Anda di halaman 1dari 4

#TUGAS

Mahasiswa menganalisis pentingnya kebijakan dan penjadwalan kerja pada konteks


manajemen rumah sakit.
Nama : Nike Septembriana
NPM : 20090321604

Sebelum membahas lebih jauh tentang jadwal kerja shift, kita harus sudah benar-benar memahami
tentang kebijakan menerapkan kerja shift. Ketentuan mengenai hal ini telah diatur dalam Undang-
undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan).

Peranan perawat di suatu rumah sakit sangat penting. Perawat dibutuhkan selama 24 jam setiap
harinya. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang dominan di rumah sakit, baik dari segi jumlah
maupun keberadaannya dalam melakukan aktivitas pelayanan terhadap pasien. Seperti halnya
dokter, perawat memiliki hubungan langsung dengan pasien serta dibutuhkan selama 7 hari 24 jam
untuk merawat pasien (Azaiez & Sharif 2005). Penjadwalan perawat merupakan hal penting yang
harus dilakukan oleh suatu instansi pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit (Bangchi 1999).
Baik buruknya penjadwalan perawat yang dilakukan oleh pihak manajemen rumah sakit memegang
peranan penting dalam menentukan kinerja suatu rumah sakit. Oleh karena itu, penjadwalan
perawat merupakan salah satu hal penting yang menjadi bahan evaluasi bagi rumah sakit, baik
rumah sakit pemerintah maupun swasta.

Masalah penjadwalan perawat dapat diformulasikan dalam berbagai model dan diselesaikan dengan
beberapa cara. Bard & Purnomo (2005) menambahkan kendala waktu yang diinginkan oleh perawat
dan kebutuhan hari libur perawat dan memformulasikannya ke dalam integer programming, dan
dalam Bard & Purnomo (2007) masalah penjadwalan ini diselesaikan dengan relaksasi Lagrange;
Castillo (2009) membahas penjadwalan dengan banyak fungsi tujuan; Maenhout & Vanhouche
(2007) menggunakan teknik meta heuristik elektromagnetik; Moz & vas Pato (2003)
memformulasikan masalah penjadwalan ini ke dalam model flow multikomoditas dan
menyelesaikannya dengan metode heuristik; Ferland et al. (2001) memformulasikannya ke dalam
goal programming kemudian diselesaikan dengan metode tabu search; Downsland & Thomson
(2000) memformulasikannya ke dalam masalah knapsack dan juga menyelesaikannya dengan tabu
search; sedangkan Selim & Topaloglu (2009) menyelesaikan model penjadwalan perawat dengan
menggunakan pendekatan fuzzy.

Di Indonesia cara manual masih digunakan untuk menyelesaikan masalah penjadwalan perawat ini.
Cara seperti ini akan menjadi rumit dan rentan terhadap kesalahan saat melibatkan jumlah perawat
yang relatif besar. Dalam papernya, Lim et al. (2012) menyebutkan bahwa model penjadwalan
perawat dapat diselesaikan dengan pendekatan model matematika, yaitu suatu model khusus
matematika yang dikembangkan untuk merespon masalah penjadwalan untuk kasus yang berbeda-
beda. Model ini dibangun dengan fungsi tujuan dan kendala, kemudian untuk mencari penyelesaian
optimal digunakan algoritma yang tepat untuk menyelesaikannya.

Pada dasarnya, lama waktu kerja pada sistem shift tidak berbeda dari sistem full time, yaitu 7 jam
dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau 8 jam dalam 1 hari
dan 40 jam dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 mingu. Dengan kata lain, karyawan shift tidak
boleh bekerja melebihi 40 jam dalam seminggu. Namun, ketentuan mengani durasi waktu kerja shift
ini bisa tidak berlaku pada beberapa sektor usaha tertentu, misalnya untuk penerbangan jarak jauh,
pengeboran minyak lepas pantai, supir angkutan jarak jauh, atau pekerjaan di kapal laut.

1. Ketentuan Karyawan Kerja Shift Menurut UU Ketenagakerjaan

Hal Penting yang Harus Diperhatikan Sebelum Menyusun Jadwal Shift

Selain itu, Rumah Sakit juga berhak meminta karyawan shift untuk lembur. Namun, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan. Pertama, harus ada persetujuan dari pihak karyawan yang bersangkutan
untuk melakukan lembur. Kedua, durasi lembur maksimal tiga jam dalam sehari dan empat belas
jam dalam seminggu. Ketiga, Rumah Sakit harus membayar upah lembur kepada karyawan.

Penjadwalan Kerja Shift

Setiap perusahaan tentunya memiliki peraturan dan kebijakan masing-masing terkait dengan jadwal
kerja shift yang diterapkan. Namun, secara umum setidaknya ada tiga macam simulasi penjadwalan
kerja shift yang biasa digunakan di berbagai Rumah Sakit. Jadwal Kerja Shift Jadwal kerja ini
diberlakukan pada Rumah Sakit yang beroperasi selama 24 jam. Mengacu kepada UU
Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 pasal 77 yang menyebutkan ketentuan waktu kerja, awam
terjadi pembagian 3 jenis shift pada karyawan:

Shift Pagi

Shift Sore

Shift Malam

Untuk frekuensi kerja shift dalam seminggu juga tergantung pada kebutuhan Rumah Sakit dan
jumlah karyawan yang ada. Namun begitu, sebagian besar karyawan akan merasakan semua shift
tersebut dengan sistem giliran. Tantangan ada pada produktivitas karyawan, karena mereka harus
beradaptasi pada perubahan jadwal kerja.

1. Kelebihan

a. Fleksibel dalam mengurus keperluan di luar pekerjaan


b. Mudah menentukan momen liburan karena adanya kejelasan jadwal untuk ke kantor
2. Kekurangan

a. Susah mengatur jadwal aktivitas lain yang berhubungan dengan teman/keluarga yang
memiliki jadwal kerja berbeda
b. Perbedaan cuaca dan yang signifikan antara pagi, siang, dan malam membuat kondisi
badan rentan oleh penyakit
c. Harus menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi, misalnya alat transportasi,
keamanan kerja, dan sebagainya.
2. Jadwal Kerja Normal atau Full Time
Jadwal ini diterapkan selama Senin-Jumat atau Senin-Sabtu dengan rentang waktu bekerja
dalam seminggu maksimal 40 jam menurut UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003.

Jadwal ini memberikan kepastian bagi karyawannya, baik dalam durasi bekerja hingga beban
pekerjaan. Biasanya karyawan yang mendapatkan jadwal kerja seperti ini tidak mendapatkan
kompensasi lembur karena pekerja dianggap dapat menyelesaikan pekerjaan selama waktu
kerja yang ada. Pekerja wanita banyak diuntungkan dengan jadwal kerja ini, terutama jika
berhubungan dengan posisinya sebagai istri atau ibu. Jadwal ini digunakan untuk dokter
Fulltime dan pekerja manajemen Rumah Sakit.
1. Kelebihan
a. Mudah merencanakan liburan tahunan
b. Alokasi waktu untuk berangkat, bekerja, dan pulang ke rumah sudah jelas
c. Tidak perlu membawa pekerjaan ke rumah
2. Kekurangan
a. Tidak adanya sistem upah lembur
b. Tidak fleksibel jika ada keperluan di luar kantor sehingga harus ijin/cuti

Untuk analisa penjadwalan kerja harus dilakukan evaluasi setidaknya sebulan sekali untuk melihat
apakah beban kerja sesuai jadwal yang sudah dibuat , analisa efisiensi tenaga yang berhubungan
dengan manajemen keuangan agar kinerja para kayawan efektif tanpa memperbanyak lembur.

Untuk Aturan – aturan job analisa di bawah ini kurang sesuai di terapkan di rumah sakit, dikarenakan
untuk pelayanan pasien dan administrasi pasien akan di dahulukan pasien emergency atau yang
memerlukan penanganan segera:

1. First come first served (FCFS)

Menurut aturan ini, pekerjaan diproses sesuai urutan kedatangan. Dari segi konsumen, aturan ini
merupakan aturan yang adil karena mereka dapat melihat prosesnya. Namun, sebenarnya aturan ini
tidak cukup efisien karena jika konsumen didepan membutuhkan waktu layanan lebih lama, maka
antrian akan menumpuk, untuk pelayanan UGD, Perawatan, Administrasi akan mendahulukan
pasien yang memerlukan penanganan segera, untuk itu akan di butuhkan tenaga yg sesuai
kompetensi agar pasien yang lain tidak menunggu lama untuk pelayanan. Sedangkan layanan di poli
klinik akan mendahulukan pasien yang kurang stabil, geriatric dll.

2. Shortess Processing Time

Pekerjaan diproses sesuai waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Dimulai dari pekerjaan
yang membutuhkan waktu pengerjaan paling sedikit sampai yang paling lama atau panjang. Untuk
sistem ini akan bertolak belakang dengan penanganan pasien di rumah sakit dimana akan melayani
pasien emergency terlebih dahulu.

3. Earlist Due Date

Pekerjaan diproses sesuai dengan tanggal jatuh tempo. Pekerjaan dengan waktu jatuh tempo
terpendek yang diproses terlebih dahulu. Namun aturan ini tidak mempertimbangkan waktu
pemrosesan sehingga pekerjaan singkat tetap dalam antrian dan dapat menyebabkan penumpukan.
Aturan ini dapat di aplikasikan di rumah sakit dalam hal administrasi manajemen.

4. Slack Time Remaining

Selisih antara waktu yang tersisa sebelum tanggal jatuh tempo dan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikannya. Pekerjaan diproses dari waktu slack paling sedikit, hal ini juga dapat di
aplikasikan di rumah sakit dalam hal administrasi manajemen.

5. Critical Ratio

Metode penjadwalan dengan melakukan pekerjaan pada pekerjaan yang memiliki nilai critical ratio
paling rendah. Aturan tersebut akan kurang efektif bila di aplikasikan untuk Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai