Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang
Saat ini semua negara industri melakukan produksi terus menerus
sehingga waktu kerja bukan lagi menjadi masalah dalam suatu industri. Untuk
melakukan hal ini para instansi atau perusahaan menerapkan sistem shift pada
karyawannya (Kroemer & Grandjean, 2005). Shift kerja dapat didefenisikan
sebagai pekerjaan yang dilakukan terutama diluar jam normal. Menurut ILO
(2003) shift kerja merupakan kerja bergilir diluar jam kerja normal baik itu
bergilir atau berotasi dengan sifat kerja atau permanen.
Perawat juga merupakan petugas pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
bekerja secara shift. Shift kerja dirumah sakit yang ada di indonesia secara umum
terdiri dari tiga shift yaitu: shift pagi bekerja selama 7 jam mulai jam 7.00-14.00,
shift sore bekerja 7 jam mulai jam 14.00-21.00, dan shift malam bekerja 10 jam
mulai 21.00-7.00. Dari keadaan tersebut memperlihatkan bahwa shift malam
mempunyai waktu yang paling lama waktu kerjanya (Wijaya, 2005). Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian simanjuntak (2010) dalam Selvia 2013 kondisi
beban kerja antara ketiga shift mempunyai perbedaan yang nyata, dari penelitian
itu juga dihasilkan secara keseluruhan pekerja lebih mementingkan faktor waktu
(39,08%), kemudian tekanan stress (33,21%) dan terakhir tekanan mental
(27,21%) dalam bekerja (Selvia, 2013).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Alawiyyah (2009) di suatu rumah
sakit di Jakarta mendapatkan hasil bahwa perawat yang melakukan kerja secara
shift berjumlah 61%, dan yang kerja non shift berjumlah 39%. Selain itu
Alawiyyah juga mengatakan 61% perawat mengalami gangguan tidur. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar perawat yang bekerja di rumah sakit
melaksanakan sistem shift, dan perawat yang paling banyak mengalami gangguan
pola tidur adalah perawat yang melakukan kerja secara shift (Alawiyyah, 2009).

Gordon dan Henifin (dalam Muchinsky, 1997), mengatakan bahwa kerja


shift adalah jadwal kerja yang menggunakan jam kerja yang tidak seperti
biasanya, akan tetapi jam kerja tetap dimulai dari pukul 07.00-09.00 pagi.
Sedangkan menurut White dan Keith (dalam Riggio, 1990), mendefinisikan shift
kerja sebagai jadwal kerja di luar periode antara jam 08.00-16.00. Pigors dan
Myers (dalam Aamodt, 1991), mengatakan shift kerja adalah suatu alternatif
untuk memperpanjang jam kerja bagi kehadiran karyawan bila itu dibutuhkan
untuk meningkatkan hasil produksi.
Pelaksanaan dari shift itu sendiri adalah dengan cara bergantian, yakni
karyawan pada periode terntentu bergantian dengan karyawan pada periode
berikutnya untuk melakukan pekerjaan yang sama. Karyawan yang bekerja pada
waktu normal digunakan istilah diurnal, yaitu individu atau karyawan yang selalu
aktif pada waktu siang hari atau setiap hari. Sedangkan karyawan yang bekerja
pada waktu malam hari digunakan istilah nocturnal, yaitu individu atau karyawan
yang bekerja atau aktif pada malam hari dan istirahat pada siang hari (Riggio,
1990).
Kesimpulan dari beberapa definisi di atas adalah, bahwa shift kerja
merupakan sistem pengaturan waktu kerja yang memungkinkan karyawan
berpindah dari satu waktu ke waktu yang lain setelah periode tertentu, yaitu
dengan cara bergantian antara kelompok kerja satu dengan kelompok kerja yang
lain sehingga memberi peluang untuk memanfaatkan keseluruhan waktu yang
tersedia untuk mengoperasikan pekerjaan.
Untuk mengetahui hubungan Shift Kerja dengan Gangguan Pola Tidur
pada Perawat Instalasi Rawat Inap perlu di lakukan penkajian lebih mendalam,
permasalahan yang di hadapi yang berdasarkan hubungan Shift Kerja dengan
Gangguan Pola Tidur perawat instalasi rawat inap Maka perlu di lakukan
penelitian dengan judul Hubungan Shift Kerja dengan Gangguan Pola Tidur pada
Perawat Instalasi Rawat Inap

1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar beakang yang telah di uraiakan sebelumnya, maka dapat di
susun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Apakah ada keeratan Hubungan Shift Kerja dengan
Gangguan Pola Tidur pada Perawat Instalasi Rawat Inap?

1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah di susun, maka dapat
di susun tujuan penelitian sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum


Mengidentifikasi keeratan Hubungan Shift Kerja dengan Gangguan Pola Tidur
pada Perawat Instalasi Rawat Inap?

1.3.2 Tujua Khusus


Mengidentifikasi keeratan Hubungan Shift Kerja dengan Gangguan Pola Tidur
pada Perawat Instalasi Rawat Inap?

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1

Manfaat Teoritis
Penelitian dengan judul Hubungan Shift Kerja dengan Gangguan Pola Tidur
pada Perawat Instalasi Rawat Inap, maka hasilnya akan menyajikan informasi
yang terkait dengan Hubungan Shift Kerja dengan Gangguan Pola Tidur pada
Perawat Instalasi Rawat Inap, sehingga penelitia ini dapat bermanfaat bagi
ilmu pengetahuan sebagai referensi tambahan/informasi perawat dan
mahasiswa keperawatan.

1.4.2

Manfaat Praktis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan perawat
tempat penelitian, bagi institusi pendidikan untuk tambahan pengetahuan dan
sumber referensi mahasiswa dan bagi referensi peneliti selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Definisi Shift Kerja Perawat


Dalam meningkatkan produktivitas dan memanfaatkan sumber daya yang
ada suatu Perusahaan atau instsansi biasaya menerapkan waktu kerja berlebih dan
shift kerja. Shift kerja berbeda dengan hari kerja biasa, dimana pada hari kerja
biasa pekerjaan dilakukan secara teratur pada waktu yang telah ditentukan
sebelumnya sedangkan shift kerja dapat dilakukan lebih dari satu kali untuk
memenuhi jadwal 24 jam/hari. Biasanya perusahaan yang berjalan secara
kontinyu yang menerapkan aturan shift kerja ini. Alasan lain dari shift kerja
adalah kebutuhan sosial akan pelayanan. Polisi dan rumah sakit benar-benar
dibutuhkan untuk 24 jam /hari (Kuswadji, 1997)
Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja
disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa (08.00-17.00).
Ciri khas tersebut adalah kontinuitas, pergantian dan jadwal kerja khusus. Secara
umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,
sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa
dilakukan. Namun demikian ada pula defenisi yang lebih operasional dengan
menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift kerja disebutkan sebagai pekerjaan
yang secara permanen atau sering pada jam kerja yang tidak teratur
(Kuswadji,1997).
2.1.1

Karakteristik dan Sistem Shift Kerja


Menurut Knauth dalam Kodrat 2009 terdapat 5 faktor shift kerja yaitu
Jenis shift (pagi, siang, malam), panjang waktu tiap shift, waktu di mulai dan
berakhir satu shift, distribusi waktu istirahat, dan arah transisi shift. Coleman
(1995) membagi shift kerja menjadi 6 bentuk dasar : a. Fixed shifts ( straight
shift) Setiap karyawan sudah mempunyai jam kerja tetap dan tidak bisa diubah b.
Rotating shifts Karyawan secara bergiliran bekerja pada shift yang telah diatur c.
Oscilatting shifts Satu kelompok karyawan mempunyai shift tetap dan kelompok
sisa rotasi d. Primary shifts Setiap karyawan mempunyai shift tetap tetapi dapat
dipindah sementara e. Staggeret Shifts Shift tetap dengan nomor waktu mulai dan
nomor karyawan f. Mixed Shifts Gabungan beberapa shift untuk pekerja dalam
bagian yang sama.

Sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun
biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dengan delapan jam kerja shift. Ada
dua macam sistem shift kerja yang terdiri dari : 1. Shift permanen Tenaga kerja
bekerja pada shift yang tetap setiap harinya. Tenaga kerja yang bekerja pada shift
malam yang tetap adalah orang-orang yang bersedia bekerja pada malam hari dan
tidur pada siang hari. 2. Sistem Rotasi Tenaga kerja bekerja tidak terus menerus di
tempatkan pada shift yang tetap. Shift rotasi adalah shift rotasi yang paling
mengganggu terhadap irama sirkadian dibandingkan dengan shift permanen bila
berlangsung dalam jangka waktu yang panjang (Ramayuli, 2004).
Menurut Grandjean (2005) Shift kerja terdiri dari pagi, siang, malam dan
setiap bagian mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ada dua kelompok besar
shift kerja, yaitu permanen dan rotasi. Namun demikian dipandang dari sudut
kesehatan yang penting ialah apakah kerja mengandung unsur kerja malam atau
tidak. Pembagian berikutrnya ialah sistem shift terputus yakni berlangsung antara
hari senin sampai dengan hari sabtu. Kemudian sistem shift kerja yang terus
menerus berlangsung selama 7 hari seminggu termasuk harihari libur. Pembagian
sistem shift kerja lainnya ialah: jumlah hari kerja malam yang berturut-turut, awal
dan akhir kerja shift, jangka waktu masing-masing shift, urutan rotasi shift, jangka
daur shift dan keteraturan sistem shift (Kuswadji, 1997).
2.1.2

Pembagian Waktu Sistem Shift Kerja


Menurut jumlah hari kerja malam yang berturut-turut paling sedikit ada 3 jenis:
1. Continental Rota Di Negara Eropa sistem continental rota sering dipakai dan
dijadikan rekomendasi untuk shift kerja. Pada sistem ini pekerja bekerja
menurut giliran 2-2-3 (pagi, pagi, siang, siang, malam, malam, malam, libur,
libur). Pada sistem ini hari libur sabtu dan minggu akan terjadi setiap 4
minggu (Grandjean 2005).
2. Metropolitan Rota Pada sistem ini pekerja bekerja menurut giliran 2-2-2 (pagi,
pagi, siang, siang, malam, malam, libur). Sistem ini hari libur sabtu dan
minggu hanya terjadi sekali dalam 8 minggu. Itu saja terjadinya pada minggu
ke 8 (Grandjean, 2005). Menurut awal dan akhir jam kerja shift, lama satu
shift, dan keteraturannya sistem shift dapat di bagi menjadi tiga yaitu :
a. Sistem 3 shift biasa Pada sistem ini masing-masing pekerja akan
mengalami 8 jam kerja yang sama selama 24 jam: dinas pagi antara pukul
6-14, 15 dinas sore antara pukul 14-22 dan dinas malam antara pukul 22-6.

Dinas pagi memungkinkan keluarga dapat berkumpul bersama pada


malam harinya. Bila dinas pagi dimulai terlalu pagi misalnya pukul 4, akan
sangat melelahkan dan tidur malam menjadi lebih singkat. Dinas sore
sangat tidak baik untuk kehidupan sosial, namun sebaliknya untuk tidur
sangat

menguntungkan.

Dinas

malam

lebih

berdampak

buruk

dibandingkan dinas pagi dan sore, karena dinas malam dapat mengganggu
tidur akibat berbagai sebab: bising di siang hari, tidur terputus karena
harus makan siang, tidur terus sampai sore. Akibatnya meraka mengalami
b.

kelelahan karena tidur yang tidak pulas (Kuswadji, 1997).


Sistem Amerika Menurut sistem ini dinas pagi mulai pukul 8-16, dinas
sore antara pukul 16-24 dan dinas malam antara pukul 24-8. Sistem ini
memberikan keuntungan fisiologik dan sosial, kesempatan tidur akan
banyak terutama pada pagi dan sore. Setiap shift akan mengalami makan

bersama keluarga paling sedikit sekali dalam seminggu (Kuswadji, 1997)


c. Sistem 12 -12 Sistem ini dipakai untuk penambangan minyak lepas pantai.
Selama 12 jam dinas pagi dan selama 12 jam dinas malam. Jadwal antara
7-19 dan 19-7. Satu minggu kerja siang dan satu minggu kerja malam
pisah dengan keluarga. Setelah dinas 2 minggu, biasanya pulang kerumah
dan tinggal bersama keluarga dipandang dari sudut kesehatan atau
ergonomi bekerja menurut cara demikian tidak baik. Namun beberapa
perkecualian dapat dilakukan, misalnya bila pekerjaan ini tidak tertalu
berat. Bila pekerjaan shift dilakukan selama ini, masing-masing shift baik
siang atau malam, harus diikuti dengan istirahat dua hari (Kuswadji, 1997)
Menurut International labour Organization 1983 dalam Kodrat
2009 sistem shift kerja terbagi :
1. Sistem 3 shift 4 kelompok (4x8 hours continous shift work), yaitu 3
kelompok shift bekerja setiap 8 jam dan 1 kelompok istirahat.
Sistem ini digunakan pada aktivitas terus menerus tanpa hari libur.
Rotasi shift 2-3 hari.
2. Sistem 3 shift 3 kelompok (4x8 hours semi continous shift work),
yaitu kelompok shift bekerja setiap 8 jam, pada akhir minggu libur.
2.1.3

Rotasi shift 5 hari.


Efek Shift Kerja

1. Shift kerja mempunyai dampak bagi pekerja yaitu : 1.Job Performance


Perubahan jadwal shift kerja terus menerus menyebabkan pekerja harus terus
beradaptasi dengan perubahan tersebut.
2. Job related Attitude Karyawan yang bekerja pada shift malam sering
menunjukkan sikap dan emosi.
3. Personal Health Pekerjaan yang menggunakan sistem shift dapat mengganggu
kesehatan secara fisik dan mental, karena situasi dan kondisi pada setiap shift
berbeda. Pekerja harus menyesuaikan kondisi fisik setiap kali bekerja di shift
yang berbeda.
4. Social and Domestic factors Pembagian shift kerja dapat menyebabkan
pekerja yang sudah berkeluarga atau pekerja wanita akan mengalami
kesulitan dalam membagi waktu bersosialisasi, berkomunikasi dengan
anggota keluarga lain dan melakukan aktivitas religious.

2.2Definisi Gangguan Pola Tidur


Gangguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering
ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktik. Gangguan tidur dapat
dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi
dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan pada usia
lanjut (Japardi,2002).
Oleh karena itu, perlu diketahui beberapa macam penyebab terjadinya
gangguan tidur. Tiga penyebab utama yang paling berpengaruh menyebabkan
gangguan tidur yaitu kondisi medis, kondisi psikiatri, dan kondisi lingkungan
sekitar seseorang.
1. Kondisi medis
Berbagai kondisi medis yang buruk dari seseorang dapat menyebabkan
seseorang mengalami gangguan tidur. Misalnya gangguan pada paru yang
menyebabkan gangguan nafas seperti asma dan penyakit paru obstruktif
kronis. Akibat gangguan pernafasan yang dialami, maka seseorang tentunya
saja akan mengalami gangguan tidur. Kondisi jantung yang juga berpengaruh
meyebabkan gangguan tidur pada seseorang seperti iskemia dan gagal jantung
kongestif. Berbagai penyakit neurologis seperti stroke, kerusakan saraf
perifer, apnea tidur tipe sentral dan gangguan endokrinologis seperti pada
kehamilan, gangguan siklus menstruasi, hipertiroid juga dapat menyebabkan
gangguan tidur. Selain itu, kondisi gastrointestinal yang sangat mengganggu

tidur yaitu gastroesophageal reflux disease (GERD) karena asam lambung


yang naik ke esophagus akan menyebabkan rasa yang mengganggu.
2. Kondisi psikiatri
Kondisi psikiatri seperti depresi dapat menyebabkan gangguan tidur tipr
REM. Gangguan stres post trauma sering menyebabkan gangguan tidur teror
pada malam hari. Selain itu, gangguan anxietas, panic disorder paling sering
menyebabkan insomnia atau sulit tidur pada banyak pasien. Selain itu, juga
perlu diketahui bahwa, penggunaan obat-obatan pada kondisi psikiatri seperti
anti depresan dapat mengganggu tidur pola tidur REM. Obat-obat
benzodiazepin yang terlalu sering digunakan dan dalam dosis yang tinggi
dapat menyebabkan rebound insomnia (gangguan untuk tertidur akibat
pemakaian obat sehingga apabila obat dihentikan, pasien menjadi merasa sulit
tertidur).
3. Kondisi lingkungan
Gangguan tidur sering disebabkan lingkungan yang bising atau oleh karena
suhu lingkungan yang tidak nyaman. Pertukaran jam kerja yang tidak teratur
sering menyebabkan gangguan siklus tidur, seperti halnya yang juga terjadi
pada jetlag akibat bepergian ke tempat yang mempunyai waktu yang tidak
cocok dengan daerah asal. Pergantian ketinggian yang signifikan juga dapat
menyebabkan gangguan tidur (Lubit,2012).
2.2.1

Klasifikasi gangguan tidur


Berdasarkan klasifikasi dari International Classification of Sleep Disorders,
gangguan tidur terbagi atas :
A. Dissomnia, 1. Gangguan tidur intrinsik Narkolepsi, gerakan anggota gerak
periodik, sindroma kaki gelisah, obstruksi saluran nafas, hipoventilasi, post
traumatik kepala, tidur berlebihan (hipersomnia), idiopatik. 2. Gangguan tidur
ekstrinsik Tidur yang tidak sehat, lingkungan, perubahan posisi tidur, toksik,
ketergantungan alkohol, obat hipnotik atau stimulant. 3. Gangguan tidur
irama sirkadian Jet-lag sindroma, perubahan jadwal kerja, sindroma fase
terlambat tidur, sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak
teratur, tidak tidur selama 24 jam
B. Parasomnia, 1. Gangguan arousal Gangguan tidur berjalan, gangguan tidur
teror. 2. Gangguan antara bangun-tidur Gerak tiba-tiba, tidur berbicara,
kramkaki, gangguan gerak berirama. 3. Berhubungan dengan fase REM

Gangguan mimpi buruk, gangguan tingkah laku, gangguan sinus arrest.


Parasomnia lain-lainnya Bruxism (otot rahang mengeram), mengompol, sukar
menelan, distonia parosismal.
C. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan / pskiatri, 1.
Gangguan mental Psikosis, anxietas, gangguan afektif, panik (nyeri hebat),
alkohol. 2. Berhubungan dengan kondisi kesehatan Penyakit degeneratif
(demensia, parkinson, multiple sklerosis), epilepsi, status epilepsi, nyeri
kepala, Huntington, post traumatik kepala, stroke, Gilles de-la tourette
sindroma. 3. Berhubungan dengan kondisi kesehatan Penyakit asma,penyakit
jantung, ulkus peptikus, sindroma fibrositis, refluks gastrointestinal, penyakit
paru kronik (PPOK).

Anda mungkin juga menyukai