Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kegiatan pelayanan keperawatan bergantung pada kualitas dan kuantitas perawat
yang bertugas selama 24 jam terus menerus di bangasl. Untuk meningkatkan mutu
pelayanan, diperlukan dukungan sumberdaya manusia yang mampu mengemban tugas
dan perubahan. Agar dapat melaksanakan, perlu ada perencanaan, baik jumlah maupun
klasifikasi tenaga kerja, serta pendayagunaan tenaga kerja sesuai pengolahan yang ada.
Hakekat ketenaga kerjaan pada intinya adalah pengaturan, proses mobilisasi potensi,
proses motivasi dan pengembangan sumber daya manusia dalam memenuhi kepuasan
intik tercapainya tujuan individu, organisasi dimana dia berkarya.
1.1. Tujuan
1..1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana manajemen staffing/ pengaturan ketenagakerjaan di
dalam dunia keperawatan
1..2. Tujuan Khusus
Menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan :
1. Pengertian Staffing
2. Prinsip Staffing
3. Pertimbangan Pengaturan Staf
4. Aktivitas Pengaturan Staf
5. Pengaturan Staf
6. Pengembangan Staf
7. Penjadwalan
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian Staffing
Pengaturan staf (staffing) merupakan salah satu masalah besar pada setiap organisasi
keperawatan, baik itu di rumah sakit, rumah perawatan (nursing home), badan perawatan
kesehatan di rumah, badan rawat jalan, dan jenis fasilitas lainnya (Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan, 2010 , hal:43). Aydelotte mengatakan Metodologi
pengaturan staf keperawatan harus merupakan proses yang teratur, sistematis,
berdasarkan rasional, diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang
ditetapkan sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi tertentu. Hasil akhir adalah
perkiraan bentuk dan jumlah staf yang diperlukan untuk memberikan perawatan pada
pasien.
Proses pengaturan staf bersifat kompleks. Komponen proses pengaturan staf ini
adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staf, penguasaan rencana pengaturan
staf, rencana penjadwalan, dan sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK). SIMK
meliputi kelima elemen berikut ini:
1. Kualitas perawatan pasien yang diberikan dan pengukurannya
2. Karateristik pasien dan kebutuhan perawatan mereka
3. Perkiraan suplai tenaga perawat yang diperlukan untuk pokok 1 dan 2
4. Logistis dari pola program pengaturan staf dan kontrolnya
5. Evaluasi kualitas perawatan yang diberikan, dengan demikian mengukur keberhasilan
pengaturan staf itu sendiri.
2.2. Prinsip Staffing
Dalam staffing berlaku prinsip utama yaitu : The Right Man in The Right Place and
Time yang berarti bahwa setiap personel ditempatkan pada unit kerja yang sesuai
dengan keahlian dan kecakapannya, dengan demikian suatu perkerjaan/tugas dalam unit
kerja dilakukan oleh orang yang tepat dan mendapat hasil pekerjaan yang optimal.
Jika prinsip ini tidak diterapkan, dan menempatkan personel pada tugas dan jenis
pekerjaan yang bukan keahliannya, maka akan menghambat upaya pencapaian tujuan
administrasi itu sendiri, sebab hasil dari pekerjaan tersebut cenderung kurang berdaya
guna bagi organisasi.
2
Hal ini sering terjadi pada unit kerja yang kekurangan karyawan, sehingga memaksa
seorang karyawan membawahi dan mengerjakan beberapa jenis pekerjaan yang bukan
pada bidang keahliannya, atau bisa terjadi karena menempatkan seseorang atas
pendekatan nepotisme tanpa memperhatikan keahlian orang tersebut, tindakan nepotisme
ini tentu akan membuka peluang kolusi dan korupsi yang berakibat buruk terhadap
kemajuan unit organisasi kerja itu sendiri.
2.3. Pertimbangan Pengaturan Staf
Menurut West, satu peraturan pokok dalam memperkirakan kebutuhan pengaturan
staf adalah mendasarkan projeksi pengaturan staf pada riwayat pengaturan staf yang lalu.
Data dapat dikumpulkan dari laporan sensus. Data-data yang ada di rumah sakit; seperti
NIMS. Medicus berisi jumlah orang yang diperlukan, termasuk jumlah RN, LPN, dan
pembantu perawat. Data lain yang diperlukan yaitu waktu cuti sakit, kerja lembur, hari
libur, dan waktu liburan. Angka pengurangan tenaga dibentuk dalam rumusan
pengaturan staf. Misalnya di University of south Alabama Medical Center, sistem
medicus memberikan rumus untuk pengaturan staf sebagai berikut :
keperawatan
profesional
yang
diterjemahkan
dalam
keterampilan
Liburan
Hari besar
Cuti sakit
Cuti berurutan
Lembur
Pertukaran waktu
Permintaan personel
Permintaan manajemen
Kerja mingguan
3. Kontrak kerja
Sebaiknya ada kontrak kerja antara pekerja dengan institusi. Kontrak menyatakan
tanggal mulai kerja, klasifikasi pekerjaan, jam kerja, angka gaji, pekerjaan purna
atau paruh waktu, dan hal lain yang disetujui. Penandatangannan dilakukan oleh
kedua-duanya.
2.5. Pengaturan Staf
Cara menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk setiap unit sebagai berikut.
a
Rasio perawat klien disesuaikan dengan standar perkiraan jumlah klien sesuai data
sensus.
dengan data sensus klien, dihitung untuk menentukan jumlah perawat yang
dibutuhkan
c
Perbandingan
Kelas A dan B
Kelas C
Kelas D
A X B X 365
( 365-C) x jam kerja per hari
Keterangan :
A : Jumlah tenaga kerja keperawatan per hari
B : jumlah pasien rata rata per hari
C : Jumlah hari libur
Pada formula ini,komponen A adalah jumlah waktu perawatan yang dibutuhkan oleh
pasien selama 24 jam. Jam waktu perawatan berkisar antara 3 samapai 4 jam
tergantung jenis penyakit, tindakan dan aplikasi keperawatan di rumah sakit, sensus
harian. Komponen B adalah hasil perkalian BOR dengan jumlah tempat tidur Rumah
sakit. Sebagai contoh BOR RS 70 % , sedangkan jumlah komponen C adalah jumlah
hari libur resmi yang ditentukan oleh pemerintah dan jumlah hari libur karena cuti
tahunan personel.
Jumlah hari libur di Indonesia kira-kira 76 hari terdiri : 52 hari minggu,12 hari cuti
dan 12 hari libur nasional. Disamping itu harus mempertimbangkan hari-hari libur
lain yaitu yang secara alamiah menjadi hak biologis wanita yaitu cuti menstruasi dan
cuti hamil selama 3 bulan.Oleh karena itu, dalam merencanakan kebutuhan perawat
yang mempertimbangkan jumlah perawat yang kemungkinan hamil setiap tahunnya,
dan merencanakan tenaga pengganti.
Contoh :
Misalkan rata-rata jam perawat selama 24 jam adalah 6 jam.Untuk rumah sakit
dengan jumlah 100 tempat tidur dan BOR rata-rata 70%,kebutuhan tenaga perawat
adalah :
Sensus harian
6 x 70 x 365
=153.300
(365-52) x 6
=1878
153.300/1878
BOR
Pada formula ini, komponen A adalah jumlah waktu perawatan yang dibutuhkan oleh
pasien selama 24 jam. Jam waktu perawatan berkisar antara 3 samapai 4 jam
tergantung jenis penyakit, tindakan dan aplikasi keperawatan di rumah sakit, BOR RS
adalah prosentase rata-rata jumlah tempat tidur yang digunakan selama periode
tertentu. Hari kerja efektif selama 41 minggu yang dihitung sebagai berikut :36552(hari minggu)-12(hari libur nasional)-12 (hari libur cuti tahunan ) =289 hari : 7
hari/minggu = 41 minggu.
Contoh:
Misal rata-rata jam perawatan selama 24 jam adalah 6 jam.Untuk rumah sakit dengan
jumlah
100 tempat tidur dan BOR rata-rata 70 %,kebutuhan tenaga perawat adalah
6x52x7x100x0,7
=152.880
10
152880:(41x40)
=93,22
93,22+25%x93,22
Hasil perhitungan tenaga perawat di tambah 25% karena tingkat produktifitas perawat
dihitung hanya sebesar 75%,jumlah tenaga perawat dengan formula ini lebih besar.
Jumlah perhitungan tenaga perawat dengan formula Gillies selalu kecil karena
formula ini mengasumsikan seluruh perawat di Amerika Serikat bekerja professional
dengan produktifitas optimal,damn jumlah hari libur di Amerika lebih kecil daripada
di Indonesia.
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan menurut direktorat
pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan memperhatikan unit
kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model pendekatan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :
a
jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari
Karena relatif tidak fleksibel, penjadwalan siklus hanya bermanfaat untuk staf yang
berotasi melalui kebijakan dan pilihan pribadi. Penggunaan terbaik dari tipe jadwal ini
bila papan pengaturan staf menunjukkan kebutuhan shift.
11
Metode Swansburg
Contoh memperkirakan staf inti per shift :
Rata-rata sensus harian untuk 25 tempat tidur di unit medikal bedah selama periode 6
bulan adalah 19 pasien. Rata-rata jam perawatan dasar harian yang diberikan adalah 5
jam setiap pasien selama 24 jam. Berapa jam jumlah total perawatan yang diperlukan
rata-rata per hari menurut standar?
Jawab:
Jumlah jam perawat yang dibutuhkan : 19 x 5 = 95 jam
Jika bekerja sehari 8 jam, berarti
Total FTE : 12 FTE x 7 hari per minggu = 84 shift per mingggu, akan diperlukan jika
pengaturan staf akan sama setiap harinya.
Jika setiap perawat bekerja 5-8 jam sehari per shift per mingu, maka jumlah perawat
yang dibutuhkan perhari adalah
Sore
Malam
Total
RN
4+(1)
1,4
8,4+(1)
LPN
2+(1)
1,4
5,4+(1)
Lain-lain
0+(1)
3+(1)
Total
8+(1)
6+(1)
2,8+(1)
16,8+(3)
12
Metode Dauglass
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat
yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien,
dimana
masing- masing kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu
sebagai berikut :
Klasifikasi Klien
jml
Minimal
Parsial
Total
klien
Pagi
Sore
Malam
Pagi
Sore
Malam
Pagi
Sore
Malam
1.
0,17
0,14
0,07
0,27
0,15
0,10
0,36
0,30
0,20
2.
0,34
0,28
0,14
0,54
0,30
0,20
0,72
0,60
0,40
3.
0,51
0,42
0,21
0,81
0,45
0,30
1,08
0,90
0,60
Dst
Contoh :
Ruang rawat dengan 17 orang klien, dimana 3 orang dengan ketergantungan minimal,
8 orang dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
Minimal
Partial
total
Jumlah
Pagi
0.17 x 3 = 0.51
0.27 x 8 = 2.16
0.36 x 6 = 2.16
Sore
0.14 x 3 = 0.42
0.15 x 8 = 1.2
0.3 x 6 = 1.8
0.10 x 8 = 0.8
0.2 x 6 = 1.2
11 orang
13
Pengaturannya :
-
Di rumah sakit yang besar terdapat bagian tersendiri yang ada kaitannya pada
bagian personalia
sangat penting bagi peningkatan kinerja individu. Kemajuan teknologi kesehatan yang
berkembang sangat cepat dan perubahan praktek medis dan praktek keperawatan, perlu
diadakan pengembangan profesional di lingkungan pelayanan kesehatan intensif, karena
jika tidak didukung dengan sistem pengembangan SDM yang baik dapat menimbulkan
stres, time over perawat yang tinggal dan rendahnya kinerja secara langsung dapat
menurunkan mutu pelayanan keperawatan yang diberikan. Pengembangan staf dapat
dilaksanakan melalui :
1. In-service education
Upaya ini dilakukan di ICU dan bertujuan untuk memperbaharui kemampuan dan
ketrampilan sesuai dengan perubahan tekhnologi dalam lingkungan kerja dan praktek
keperawatan maupun metodologi baru dalam memberikan pelayanan
2. Pendidikan berkelanjutan melalui program sertifikasi
Pendidikan berkelanjutan dan pelatihan sebagai upaya untuk meningkatkan
kompetensi perawat (pengetahuan, ketrampilan dan perilaku) sehingga mampu
mengambil keputusan klinik secara cepat dan tepat. Pengembangan program
sertifikasi dapat dilakukan berdasarkan kebijakan institusi pelayananan dengan
berkolaborasi dengan organisasi profesi keperawatan dan Departemen Kesehatan
14
hal
ini
membahas
berbagai
kebijakan
penjadwalan,rumusan
15
Pembagian kerja
Waktunya fleksibel
16
17
(Huston & marquis, 1989). Kebijakan tertulis memberikan cara untuk mencapai
konsistensi dan keadilan yang lebih baik. Kebijakan pribadi mewakili standar
tindakan yang dikomunikasikan sebelumnya sehingga pegawai dapat waspada terkait
masalah pribadi. Selain distandardisasi, kebijakan pribadi sebaiknya tertulis
sedemikian rupa sehingga memungkinkan banyak flesikbilitas. Tantangan kepimpinan
untuk manajer adalah menyusun kebijakan yang berfokus pada hasil bukan pada
batasan atau aturan yang membatasi respontivitas kebutuhan pegawai individu.
Kebijakan penjadwalan dan kepersonaliaan sebaiknya ditinjau ulang dan
diperbaharui secara berkala. Ketika merumuskan kebijakan,manajemen harus
meninjau filosofinya dan mempertimbangkan pratik komunitas yang berlaku. Manajer
tingkat unit jarang memiliki tanggung jawab utuh untuk merumuskan kebijakan
personal organisasi tetapi sebaiknya memberikan beberapa masukan saat dilakukan
tinjauan kebijakan. Namun,terdapat kebijakan personal departemen keperawatan dan
unit yang perkembangan dan implementasi.
Beberapa Daftar tilik pada Kebijakan kepersonaliaan pegawai :
1. Orang tersebut bertanggung jawab terhadap jadwal kepersonaliaan dan
wewenang terhadap individu tersebut.
2. Tipe dan lama perputaran kepersonaliaan yang digunakan
3. Kebijakan rotasi jika digunakan rotasi dinas jaga
4. Kebijakan pindah dinas jaga yang tetap jika dinas jaga yang tetap digunakan
5. Waktu dan tempat pengumuman jadwal
6. Waktu mulai dan akhirnya dinas jaga
7. Hari hari dimulaikan jadwal
8. Kebijakan libur diakhir pekan
9. Kebijakan keterlambatan
10. Prosedur jika jumlah pasien sedikit
Kebijakan diatas sebaiknya diformulasikan oleh manajer dan dikomunikasikan pada
semua personel. Untuk memastikan bahwa kebijakan kepersonaliaan di tingkat unit
tidak menimbulkan konflik dengan kebijakan di tingkat yang lebih tinggi,sebaiknya
ada masukkan dari staf dan masukan tersebut sebaiknya disusun bersama dengan
departemen personlia dan keperawatan. Sebagai contoh,beberapa Negara bagian
memiliki undang-undang ketenagakerjaan yang melarang dinas jaga 12jam. Selain
itu,di organisasi yang ada kontrak serikat pekerjanya,banyak kebijakan kepersonaliaan
18
kepersonaliaan
mungkin
perlu
dinegosiasikan
pada
saat
mempebarui kontrak.
Penyebab over staf
1. Frekuensi dan variasi tidak dapat diramalkan.
2. Kecenderungan pimpinan membuat kompensasi dengan menghitung tenaga
berdasarkan sensus maksimal.
3. Keluhan pasien tentang pelayanan.
4. Delegasi untuk diagnostik.
Penanggulangan tenaga
Mengontrol variasi ketenagaan dengan jalan kombinasi jam dinas tenaga lepas dan
pemerataan serta pertukaran dinas rotasi
19
dan mempunyai efek negatif terhadap moral staf dan produktivitas. Pengaturan dan
penjadwalan staf harus seimbang antara kebutuhan personel perawata dengan kondisi
ekonomi dan kebutuhan produktivitas organisasi.
Jadwal modifikasi kerja mingguan shift 10-12 jam dan metode lain yang biasa.
Seorang perawat pengelola harus yakin mereka memenuhi filosofi dan kebijakan
pengaturan staf, khususnya dengan melihat efisiensi. Juga mereka tidak boleh
memaksa staf keperawatan, tetapi harus menunjukkan kerjasama yang saling
menguntungkan antara majikan, pekerja, dan akhirnya klien yang dilayani.
Shift 12 jam
20
Modifikasi jadwal yang kedua adalah shift 12 jam dimana perawat berkerja 7
shift dalam 2 minggu,3 hari kerja 4 hari libur. Secara total mereka berkerja 84
jam dan dibayar 4 jam lembur. Shift 12jam dan pengaturan staf yang tidak kaku
dilaporkan memiliki kebaikan dan keuntungan secara materi,karena perawat
dapat mengelola rumahnya dan dapat hidup lebih baik. Pola kerja shift oleh
perawat sangat mempengaruhi perawatan yang diterima oleh pasien. Walaupun
demikian,penerimaan staf baru dan mempertahankan perawat lama dapat
menurunkan keseimbangan dalam kualitas pelayanan bila hari libur tinggi. Hal ini
merupakan suatu keterbatasan studi yang membutuhkan jawaban. Terdapat breakeven point untuk pembiayaan. Hal ini merupakan suatu pokok dimana
penerimaan staf,ketidakhadiran,penahanan,dan biaya lembur sama dengan
kehilangan shift dari penjadwalan 12jam
Aspek positif
Perawat-perawat pada tahun 1990-an menginginkan penjadwalan yang
fleksibel untuk mengakomodasi kehidupan diluar hari kerja mereka. Waktu
yang fleksibel telah menjadi aspek yang penting untuk meningkat dalam
21
praktik pekerja secara umum dengan 11,9% dari pekerja non-petani dan
pekerja upahan seperti jadwal tahun 1980-an. Telah terjadi penyesuaian pada
bioclock mereka sendiri oleh para pekerja . transportasi menjadi lebih
efisien dan fleksibel. Pegawai-pegawai memiliki control yang lebih baik
terhadap aktivitas kerja. Pengaturan jadwal yang fleksibel memperbaiki proses
pengambilan staf baru,ketidakhadiran dan penahanan. Terdapat beberapa
variasi pengaturan jadwal yang fleksibel. Sebelum menggunakan, perawat
manajer harus menentukan filosofi dan tujuan objektif.
Aspek negatif
Diantara kerugian kerja 10-12jam kerja per hari adalah :
1. Kekurangan pengaturan staf pada akhir pekan(kelebihan staf pada akhir
pekan)
2. Waktu perjalanan tidak aman
3. Tumpang tindih shift,sehingga menurunkan jumlah personel yang bertugas
4. Biaya untuk lembur
5. Kelelahan
6. Ketegangan dalam kehidupan keluarga
7. Jika jadwal tidak hati hati direncanakan,kehilangan pada tiap shift bisa
memerlukan penambahan staf baru.
8. Peraturan mungkin diperlukan untuk pembayaran kelebihan jam yang lebih
dari 8jam per hari dan lebih dar 40 hari per minggu
9. Kurangnya perawatan yang berkesinambungan
10. Kurangnya komunikasi antar staf
11. Pengembangan,pemeliharaan dan penjelasan jadwal master
12. Modifikasi pengkajian primer.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pengaturan staf (staffing) merupakan salah satu masalah besar pada setiap organisasi
keperawatan, baik itu di rumah sakit, rumah perawatan (nursing home), badan perawatan
kesehatan di rumah, badan rawat jalan, dan jenis fasilitas lainnya (Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan, 2010 , hal:43). Aydelotte mengatakan Metodologi pengaturan staf
keperawatan harus merupakan proses yang teratur, sistematis, berdasarkan rasional,
diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhan keperawatan pada standar yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok
pasien dalam situasi tertentu. Hasil akhir adalah perkiraan bentuk dan jumlah staf yang
diperlukan untuk memberikan perawatan pada pasien.
Proses pengaturan staf bersifat kompleks. Komponen proses pengaturan staf ini adalah
sistem kontrol termasuk studi pengaturan staf, penguasaan rencana pengaturan staf, rencana
penjadwalan, dan sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK).
3.1. Pertimbangan Pengaturan Staf
Di ruang bedah RSU Kota Tangerang memiliki staf perawat yang terdiri dari : RN, LPN,
dan pembantu perawat. Staf tersebut mendapatkan cuti sakit, kerja lembur, hari libur, dan
waktu libur. Ruang bedah memberikan pelayanan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, 52
minggu setahun.
Dari hasil observasi, ruang bedah RSU Kota Tangerang sudah menggunakan
pertimbangan pengaturan staf sesuai teori.
3.2. Aktivitas Pengaturan Staf
Aktivitas pengaturan staf di ruang bedah RSU Kota Tangerang meliputi :
1. Rencana orientasi
Di ruang bedah RSU Kota Tangerang melakukan orientasi pada staf baru untuk
membantu staf baru tersebut menyesuaikan situasi baru, dan hal ini sudah menjadi
program yang terencana yang mencakup orientasi melalui sistem teman
2. Kebijakan pengaturan staf
Di ruang bedah RSU kota tangerang menggunakan pengaturan staf tertulis yang
harus siap dan tersedia antara lain:
Liburan
Hari besar
22
23
Cuti sakit
Cuti berurutan
Lembur
Pertukaran waktu
3. Kontrak kerja
Kontrak kerja yang diberikan pihak RSU Kota Tangerang per 1 tahun. Saat masa
kontrak 1 tahun telah habis, pihak RSU Kota Tangerang melihat kinerja staf tersebut
selama 1 tahun untuk mempertimbangkan melanjutkan kontrak kerja 1 tahun
berikutnya,
Dari hasil observasi tersebut, RSU Kota Tangerang sudah melakukan aktivitas
pengaturan staf sesuai teori.
3.3. Pengaturan Staf
Di ruang bedah RSU Kota Tangerang memiliki 26 tempat tidur selama periode bulan
agustus terdapat 16 pasien. RSU kota tangerang memiliki 1 kepala ruangan, 1 asisten
perawat, 1 administrasi, 13 perawat. Untuk shift pagi ruang bedah terdapat 4 personil
yang terdiri dari 1 kepala ruangan, 1 administrasi yang mempunyai jam kerja dari jam
07.00 18.00 ,dan 2 perawat. Untuk shift siang terdapat 3 personil yang terdiri dari 1
asisten perawat, dan 2 perawat. Untuk shift malam terdapat 3 personil yang terdiri dari 3
perawat. Untuk jam perawatan, klien yang akan pulang hanya diberikan obat oral dan
pemeriksaan TTV saja; untuk klien yang sedang pemulihan dilakukan wound care,
pemberian obat oral dan IV, TTV; dan untuk klien yang pre op dilakukan wound care
(klien debridement), TTV, pemeriksaan kelengkapan untuk operasi. Untuk personal
hygine klien melakukan secara mandiri.
Dari hasil observasi, ruang bedah yang memiliki 1 kepala ruangan, 1 asisten perawat, 1
administrasi, dan 13 perawat. Dan untuk tiap shiftnya 4 orang shift pagi, 3 orang shift
siang, 3 orang shift malam dengan 16 pasien sudah mencukupi dalam pemenuhan
ketenagakerjaan jika dilihat dari tingkat ketergantungan klien.
3.4. Pengembangan Staf
Di ruang bedah RSU Kota Tangerang untuk melakukan pengembangan staf dapat
dilaksanakan melalui hasil dari performance appraisal (penilaian kinerja).
Dari hasil observasi tersebut, dalam hal pengembangan staf ruang bedah hanya melihat
hasil dari performance appraisal (penilaian kinerja) yang dilakukan staf tersebut. Ruang
24
bedah tidak memberikan syarat lain untuk pengembangan staf sesuai teori seperti
pendidikan berkelanjutan melalui program sertifikat, pendidikan lanjut melalui program
pendidikan formal keperawatan spesialistik.
3.5. Penjadwalan
Dari hasil observasi di ruang bedah, penjadwalan di ruang bedah untuk shift pagi dan
siang 6,5 jam sedangkan shift malam 11 jam. Untuk jadwal menggunakan 6 hari kerja 1
hari libur. Perubahan jadwal kerja dilakukan setiap bulan. untuk cuti di ajukan 1 bulan
sebelumnya. Personel ruang bedah pun dapat melakukan tukar shift dengan temannya.
Ruang bedah RSU Kota Tangerang menggunakan 7 jam/shift : 6 hari kerja : 40
jam/minggu.
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pengaturan staf (staffing) merupakan salah satu masalah besar pada setiap organisasi
keperawatan, baik itu di rumah sakit, rumah perawatan (nursing home), badan perawatan
kesehatan di rumah, badan rawat jalan, dan jenis fasilitas lainnya (Kepemimpinan dan
Manajemen Keperawatan, 2010 , hal:43). Aydelotte mengatakan Metodologi
pengaturan staf keperawatan harus merupakan proses yang teratur, sistematis,
berdasarkan rasional, diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis personel
keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada standar yang
ditetapkan sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi tertentu. Hasil akhir adalah
perkiraan bentuk dan jumlah staf yang diperlukan untuk memberikan perawatan pada
pasien.
Proses pengaturan staf bersifat kompleks. Komponen proses pengaturan staf ini
adalah sistem kontrol termasuk studi pengaturan staf, penguasaan rencana pengaturan
staf, rencana penjadwalan, dan sistem informasi manajemen keperawatan (SIMK).
Pengaturan staf menggunakan metode swansburg.
Dari hasil observasi staffing ruang bedah RSU Kota Tangerang sudah hampir
seluruhnya sesuai dengan teori.
4.2. Saran
Berdasarkan dari kesimpulan diatas, maka disarankan untuk : RSUD Kota
Tangerang untuk tetap mempertahankan dan lebih meningkatkan proses staffing dengan
tetap memperhatikan prinsip staffing. Syarat pengembangan staf pun ditambahkan
selain hasil dari performance appraisal untuk memberikan motivasi pada perawat
untuk melakukan kinerja kerja yang lebih optimal.
25