Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

LAPORAN PENDAHULUAN HMD (Hialin Membrane Disease) DI RUANG


BAKUNG DI RSUP DR. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

DI SUSUN OLEH
SUDARYANTO
16160123

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

A. PENGERTIAN
Hyaline Membrane Disease (HMD) atau disebut juga Respiratory
DistressSyndrome (RDS) merupakan hasil dari ketidakmaturan dari paru-paru
dimanaterjadi gangguan pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30% dari
kematianneonatus diakibatkan oleh HMD atau komplikasi yang dihasilkannya.
Pada penyakit ini, terjadi karena kekurangan pembentukan ataupengeluaran
surfaktan sebuah kimiawi paru-paru. Surfaktan merupakan suatucampuran lipoprotein
aktif dengan permukaan yang melapisi alveoli danmencegah alveoli kolaps pada akhir
ekspirasi.
Secara klinis bayi dengan HMD menunjukkan takipnea ( >60 kali/menit),
pernapasan cuping hidung, retraksi interkosta dan subkosta, expiratory grunting
(merintih) dalam beberapa jam pertama kehidupan. Tanda-tanda klinis lain,seperti,
hipoksemia dan polisitema. Tanda-tanda lain RDS meliputi hipoksemia,hiperkabia, dan
asidosis respiratory atau asidosis campuran.
B. ETIOLOGI
1. Prematuritas dengan paru-paru yang imatur (gestasi dibawah 32
minggu) dan tidak adanya, gangguan atau defisiensi surfactant.
2. Bayi prematur yang lahir dengan operasi Caesar, Karena dadanya tidak
mengalami kompresi oleh jalan lahir sehingga menghambat
pengeluaran cairan dari dalam paru.
3. Penurunan suplay oksigen saat janin atau saat kelahiran pada bayi matur
atau prematur.
C. TANDA DAN GEJALA
1. Dispnoe Berat
2. Penurunan Compliance Paru
3. Pernapasan yang dangkal dan cepat pada mulanya yang menyebabkan
alkalosis respiratorik karena ( CO2 ) karbondioksida banyak terbang.
4. Peningkatan kecepatan penapasan.
5. Nafasnya pendek dan ketika menghembuskan nafas terdengar suara
6.
7.
8.
9.

ngorok.
Kulit kehitaman akibat hipoksia
Retraksi antargia atau dada setiap kali bernapas
Napas cuping hidung
Takipnea ( > 60x/mnt)

D. PATHWAY

Sumber : Mansjoer , 2010

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah.
2. Urine dan glukosa darah ( untuk mengetahui hipoglikemia ).
3. Kalsium serum ( untuk meningkatkan hipokalsemia ).
4. Analisis gas darah ( menentukan PH serum ).

5. Analisa Gas Darah, PaO2 ( tes untuk hipoksia ) kurang dari 50 mmHg,
PaCO2 kurang dari 60 mmHg, saturasi oksigen 92% - 94%, pH 7,31
7,4.
6. Level Potasium.
7. Level pottasium, meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel
alveolar yang rusak.
8. Seri Rontgen Dada : untuk melihat densitas atelektasis dan elevasi
diaphragma dengan overdistensi duktus alveolar.
9. Bronchogram udara untuk menentukan ventilasi jalan nafas.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder
2. Setiap penderita PMH perlu mendapat antibiotika untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder. Antibiotik diberikan adalah yang
mempunyai spektrum luas penisilin (50.000 U-100.000 U/KgBB/hari)
atau ampicilin (100 mg/KgBB/hari) dengan gentamisin (3-5
mg/KgBB/hari).
3. Antibiotik diberikan selama bayi mendapatkan cairan intravena sampai
gejala gangguan nafas tidak ditemukan lagi.
4. Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan
cairan paru.
5. Fenobarbital
6. Vitamin E untuk menurunkan produksi radikal bebas oksigen
7. Metilksantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk
pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik
8. Pemberian Surfaktan Buatan.
9. Berdasar atas penelitian Fujiwara (1980) dan Morley (1981). Surfaktan
artifisial yang dibuat dari dipalmitoilfosfatidilkolin dan
fosfatidilgliserol dengan perbandingan 7 : 3.Bayi tersebut diberi
surfaktan artifisial sebanyak 25 mg dosis tunggal dengan
menyemprotkan ke dalam trakea penderita.
10. surfaktan eksogen adalah derivate dari sumber alami misalnya manusia
( di dapat dari cairan amnion atau paru sapi,tetapi bisa juga berbentuk
surfakatan buatan ).Surfaktan ini disemprotkan ke dalam trakea dengan
dosis 60 mg/KgBB.
11. Pemberian Oksigen.

12. Oksigen mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap bayi baru lahir.
Pemberian O2 yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi
yang tidak diinginkan seperti fibrosis paru, kerusakan retina (retrolental
fibroplasta) dan lain-lain.
13. Untuk mencegah timbulnya komplikasi ini, pemberian O2 sebaiknya
diikuti dengan :
a) Pemeriksaan tekanan O2 arterial (PaO2) secara teratur.
b) Konsentrasi O2 yang diberikan harus dijaga agar cukup untuk
mempertahankan tekanan PaO2 antara 80 100 mmHg.
c) Bila fasilitas untuk pemeriksaan tekanan gas arterial tidak ada,
O2 dapat diberikan sampai gejala cyanosis menghilang.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1.
Identitas
2.
Riwayat penyakit sekarang
Kaji tanda dan gejala klinis, penurunan suhu tubuh.
3.
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat maternal
Stress fetal atau intrapartus
menderita penyakit seperti DM
4.
Riwayat persalinan
Prematur, umur kehamilan
5.
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kaji adanya sianosis, takipnea, penggunaan otot aksesoris pernapasan
Palpasi
Frekuensi nadi kurang dari normal (bradikardi)
Auskultasi
Penurunan suara pernapasan
6.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologik
Foto rontgen paru
Pemeriksaan Laboratorium
Kadar asam laktat dalam darah meningkat dan bila kadarnya lebih dari
45%, prognosis lebih buruk
Kadar bilirubin lebih tinggi dibandingkan bila dibandingkan dengan
bayi normal dengan berat badan sama

Kadar PaO2 menurun


Kadar PaCO2 meningkat
pH darah menurun
7.
Pola fungsi kesehatan
1) Pola nutrisi - metabolik.
BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan kehilangan lemak.
2) Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine
3) Pola aktifitas latihan.
Sesak nafas.
4) Pola tidur dan istirahat
sulit tidur.
IX.

DIAGNOSA KEPERAWATAN, RENCANA

KEPERAWATAN DAN RASIONAL


1.
Ketidakefektifan pola napas b.d imatur paru atau dinding dada
dan difisiensi cairan surfaktan
1.
Observasi pola napas. Rasional: mengetahui frekuensi napas
2.
Observasi TTV. Rasional: mengetahui keadaan umum bayi
3.
Atur posisi tubuh semi ekstensi. Rasional: memudahkan paru-paru
berkembang saat ekspansi
4.
Tempatkan bayi pada tempat yang hangat. Rasional:
mempertahankan suhu tubuh
5.
Berikan penjelasan kepada keluarga tentang penyebab sesak napas
yang dialami pasien. Rasional: menambah pengetahuan keluarga.
6.
Kolaborasi pemberian oksigen. Rasional: Memaksimalkan sediaan
oksigen untuk pertukaran.
7.
Kolaborasi pemberian terapi obat bronchodilator. Rasional: Obat
Bronchodilator berfungsi untuk membuka broncus guna memudahkan
dalam pertukaran udara.
2.

Gangguan pertukaran gas b.d pengendapan membrane hialin di

alveolus
1.
Kaji TTV. Rasional: perubahan vital signs merupakan indikasi
derajat keparahan dan status kesehatan umum.
2.
Observasi warna kulit, membrane mukosa, kuku. Rasional: melihat
adanya sianosis.
3.
Berikan terapi oksigen sesuai indikasi. Rasional: mempertahankan
PaO2 .

4.

Kolaborasi pemantauan GDA. Rasional: Hipoksemia dapat menjadi

berat selama edema paru


5.
Jelaskan kepada keluarga alasan pemberian oksigen dan tindakan
lainnya. Rasional: menambah pengetahuan keluarga.
6.
Informasikan kepada keluarga untuk tidak merokok dlm ruangan.
Rasional: asap rokok dpt memperburuk keadaan bayi.
3.

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d

reflek menghisap lemah


1.
Berikan cairan melalui IVFD, glukosa 10%. Rasional: untuk
menggantikan kalori yang tidak didapat oleh oral.
2.
Kaji kesiapan bayi untuk minum. Rasional: mengtahui reflek hisap.
3.
Berikan minum sesuai jadwal. Rasional: memberikan nutrisi
tambahan tambahan melalui oral
4.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi. Rasional:
pemberian nutrisi dilakukan dengan perhitungan yang tepat.
5.
Timbang berat badan. Rasional: mengetahui status nutrisi.
6.
Berikan penjelasan kepada keluarga mengenai status gizi
dan pentingnya untuk memenuhi kebutuhan gizi. Rasional: menambah
pengetahauan keluarga.
4.

Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan sensible

dan insensibel
1.
Kaji turgor kulit. Rasional: mengetahui tanda dehidrasi
2.
Pertahankan pemberian cairan IVFD. Rasional: mempertahankan
kebutuhan cairan tubuh
3.
Pertahankan tetesan infus secara stabil. Rasional: untuk mencegah
kelebihan atau kekurangan cairan.
4.
Minitor intake dan output cairan. Rasional: Catatan intake dan output
cairan penting untuk menentukan ketidakseimbangan cairan sebagai dasar
untuk penggantian cairan.
5.
Beri minum sesuai jadwal. Rasional: mencegah terjadinya
kekurangan cairan.
6.
Lakukan pemeriksaan sodium dan potassium setiap 12 atau 24 jam.
Rasional: Peningkatan tingkat sodium dan potassium mengindikasikan
terjadinya dehidrasi dan potensial ketidakseimbangan elektrolit.

7.

Berikan penjelasan kepada keluarga tentang pentingnya memenuhi

kebutuhan cairan bayi. Rasional: menambah pengetahuan keluarga.


5.

Resiko gangguan termoregulasi: hipotermi b.d belum

terbentuknya lapisan lemak pada kulit


1.
Tempatkan bayi pada tempat yang hangat. Rasional: mencegah
terjadinya hipotermi.
2.
Atur suhu incubator. Rasional: menjaga kestabilan suhu tubuh.
3.
Berikan pakaian yang hangat dan kering. Rasional: menjaga bayi
tetap hangat.
4.
Pantau selalu suhu tubuh. Rasional: memonitor perkembangan suhu
tubuh bayi.

H. REFERENSI
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Rampengan T,H. (2007). Penyakit Tropik Anak. Jakarta: EGC.
Suriadi & Rita, Y. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2.
Jakarta: Penebar
swadaya.
Susilaningrum, N. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Untuk
Perawat dan
Bidan. Jakarta: Salemba Medika.
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan,

Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai