kewenangan klinik, log book dan training record.

(Disampaikan oleh Ibu Siti Wachidaturrohmah, S.Kep.,Ns pada


9 Oktober 2015)

7. Evaluasi Mutu Pelayanan Keperawatan Dan Audit Keperawatan


a. Pengertian mutu
Mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau
konsumen atau kepuasan pelanggan sepenuhnya yaitu
sesuai dengan apa yang diharapkan konsumen atas suatu
produk. Bersifat relatif untuk setiap klien, selalu berubah
dari waktu ke waktu dg kepuasan yg harus dicapai sesuai
dengan standar profesional.
b. Audit mutu pelayanan keperawatan
1) Latar belakang
a) Konsep Patient Center Care (PCC) sesuai akreditasi
KARS 2012
b) Audit medik sudah lebih dahulu dilakukan di RSUD
c) Dr. Moewardi
d) Perawat selama 24 jam berinteraksi dengan pasien
20

e) TOOLS audit dokumentasi sebelumnya lebih ke


kuantitas belum secara kualitas
f) Profesi keperawatan dlm rangka sbg mitra dg tim kes
lain.
g) Optimalisasi peran perawat sbg peneliti
h) Tujuan akhir : MUTU PELAYANAN!
2) Tugas sub komite mutu profesi
a) Menusun data profil tenaga kep sesuai area praktik
b) Merekomendasikan perenc pengembangan prof
berkelanjutan tenaga kep
c) Melakukan audit asuhan kep dan asuhan kebidanan
d) Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan
3) Pengertian audit keperawatan
Audit adalah sebuah kegiatan peningkatan mutu proses
dan keluaran (output) dari pelayanan keperawatan. Audit
keperawatan merupakan suatu telaah kritis dan sistematis
terhadap mutu pelayanan klinik.
4) Pengorganisasian audit keperawatan
a) Komite Keperawatan (Sub-Komite Mutu Profesi)
b) Tim Ad-hoc Audit Keperawatan (Tim Kerja)
c) Asisten Audit Keperawatan (Rekam Medik)
5) Siklus audit

(Disampaikan oleh Ibu Evi Pramudyaningsih, S.Kep.,Ns pada 10


Oktober 2015)
21

8. Panduan Etik dan Disiplin Tenaga Keperawatan


a. Pengertian etik
Etika Keperawatan terkandung adanya nilai-nilai dan prinsip-
prinsip yang berfokus bagi praktik Perawat. Etika
keperaWatan merupakan sikap yang menuntun perawat
dalam bertindak sebagai profesional.
b. Asas kode etik
1) Menghormati klien (autonomy)
2) Manfaat (benefience)
3) Tidak merugikan (non-maleficience)
4) Kejujuran (veracity)
5) Kerahasiaan (confidentiality)
6) Keadilan (justice)
c. Tujuan
1) Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan
perawat, pasien, dan anggota tenaga kesehatan lainnya.
2) Sebagai standar dasar jika terdapat perawat yang
melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk
membantu perawat yang tertuduh suatu permasalahan
secara tidak adil.
3) Sebagai dasar pengembangan pendidikan keperawatan
4) Membantu masyarakat dalam memahami perilaku
keperawatan profesional.
d. Pelanggaran etik
1) Pencegahan masalah etik: buku pedoman etik, sosialisasi.
2) Penanganan masalah etik: pengaduan, pengambilan
keputusan.
3) Dasar penilaian: dampak, frekuensi
4) Jenis: ringan, sedang, berat
5) Rekomendasi: pembinaan, pendampingan, pelatihan,
pendidikan, pencabutan kewenangan klinis.
e. Pengambilan keputusan
1) Pengambilan keputusan berdasarkan pedoman etik RS
22

2) Keputusan tentang pelanggaran etik keperawatan


diberikan atas ringan, sedang, berat dengan
memperhatikan:
3) Akibat tindakan tersebut terhadap kehormatan Rumah
Sakit
4) Akibat tindakan tersebut terhadap profesi
5) Akibat tindakan tersebut terhadap kepentingan umum
6) Akibat atau dampak tindakan tersebut terhadap
keselamatan pasien
7) Komite keperawatan melaporkan ke Direktur tentang hasil
kajian, dan jika terbukti ada pelanggaran maka dilaporkan
kriteria pelanggaran (ringan, sedang, berat) disertai
rekomendasi.
8) Direktur memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak
yang terkait untuk pelaksanaannya.
f. Ketentuan administrasi
1) Laporan atau pengaduan bersifat rahasia
2) Terlapor dan saksi diminta untuk menandatangani
pernyataan tertulis di depan sub komite etik keperawatan,
bahwa semua keterangan yang diberikan adalah benar.
Apabila terlapor dan saksi menolak permintaan ini maka
hal tersebut dicatat untuk bahan pertimbangan pada
waktu mengambil keputusan
3) Semua hasil kajian didokumentasikan oleh sub komite
etik keperawatan Rumah Sakit Dr Moewardi
4) Hasil kajian bersifat rahasia kecuali jika diminta oleh pihak
yang berwajib atas persetujuan Rumah Sakit
g. Pemberian reward
Pemberian reward kepada personal atau unit yang telah
melakukan suatu prestasi terkait dengan keperawatan
melalui suatu mekanisme penilaian sesuai dengan Key
Performance Indicator/ indikator kunci penilaian penampilan
23

kinerja. Pemberian reward diusulkan oleh Komite


Keperawatan kepada Direktur.

(Disampaikan oleh Ibu Pety Dwi Nuraini, S.Kep.,Ns pada 10


Oktober 2015)

9. Dasar-dasar PPGD dan Konsep Keperawatan Gawat Darurat


Gawat: apabila tidak segera ditangani, maka akan mengancam
jiwa dan berisiko kematian. Darurat: harus segera ditangani,
namun tidak mengancam jiwa.
a. Waktu tunggu (respon time) setiap trige
1) Hijau: 1 jam
2) Kuning: 30 menit
3) Merah: tidak ada
4) Hitam: tidak ada
b. Karakteristik IGD
1) Data pasien tidak dapat diprediksi
2) Sosial ekonomi pasien beraneka macam.
3) IGD RSDM merupakan IGD kelas 4.
c. Peran perawat gawat darurat
1) Independen: triase, askep, BHD, balut bidai
2) Dependen: jahit luka, memberikan terapi obat
3) Kolaborasi: resusitasi cairan, pemasangan ETT, anestesi
d. Prioritas penyakit kegawatan
1) Penyebab medik/trauma
2) Kegawatan yang dapat mempengaruhi
3) Fungsi jalan nafas
4) Fungsi respirasi
5) Fungsi sirkulasi
6) Fungsi otak dan kesadaran

(Disampaikan oleh Bapak Choirul Anam, S.SiT pada 10 Oktober


2015)
24

10. Ektrikasi, resusitasi, imobilisasi, transportasi


a. Ektrikasi
Ektrikasi yaitu mengeluarkan korban dari lokasi tetapi
belum dilakukan resusitasi dan stabilisasi
b. Resusitasi
Resusitasi merupakan sebuah upaya menyediakan oksigen
ke otak, jantung dan organ-organ vital lainnya melalui
sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan
menjamin ventilasi yang adekuat.
1) Airway
Penatalaksanaan jalan nafas
2) Breathing
Monitor pernafasan dengan look, listen, feel
3) Circulation
Circulation meliputi darah, jantung dan pembuluh darah
c. Imobilisasi
Prinsip imobilisasi:
1) Setelah stabilisasi ABC
2) Do no further harm
3) Menggunakan alat yang rigid/semi rigid
4) Melakukan imobilisasi sesuai prosedur
5) Melakukan re-evaluasi pasca imobilisasi
Tujuan imobilisasi:
1) Mengurangi nyeri
2) Mencegah gerakan fragmen tulang
3) Mencegah fraktur tertutup menjadi terbuka
4) Memudahkan transportasi
5) Mencegah perdarahan
6) Mencegah kelumpuhan pada cedera vertebra
d. Transportasi
Prinsip transfer pasien:
1) Mengetahui kemampuan RS yang di tuju.
2) Persiapkan peralatan >>>>> Emergency
25

3) Do No further ham.
4) Mengidentifikasi kondisi pasien yang melebihi
kemampuan RS setempat
5) Lakukan hanya prosedur yang perlu.
6) Lakukan komunikasi dengan RS yang di tuju.
7) Transportasi ke RS terdekat, fasilitas yang tepat.
8) Gunakan mode transportasi yang paling tepat

(Disampaikan oleh Bapak Zawawi, S.Kep pada 10 Oktober


2015)

11. Manajemen Skrinning dan Transfer Pasien


a. Skrinning pasien
Skrinning awal pasien yaitu melakukan penilaian awal pada
saat kontak pertama dengan pasien di dalam atau di luar
rumah sakit.
b. Hal-hal yang perlu dikaji
1) Kaji tentang riwayat alergi, kode infeksius, kode triage,
transportasi ke RSDM, tanggal kecelakan dan tempat
kecelakaan, dan anamnesis (autoanamnesis dan
aloanamnesis).
2) Lakukan pemeriksaann fisik yang meliputi :
a) Tingkat Kesadaran
b) Tanda-tanda vital
c) Derajat nyeri (P,Q,R,S,T)
d) Score risiko jatuh
e) Status gizi (Berat badan, tinggi badan, dan kriteria
status gizi)
3) Bagi pasien rujukan, tanyakan:
a) Adanya penurunan tingkat kesadaran/tidak
b) Observasi tanda-tanda vital selama perjalanan
26

c) Data-data penunjang (laboratorium, fotorontgen,


ECG, dan obat-obatan yang telah diberikan) dari
rumah sakit peruju
d) Ada gangguan fisik, psikologis atau tidak
e) Surat pengantar rujukan
f) Resume medis pasien dan resume keperawatan
g) Form serah terima rujukan
c. Transfer pasien
Transfer pasien yaitu memindahkan pasien dari satu
ruangan ke ruang perawatan/ruang tindakan lain di dalam
RS atau memindahkan pasien dari 1 RS ke RS lain.
d. Kategori transfer
1) Manajemen Transfer Intrahospital adalah transfer yang
dilakukan antar ruang di internal rumah sakit.
2) Manajemen Transfer Interhospital adalah transfer yang
dilakukan di luar rumah sakit.

(Disampaikan oleh Ibu Isti Wulandari, S.Kep.,Ns pada 10 Oktober


2015)

12. Assesmen Pasien


a. Assesmen pasien dibagi menjadi tiga, antara lain:
1) Informasi (pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang)
2) Analisa (menghasilkan suatu masalah atau diagnosa
atau kondisi pasien)
3) Plan (rencana)
b. Asssesmen awal
1) IGD: maksimal 20 menit
2) Rawat jalan: 1 x 20 menit
3) Pindah dari IGD atau rawat jalan masuk ke rawat inap:
1 x 24 jam
(disampaikan oleh Ibu Isti Haniatun, S.Kep.,Ns pada 12 Oktober
2015)
27

13. Pain Management


a. Pengertian nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual
atau potensial.
b. Cara mengukur skala nyeri
1) NIPS: digunakan untuk bayi yang berusia 0 - < 1 bulan
2) FLACC Pain scale: 1 bulan – 3 tahun
3) Comfort scale
4) Wong baker’s combined numeric scale: lebih dari 3
tahun
c. Cara mengatasi nyeri dengan non farmakologi
Cara mengatasi nyeri dengan terapi non farmakologi adalah
dengan teknik relaksasi nafas dalam, distraksi, massage
pada daerah nyeri, dan lain-lain.

(Disampaikan oleh Ibu Retno Dyah W, Ns.,Sp.Kep.M.B pada 12


Oktober 2015)

14. Perawatan Paliatif


c. Pengertian pelayanan paliatif
Pelayanan secara total dan aktif untuk pasien pasien yang
penyakitnya tidak memberikan respons terhadap
pengobatan kuratif.
d. Tujuan perawatan paliatif
1) mengurangi penderitaan pasien
2) memperpanjang umurnya
3) meningkatkan kualitas hidupnya
4) memberikan support kepada keluarganya.
e. Prinsip perawatan paliatif menurut WHO
1) Memandang kehidupan dan kematian sebagai proses
normal.
2) Tidak mempercepat maupun menghambat kematian.
28

3) Membebaskan pasien dari rasa nyeri dan gejala gejala


lain.
4) Mengupayakan agar pasien dapat hidup seaktif
mungkin.
5) Mengupayakan agar keluarga dapat mengatasi
permasalahan keluarga saat pasien sakit.
f. Tim perawatan paliatif di RSDM
1) SK DIREKTUR NO 188.4/531/2015 yang berlaku pada
tanggal 1 Februari 2015
2) Ketua : Hengki Agung N,dr,.MSI.,Med.,SpB(K) Onk.
3) Wakil Ketua : dr Heri Dwi P, dr,SpAn,Mkes.
4) Anggota: KSM, perawat, Psikolog, apoteker, gizi,
rohaniawan

(Disampaikan oleh Ibu Retno Dyah W, Ns.,Sp.Kep.M.B pada 12


Oktober 2015)

15. Manajemen infeksi, airbone, MRSA/ESBL dan Imunosupresif


a. Manajemen penanganan MRSA dan ESBL
1) Perawatan di bangsal
2) Prosedur kewaspadaan standart dan kewaspadaan
kontak.
3) Tempatkan pasien diruang isolasi single room.
4) Atau dengan sistem kohorting dengan kasus MRSA dan
ESBL yang sama disetiap ruang.
5) Pasien dirawat diruang infeksi dan letakkan tempat tidur
pasien dilokasi paling ujung dan diberi jarak minimal
2,5m dari tempat tidur lain serta tersedia APD dan sabun
cairan antiseptik yang mengandung chlor heksidin dan.
b. Penanganan MRSA
1) Semua petugas dan pengunjung sebelum dan sesudah
kepasien melakukan cuci tangan dengan sabun dengan
desinfektan cair yang mengandung chlor heksidin.
29

2) Beri mupirosin nasal selama 3 hari berturut-turut.


3) Mandikan pasien dengan sabun yang mengandung chlor
heksidin setiap pagi dan sore selama 3 hari berturut-
turut.
4) Ganti pakaian pasien setiap pagi dan sore.
5) Ganti sprei,stik,perlak,selimut dan sarung bantal setiap
hari.
6) Ganti gordyn pasien seminggu sekali dan apabila pasien
sudah pulang.
7) Tempatkan linen kotor ditempat linen infeksius.

(Disampaikan oleh Ibu Retno Dyah W, Ns.,Sp.Kep.M.B pada 12


Oktober 2015)

16. Pelayanan Anestesi dan Bedah


a. Pelayanan anestesi/ sedasi meliputi:
1) Pelayanan anesthesi/sedasi perioperatif
a) Pra anesthesi/sedasi
b) Pelayanan pra Induksi
c) Pelayanan Intra operasi/sedasi
d) Pelayanan pasca Anesthesi
2) Pelayanan Tindakan resisitasi
3) Pelayanan anesthesi Regional
b. Edukasi dan persetujuan tindakan anestesi mencakup:
1) Tujuan
2) Indikasi
3) Tata cara tindakan
4) Alternatif tindakan
5) Komplikasi dan resiko
6) Prognosis
c. Instruksi pra anestesi
1) Puasa
30

a) cair: air putih, jus buah tanpa bulir, minuman


berkabonasi, teh Min 2 jam
b) ASI: min 4 jam
c) Susu formula : min 6 jam
d) Makanan padat : min 6 jam
2) Hapus cosmetik, lepas protese dan perhiasan
3) Berikan obat premedikasi sesuai instruksi

(Disampaikan oleh Bapak Rushartono, S.Kep pada 12 Oktober


2015)

17. Acces to Care and Continuity of Care (ACC) atau Akses


Pelayanan dan Kontinuitas (APK) Pasien Rawat Jalan dan Rawat
Inap
a. Standar APK
1) APK 1: Skrining Pasien
Skrinning/penilaian awa dilakukan untuk
mengidentifikasi apakah kebutuhan pasien sesuai
dengan visi dan misi RS. Skrining Pasien harus
memuat:
I : Informasi
A : Analisa Informasi
P : Penyusunan Rencana
Skrinning pasien dilakukan oleh:
a) Dokter: menjelaskan tentang lama hari perawatan,
kebutuhan ruang ranap (bangsal/ICU/HCU), dan
hasil yang diharapkan
b) Perawat: mengidentifikasi TTV ,kondisi umum,
pemeriksaan fisik, skala nyeri, tingkat kesadaran
c) Petugas Pendaftaran: menjelaskan kelas ruang
perawatan, jaminan kesehatan, dan biaya
perawatan
31

2) APK 2: Transfer Pasien Intra Hospital & Bed


Managemen
a) Transfer Internal, meliputi: transfer antar ruang
rawat inap/bangsal, dari ranap ke ruang intensif,
ruang intensif ke ranap, dari dan ke ruang tindakan,
IGD/Poli ke ruang ranap/intensif
b) Transfer Eksternal: antar pelayanan kesehatan (baik
vertikal maupun horisontal)
Peran dan tanggung jawab perawat dikaitkan dengan
bed management: input data di SIM
a) Sensus harian: registrasi sebelum pasien masuk,
pindah dan pulang
b) Discharge plan: pasien pulang dilakukan sejak
pasien datang
c) Sehari sebelum pasien pulang: input data rencana
pasien pulang (SIM), resume medis dan resume
keperawatan, edukasi dan informasi pada keluarga
tentang rencana pulang.
3) APK 3: Pemulangan Pasien
a) Izin keluar/ pulang, harus dilengkapi: surat ijin
keluar/kartu kontrol, resume medis 1 dan 2,
ringkasan pulang 1 dan 2, discharge planning
b) Izin keluar sementara
c) APS (Atas Permintaan Sendiri/ pasien)
4) APK 4: Sistem Rujukan
a) Kelengkapan Merujuk yaitu: surat pengantar
rujukan, copy hasil pemeriksaan penunjang
(laboratorium dan radiodiagnostik), resume medis 1
dan 2, ringkasan pulang 1 dan 2, form serah terima
rujukan, form transfer eksternal
b) Pendamping rujukan (sesuai dengan derajat kondisi
pasien): kondisi pasien kritis oleh dokter dan
32

perawat, kondisi pasien stabil/rawat inap oleh


perawat ruangan
5) APK 5: Transportasi Pasien/Ambulance
a) Ambulance Gadar: pasien kondisi kritis
b) Ambulance homevisite/mobil pribadi: pasien dalam
kondisi stabil (pasien di ruang rawat inap)
c) Ambulance jenazah: jenazah (pasien meninggal)

(Disampaikan oleh Ibu Vitri Utami, Amd.Kep pada 13 Oktober


2015)

18. Implementasi Hak Pasien dalam Integrasi Pelayanan


Berfokus pada Pasien
a. Hak pasien menurut UU NO. 44 RS PASAL 32 ada 18
1) HPK informasi
a) Informasi mengenai tata tertib dan peraturan RS
b) Informasi tentang Hak dan kewajiban pasien
c) Informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif
tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang
dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
d) Second opinion: meminta konsultasi tentang
penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam
maupun di luar Rumah Sakit;
2) HPK HAM
a) Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur,
dan tanpa diskriminasi
b) menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan
yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu
pasien lainnya
33

c) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak


sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya
d) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang
diderita termasuk data-data medisnya
e) memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya
selama dalam perawatan di Rumah Sakit
3) HPK Pelayanan
a) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai
dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional
b) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien
sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan
materi
c) Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan
keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit
4) HPK Hukum
a) Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan
b) menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila
Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang
tidak sesuai dengan standar baik secara perdata
ataupun pidana
c) mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak
sesuai dengan standar pelayanan melalui media
cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
d) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan
Rumah Sakit terhadap dirinya
5) HPK menentukan nasibnya sendiri
34

a) Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan


yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap
penyakit yang dideritanya
b) Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis

(Disampaikan oleh Ibu Purwanti, S.Kep pada 13 Oktober


2015)

19. Sistem Evaluasi dan Penilaian Kinerja Tenaga Keperawatan


RSUD Dr. Moewardi
a. Tujuan penilaian prestasi kerja
Penilaian kerja dilaksanakan untuk mengevaluasi kinerja
pegawai, yang dapat memberi petunjuk bagi pejabat yang
berkepentingan dalam rangka mengevaluasi kinerja unit
dan organisasi.
b. Sistem penilaian
Penilaian prestasi kerja pegawai dilaksanakan secara
sistematis yang penekanannya pada tingkat capaian
sasaran kerja pegawai atau tingkat capaian hasil kerja
yang telah disusun dan disepakati bersama antara Pegawai
dengan Pejabat Penilai.

Penilaian prestasi kerja pegawai dilaksanakan oleh Pejabat


Penilai sekali dalam 1 tahun (akhir Desember tahun
bersangkutan/akhir Januari tahun berikutnya).
c. Penilaian prestasi kerja pegawai dilakukan berdasarkan
prinsip:
1) Objektif
35

2) Terukur
3) Akuntabel
4) Partisipatif
5) Transparan
d. Tata cara penyusunan SKP
1) Setiap pegawai wajib menyusun SKP. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam menyusun SKP: jelas, dapat
diukur, relevan, dapat dicapai, memiliki target waktu.
2) SKP memuat kegiatan tugas jabatan dan target yang
harus dicapai.
3) SKP yang telah disusun harus disetujui dan ditetapkan
oleh Pejabat Penilai sebagai kontrak kerja
4) Dalam hal SKP yang disusun oleh pegawai tidak
disetujui oleh Pejabat Penilai maka keputusannya
diserahkan kepada Atasan Pejabat Penilai dan bersifat
final.
e. Unsur-unsur SKP
1) Kegiatan Tugas Jabatan
Mengacu pada Penetapan Kinerja/RKT.
2) Angka kredit
3) Target
Meliputi aspek kuantitas, kualitas (Target Kualitas),
waktu (Target Waktu), biaya (Target Biaya).

(Disampaikan oleh Ibu Tutik Nurani, S.Kep.,MM pada 13


Oktober 2015)

20. Pemantauan EKG


a. Elektrofisiologi jantung
1) SA Node (sinoatrial node)
Terletak pada pertemuan antara vena cava superior
dengan atrium kanan. Secara teratur mengeluarkan
impuls dengan frekuensi 60 – 100 x/menit.
36

2) AV Node
Terletak di atas sinus koronarius pada dinding posterior
atrium kanan. Sel pada nodal inai mampu
mengeluarkan impuls sekitar 40 – 60 X/menit.
3) Berkas HIS (HIS Bundle)
a) Right bundle branch (RBB)
b) Left bundle branch (LBB)
4) Serabut purkinje
Mengeluarkan impuls yang paling sedikit dari sistem
konduksi yaitu sekitar 20 – 40 x/menit.
b. Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang merupakan garis
horizontal dan vertikal dengan jarak 1mm (kotak kecil).
Garis yang lebih tebal terdapat pada setiap 5mm disebut
(kotak besar). Garis horizontal menunjukan waktu, dimana
1mm = 0,04 dtk, sedangkan 5mm = 0,20 dtk. Garis
vertical menggambarkan voltage, dimana 1mm = 0,1 mv,
sedangkan setiap 5 mm =0,5 mv.
c. Cara membaca EKG
1) Tentukan irama jantung
2) Tentukan frekuensi HR
3) Tentukan axis
4) Tentukan adakah tanda iskemik/ infark
5) Tentukan adakah tanda hipertrofi
6) Tetukan adakah gangguan elektrolit

(Disampaikan oleh Ibu Eny Widaryanti, S.Kep.,Ns pada 13


Oktober 2015)

21. Komite Keperawatan RSDM


a. Tugas pokok
1) Membantu Direktur dalam penyelenggaraan proses
asuhan keperawatan yang meliputi
37

2) Mutu Klinik Asuhan Keperawatan


3) Pengembangan Profesi dan Kredensial Keperawatan
4) Etik dan Disiplin Profesi Keperawatan
b. Komite keperawatan RSUD Dr. Moewardi periode 2013 –
2016
1) Ketua : sri Martuti, SKp. Mkes
2) Sekretaris 1: Eny Widaryanti, SKep. Ns
3) Sekretaris 2: Parsito, SKM, SKep. Ns

(Disampaikan oleh Ibu Eny Widaryanti, S.Kep.,Ns pada 13


Oktober 2015)

22. Pengambilan Darah Arteri Analisa Gas Darah dan


Interpretasinya
a. Gangguan keseimbangan asam basa sering terjadi/
menyertai: syok yang lama, kegagalan pernapasan,
gangguan metabolisme karbohidrat, kegagalan ginjal.
b. Gangguan keseimbangan asam basa harus segera
diketahui/ dikoreksi: gangguan irama jantung, gangguan
system pernapasan (kusmaul), sistem pangangkutan
Oksigen.
c. Interpretasi AGD
Perlu dilihat : pH, PCO2, HCO3
1) Perubahan pH : menilai asidosis bila pH dibawah 7,35
dan alkalosis pH diatas 7,45
2) Perubahan CO2 : perubahan dalam respirasi
(respiratory acidosis bila pCO2 lebih 45 mmhg &
alkalosis respiratory pCO2 kurang 35 mmhg)
3) Perubahan HCO3- adalah perubahan metabolik (acidosis
metabolik bila HCO3 kurang 22 meg & alkalosis
metabolik bila HCO3 lebih 26 meg)
d. Indikasi pemeriksaan AGD
1) Sesak napas akut, napas cepat
38

2) Gangguan kesadaran yg tak diketahui sebabnya


3) Penderita dgn terpasang ventilator menentukan
konsentrasi, RR,TV
4) Pre operatif dgn resiko tinggi
5) Syok yg lama

(Disampaikan oleh Bapak Ari Setiyajati, S.Kep.,Ns pada 13


Oktober 2015)

23. Sistem Pelayanan Keperawatan


a. Falsafah pelayanan keperawatan
Asuhan keperawatan dan kebidanan yang diberikan
meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif.
Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha
bersama dari semua anggota tim kesehatan, pasien, dan
keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan, Perawat
menggunakan proses keperawatan dengan lima tahapan.
Perawat dan bertanggung jawab dan bertanggung gugat,
memiliki wewenang melakukan asuhan keperawatan secara
utuh berdasarkan standard asuhan keperawatan dan
standard asuhan kebidanan.
b. Metode penugasan tenaga keperawatan
1) Metode fungsional
2) Metode kasus
3) Metode tim
4) Metode peraawatan primer
c. Pola ketenagaan
Perhitungan ketenagaan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta,
untuk instalasi rawat inap dan instalasi perawatan intensif
menggunakan Metode perhitungan tenaga keperawatan
menurut Douglas. Pada instalasi rawat jalan, Instalasi
Gawat Darurat, Instalasi Bedah Sentral menggunakan
39

acuan dari buku Standard Tenaga Keperawatan Di Rumah


Sakit dari Direktorat Pelayanan Keperawatan Keperawatan
Direktorat pelayanan medik Departemen Kesehatan
Republik Indonesia th. 2002

(Disampaikan oleh Ibu Tutik Nurani, S.Kep.,MM pada 13


Oktober 2015)

24. Pelayanan Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap


a. Empat fondasi asuhan pasien meliputi:
1) Asuhan medis
2) Asuhan keperawatan
3) Asuhan gisi
4) Asuhan obat
b. Mode tradisional asuhan pasien dan mode patient-centered
care
1) Mode tradisional
Dokter merupakan pusat/ unit sentral dalam Model
Tradisional asuhan pasien, tetap patient safety tidak
terjamin.
2) Mode patient-centered care
Patient-centered care sebagai asuhan yang
menghormati dan responsif terhadap pilihan,
kebutuhan dan nilai-nilai pribadi pasien. Serta
memastikan bahwa nilai-nilai pasien menjadi panduan
bagi semua keputusan klinis.
c. Case Manager
Case manager (CM) adalah profesional yang bekerja secara
kolaboratif, memastikan bahwa pasien dirawat ke tingkat
asuhan yang tepat, dalam perencanaan asuhan yang efektif
dan menerima pengobatan yang ditentukan, serta
didukung pelayanan dan perencanaan yang dibutuhkan
selama maupun sesudah perawatan RS. Ciri : Manajemen,
40

Komunikator, Wawasan pelayanan klinis, Membantu pasien


memenuhi kebutuhan pelayanan.
d. PCC dan asuhan terintegrasi
1) DPJP: Team Leader, Kerangka asuhan medis,
Koordinasi, Review asuhan, Mengintegrasikan asuhan
pasien
2) Profesional Pemberi Asuhan (PPA) lainnya: Perawat,
Apoteker, Ahli Gizi, Fisioterapis, dll : tugas profesi ybs,
tugas delegatif, tugas kolaboratif, tugas mandiri
3) Case Manager/ Manajer Pelayanan Pasien: Menjaga
kontinuitas pelayanan selama di RS dan setelah
pulang/follow-up, manajemen kendali mutu dan biaya,
kolaborasi dgn PPA dan Pemangku kepentingan lainnya
e. Metode pencatatan assesmen
1) SOAP : Subjective, Objective, Assessment, Plan
2) ADIME : Assessment, Diagnosis, Intervention (+
Goals), Monitoring, Evaluation
3) DART : Description, Assessment, Response, Treatment

(Disampaikan oleh Ibu Kusmiyati, S.Kep.,Ns pada 15 Oktober


2015)

25. Kompetensi KSK Medikal (Penyakit Dalam)


a. Area KSK Medikal
1) Rawat inap
a) Ruang Anggrek 1 dan 2
b) Ruang Anggrek 3 (multi case, merupakan ruang
perawatan paviliun)
c) Ruang Melati 1
d) Ruang Melati 3 (ruang perawatan kls 1 dan 2, multi
case)
e) Ruang Cendana 1, 2 dan 3 (paviliun)
f) Ruang Aster V
41

2) Rawat jalan: Klinik Penyakit dalam, Klinik Jantung, klinik


paru, klinik syaraf, Klinik Kulit Kelamin, Klinik Geriatri,
MCU dan Endoskopi, Klinik Hastiti.
b. Keanggotaan
Jumlah anggota SPF Medikal sampai saat ini sekitar 212
orang masih bertambah. Terdiri dari PK I – PK IV.
Penentuan Perawat Klinik (PK) saat ini masih berdasarkan
pendidikan dan masa kerja.

(Disampaikan oleh Ibu Kusmiyati, S.Kep.,Ns pada 15 Oktober


2015)

26. Proses Asuhan Keperawatan Anak


a. Prinsip keperawatan anak
1) Anak bukan miniatur orang dewasa
2) Anak sebagai individu unik dan mempunyai kelebihan
3) Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada
pencegahab dan peningkatan kesehatan, bukan
mengobati anak
4) Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan
yang berfokus pada kesejahteraan anak
5) Praktek keperawatan anak merupakan komtak anak dan
keluarga untuk mencegah dan mengkaji serta
mengintervensi dan meningkatankan kesehatan anak

(Disampaikan oleh Ibu Yuni Dwi Analul, S.Kep.,Ns pada 15


Oktober 2015)

27. Kegawatdaruratan Neonatus


a. Pengertian Neonatus
Neonatus adalah bayi yang berusia antara 0 sampai dengan
28 hari. Meskipun demikian, bayi yang dirawat di HCU
Neonatus RSUD Dr. Moewardi merupakan bayi yang
42

memiliki usia kronologis kurang dari 44 hari dan/atau bayi


yang lahir dengan berat badan kurang dari 2 kg.
b. Bayi yang mengalami Arteri Dorsalis Pedis (ADP) lemah,
dicurigai mengalami syok. Maka harus segera dilakukan
resusitasi.
c. Ompalitis merupakan peradangan pada umbilicus. Hal ini
dapat menyebabkan terjadinya infeksi neonatal.

(Disampaikan oleh Ibu Widaryati, S.Kep.,Ns pada 15 Oktober


2015)

28. Manajemen Keperawatan Diare pada Anak


a. Etiologi:
1) Ada infeksi bakteri: e.coli,salmonella
2) Mal absorbsi
3) Keracunan makanan
4) Kurangnya kebersihan
b. Klasifikasi dehidrasi
1) Ringan: kehilangan cairan < 5%, penurunan BB 3%,
kesadaran baik, HR lemah.
2) Sedang: kehilangan cairan 25 – 50 %, penurunan BB 3 –
5 %, mulai gelisah, HR cepat.
3) Berat: kehilangan cairan > 50%, penurunan BB > 5%,
kesadaran apatis, HR cepat, mata cekung.
c. Lima pilar diare
1) Berikan diit
2) Rehidrasi apabila ada dehidrasi: lewat NGT/OGT
Berikan oralit: 10 cc/kg BB bila mencret, 5 cc /kg BB
bila muntah
3) Pemberian zinc (mineral) selama minimal 10 hari
berturut-turut: Zinc membantu mencegah berulangnya
diare dan juga mengembalikan nafsu makan anak.
4) Pemberian obat Rasional/Disesuaikan
43

5) Edukasi/Nasihat Kepada Keluarga

(Disampaikan oleh Ibu Erna Suryani pada 15 Oktober 2015)

29. Manajemen Keperawatan Pasien Thalasemia


a. Pengertian thalasemia
Thalasemia merupakan kondisi dimana terjadi kerusakan sel
darah eritrosit.
b. Klasifikasi thalasemia:
1) Thalasemia minor: gejala klinisnya tidak jelas
2) Thalasemia mayor: gejala klinisnya jelas
c. Pasien thalasemia harus dilakukan pemeriksaan
echocardiografi karena untuk mengetahui adanya kelainan
jantung. Jantung pada pasien dengan thalasemia sering
tergangu karena pasokan darah ke jantung mengalami
penurunan (anemia kronis).

(Disampaikan oleh Ibu Yuni Dwi Analul, S.Kep.,Ns pada 15


Oktober 2015)

30. Komunikasi Efektif


a. Unsur komunikasi
1) Sender
2) Receiver
3) Media yang digunakan
4) Respon
5) pesan
b. Prinsip komunikasi
1) Mempunyai tujuan yang jelas
2) Tercapainya hubungan saling percaya
3) Merupakan elelmen penting dalalm praktik keperawatan
4) Praktik kesehatan merupakan praktik profesional, maka
memerlukan komunikasi
44

c. Sikap komunikasi
1) Berhadapan
2) Kontak mata
3) Membungkuk ke arah klien
4) Mempertahankan sikap terbuka
5) Tetap relax
d. Langkah-langkah komunikasi
1) Salam
2) Ajak bicara
3) Jelaskan
4) Ingatkan

(Disampaikan oleh Ibu Evy Pramudyaningsih, S.Kep.,Ns pada


15 Oktober 2015)

31. Kompetensi KSK Maternitas dan Proses Asuhan Keperawatan


Maternitas
a. Kompetensi PK II Maternitas: konsep dasar keperawatan
maternitas, aspek legal dan etik kepererawatan maternitas,
statistik dasar, perubahan berencana, komunikasi, aspek
biofisik manusia, askep prenatal, askep intrapartal, askep
post natal, askep BBL normal, menguasai kompetensi PK I,
membimbing PK I
b. Kompetensi PK III Maternitas: menguasai kompetensi PK II,
membimbing PK II, asuhan keperawatan pada gangguan
sistem reproduksi, kesehatan reproduksi
c. Pendekatan pelayanan maternitas
1) Holistik
2) Berpusat pada keluarga
3) Penghargaan terhadap klien
4) Peningkatan kemampuan klien untuk perawatan
mandiri
5) Peningkatan sumber daya yang diperlukan
45

6) Menghargai privasi.
7) Perawatan paliatif.
d. Peran perawat maternitas
1) Pemberi asuhan (praktisi): menerapkan proses
keperawatan
2) Contoh peran (role model): klien, anggota profesi lain,
perawat sendiri
3) Pendidik / konselor
4) Advokat: Penghubung klien-sistem yankes
5) Manajer
6) Advanced Role

(Disampaikan oleh Ibu Dhina Nur Iirfani, S.ST pada 16 Oktober


2015)

32. Manajemen Keperawatan Obstetri dan Gynekologi


a. Pengkajian
Langkah-langkah pengkajian keperawatan obsgyn antara
lain:
1) Berikan salam pada klien/pasangan
2) Tanyakan nama klien dan alamat sekarang
3) Tempat dan tanggal lahir
4) Agama, pendidikan dan pekerjaan
5) Status Pernikahan
6) Tujuan datang
7) Tanyakan kemungkinan kehamilan: tanda kehamilan
(+)/kontrasepsi (-) dan keguguran
8) Tanyakan adanya risiko ISR/PMS pada klien maupun
pasangan: apakah klien/pasangan:
b. Diagnosa
Diagnosa adalah menganalisa data yang diperoleh pada
pengkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan logis
untuk menegakan diagnosa dan masalah yang tepat
46

c. Intervensi
Intervensi adalah merencanakan asuhan berdasarkan
diagnosa dan masalah yang ditegakkan.
d. Implementasi
Implementasi adalah melaksanakan rencana asuhan secara
komprehensif, efektif, efisien dan aman berdasarkan
evidence based kepada klien/pasien dalam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
e. Evaluasi
Melakukan evaluasi secara sistimatis dan
berkesinambungan untuk melihat efektifitas dari asuhan
yang sudah diberikan, sesuai dengan perubahan
perkembangan kondisi klien.

(Disampaikan oleh Ibu Dhina Nur Iirfani, S.ST pada 16 Oktober


2015)

33. Manajemen Keperawatan Kegawatdaruratan Bedah


a. Pengertian kegawatdaruratan bedah
Kegawat-daruratan bedah merupakan suatu kondisi yang
bila tidak segera ditangani dengan prosedur pembedahan
akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau
bahkan kematian.
b. Klasifikasi operasi
1) Darurat (emergency): operasi segera, resusitasi
sekaligus dengan tindakan bedah yang harus dilakukan
dalam 1 jam. Contoh: pecahnya aneurisma, trauma
dada, trauma kepala dan trauma abdomen)
2) Segera (urgent): operasi ditunda sesingkat mungkin
mungkin setelah resusitasi. Biasanya dikerjakan dalam
24 jam. Contoh: obstruksi usus, emboli, perforasi,
fraktur mayor).
47

3) Dijadwalkan (scheduled): suatu operasi dini namun


bukan penyelamatan. Biasanya dikerjakan dalam 1-3
minggu. Contoh: pembedahan kanker, kardiovaskuler
4) Elektif: operasi pada waktu yang sesuai bagi pasien dan
dokter. Contoh: kolesistektomi
c. Hipotensi
Paling sering disebabkan oleh hipovolemia akibat
kehilangan darah atau cairan tubuh lain.
d. Manajemen nyeri
e. Penggantian cairan
1) Lakukan segera dengan pemantauan ketat untuk
menilai respons terhadap pengisian beban cairan
2) Volume cairan yang besar harus dihangatkan lebih dulu
3) Pasang DC
4) Jika respons terhadap terapi cairan tidak adekuat,
pantau CVP
5) Jangan biarkan pasien jatuh ketika memasang infus
vena sentral
f. Syok
1) Setiap pasien hipotensi yg tdk memberi respons
rehidrasi berisiko serius dan harus dirawat di HCU/ICU
2) Sebagai alternatif, pasien bisa dirujuk ke kamar operasi
3) Pasien dengan perdarahan aktif, harus segera dioperasi
4) Persediaan darah, segera lakukan uji silang. Usahakan
darah tiba di kamar operasi bersamaan dengan pasien
g. Terapi cairan berlebih
1) Bisa berakibat edema paru atau hemodilusi
2) Cegah dengan pemantauan imbang cairan/balance
cairan dan CVP
h. Oksigenasi
1) Diberikan pada pasien hipotensi dan setiap pasien
dengan SpO2 < 95% pada pulse oximetry
48

2) Lakukan pemeriksaan fisik dan radiologi untuk


menentukan penyebab hipoksia
3) Pada pasien kritis, dispnoe akibat asidosis metabolik
i. Koreksi metabolik
1) Koreksi elektrolit
2) Hipokalemia dan hipomagnesemia sebagai pencetus
aritmia jantung
3) Kendalikan diabetus dengan insulin dan infus dekstrose
j. Pasang NGT
1) Untuk mengurangi kembung dan risiko aspirasi pada
pasien obstruksi usus
2) Pastikan pada pasien dengan penurunan kesadaran
memiliki jalan nafas tidak tersumbat dan menerima
oksigen serta dalam posisi sesuai
3) Pada pasien dengan riwayat refluks asam, beri
omeprazole 40 mg oral atau ranitidin 50 mg IV jika
penyerapan usus jelek tepat sebelum operasi
k. Antibiotik
Pada kasus bedah non infeksi, pemberian anti biotik
profilaksis sangat efektif menurunkan angka infeksi, efektif
diberikan 0.5 jam sebelum incisi. Pada kasus bedah infeksi
pemberian antibiotik empiris sangat efektif menurunkan
angka infeksi,pemberiannya didasarkan pada pola kuman.

(Disampaikan oleh Ibu Retno Dyah W, Ns.,Sp.Kep.MB pada 16


Oktober 2015)

34. Manajemen Perawatan Perioperatif


a. Pengertian perioperatif
Perioperatif merupakan istilah gabungan yang mencakup
tiga fase pembedahan, yaitu: pre operatif, intra operatif dan
post operatif. Meliputi 3 faktor penting, antara lain:
penyakitnya, pasien, jenis pembedahan.
49

b. Indikasi
1) Diagnostik
2) Kuratif
3) Reparatif
4) Rekonstruksi / kosmetik
5) Paliatif
c. Klasifikasi pembedahan berdasarkan urgensi
1) Kedaruratan/ emergency
2) Urgen
3) Diperlukan
4) Elektif
5) Pilihan
d. Faktor risiko terhadap pembedahan
1) Usia
2) Nutrisi
3) Penyakit Kronis
4) Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin
5) Merokok
6) Alkohol & obat2an
e. Keperawatan perioperatif
1) Pre operatif
a) Persiapan fisik
b) Persiapan penunjang
c) Persiapan mental/psikis
2) Intra operatif
Prinsip-prinsip umum:
a) Prinsip asepsis ruangan
b) Prinsip asepsis personil (Scrubbing, gowning,
gloving)
c) Prinsip asepsis pasien
d) Prinsip asepsis instrumen
Anggota tim operasi:
a) Anggota tim steril: ahli bedah, asisten bedah,
50

perawat instrumen/ scrub nurse (disinfeksi, alat


pembedahan)
b) Anggota tim non steril: ahli anestesi, circulating
nurse (mengatur ruangan, alat, kondisi pasien),
perawat anestesi, teknisi
3) Post operatif
Tahap keperawatan post operatif
a) Pemindahan pasien dari kamar operasi ke RR
b) Perawatan post anestesi di RR
c) Transportasi pasien ke ruang rawat
d) Perawatan di ruang rawat

(Disampaikan oleh Bapak Parsito, S.Kep.,Ns pada 16 Oktober


2015)

35. Kegawatdaruratan Maternitas


a. Bidang obstetrik:
1) Perdarahan
2) Pre eklamsi berat
3) Eklamsi
4) Ruptur uteri
5) Gawat janin
6) Emboli air ketuban
7) Sepsis
b. Angka kematian ibu: 330 per 100.000 kelahiran hidup
(2007), 228/100.000 (2010), MDGs 2015 menjadi
102/100.000.
c. Penyebab kematian ibu
1) Perdarahan (penyebab utama)
Gawat darurat perdarahan meliputi:
a) Perdarahan ante partum (plasenta previa, solutio
plasenta, robekan sinus marginalis)
b) Ruptura uteri
51

c) Perlukaan jalan lahir


d) Inversio uteri
e) Atonia uteri
f) Retensi plasenta/ sisa plasenta
2) Infeksi
3) Toksemia (keracunan kehamilan)

(Disampaikan oleh Ibu Umi Nuryani pada 16 Oktober 2015)

B. Kunjungan Area Praktik Asuhan Keperawatan


Kunjungan area praktek Asuhan keperawatan dimulai pada
tanggal 17 sampai dengan 31 Oktober 2015. Dibawah ini data
yang penulis peroleh saat melakukan kunjungan di ruang
perawatan yang terdapat di RSUD Dr.Moewardi.
1. OK IGD
a. Profil
OK IGD merupakan suatu ruangan di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta yang digunakan untuk tindakan operasi
atau pembedahan yang bersifat emergency dan harus segera
dilakukan. Tindakan yang biasa dilakukan di OK IGD antara
lain Kraniotomi, laparatomy, appendiktomy, sectio caesaria
(SC), amputasi, vena seksi, lumbal pungsi, dan lain-lain.
Di dalam OK IGD terdapat tiga kamar operasi. OK 1
biasanya digunakan untuk kasus obstetri dan gynekologi,
seperti sectio caesaria (SC). OK 2 biasa digunakan untuk
operasi kraniotomi, laparatomy dan pembedahan abdomen
lainnya. Sedangkan OK 3 sering digunakan untuk
pembedahan pada pasien anak.
Ka instalasi IGD adalah dr. Feri, Sp.BS. Sedangkan
untuk OK IGD itu sendiri diketuai oleh Bapak Suryoko, S.Kep.
b. Pelayanan Unggulan
Pelayanan yang menjadi unggulan dari ruang OK IGD yaitu
52

mengenai respon time. Respon time yang dimaksud adalah


target waktu dari melakukan sign in sampai dengan pasien
dimasukkan ke ruang tindakan (kamar operasi). Respon time
waktu di OK IGD antara 3 sampai dengan 5 menit.
c. Visi dan misi
Visi dan misi OK IGD sama dengan visi misi RSUD Dr.
Moewardi.
d. Metode Penugasan
Metode penugasan yang digunakan di OK IGD adalah metode
fungsional. Metode penugasan ini menekankan bahwa setiap
perawat diharuskan melaksanakan fungsi-fungsi tertentu
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
e. Struktur Organisasi

Bidang Ka instalasi IGD SMF


keperawatan Dr. Feri, Sp.BS

Ka ruang divisi OK Mayor


Suryoko, S.Kep

PUK Non Group I Group II Group III Group IV


Shift

Sukardi Tatik Surtiati Sigit Purwanto Buyung RY Muhtadi Kusnanto


Sri Mulyani Yuli Puji A Bambang I Agung Prapto W
Puguh Budi L Weldiana F Exxo Joko S Hari Kusuma Rina Ekawati
Selair Benadeta Perih Hidayat Isnaini Djatmiko Riyadi H
Khayati
Musiatun
2. Ruang Tulip
a. Profil
1) Kepala Ruang: Mulyo Budiyono, S. Kep. Ns
2) Jenis Ruangan
Rawat inap (ikut dalam Instalasi Anggrek), ruang transit
(jika bangsal penuh), semua kasus, dan semua kelas.
3) Kapasitas Ruangan
14 TT (2 TT untuk isolasi airborne dan 3 TT untuk isolasi
non airborne) tetapi pada kenyataan di lapangan
kapasitas ruangan hingga 45 TT
4) Jumlah tenaga kerja
24 perawat dan 5 non perawat (1 admin dan 2 PUK)
b. Pelayanan Unggulan
Pasien yang ada di ruang tulip terdiri dari pasien kelas VIP
hingga pasien kelas III dengan berbagai macam kasus,
antara lain bedah, anak, medikal, kritis dan gawat darurat.
c. Indikator Mutu
1) Flebitis berdasarkan pasien masuk
2) KTD pemberian obat
3) KNC pemberian obat
4) Kejadian pasien jatuh
5) Dekubitus
6) Nyeri
7) Kecemasan
8) Perawatan diri
d. Metode Penugasan
Metode penugasan yang digunakan Ruang Tulip adalah
metode tim modifikasi
55

e. Struktur Organisasi

Kepala Instalasi
Eni Widaryanti, S.Kep. Ns Sekretaris
Dwi Purwani, S.Kep

Kepala Ruang
Mulyo Budiyono, S.Kep. Ns PJ Sarana Prasarana
Sunari, S.Kep. Ns
Prita I, S.Kep. Ns

PJ Inventaris Obat
Atik Dwi M, S.Kep.

Perawat Primer Perawat Perawat Perawat Perawat


Sumarti, S.Kep. Ns Pelaksana I Pelaksana II Pelaksana III Pelaksana IV
Atik D M, S.Kep B Arsi, S.Kep Sri Martuti, AMK Prita I, S.Kep. Ns Emi T, AMK
Dwi Purwani, S.Kep Agung, AMK Dwi Irawati, AMK Puji Mastuti, AMK Sakti A, AMK
Suparni, S.Kep D Maharani, AMK Rendy Wijayanto, Wachid, AMK Tiyas Wahyu W, AMK
Subari, S.Kep AMK Ida R, AMK

PUK
Hendra, AMK
Adven, AMK
55
3. Poli Bedah
a. Profil
Poli bedah terdiri dari 10 ruang tindakan, antara lain:
1) Ruang 2: ruang anak dan bedah plastik
2) Ruang 3: bedah vaskuler dan bedah saraf
3) Ruang 4: ruang tindakan
4) Ruang 5: bedah digestif
5) Ruang 6: bedah urologi
6) Ruang 7 – 8: bedah onkologi
7) Ruang 9: klinik anesthesi
8) Ruang 10: bedah minor
9) Ruang 11: bedah orthopedi
b. Visi dan misi
Visi dan misi poli bedah sama dengan visi dan misi dari
RSUD Dr. Moewardi yaitu: “Rumah Sakit Terkemuka
Berkelas Dunia” yang artinya RS yang berstandar
Internasional dengan peningkatan mutu, pasien Savety dan
meminimalkan resiko. Sedangkan misinya ada 2
diantaranya: yang pertama menyelenggarakan pelayanan
kesehatan berbasis pada keunggulan sumber daya manusia.
Kecanggihan dan kecukupan alat serta profesionalisme
management pelayanan dan yang kedua menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian kesehatan yang unggul berbasis
pada perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kesehatan yang bersinergi dengan mutu layanan.
c. Pelayanan Unggulan
Poli bedah mempunyai ruang yang digunakan untuk operasi
minor dengan anesthesi lokal. Sehingga pasien yang masuk
ke poli bedah yang perlu dilakukan tindakan operasi dengan
anesthesi lokal bisa dikerjakan di ruangan tersebut.
d. Metode Penugasan
Metode penugasan yang digunakan di poli bedah yaitu
metode fungsional.
e. Struktur Organisasi
f.KA BAGIAN/BIDANG KEPALA KA SMF
INSTALASI RAWAT JALAN
g. STRUKTURAL KA INSTALASI LAIN
SRIYATUN, S.Kep, Ns
NIP. 196320819880220001

KEPALA RUANG
KLINIK BEDAH

SUWANTO, SKM, S.Kep.


NIP. 196310121988021003

PERAWAT PELAKSANA
PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA PERAWAT PELAKSANA
PERAWAT PELAKSANA
SUTARNO, S.Kep
DJOKO WIDODO, AMK WINARNI, S.Kep MOH. HASANUDIN
NUR SRI WIDAYATMI. S.Kep

PERAWAT PELAKSANA PENGADMINISTRASIAN

YUNI FITRIANI, AMK GUNTUR DWI SAPTORO


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
RSUD DR. Moewardi merupakan Rumah Sakit Tipe A
Pendidikan. Visi dari RSUD Dr. Moewardi yaitu adalah : “Rumah
Sakit Terkemuka Berkelas Dunia”. Sedangkan misinya ada 2
diantaranya : yang pertama menyelenggarakan pelayanan
kesehatan berbasis pada keunggulan sumber daya manusia.
Kecanggihan dan kecukupan alat serta profesionalisme
management pelayanan dan yang kedua menyelenggarakan
pendidikan dan penelitian kesehatan yang unggul berbasis pada
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kesehatan yang
bersinergi dengan mutu layanan. Selain visi dan misi RSUD Dr
Moewardi memiliki Motto/Jargon yaitu : Kami senang melayani
anda dengan cepat, tepat, nyaman dan mudah. Tujuan umum
pelayanan keperawatan Di RSUD Dr. Moewardi adalah
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit.
Sedangkan tujuan khususnya ada 5 yaitu : yang pertama
tercapainya zero komplain terhadap asuhan keperawatan, kedua
meningkatkan dokumentasi asuhan keperawatan, ketiga
menurunkan terjadinya nosokomial, keempat memperpendek hari
rawat dan yang terakhir adalah terselenggaranya penelitian
keperawatan yang unggul.

B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Dengan penugasan Penulisan Laporan orientasi Pegawai ini
diharapkan Rumah Sakit dapat meningkatkan kualitas dalam
penerimaan para pegawai baru di tahun-tahun berikutnya.
2. Bagi pegawai Baru (Perawat)
Dengan mengikuti Orientasi Pegawai Baru ini diharapkan para
pegawai baru khususnya perawat mampu memahami profil
59

RSUD DR. Moewardi, peraturan-peraturan yang telah


ditetapkan, system pelayanan keperawatan yang diterapkan,
dan segala sesuatu yang ada di lingkungan RSUD DR. Moewardi
Surakarta.

59

Anda mungkin juga menyukai