Anda di halaman 1dari 113

PEMBELAJARAN MEMBACA PADA SISWA TUNAGRAHITA

KELAS III DI SLB NEGERI BARABAI

OLEH
SELLA AYU BALITA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


BANJARMASIN
2020 M/1442 H
PEMBELAJARAN MEMBACA PADA SISWA TUNAGRAHITA
KELAS III DI SLB NEGERI BARABAI

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Guna Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan

Oleh: Sella Ayu Balita


1601290998

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
BANJARMASIN
2020 M/1442 H

i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Sella Ayu Balita

NIM : 1601290998

Tempat/Tgl. Lahir : Baru, 07 Juli 1998

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar

merupakan karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Jika

dikemudian hari terbukti ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh

orang lain secara keseluruhan atau sebagian besar, maka skripsi/makalah dan gelar

yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Banjarmasin, Desember 2020

Yang membuat pernyataan,

Materai
Rp. 6000,-

Sella Ayu Balita

ii
PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul : Pembelajaran Membaca Pada Siswa Tunagrahita


Kelas III di SLB Negeri Barabai
Ditulis oleh : Sella Ayu Balita
NIM : 1601290998
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan
Program : Strata Satu (S-1)
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Tahun Akademik : 2020/2021
Tempat dan tanggal lahir : Baru, 07 Juli 1998
Alamat : Jl. H. M. Taher RT 03 RW II No. 07

Setelah diteliti dan diadakan perbaikan seperlunya, kami dapat menyetujuinya


untuk dipertahankan di depan Sidang Tim Penguji Skripsi Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Antasari Banjarmasin.

Banjarmasin, Desember 2020

Pembimbing Pembimbing
Bidang Konten dan Metodologi, Bidang Bahasa dan Teknik penulisan,

Dr. Hj. Mila Hasanah, M. Ag Mahmudah, M.Pd.I


NIP. 197205112005012006 NIP. 198708212015032004

Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Antasari Banjarmasin

Dra. Raihanatul Jannah, M. Pd


NIP. 196912011994032005

iii
PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Pembelajaran Membaca Pada Siswa Tunagrahita Kelas III
di SLB Negeri Barabai” telah diujikan dalam sidang Tim Penguji Skripsi Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari Banjarmasin pada:

Hari :
Tanggal :
Dinyatakan :
Nilai :

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan


UIN Antasari Banjarmasin,

Prof. Dr. Hj. Juairiah, M.Pd.


NIP. 196001061986032004

TIM PENGUJI

Nama Tanda Tangan

1.

2.

3.

iv
ABSTRAK

Sella Ayu Balita. 2020. Pembelajaran Membaca Pada Siswa Tunagrahita Kelas
III di SLB Negeri Barabai. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Pembimbing Dr. Hj. Mila
Hasanah, M. Ag dan Mahmudah, M. Pd.I.

Penelitian ini membahas tentang pembelajaran membaca pada siswa


tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai. Kemampuan membaca permulaan
yang terbilang sangat baik pada siswa tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai
dibanding dengan kemampuan membaca siswa tunagrahita di SLB lain inilah
yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pembelajaran membaca
pada anak tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai. Fokus Penelitian pada
penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan pembelajaran membaca dan apa saja
faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran pada siswa
tunagrahita. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pembelajaran membaca dan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran pada siswa tunagrahita.
Subjek pada penelitian ini berjumlah 4 orang, seorang guru kelas dan 3
orang siswa tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai. Sedangkan yang menjadi
objeknya adalah pembelajaran membaca pada siswa tunagrahita kelas III di SLB
Negeri Barabai. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang
menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi dan teknik pengolahan
data dilakukan dengan teknik editing, klasifikasi dan interpretasi data. Sedangkan
untuk menganalisi data menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Hasil dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
membaca pada siswa tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai sudah terlaksana
dengan baik yang mana sesuai dengan tahapan langkah-langkah pembelajaran
yang telah ditetapkan. Adapun faktor yang mempengaruhi pembelajaran membaca
pada siswa tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai adalah guru yang telah
dikatagorikan berpengalaman, adapun pengalaman mengajar beliau sudah
mengajar kurang lebih 5 tahun terhitung dari tahun 2015 hingga sekarang. Ibu
Risda Hardianti adalah Sarjana Strata I, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan
guru serta observasi di lapangan, maka dapat diketahui bahwa siswa terlihat
sangat baik dalam merespon pembelajaran yang telah disampaikan, siswa juga
terlihat tertarik dan mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan alokasi
waktu yang diberikan sudah cukup maksimal dengan tetap tergantung pada
kondisi dan pemahaman siswa pada setiap kegiatan pembelajaran yang
berlangsung dengan sarana dan prasarana yang sudah cukup mendukung yang
bermanfaat dalam menunjang proses belajar siswa.

v
KATA PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim...
Alhamdulillah, tak lepas henti-hentinya saya bersyukur kepada Allah Swt.
yang telah memberikan ridha-Nya kepada saya sehingga saya bisa menyelesaikan
tugas akhir saya ini.
Skripsi saya ini saya persembahkan kepada dua orang tua terhebat yakni
Bapak Hari Budianto dan Ibu Jumiati serta seluruh keluarga besar saya yang
selalu memberikan do’a, restu, serta ridhanya yang tiada henti-henti kepada saya.
Terima kasih juga untuk sahabat-sahabat terbaik saya keluarga besar
PGMI D 2016 dan seluruh teman-teman jurusan PGMI yang selalu memberikan
motivasi dan dukungan kepada saya.
Saya ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyak kepada semuanya yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Saya memohon maaf karena tidak bisa
membalas jasa dan kebaikan kalian, namun saya akan selalu mendo’akan kalian
agar semua yang kalian berikan kepada saya akan dibalas oleh Allah Swt. Aamiin
Ya Rabbal ‘alamin.

vi
MOTTO

َ ‫ب ا لْعِل ِْم فَ ِر ي‬
‫ضةٌ َعلَى‬ ُ َ‫ قال رسول اللّو صلىّى اللّو عليو وسلّم طَل‬: ‫عن انس بن ما لك رضي اللّو عنو قال‬
.)‫ُك ِّل ُم ْسلِم (رواه ابن ماجو‬

“Dari Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu’alaihi


wa sallam bersabda Menuntut Ilmu Itu Wajib Atas Setiap Orang Muslim”
(HR. Ibnu Majah)

vii
KATA PENGANTAR

‫الرِحْي ِم‬ َّ ِ‫بِ ْس ِم اهلل‬


َّ ‫الر ْْح ِن‬

‫ْي َسيِّ ِدنَا َوََم ْْالَنَا َُُ َّم ود َو َعلَى للِِه‬ ِ ِ ِ ِ ِّ ‫اَ ْْلم ُد لِلّ ِه ر‬
َ ْ ‫السالَ ُم َعلَى اَ ْشَرف اْالَنْبيَاء َوالْ ُم ْر َسل‬
َّ ‫الصالَةُ َو‬
َّ ‫ َو‬،‫ْي‬
َ ْ ‫ب الْ َعالَم‬َ َْ

ِ ِ ‫و‬
َ ْ ‫ص ْحبِه اَ ْْجَع‬
‫ اَََّما بَ ْع ُد‬.‫ْي‬ ََ

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt. karena

atas berkat rahmat dan bimbingan-Nya semata penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita

penghulu umat, baginda Nabi Muhammad Saw., yang telah menunjukkan kita

jalan keselamatan di dunia dan akhirat beserta keluarga, sahabat, dan para

pengikut beliau hingga akhir zaman.

Penyusunan skripsi ini merupakan kajian singkat tentang pembelajaran

membaca pada siswa tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai.

Sehubungan dengan itu, penyusun menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

terwujud tanpa adanya bantuan semua pihak, dari baik dalam bentuk bimbingan,

dorongan, arahan dan motivasi sehingga tugas yang terasa berat ini dapat

diselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini

penyusun mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Juairiah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Antasari Banjarmasin yang telah berkenan menerima dan

menyetujui judul skripsi ini.

2. Ibu Dra. Raihanatul Jannah, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah dan Ibu Khairunnisa, M.Pd.I selaku Sekretaris Jurusan

viii
beserta seluruh staf jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang

memberikan arahan penulisan skrispi yang sesuai dengan kepentingan

pengembangan Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan.

3. Ibu Dr. Hj. Mila Hasanah, M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi bidang

Konten dan Metodologi Penelitian dan Ibu Mahmudah, M.Pd.I selaku dosen

pembimbing skripsi bidang Bahasa dan Teknik Penulisan yang telah banyak

memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

4. Ibu Laila Rahmawati, S.Ag., SS. selaku Kepala Perpustakaan UIN Antasari

Banjarmasin dan staf pengelola perpusatakaan UIN Antasari Banjarmasin yang

telah memberikan layanan kepada penulis.

5. Bapak Dr. Ahmad Syawqi, S.Ag., S.IPI., M.Pd. selaku Kepala Perpustakaan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari beserta seluruh staf yang telah

memberikan layanan yang baik kepada penulis dalam mendapatkan buku-buku

yang diperlukan.

6. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari

Banjarmasin yang telah banyak memberikan ilmu dan layanan yang baik

selama penulis belajar di Fakultas Tarbiyah dan Keguran ini.

7. Kepala sekolah beserta guru-guru SLB Negeri Barabai yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian ditempat tersebut.

8. Seluruh informan yang telah bersedia memberikan keterangan untuk

penyusunan skripsi ini.

ix
Semoga Allah Swt. melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada mereka

semua dan mencatat bagi mereka kebaikan dengan pahala yang berlipat ganda di

sisi-Nya.

Akhirnya dengan mengharap ridha dan karunia-Nya semoga tulisan ini

dapat bermanfaat dan menjadi amal ibadah di sisi-Nya. Aamiin.

Banjarmasin, Desember 2020


Penyusun,

Sella Ayu Balita


1601290998

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... ii
PERSETUJUAN ............................................................................................ iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
KATA PERSEMBAHAN ............................................................................. vi
MOTTO ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Definisi Operasional ................................................................. 6
C. Fokus Penelitian ....................................................................... 8
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 8
E. Alasan Memilih Judul ............................................................... 8
F. Signifikansi Penelitian .............................................................. 9
G. Penelitian Terdahulu ................................................................. 10
H. Sistematika Penulisan ............................................................... 12

BAB II LANDASAN TEORI


A. Pembelajaran Membaca Pada Siswa Tunagrahita .................... 14
1. Pembelajaran ...................................................................... 14
2. Membaca ............................................................................ 17
3. Pembelajaran Membaca ...................................................... 23
4. Siswa Tunagrahita .............................................................. 33
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Membaca
Permulaan di SLB Negeri ........................................................ 41
1. Lingkungan .......................................................................... 41
2. Program ............................................................................... 42
3. Sarana dan Fasilitas ............................................................. 42
4. Guru .................................................................................... 43
5. Kemampuan Kognitif .......................................................... 43

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis, Pendekatan, dan Metode Penelitian ................................ 44
B. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................... 45
C. Data dan Sumber Data .............................................................. 45
D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 47
E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ............................. 50

xi
F. Prosedur Penelitian ................................................................... 51

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN


A. Gambaran Singkat Lokasi Penelitian ....................................... 53
B. Penyajian Data .......................................................................... 61
C. Analisis Data ............................................................................. 69

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................... 78
B. Saran-Saran ............................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 80


LAMPIRAN ................................................................................................... 82
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... 98

xii
DAFTAR TABEL

TABEL I : Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ...... 49

TABEL II : Keadaan Tenaga Pengajar di SLB Negeri Barabai ...... 57

TABEL III : Keadaan Jumlah Karyawan Guru Tetap Non PNS dan Honorer

SLB Negeri Barabai ...................................................... 58

TABEL IV : Keadaan Siswa di SLB Negeri Barabai ........................ 59

TABEL V : Sarana dan prasarana SLB Negeri Barabai ..................... 60

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : Daftar Terjemah .............................................. 82

LAMPIRAN II : Pedoman Pengumpulan Data ......................... 83

LAMPIRAN III : Bukti Seminar Proposal................................... 87

LAMPIRAN IV : Surat Penunjukkan Pembimbing ..................... 88

LAMPIRAN V : Catatan Seminar Proposal ............................... 90

LAMPIRAN VI : Bukti Perubahan Judul .................................... 91

LAMPIRAN VII : Surat Izin Penelitian ........................................ 92

LAMPIRAN VIII : Dokumentasi Foto ........................................... 97

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap siswa harus mendapatkan hak yang sama dalam pendidikan,

termasuk anak yang mengalami kelainan, atau berkebutuhan khusus, salah satunya

adalah tunagrahita. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa guru, sebagai sub

komponen penting dalam sistem pembelajaran, menjadi kunci dibalik tercapainya

tujuan pendidikan. Guru berperan sebagai pendidik, pembimbing, dan assessment

kepada siswa, serta berdampak pada tumbuh kembang siswa.

Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 BAB II

Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa :

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepad
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.1

Dalam pandangan tujuan pendidikan nasional yang tertulis dalam Undang-

Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal

3, proses belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah merupakan pusat

pendidikan formal sebagai upaya untuk mengarahkan perubahan pada diri siswa

tunagrahita secara terencana baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik

dalam interaksi pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen antara

lain adalah pendidik, peserta didik, materi pelajaran, metode pembelajaran,

1
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 7.

1
2

strategi pembelajaran, sarana prasarana, lingkungan, dan berbagai komponen lain

yang mendukung dalam proses pembelajaran serta usaha yang harus dilakukan

untuk menumbuhkan kembangkan daya tarik dan semangat belajar bagi peserta

didik terutama siswa-siswi yang memiliki kelainan mental.

Perkembangan mental peserta didik di sekolah antara lain, meliputi

kemampuan untuk bekerja secara abstraksi menuju konseptual. Implikasinya pada

pembelajaran, harus memberikan pengalaman yang bervariasi dengan metode dan

strategi yang efektif. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung

akan terjadi interaksi yang bertujuan, disini guru dan peserta didiklah yang

menggerakkannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan guru yang

memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi

kepentingan dalam belajar, guru ingin memberikan layanan yang terbaik dengan

menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru

berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana,

sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta didik.

Perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan sangat besar, ini berkaitan

dengan kalam Allah yang pertama diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.,

yaitu QS. Al-‘Alaq (96): 1-5.

َ ُّ‫) اق َْرأْ َوَرب‬٢( ‫سا َن ِم ْن عَلَق‬


)٤( ‫) الَّ ِذي َعلَّ َم بِالْ َقلَ ِم‬٣( ‫ك األ ْك َرُم‬ ِ َّ َ ِّ‫اقْرأْ بِاس ِم رب‬
َ ْ‫) َخلَ َق اإلن‬١( ‫ك الذي َخلَ َق‬ َ ْ َ

(٥( ‫َم يَ ْعلَ ْم‬


ْ ‫سا َن َما ل‬ َّ
َ ْ‫َعل َم اإلن‬
3

Ayat di atas tersirat kalau manusia disuruh belajar dengan membaca,

pengetahuan manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses

pembelajaran, dengan membaca manusia memperoleh ilmu, dengan ilmu manusia

lebih tunduk kepada perintah dan larangan Allah SWT. Belajar dan mengajar

adalah jiwa semangat Islam untuk terjaminnya masa depan. Dalam upaya

meningkatkan kualitas pendidikan harus lebih banyak yang dilakukan oleh

pengajar dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik.

Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya proses

belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku peserta didik maupun yang

bersumber dari luar diri peserta didik, harus guru hilangkan dan bukan

membiarkannya, karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan

oleh guru dalam mengelola kelas.2

Berdasarkan data laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014

menunjukkan bahwa jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia mencapai

angka 48.100.548 orang dan sebanyak 2% di antaranya merupakan anak

tunagrahita.

Istilah terbaru dari tunagrahita yang dicetuskan oleh American Association

on Intellectual Develop-mental Disorder (AAIDD) adalah intellectual disability

(disabilitas intelektual atau hambatan intelektual) atau intellectual developmental

disorder (gangguan perkembangan intelektual). Istilah ini secara resmi

2
Putra Haidar Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2009 ), h. 8-11.
4

menggantikan istilah yang sebelumnya yakni mentally retardation.3. Anak

tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensia yang signifikan berada di

bawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi perilaku

yang muncul dalam masa perkembangannya.4 Anak tunagrahita diklasifikasikan

menjadi anak tunagrahita ringan, anak tunagraita sedang, anak tunagrahita berat,

dan anak tunagrahita sangat berat.

Salah satu kategori anak tunagrahita adalah tunagrahita ringan (mild

intellectual disability). Memakai kategori WHO, tingkat IQ tunagrahita ringan

berkisar pada angka 50-70. Sekalipun demikian, menurut AAIDD, saat ini,

kategorisasi tunagrahita tidak lagi berdasarkan tingkat IQ melainkan pada tingkat

kemampuan fungsi adaptif (adaptive functioning) pada domain konseptual, sosial

dan praktis agar diketahui jenis dukungan seperti apa yang diperlukan.

Anak tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ)

dibawah rata-rata, namun anak tunagrahita mempunyai kemampuan untuk

berkembang di bidang akademik, penyesuaian sosial, dan kemampuan bekerja

tingkat semi terampil. Anak tunagrahita kategori ringan masih dapat diberikan

pendidikan akademik. Pendidikan bagi anak tunagrahita kategori ringan pada

dasarnya bersifat fungsional dan bertujuan untuk mengoptimalkan kemampuan

yang dimiliki anak.5

3
American Psychiatric Association, Diagnostic and Statistica Manual of Mental
Disorders,( America: American Psychiatric Asssociation, 2013), h.33.
4
D. Rachmayana,Diantara Pendidikan Luar Biasa Menuju anak masa depan yang
inklusif,(Jakarta: PT. Luxima Metro Media, 2013), h.23.
5
Moh. Amin, Ortopedagogik Anak Tunagrahita,(Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti
PDGT,1995), h.22.
5

Anak tunagrahita ringan memiliki tingkat kecerdasan paling tinggi. Anak

tunagrahita ringan tidak mampu mengikuti model pembelajaran pada program

sekolah biasa, namun masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan

melalui pendidikan tertentu. Salah satu kemampuan yang dapat dikuasai dan

sangat penting bagi seorang anak tungrahita ringan adalah kemampuan membaca

permulaan. Kemampuan ini dapat membantu seorang anak tunagrahita untuk

mengenal sejumlah tulisan petunjuk penting dan praktis dalam hidup sehari-hari

seperti alamat rumah, nama obat, nama jalan, dan sebagainya.

Mengkaji betapa pentingnya pembelajaran membaca, maka perlu adanya

upaya untuk mengoptimalkan pembelajaran membaca bagi siswa tunagrahita

kategori ringan. Namun, masih banyak terdapat siswa tunagrahita kategori ringan

yang mengalami kesulitan dalam membaca permulaan. Hal tersebut berbanding

terbalik dengan yang terjadi di kelas III SLB Negeri Barabai yang merupakan

sekolah untuk anak berkebutuhan khusus dengan kategori tunagrahita ringan

sehingga penelitian yang dilakukan di sekolah ini dapat tepat sasaran dalam

pembelajaran membaca untuk anak tunagrahita ringan yang diteliti. Kemampuan

siswa dalam hal membaca permulaan di kelas III SLB Negeri Barabai terlihat

pada saat siswa dapat membaca kata sederhana. Pada saat siswa membaca, siswa

mengetahui komponen huruf dari kata yang dibaca dan dapat menggabungkan

suku kata pertama dengan suku kata kedua. Hal tersebut tentu saja sangat menarik

untuk diteliti karena pada dasarnya kemampuan membaca pada anak tunagrahita

cenderung terlambat seperti yang dilihat peneliti pada beberapa sekolah yang
6

sudah ditinjau sebelumnya dan hal tersebut memang wajar terjadi mengingat

kemampuan akademis mereka yang tidak seperti siswa normal pada umumnya.

Kemampuan membaca permulaan yang terbilang sangat baik inilah yang

membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pembelajaran membaca pada

anak tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai tersebut. Penulis akan

mengambil judul “Pembelajaran Membaca Pada Siswa Tunagrahita Kelas III

Di SLB Negeri Barabai”.

B. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pemahaman mengenai istilah yang terdapat pada judul

diatas, maka penulis merasa perlu membuat penegasan judul sebagai

berikut:

1. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses belajar mengajar antara guru dan

siswa. Pembelajaran mengandung arti proses yang berhubungan dengan

proses belajar. Pembelajaran berarti proses, cara dan pembuatan

menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

2. Membaca

Pembagian membaca berdasarkan tingkatan dibedakan menjadi

dua yaitu membaca permulaan dan membaca pemahaman. Penelitian

yang dilakukan terfokus pada tingkatan membaca permulaan karena

tingkatan ini yang lebih dahulu di ajarkan kepada siswa tunagrahita

mengingat keterbatasan pemahaman yang mereka miliki.


7

Membaca permulaan dalam penelitian ini menitikberatkan pada

pengenalan huruf-huruf atau simbol-simbol bahasa tulis dan terampil

dalam mengubah huruf tersebut menjadi suara. Karena itu, penilaian

atau evaluasi terhadap kemampuan membaca permulaan siswa

tunagrahita ringan difokuskan pada aspek pelafalan, intonasi dan

kelancaran mengubah simbol atau huruf kedalam sistem bunyi yang

bermakna yakni suku kata dan kata.

3. Siswa Tunagrahita

Peneliti akan menitikberatkan pada siswa tunagrahita ringan karena

siswa tunagrahita ringan memiliki tingkat kecerdasan paling tinggi.

Anak tunagrahita ringan tidak mampu mengikuti model pembelajaran

pada program sekolah biasa, namun masih memiliki kemampuan yang

dapat dikembangkan melalui pendidikan tertentu. Salah satu

kemampuan yang dapat dikuasai dan sangat penting bagi seorang anak

tungrahita ringan adalah kemampuan membaca permulaan.

4. Sekolah Luar Biasa

Sekolah Luar Biasa adalah layanan pendidikan untuk anak

berkebutuhan khusus. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan

pembimbing/pengajar guru khusus dan teman sekelas yang dianggap

sama kemampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar mengajar

sepanjang hari penuh di kelas khusus.6

6
D. Rachmayana, Diantara Pendidikan Luar Biasa Menuju anak masa depan yang
inklusif,(Jakarta: PT. Luxima Metro Media, 2013), h.82.
8

Penelitian yang dilakukan difokuskan kepada sekolah yang

memang diperuntukkan untuk anak yang mengalami tunagrahita ringan

pada kelas III tingkat sekolah dasar berisi 3 siswa di SLB Negeri

Barabai.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang pemikiran yang telah penulis jelaskan di atas,

maka pertanyaan penelitian penulis fokuskan pada dua hal, yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran membaca pada siswa tunagrahita

kelas III di SLB Negeri Barabai.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran membaca

pada siswa tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian, penelitian ini memiliki tujuan antara lain:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran membaca pada siswa

tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai.

2. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

pembelajaran membaca pada siswa tunagrahita kelas III di SLB Negeri

Barabai.
9

E. Alasan Memilih Judul

1. Penulis ingin mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan dan faktor-faktor

yang mempengaruhi pembelajaran membaca pada siswa tunagrahita

kelas III di SLB Negeri Barabai

2. Mengingat betapa pentingnya kelancaran membaca permulaan untuk

anak tunagrahita sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari

sehingga dapat membantu peningkatan interaksi sosial yang baik bagi

anak tunagrahita dengan lingkungannya.

F. Signifikansi Penelitian

Penelitian ini memilki kegunaan dari segi teoritis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap

pengembangan pembelajaran anak tunagrahita sehingga anak

mendapatkan perlakuan yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan

anak khususnya bagi anak tunagrahita. Memberikan pemikiran dan

masukan yang berguna bagi kepala sekolah dan guru yang bersangkutan

tentang problem yang tengah dihadapi guru dalam melaksanakan

pembelajaran membaca permulaan, sehingga dapat berupaya mencari

jalan keluar dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan terutama

khusus siswa yang memiliki kelainan.


10

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil dari penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan

kemanfaatan bagi lembaga pendidikan untuk mengadopsi bagaimana

seharusnya pembelajaran bagi anak tunagrahita, Sebagai sumbangan

pemikiran informasi dan masukan bagi penyelenggaraan pendidikan di

SLB Negeri Barabai serta untuk memperkaya khazanah perpustakaan

khususnya perpustakaan UIN Antasari Banjarmasin.

G. Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini, penulis melakukan kajian dari penelitian-penelitian yang

pernah dilakukan sebelumnya. Selanjutnya membandingkan titik perbedaan antara

penelitian yang penulis ambil dengan penelitian-penelitian tersebut. Hal ini akan

memperjelas di mana ruang dan posisi kajian penelitian penulis sehingga akan

menampilkan secara jelas titik perbedaannya. Penelitian-penelitian dibawah ini

sebagian besar yaitu naskah akademik seperti Jurnal dan Tesis.

Sarkila dengan skripsi yang berjudul “Strategi Pembelajaran PAI pada siswa

tunagrahita di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Marabahan Kabupaten Barito

Kuala” diterbitkan tahun 2015 oleh UIN Antasari Banjarmasin. Dalam penelitian

ini yang menjadi subjek penelitiannya adalah guru mata pelajaran PAI, adapun

objek dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran PAI pada siswa

tunagrahita di Sekolah Dasar Luar Biasa Negeri Marabahan Kabupaten Barito

Kuala. Adapun hasil dari penelitiannya bahwa pelaksanaan strategi pembelajaran

diawali dengan perencanaan pembelajaran yang dipersiapkan guru adalah


11

membuat, silabus kemudian RPP dan alat evaluasi, setelah semua terkonsep

dengan teratur sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai maka

dimulailah pelaksanaan pembelajaran itu sendiri meliputi materi, media/alat

peraga untuk mempermudah proses transper ilmu, kemudian metode dan strategi

yang sesuai dengan materi yang disajikan dan terakhir setelah pembelajaran yaitu

diadakannya evaluasi dan tindak lanjut sebagai bahan ukur tercapai/tidaknya

pembelajaran yang disampaikan dan Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi

pembelajaran PAI pada siswa tunagrahita ringan di SDLB Marabahan yaitu :

Faktor Guru, faktor siswa, faktor fasilitas, faktor lingkungan.

Persamaan penelitian terletak pada subjek yang diteliti yaitu guru dan anak

tunagrahita. Perbedaannya terletak pada objek penelitian yakni saya meneliti

pelaksanaan dan faktor-faktor yang memengaruhi pembelajaran membaca di SLB

Negeri Barabai. Sedangkan saudari Sarkila menjadikan strategi pembelajaran PAI

sebagai objek penelitian dan SDLB Marabahan sebagai tempat penelitiannya.

Khairunnisa dengan skripsi yang berjudul “Pembelajaran pendidikan agama

Islam di SDLB Negeri Pualam Sari Kecamatan Binuang Kabupaten Tapin”

diterbitkan tahun 2012 oleh UIN Antasari Banjarmasin. Dalam penelitian ini yang

menjadi subjek penelitiannya adalah guru mata pelajaran PAI adapun yang

menjadi objek dalam penelitian ini adalah pembelajaran PAI di SDLB Negeri

Pualam Sari Kecamatan Binuang Kabupaten Tapin. Adapun hasil penelitiannya

bahwa pelaksanaan pembelajaran pendidikan PAI di SDLB Negeri Pualam Sari

Kecamatan Binuang Kabupaten Tapin sudah terlaksana dengan cukup baik

walaupun dari segi perencanaan pembelajaran perlu ditingkatkan lagi oleh guru
12

yang bersangkutan. Dari segi pelaksanaan guru kurang berhasil dalam pencapaian

tujuan mengingat mengingat kondisi anak-anak yang berkelainan dan juga

dipengaruhi oleh faktor latar belakang guru, pengalaman guru mengajar, dan

sarana prasarana, akan tetapi guru telah berusaha semaksimal mungkin dalam

melaksanakan pembelajaran dan mengarahkan segala upaya dalam mendidik

peserta didik di SDLB ini.

Persamaan penelitian terletak pada subjek yang diteliti yaitu guru dan anak

tunagrahita. Perbedaannya terletak pada objek penelitian yakni saya meneliti

pelaksanaan dan faktor-faktor yang memengaruhi pembelajaran membaca di SLB

Negeri Barabai. Sedangkan saudari Khairunnisa menjadikan strategi pembelajaran

PAI sebagai objek penelitian dan SDLB Negeri Pualam Sari Kecamatan Binuang

Kabupaten Tapin sebagai tempat penelitiannya.

H. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini, penulisan dibagi ke dalam lima bab. Pada

setiap bab tersebut memuat beberapa masalah dan pembahasan sebagaimana

tergambar dibawah ini:

BAB I Pendahuluan yang berisikan tentang latar belakang masalah, definisi

operasional, fokus penelitian, tujuan penelitian, alasan memilih judul, signifikansi

penelitian, penelitian terdahulu, dan sistematika penelitian.

BAB II landasan teori yang memuat pengertian pembelajaran membaca pada

siswa tunagrahita dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran membaca

permulaan di SLB Negeri.


13

BAB III Metodologi penelitian memuat jenis dan pendekatan penelitian, subjek

dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik

pengolahan data dan analisis data, prosedur penelitian.

BAB IV Penyajian Data dan Analisis, meliputi gambaran umum lokasi penelitian,

penyajian data penelitian, data hasil penelitian, data hasil observasi, dan

wawancara, deskripsi hasil belajar siswa, analisis hasil belajar siswa, dan

pembahasan.

BAB V Penutup, yang berisikan simpulan dari rumusan masalah serta saran, baik

bagi siswa, guru, sekolah/madrasah.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Membaca Pada Siswa tunagrahita

1. Pembelajaran

a. Pengertian pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran

yang menjadi kunci dalam rangka menentukan dan tujuan

pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu

sendiri. Beradasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yang

hendak dicapai, dan dikembangkan dan diapresiasi.1

Pembelajaran adalah suatu sistem lingkungan belajar yang

terdiri dari unsur : tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa dan

guru. Maka Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses

komunikasi antara guru sebagai komunikator dan siswa sebagai

penerima pesan.2

Proses pembelajaran di sekolah juga merupakan proses

pembudayaan yang formal dalam penyampaian suatu informasi baik

dari guru kepada siswa ataupun siswa kepada guru. Proses

1
Oemar Hamalik, Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem, (Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2005), h.76.
2
Udin S. Winataputra, (dkk.), Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Universitas Terbuka,
2005), h.22.

14
15

pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui

kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan

dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang

sosial ekonominya, dan lain sebagainya.

Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam

pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan belajar

dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Dari

pendapat-pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

pembelajaran ialah proses komunikasi dua arah, yang dilakukan oleh

pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh

peserta didik atau murid, secara terprogram dalam desain

instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif serta

mencapai tujuan yang diinginkan.

Hasil dari pembelajaran yaitu adanya ketercapaian kompetensi

dasar atau kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan

pengalaman belajar. Hasil belajar ini berfungsi sebagai petunjuk

tentang perubahan tingkah laku, pengetahuan maupun keterampilan

siswa.

Pembelajaran adalah suatu sistem lingkungan belajar yang

terdiri dari unsur : tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa dan

guru. Maka Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses


16

komunikasi antara guru sebagai komunikator dan siswa sebagai

penerima pesan.3

Maksudnya agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan

dapat tercapai karena guru dituntut memiliki kemampuan mengatur

secara umum komponen-komponen pengajaran sedemikian rupa

sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen pengajaran.

Dengan demikian, pembelajaran merupakan suatu proses

interaksi komunikasi antara sumber belajar, guru, dan siswa.

Interaksi komunikasi ini dilakukan baik secara langsung dalam

kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung dengan

menggunakan media pembelajaran. Siswa jangan selalu dianggap

sebagai objek belajar yang tidak tahu apa-apa, mereka memiliki latar

belakang, minat, dan kebutuhan, serta kemampuan yang berbeda.

Peranan guru tidak sebagai pembimbing, pelatih, pengembang, dan

pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan

belajar siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Membaca

a. Pengertian Membaca

Membaca merupakan suatu kegiatan yang sangat penting baik

untuk sekedar memperoleh pengetahuan maupun mencari informasi.

Membaca merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa.Dalam

3
Ibid., h.22.
17

komunikasi tulisan lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi

lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf menurut alphabet Latin.

Pembagian membaca berdasarkan tingkatan dibedakan menjadi dua

yaitu membaca permulaan dan membaca pemahaman.4

Berdasarkan pengertian membaca di atas dapat disimpulkan,

bahwa membaca adalah suatu proses memahami serta memetik

makna dari kata-kata, ide, gagasan, konsep, dan informasi yang

dikemukakan oleh pengarang dalam bentuk tulisan.

b. Jenis-jenis Membaca

Tarigan mengklasifikasikan jenis-jenis membaca antara lain:

1) Membaca nyaring, membaca bersuara (reading aloud; oral

reading).

2) Membaca dalam hati (silent reading).

3) Membaca ekstensif (extensive reading).

4) Membaca ekstensif ini mencakup pula membaca survey (survey

reading), membaca sekilas (skimming reading), dan membaca

dangkal (superficial reading).

Jenis membaca yang paling tepat untuk belajar membaca permulaan

adalah membaca nyaring.

4
Alek & H. Achmad, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana,
2010), h.74.
18

c. Membaca Permulaan

1) Pengertian Membaca Permulaan

Membaca permulaan adalah salah satu kegiatan

berbahasa yang mengubah bahasa tulisan menjadi bersuara

dengan melisankan suatu tulisan melalui media kata-kata dengan

tujuan ingin mengetahui isinya. Membaca permulaan dalam

penelitian ini menitik beratkan pada pengenalan huruf-huruf atau

simbol-simbol bahasa tulis dan terampil dalam mengubah huruf

tersebut menjadi suara. Karena itu, penilaian atau evaluasi

terhadap kemampuan membaca permulaan siswa tunagrahita

ringan difokuskan pada aspek pelafalan, intonasi dan kelancaran

mengubah simbol atau huruf kedalam sistem bunyi yang

bermakna yakni suku kata dan kata.5

2) Tujuan Membaca Permulaan

Tujuan membaca permulaan tidak terlepas dari tujuan

pendidikan pada umumnya dan tujuan pengajaran pada

khususnya. Tujuan pengajaran membaca permulaan pada

dasarnya adalah memberikan bekal pengetahuan dan kemampuan

siswa untuk menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap

isi bacaan dengan baik dan benar.

Tujuan pengajaran membaca permulaan adalah agar

siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan


5
Dharmiyati Zuchdi & Budiasih, Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Kelas
Rendah, (Yogyakarta: PAS, 2001), h.140.
19

lancar dan tepat.6 Pengajaran membaca permulaan disesuaikan

dengan kemampuan dan perkembangan kejiwaan peserta didik

sebagai berikut:

a) Mengenali lambang-lambang (simbol-simbol bahasa),

b) Mengenali kata dan kalimat,

c) Menemukan ide pokok dan kata-kata kunci, dan

d) Menceritakan kembali isi bacaan pendek.

3) Metode Membaca Permulaan

Metode pengajaran membaca bagi anak pada umumnya

antara lain:

a) Metode membaca dasar.

Metode membaca dasar pada umumnya menggunakan

pendekatan eklektik yang menggabungkan berbagai prosedur

untuk mengajarkan kesiapan, perbendaharaan kata, mengenal

kata, pemahaman, dan kesenangan membaca. Metode ini

umumnya dilengkapi rangkaian buku yang disusun dari taraf

sederhana hingga taraf yang lebih sukar, sesuai dengan

kemampuan atau tingkat kelas anak – anak.

b) Metode fonik.

Metode fonik menekankan pada pengenalan kata

melalui proses mendengarkan bunyi huruf. Pada mulanya

anak diajak mengenal bunyi – bunyi huruf, kemudian

6
Ritawati, Bahan Ajar Pendidikan Bahasa Indonesia Di Kelas-kelas Rendah, (Padang:
IKIP,1996), h.43.
20

mensintesiskannya menjadi suku kata dan kata. Bunyi huruf

dikenalkan dengan mengaitkannya dengan kata benda,

misanya huruf “a” dengan gambar “ayam”. Dengan

demikian, metode ini lebih bersifat sintesis daripada analitis.

c) Metode linguistik.

Metode linguistik didasarkan atas pandangan bahwa

membaca adalah proses memecahkan kode atau sandi yang

berbentuk tulisan menjadi bunyi yang sesuai dengan

percakapan. Anak diberikan suatu bentuk kata yang terdiri

dari konsonan – vokal atau konsonan – vokal – konsonan,

seperti “bapak” atau “lampu”. Kemudian anak diajak

memecahkan kode tulisan itu menjadi bunyi percakapan.

Dengan demikian, metode ini lebih bersifat analitik daripada

sintetik.

d) Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik).

Metode ini pada dasarnya merupakan perpaduan antara

metode fonik dan linguistik. Perbedaannya adalah jika di

dalam metode linguistik kode tulisan yang dipecahkan

berupa kata, di dalam SAS berupa kalimat pendek yang utuh.

Metode ini berdasarkan asumsi bahwa pengamatan anak

mulai dari keseluruhan (gestalt) dan kemudian ke bagian -

bagian.
21

e) Metode alfabetik.

Metode ini menggunakan dua langkah, yaitu

memperkenalkan kepada anak berbagai huruf alfabetik dan

kemudian merangkaikan huruf-huruf tersebut menjadi suku

kata, kata, dan kalimat.

f) Metode pengalaman bahasa.

Metode ini terintegrasi pada perkembangan anak dalam

ketrampilan mendengarkan, bercakap-cakap, dan menulis.

Bahan bacaan yang digunakan didasarkan atas pengalaman

anak.

4) Faktor Yang Mempengaruhi Membaca Permulaan

Dalam pengajaran membaca permulaan ada empat faktor

yang mempengaruhi. faktor yang mempengaruhi membaca

permulaan adalah:

a) Faktor Fisikologis

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik,

pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga

merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak

untuk belajar, khususnya belajar membaca.

b) Faktor Intelektual

Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya

memengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam membaca

permulaan. Faktor metode mengajar guru, prosedur, dan


22

kemampuan guru juga turut memengaruhi kemampuan

membaca permulaan anak.

c) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan juga memengaruhi kemajuan

kemampuan membaca siswa. Faktor lingkungan itu

mencakup: (1) latar belakang dan pengalaman siswa di

rumah; dan (2) sosial ekonomi keluarga siswa.

d) Faktor Psikologis

Faktor lain yang juga memengaruhi kemajuan

kemampuan membaca anak adalah faktor psikologis. Faktor

ini mencakup (1) motivasi; (2) minat; dan (3) kematangan

sosial, emosi, dan penyesuaian diri.

5) Kesulitan Membaca Permulaan

Kesulitan membaca permulaan antara lain:

a) Penghilangan kata / huruf.

b) Penyelipan kata.

c) Penggantian kata.

d) Pengucapan kata yang salah dan maknanya berbeda.

e) Pengucapan kata salah tetapi maknanya sama.

f) Pengucapan kata salah dan tak bermakna.

g) Pengucapan kata dengan bantuan guru.

h) Pengulangan.

i) Pembalikan kata.
23

j) Pembalikan huruf.

k) Kurang memperhatikan tanda baca.

l) Pembetulan sendiri.

m) Tersendat-sendat.

3. Pembelajaran Membaca

Pembelajaran membaca permulaan merupakan tingkatan proses

pembelajaran membaca untuk menguasai sistem tulisan sebagai

representasi visual bahasa. Pembelajaran membaca permulaan diberikan

agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan

dengan intonasi yang wajar sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut.

Adapun langkah-langkah membaca permulaan, sebagai berikut:

mengenal unsur kalimat, mengenal unsur kata, mengenal unsur huruf,

merangkai huruf menjadi suku kata, merangkai suku kata menjadi kata.

Adapun tahapan-tahapan pembelajaran membaca sebagai berikut:

a. Tahapan-tahapan pembelajaran membaca

Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan rangkaian yang

dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta

didik dengan menggunakan sarana dan fasilitas pendidikan yang ada

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

1) Tahapan perencanaan pembelajaran

Perencanaan yakni suatu cara yang memuaskan untuk

membuat kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan


24

berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan

yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Saat merencanakan suatu pembelajaran, tentu

harus memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik,

perbedaan siswa, daya serap, suasana dalam kegiatan

pembelajaran, serta sarana dan sumber yang tersedia, maka guru

berwenang untuk menjabarkan dan mengembangkan kompetensi

dasar menjadi silabus, dan dijabarkan lagi dalam bentuk rencana

pelaksanaan pembelajaran.

a) Silabus

Silabus adalah seperangkat rencana pembelajaran pada

suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu yang

mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok,

kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang

dikembangkan oleh satuan pendidikan.

b) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Suatu kegiatan pembelajaran, diperlukan sebuah rencana

agar pembelajaran tersebut dapat berjalan dengan baik.

Berikut dijelaskan beberapa hal mengenai RPP. Rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian

pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang


25

ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

Langkah-langkah Penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran sebagai berikut.

(1) Mencantumkan Identitas

Mencantumkan identitas, yang meliputi: Nama

sekolah, Mata pelajaran, Kelas/Semester, Standar

Kompetensi, dikutip dari silabus yang telah disusun,

Kompetensi Dasar; dikutip dari silabus, begitu pula

dengan indikator. Indikator dijabarkan dari kompetensi

dasar. Alokasi waktu diperhitungkan untuk mencapai satu

kompetensi dasar yang bersangkutan yang dinyatakan

dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan. Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran disusun sebagai skenario

untuk mencapai satu Kompetensi Dasar.

(2) Mencantumkan indikator

Indikator dijabarkan sendiri oleh guru dari

Kompetensi Dasar. Setiap indikator terdiri dari dua

bagian, yaitu tingkah laku dan referens (isi pelajarannya).

(3) Mencantumkan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan bagian penting

dalam pembelajaran, dalam hal ini tujuan pembelajaran

diharapkan harus tercapai oleh peserta didik sebagai hasil

dari proses pembelajaran yang telah dilakukan.


26

Pengertian tujuan pembelajaran adalah kemampuan-

kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah

memperoleh pengalaman belajar. Dengan kata lain

dengan adanya tujuan pembelajaran yang terencana

dengan baik dan perencanaan pembelajaran ini lebih baik

dicatat secara tertulis agar bisa dikoreksi kembali saat ada

kesalahan dalam penerapan rancangan itu dan tidak

tercapai tujuan yang diharapkan.

Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi

yang operasional yang ditargetkan/dicapai dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran

dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional

dari kompetensi dasar. Tujuan pembelajaran dapat terdiri

atas sebuah atau beberapa tujuan.

(4) Mencantumkan Materi pelajaran

Materi pelajaran adalah materi yang digunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran

dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang

ada dalam silabus. Materi pembelajaran merupakan salah

satu komponen pembelajaran yang harus disampaikan

kepada siswa untuk menunjukan tujuan yang hendak

dicapai. Materi pembelajaran merupakan unsur yang

penting mendapat perhatian dari pengajar. Materi


27

pembelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang “dikonsumsi” oleh siswa. Karena itu,

penentuan materi pembelajaran mesti berdasarkan tujuan

yang hendak dicapai, misalnya berupa pengetahuan,

keterampilan, sikap dan pengalaman lainnya.7

Berdasarkan pendapat di atas bahwa dalam suatu

pembelajaran akan selalu ada materi pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran suatu ilmu yang dicari

oleh siswa. Dari pembahasan tersebut disimpulkan dalam

pembahsan materi pembelajaran harus terdapat

pemilihan-pemilihan materi yang tepat untuk murid atau

peserta didik. Pemilihan materi pembelajaran harus

sesuai dengan batas kemampuan yang dimiliki oleh

peserta didik.

(5) Mencantumkan Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yaitu cara yang digunakan oleh

pengajar dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode

pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi

pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi

proses belajar pada diri peserta didik dalam upaya untuk

7
M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung:Prospect, 2009), h. 36.
28

mencapai tujuan. Dapat diartikan bahwa faktor yang

utama dalam suatu metode adalah tujuan pencapaiannya.

Salah satu faktor yang ada di luar siswa adalah

pengajar yang profesional yang mampu mengelola

pembelajaran dengan metode yang tepat, sehingga

menghasilkan pembelajaran yang baik. Artinya, bahwa

untuk menghasilkan proses pembelajaran yang baik, tidak

hanya dapat ditentukan oleh profesionalisme pengajar di

dalam penguasaan instrument yang diajarkan, tetapi juga

masalah metode yang digunakan pengajar di dalam

pembelajarannya. Hal itu menjadi penting, karena metode

merupakan salah satu factor penentu keberhasilan sebuah

kegiatan pembelajaran yang dipandu oleh pengajar. 8

Dapat disimpulkan agar tujuan pengajar tercapai

sesuai dengan apa yang telah dirumuskan oleh pendidik,

maka pendidik perlu mengetahui dan mempelajari

beberapa metode mengajar yang kemudian dipraktekan

pada saat mengajar. Dengan arah tujuan pencapaian yang

jelas, maka pemilihan metode akan semakin mudah.

(6) Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dapat berupa

kegiatan pendahuluan atau pembuka, kegiatan inti dan

8
Ibid., h. 87-88.
29

kegiatan akhir/penutup, ini tidak mesti harus ada,

tergantung pada urutan sintaks sesuai dengan model yang

dipilih.

(7) Mencantumkan Sumber Belajar

Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan

yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan

pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan,

lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Sumber

belajar dalam silabus dituliskan buku referens, dalam

RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut,

pengarang, dan halaman yang diacu.

(8) Mencantumkan Penilaian

Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk

instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk

mengumpulkan data. Apabila penilaian menggunakan

teknik tes tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah

yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian.

2) Tahap Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari

RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan,

kegiatan inti dan kegiatan penutup.

a) Kegiatan pendahuluan
30

Proses pembelajaran secara keseluruhan dari awal

sampai akhir kegiatan harus dapat membangkitkan aktivitas

siswa sebagai objek sekaligus sebagai subjek dalam

pembelajaran. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh

kegiatan awal atas pendahuluan dalam pembelajaran. Oleh

sebab itu, kegiatan pendahuluan dalam pembelajaran harus

direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis, fleksibel,

efektif, dan efisien. Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

(1) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

mengikuti proses pembelajaran.

(2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan

pengetahuan

(3) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar

yang akan dicapai.

(4) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian

kegiatan sesuai dengan silabus.

b) Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk

mencapai kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis


31

peserta didik. Menggunakan metode yang disesuaikan

dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.

c) Kegiatan Penutup

Kegiatan akhir dalam pembelajaran tidak hanya

diartikan sebaga kegiatan untuk menutup pelajaran, tetapi

juga sebagai kegiatan penilaian hasil belajar siswa dan

kegiatan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut harus ditempuh

berdasarkan pada proses dan hasil belajar siswa. Peserta

didik dan/atau sendiri membuat simpulan pelajaran.

Melakukan penilaian dan refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram.

Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil

pembelajaran. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam

bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan

konseling dan memberikan tugas baik tugas individual

maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik.

3) Tahap Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah bagian yang sangat penting

dalam kegiatan pembelajaran untuk mengetahui tujuan

pembelajaran yang direncanakan itu tercapai atau tidak. Evaluasi

pembelajaran adalah evaluasi terhadap proses belajar mengajar.9

Dapat diartikan bahwa dilakukannya evaluasi itu dapat

9
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2010), h. 171
32

mengukur dan mengetahui sejauh mana kegiatan pembelajaran

dapat mencapai tujuan pembelajaran yang direncanakan.

Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan yang terencana

dan tidak seketika dilakukan agar tersusun dan dapat mengetahui

hasil pembelajaran yang baik. Evaluasi adalah kegiatan terencana

untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan

instrument dan membandingkan hasilnya dengan tolak ukur

memperoleh simpulan. Evaluasi hasil belajar memiliki tujuan

dan fungsi tersendiri yang erat kaitannya sehingga dapat

membantu siswa menuju lebih baik dalam kegiatan pembelajaran

itu sendiri.

4. Siswa Tunagrahita

a. Pengertian Siswa Tunagrahita

Menurut AAMD (American Association Of Mental Deficiency)

dalam Alkis Wulandari anak tunagrahita ringan adalah anak yang

memiliki tingkat kecerdasan (IQ) merekka berkisar 51-70, dalam

penyesuaian sosial maupun bergaul, mampu menyesuaikan diri pada

lingkungan sosial yang lebih luas dan mampu melakukan pekerjaan

setingkat semi terampil.10

10
Alkis Wulandari, “Penggunaan game petualangan balada di Bumi dalam pembeljaran
IPA untuk meningkatkan prestasi belajar IPA pada anak tunagrahita ringan kelas IV di SLBN
Cangakan Filial Karang Pandan”, Skripsi, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010, h. 11.
33

Gambaran tentang siswa tunagrahita yaitu, siswa tunagrahita

kurang cakap dalam memikirkan hal-hal yang bersifat abstrak, yang

sulit-sulit dan yang berbelit-belit. Mereka kurang atau terbelakang

atau tidak berhasil bukan sehari dua hari atau sebulan dua bulan,

tetapi untuk selama-lamanya dan bukan hanya dalam satu dua hal

tetapi hampir segala-galanya. Lebih-lebih dalam pelajaran, seperti

mengarang, menyimpulkan isi bacaan, menggunakan simbol-simbol

berhitung, dan dalam semua pelajaran yang bersifat teoritis. Dan

juga mereka kurang atau terhambat dalam menyesuaikan diri dengan

lingkungannya.11

Pendapat di atas sejalan dengan definisi yang ditetapkan

AAMD yang artinya bahwa ketunagrahitaan mengacu pada sifat

intelektual umum yang secara jelas di bawah rata-rata, bersama

kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung pada masa

perkembangan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: siswa

tunagrahita memiliki kecerdasan di bawah rata-rata sedemikian rupa

dibandingkan dengan siswa normal pada umumnya. Adanya

keterbatasan dalam perkembangan tingkah laku, ketunagrahitaan

tersebut berlangsung pada masa perkembangan.

Siswa tunagrahita ringan merupakan salah satu dari anak

yang mengalami gangguan perkembangan dalam mentalnya, Siswa

11
Moh. Amin,Ortopedagogik Anak tunagrahita,(Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti
PDGT,1995),h.11.
34

tunagrahita ringan memiliki tingkat kecerdasan antara 50-75. Siswa

tunagrahita ringan memiliki kemampuan sosialisasi dan motorik

yang baik, dan dalam kemampuan akademis masih dapat menguasai

sebatas pada bidang tertentu.

Siswa tunagrahita ringan adalah siswa tunagrahita dengan

tingkat IQ 50 – 70, sekalipun dengan tingkat mental yang subnormal

demikian dipandang masih mempunyai potensi untuk menguasai

mata pelajaran ditingkat sekolah dasar.12

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan siswa

tunagrahita ringan adalah anak yang memiliki kemampuan

intelektual antara 50-70. serta memiliki kemampuan yang hampir

sama dengan anak normal pada umumnya.

b. Karakteristik Siswa Tunagrahita

Adapun karakteristik pada aspek-aspek individu siswa

tunagrahita sebagai berikut:

1) Karakter fisik, pada tingkat hambatan mental sedang lebih

menampakkan kecacatannya. Penampakan fisik jelas terlihat

karena pada tingkat ini banyak dijumpai tipe down syndrome

dan brain damage. Koordinasi motorik lemah sekali dari

penampilannya menampakkan sekali sebagai anak terbelakang.

2) Karakteristik psikis, pada umur dewasa siswa tunagrahita baru

mencapai kecerdasan setaraf anak normal umur 7 tahun atau 8

12
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta:Rineka
Cipta, 2012), h.27.
35

tahun. Anak nampak hampir tidak mempunyai inisiatif, kekanak

- kanakan, sering melamun atau sebaliknya hiperaktif.

3) Karakteristik sosial, banyak diantara siswa tunagrahita sedang

yang sikap sosialnya kurang baik, rasa etisnya kurang dan

nampak tidak mempunyai rasa terima kasih, rasa belas kasihan

dan rasa keadilan.13

Siswa tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari

pelajaran-pelajaran akademik. Siswa tunagrahita sedang pada

umumnya belajar secara membeo. Perkembangan bahasanya lebih

terbatas dari siswa tunagrahita ringan. Siswa tunagrahita sedang

hampir selalu tergantung dengan orang lain tetapi dapat

membedakan bahaya dan bukan bahaya. Siswa tunagrahita sedang

masih mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan

menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan dapat mengerjakan

pekerjaan-pekerjaan yang memiliki nilai ekonomi. Jadi karakteristik

siswa tunagrahita secara umum dalam hal kecerdasan, social, fungsi

mental, dorongan emosi dan kepribadian serta organisme dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Kecerdasan

Tingkat kecerdasan siswa tunagrahita sedang jelas

dibawah rata-rata anak normal yang seusia, kapasitas belajarnya

sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak. Mereka

13
Mumpuniarti, Pembelajaran Akademik Bagi Tunagrahita, (Yogyakarta: FIP UNY,
2007), h.25.
36

lebih banyak belajar dengan cara membeo (rite learning) bukan

dengan pengertian dan sukar memahami masalah.

2) Sosial

Dalam pergaulan mereka tidak dapat mengurus,

memelihara dan memimpin dirinya sendiri, untuk kepentingan

dirinya sendiri sangat tergantung pada bantuan orang lain, selalu

ditunjukkan terus apa yang akan dikerjakan, tanpa bimbingan

dan pengawasan mereka dapat terjerumus ke dalam tingkah laku

terlarang terutama mencuri, merusak dan pelanggaran seksual.

3) Fungsi Mental

Mereka mengalami kesukaran dalam memusatkan

perhatian, cepatberalih. Kurang tangguh dalam menghadapi

tugas, pelupa dan sukar mengungkapkan ingatan dan mudah

bosan.

4) Dorongan dan Emosi

Dorongan emosi siswa tunagrahita berbeda-beda sesuai

dengan tingkat ketunagrahitaannya. Siswa yang berat

ketunagrahitaanya hampir- hampir tidak dapat memperlihatkan

dorongan untuk mempertahankan diri, kehidupan emosinya

sangat lemah, mereka jarang sekali menghayati perasaan

tanggungjawab dan hak sosialnya. Dorongan biologisnya dapat

berkembang tetapi penghayatannya terbatas pada perasaan

senang, takut, marah dan benci.


37

5) Bidang Akademis

Mereka sulit mencapai prestasi dalam bidang akademis

membaca, menulis dan berhitung yang problematis, tetapi dapat

dilatih dalam hal yang sederhana sekedar diperkenalkan

membaca dan menulis namanya sendiri dan mengenal angka.

6) Organisme dan Kepribadian

Mereka tidak mampu mengontrol dan mengarahkan

dirinya sehingga segala sesuatu yang terjadi pada dirinya

tergantung pengarahan orang lain. Dilihat dari struktur maupun

fungsi organisme pada umumnya kurang bila dibandingkan

dengan anak normal, sikap dan gerak lagaknya kurang indah,

badannya relatif kecil seperti kurang sehat dan kurang

mempunyai daya tahan.14

Berdasarkan pendapat dan penjelasan di atas, dapat diambil

kesimpulan tentang karakteristik Siswa tunagrahita sedang di

antaranya adalah siswa tunagrahita sedang hampir tidak dapat

mempelajari pelajaran akademis, pada umumnya belajar secara

membeo, mereka masih dapat dilatih mengerjakan beberapa

pekerjaan yang sederhana, tetapi memerlukan latihan secara terus

menerus. Secara fisik lebih menampakkan ketunaannya, koordinasi

motoriknya lemah sekali dan penampilannya menunjukkan sebagai

anak terbelakang, anak hampir tidak mempunyai inisiatif, kekanak-

14
Moh. Amin,Ortopedagogik Siswa tunagrahita,(Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti
PDGT,1995),h.39.
38

kanakan atau sebaliknya hiperaktif, rasa sosialnya kurang baik, rasa

etisnya juga kurang, tidak mempunyai rasa terima kasih dan rasa

belas kasihan rendah, kurang mampu mengkoordinasikan gerak

tubuhnya, tidak dapat berkonsentrasi, cepat bosan dan juga

perkembangan jiwanya dan fisiknya terlambat.

c. Permasalahan Belajar Siswa Tunagrahita

Pada umumnya Siswa tunagrahita memiliki kemampuan yang

kurang dalam hal mengingat (memory) yang merupakan suatu

kesulitan kronis yang diduga bersumber dari neurologis (syaraf),

sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca Siswa

tunagrahita dipengaruhi oleh aspek persepsi dan aspek memori yang

merupakan proses mental yang terletak di otak.

Persepsi diperlukan dalam belajar utuk menganalisis

informasi yang diterima. Misalnya, seorang anak diperlihatkan

bentuk /h/ dan /n/. atau angka /6/ dengan /9/. Anak yang persepsi

penglihatannya baik, akan dapat membedakannya. Sedangkan anak

yang mengalami ganguan persepsi akan sangat sulit untuk

menemukan karakter yang membedakan kedua bentuk tersebut.

Dapat dibayangkan betapa sulitnya bagi seorang anak yang

mengalami hambatan seperti ini untuk belajar membaca. Mengingat

(memory) adalah kemampuan untuk menyimpan informasi dan

pengalaman yang pernah dipelajari pada masa lalu dan dapat

dimunculkan kembali jika diperlukan.


39

Kemampuan mengingat ini mempunyai dua tingkatan yaitu

ingatan jangka pendek (short term memory) dan ingatan jangka

panjang (long term memory). Mengingat sesuatu, baik yang dilihat

maupun yang didengar dalam tempo yang sangat singkat, disebut

ingatan jangka pendek (short term memory). Belajar sangat erat

hubungannya dengan ingatan jangka pendek. Anak yang mengalami

kesulitan dalam ingatan jangka pendek akan sangat sulit untuk

menyimpan informasi atau pengalaman belajar dalam ingatan jangka

panjang.

Aktivitas belajar berkaitan langsung dengan perkembangan

kognitif dan kecerdasan. Di dalam kegiatan belajar sekurang-

kurangnya dibutuhkan kemampuan dalam mengingat, memahami

dan kemampuan untuk mencari hubungan sebab akibat. Oleh sebab

itu anak-anak pada umumnya dapat menemukan kaidah dalam

belajar. Setiap anak akan mengembangkan sendiri kaidah dalam

mengingat, memahami dalam dalam mencari hubungan sebab akibat

tentang apa yang sedang mereka pelajari. Sekali kaidah itu dapat

ditemukan anak dapat belajar secara efektif. Setiap anak biasanya

mempunyai kaidah belajar yang berbeda satu sama lainnya.

Siswa tunagrahita pada umumnya tidak memiliki kaidah

dalam belajar. Mereka mengalami kesulitan dalam memproses

informasi secara abstrak, belajar bagi mereka harus terkait dengan

objek yang bersifat kongkret. Kondisi seperti itu berhubungan


40

dengan kesulitan dalam mengingat, terutama ingatan jangka pendek.

Siswa tunagrahita dalam belajar hampir selalu dilakukan dengan

coba-coba, mereka tidak dapat menemukan kaidah dalam belajar,

sukar melihat objek yang sedang dipelajari secara keseluruhan.

Mereka cenderung melihat objek secara terpisah-pisah. Oleh karena

itu peserta didik tunagrahita mengalami kesulitan dalam mencari

hubungan sebab akibat.

d. Kemampuan Belajar Membaca Siswa Tunagrahita

Kemampuan belajar membaca siswa tunagrahita secara lebih

spesifik sebagai berikut: IQ penderita debil antara 50-70 biasanya

mereka juga disebut educable children, karena mereka tidak saja

dapat dilatih tetapi juga dapat dididik. Mereka dapat dilatih tentang

tugas-tugas yang lebih tinggi (kompleks) dalam kehidupan sehari-

hari, dapat pula dididik dalam bidang sosial dan intelektual.

Pelajaran membaca, menulis, dan berhitung dapat diajarkan menurut

tingkat- tingkat tertentu.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa siswa

tunagrahita ringan masih memungkinkan memiliki kemampuan

membaca, menulis, dan berhitung menurut tingkatan–tingkatan

tertentu.
41

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Membaca di SLB


Negeri

Keberhasilan sebuah kegiatan belajar mengajar merupakan cita-cita

dalam semua lembaga pendidikan, dalam hal ini ada faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

1. Lingkungan

Lingkungan alami adalah lingkungan hidup tempat anak didik

berkembang. Keadaan lingkungan yang bersih jauh dari polusi, maka akan

memudahkan dalam perkembangan dan proses belajar anak didik.

Lingkungan sekolah yang tenang, banyak pepohonan dan kebun-kebun akan

membuat anak didik nyaman dalam belajar dan akan menghasilkan prestasi

yang baik.

2. Program

Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program pendidikan

itu disusun untuk kemajuan pendidikan berdasarkan potensi sekolah yang

tersedia. Dalam mengajar guru harus mempunyai program dalam

pengajarannya agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan lancar dan

tujuan pengajaran dapat tercapai sehingga anak didik mampu menguasai

materi yang diajarkan. Program ini sangat berpengaruh terhadap hasil

belajar anak didik.15

3. Sarana dan Fasilitas

Setiap sekolah harus mempunyai sarana dan fasilitas yang lengkap agar

peserta didik mudah dan nyaman dalam belajar. Sebuah gedung sekolah

15
Syaiful Bahri Djamarah,Psikologi Belajar,(Jakarta: Rineka Cipta,2002),h.147
42

harus memiliki kelas yang cukup sesuai dengan jumlah peserta didik, kalau

jumlah peserta didik lebih banyak dari ruangan kelasnya, maka peserta didik

akan sulit belajar karena dalam satu kelas menampung siswa yang banyak

sehingga suasana menjadi gaduh. Demikian juga kelengkapan fasilitas

sekolah, seperti buku-buku perpustakaan, mushala, laboraturium, dan lain-

lain harus ada supaya peserta didik mudah dalam mengembangkan diri

dalam belajar.

4. Guru

Faktor guru memang sangat mempengaruhi dalam keberhasilan belajar

peserta didik kalau dalam suatu sekolah kekurangan tenaga guru, maka

peserta didik akan mengalami kesulitan dalam belajar karena dalam mata

pelajaran terttentubisa mengalami kekosongan guru. Selain itu guru

memang dituntut harus profesional tapi itu semua kembali pada diri masing-

masing guru itu. Keberhasilan belajar peserta didik juga dipengaruhi oleh

kemampuan guru menggunakan strategi dan gaya mengajar supaya anak

didik mudah dalam memahami pelajaran dan tidak merasa bosan sehingga

tujuan pengajaran dapat tercapai.

5. Kemampuan Kognitif

Kemampuan kognitif adalah kemampuan pemahaman pada satu

pengertian/hal. Kemampuan kognitif ini merupakan dasar dari penguasaan

ilmu pengetahuan. Kemampuan ini diperoleh melalui tiga jalan yaitu

persepsi, mengingat, dan berpikir. Persepsi adalah proses yang menyangkut

masuknya pesan/informasi ke dalam otak manusia. Mengingat adalah suatu


43

aktivitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa kesan-kesan yang

diperoleh itu berasal dari masa yang lampau. Berpikir adalah kelangsungan

tanggapan-tanggapan yang disertai dengan sikap pasif dari subjek yang

berpikir.16

16
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.58.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis, Pendekatan, dan Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang

dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif yakni pendekatan yang

lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan secara induktif serta

analisis terhadap dinamika hubungan anatara fenomena yang diamati, dengan

menggunakan logika. 1

Pendekatan penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif

yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau

tulisan dari orang-orang dan perilaku diamati.2

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

deskriptif kualitatif yakni memaparkan seluruh kejadian dan gejala-gejala yang

muncul pada saat penelitian berlangsung, maka data yang akan dikumpulkan

nantinya berupa kata-kata, gambar, dan bukan berupa angka. Diharapkan dengan

adanya penelitian ini nantinya data yang diperoleh dari subjek akan membantu

dalam menggambarkan bagaimana pelaksanaan pembelajaran membaca pada

siswa tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai.

1
Sumadi, Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 5.
2
Margono S, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h.36.

44
45

3. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan deskriptif artinya peneliti

berusaha memberikan informasi secara keseluruhan dan keadaan yang

sedang berlangsung pada saat penelitian dilakukan dengan sistematis,

penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pembelajaran membaca pada

siswa tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang guru dan 3 siswa kelas

III SLB Negeri Barabai.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah pembelajaran membaca pada siswa

tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Data yang digali dalam penelitian ini meliputi data pokok dan data

penunjang, secara rinci kedua data tersebut akan di bahas dibawah ini.

a. Data pokok

1) Data tentang pelaksanaan pembelajaran membaca pada siswa

tunagrahita yang meliputi:

a) Tahap Perencanaan, meliputi:


46

(1) Membuat Silabus.

(2) Membuat RPP.

b) Tahap pelaksanaan, meliputi:

(1) Kegiatan pendahuluan.

(2) Kegiatan inti.

(3) Kegiatan Penutup.

c) Tahap Evaluasi.

2) Data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran

membaca pada siswa tunagrahita yang meliputi sebagai berikut:

a) Lingkungan.

b) Program.

c) Sarana dan Fasilitas

d) Guru

e) Kemampuan Kognitif

b. Data Sekunder

Data-data penunjang ini digali untuk melengkapi dari data pokok,

yang meliputi:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan oleh

guru pembelajaran membaca di SLB Negeri Barabai.

2) Silabus yang digunakan oleh guru pembelajaran membaca di

SLB Negeri Barabai.

3) Sejarah singkat berdirinya SLB Negeri Barabai.

4) Visi dan Misi SLB Negeri Barabai.


47

5) Data mengenai keadaan siswa di SLB Negeri Barabai.

6) Data mengenai tenaga pengajar di SLB Negeri Barabai.

7) Data mengenai sarana dan prasarana yang tersedia di SLB

Negeri Barabai.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh. Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari Guru, para siswa,

dan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh SLB Negeri Barabai.

a. Responden, yaitu 1 orang guru pengajar dan 3 siswa kelas III yang

mengikuti pembelajaran.

b. Informan, yaitu orang yang dianggap mampu memberikan data dan

informasi yang berkaitan dengan penelitian ini diantaranya, guru

wali kelas, kepala sekolah, dan staf tata usaha SLB Negeri Barabai.

c. Dokumen, dokumen dalam penelitian ini adalah seluruh catatan data

atau bukti-bukti tertulis mengenai subjek dan objek penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian, di samping perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu

memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan

alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif.3

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa

metode, antara lain:

3
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: RinekaCipta, 2009), h. 158.
48

1. Metode Wawancara

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis wawancara

semiterstruktur yang sudah termasuk dalam kategori in-depth interview. Dalam

pelaksanaanya, jenis wawancara ini lebih bebas dibandingkan dengan wawancara

terstruktur. Tujuan dari wawancara semiterstruktur adalah untuk menentukan

permasalahan secara lebih terbuka dengan meminta pendapat dan ide-ide dari

pihak yang diajak wawancara. Dalam penelitian ini, informan ditentukan secara

purposive dengan pertimbangan bahwa yang dijadikan informan tersebut adalah

orang yang paling tahu. Oleh karena itu, informan yang diwawancara oleh peneliti

adalah Kepala Sekolah dan guru kelas III yang mengajar di SLB Negeri Barabai.

2. Metode Observasi

Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas

tentang masalah yang peneliti teliti.4 Dalam hal ini peneliti menggunakan metode

observasi untuk mengamati secara langsung bagaimana strategi pembelajaran

membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa tunagrahita kelas III di

SLB Negeri Barabai.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data yang berupa

catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, buku rapor, agenda

dan sebagainya.5 Dalam hal ini peneliti menggali data tentang profil guru kelas III

SLB Negeri Barabai dan kegiatannya dalam PBM sebagai bentuk dari

4
Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001, cet ke-3.),
h. 54.
5
Suharsimi Arikunto, Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006.), h. 248.
49

pembelajaran membaca pada siswa tunagrahita serta data-data sekolah yang

meliputi: gambaran umum lembaga, sejarah sekolah, visi misi dan tujuan

lembaga, struktur organisasi, keadaan pendidik dan tenaga kependidikan, keadaan

siswa, kurikulum dan sarana prasarana yang tentunya didapatkan dari bagian Tata

Usaha SLB Negeri Barabai.

Agar lebih jelas mengenai data, sumber data dan teknik pengumpulan data

dapat dilihat pada matrik berikut:

Tabel I. Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber
No Data TPD
data
1. Data pokok
Data yang dimaksud berkenaan 1. Observasi
dengan pembelajaran membaca pada Guru dan 2. Wawancara
siswa tunagrahita yaitu: peserta 3. Dokumentasi
didik
a. Pelaksanaan pembelajaran membaca 1. Wawancara
pada siswa tunagrahita. Guru 2. Dokumentasi
1) Tahap perencanaan. 1. Wawancara
a) Membuat silabus Guru 2. Dokumentasi
b) Membuat RPP
2) Tahap pelaksanaan. 1. Observasi
Guru dan
a) Kegiatan pendahuluan 2. Wawancara
peserta
b) Kegiatan Inti 3. Dokumentasi
didik
c) Kegiatan penutup
3) Tahap Evaluasi, bertujuan untuk 1. Observasi
mengetahui keberhasilan proses Guru 2. Dokumentasi
pembelajaran yang dilaksanakan.
b. Faktor yang mempengaruhi 1. Observasi
pembelajaran membaca pada siswa 2. Dokumentasi
tungrahita kelas III di SLB Negeri Guru 3. Wawancara
Barabai.
50

2. Data penunjang
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang digunakan oleh guru
pembelajaran membaca kelas III di
SLB Negeri Barabai.
b. Silabus yang digunakan oleh guru
pembelajaran membaca kelas III di
SLB Negeri Barabai.
Kepala 1. Observasi
c. Sejarah singkat berdirinya SLB Negeri
Sekolah, 2. Dokumentasi
Barabai.
dan Guru 3. Wawancara
d. Visi dan Misi SLB Negeri Barabai.
e. Data mengenai keadaan siswa di SLB
Negeri Barabai.
f. Data mengenai tenaga pengajar di SLB
Negeri Barabai.
g. Data mengenai sarana dan prasarana
yang tersedia di SLB Negeri Barabai.

E. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Ada beberapa teknik pengolahan data yang penulis gunakan, yaitu:

a. Editing, yaitu semua data diadakan pengontrolan dan penyusunan

kembali terhadap data yang sudah diperoleh dari lapangan

penelitian. Sehingga dapat diketahui sejauh mana data yang

terkumpul itu dapat menjawab segala permasalahan-permasalahan

yang penulis fokuskan.

b. Klasifikasi data, yaitu kegiatan ini dilakukan untuk

mengelompokkan data-data yang telah terkumpul kemudian

dikategorikan sesuai fokus penelitian.

c. Interpretasi Data, yaitu kegiatan ini dilakukan dengan maksud agar

dapat dilihat kejelasan makna dari data yang ada dengan

menafsirkan data tersebut dalam bentuk uraian dan penjelasan.


51

2. Analisis Data

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, maka penulis

menggunakan analisis data deskriftif kualitatif dengan menceritakan

kejadian sesungguhnya dalam bentuk uraian kalimat, sedangkan

pengambilan kesimpulan penulis menggunakan metode induktif, yaitu

menarik kesimpulan yang bersifat khusus menjadi suatu kesimpulan yang

bersifat umum.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian ini ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini

yaitu:

1. Tahap perencanaan

a. Penjajakan ke lokasi penelitian

b. Konsultasi dengan dosen pembimbing mengenai rencana penelitian.

c. Membuat proposal penelitian

d. Mengajukan proposal penelitian kepada dosen pembimbing

akademik untuk dikoreksi dan disetujui.

e. Mengajukan desain proposal penelitian ke jurusan PGMI dan mohon

persetujuan.

2. Tahap persiapan

a. Mengadakan seminar proposal setelah disetujui.

b. Memperbaiki proposal berdasarkan hasil seminar.

c. Memohon surat riset kepada pihak bersangkutan.


52

d. Mempersiapkan pelengkapan penelitian.

e. Menyampaikan surat riset ke lokasi penelitian.

3. Tahap pelaksanaan

a. Melakukan wawancara, dengan responden dan informan, melakukan

observasi serta meminta dokumen-dokumen.

b. Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data kesimpulan dan

dilanjutkan dengan penyusunan laporan.

4. Tahap penyusunan laporan

Setelah terkumpul dari beberapa teknik pengumpulan data kemudian

diolah dan disusun dalam bentuk laporan hasil penelitian untuk diserahkan

kepada dosen pembimbing untuk diadakan perbaikan dan disetujui serta di

bawa ke sidang munaqasyah untuk dipertanggung jawabkan.


BAB IV

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Berdirinya

SLB Negeri Barabai terletak di jalan Pagat Sarigading RT 07 RW

03 Kelurahan Banua Binjai Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai

Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. SLB Negeri Barabai dibentuk oleh

pemerintah kabupaten Hulu Sungai Tengah ditahun 1984 dengan nama

sekolah SDLB Negeri Barabai yang bertugas menjadi kepala sekolah

pertama adalah Bapak Sukoco dan didampingi oleh guru lulusan SGPLB

Yogyakarta seperti Ibu Hj. Sri Lestari dan Ibu Etty Mariati. Seiring

berjalan waktu SDLB Negeri Barabai diambil alih oleh pemerintah

provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2016 dan pada tahun 2018 SDLB

Negeri Barabai yang berjenjang SDLB dirubah menjadi SLB Negeri

Barabai dengan jenjang SDLB, SMPLB, dan SMALB.

2. Visi, Misi dan Tujuan SLB Negeri Barabai

a. Visi SLB Negeri Barabai

Visi dari penyelenggaraan pembelajaran dan pendidikan SLB

Negeri Barabai adalah sebagai berikut :

1) Unggul dan bermutu dalam proses pembelajaran.

53
54

2) Unggul dan bermutu dalam perolehan Nilai Ujian Nasional.

Unggul dan bermutu dalam persaingan melanjutkan ke jenjang

Pendidikan di atasnya.

3) Unggul dan bermutu dalam lomba kewirausahaan, kreatifitas,

kesenian, dan olahraga.

4) Unggul dan bermutu dalam sarana dan prasarana.

5) Unggul dan bermutu dalam pelayanan.

6) Unggul dalam karakter.

7) Unggul dalam aktifitas keagamaan.

8) Unggul dalam kepedulian sosial.

9) Unggul dalam bidang kewirausahaan dan keterampilan.

10) Unggul dalam usaha memandirikan siswa berkebutuhan khusus.

b. Misi SLB Negeri Barabai

Misi dari penyelenggaraan pembelajaran dan pendidikan SLB

Negeri Barabai adalah sebagai berikut:

1) Mewujudkan sekolah inovatif dalam pembelajaran.

2) Mengembangkan program kemandirian bagi siswa.

3) Melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di sekolah.

4) Mengembangkan olahraga rekreasi, rehabilitasi, dan prestasi di

sekolah.

5) Memberdayakan pendidik dan tenaga kependidikan yang mampu

dan tangguh.

6) Mengembangkan manajemen berbasis sekolah yang tangguh.


55

7) Mewujudkan pembinaan kompetensi siswa secara kompetitif.

8) Memberdayakan kehidupan lingkungan sekolah yang taat

beragama.

9) Meningkatkan tanggung jawab, percaya, dan semangat untuk

berkompetisi pada siswa.

10) Meningkatkan keterampilan, bakat, dan minat siswa melalui

bimbingan ekstrakurikuler yang bermutu.

11) Memenuhi fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir, dan

berwawasan ke depan.

12) Mewujudkan pembiayaan pendidikan yang memadai, wajar, dan

adil.

13) Mewujudkan sekolah bersih dan sehat.

14) Meningkatkan kedisiplinan, tanggung jawab, kejujuran, percaya

diri, solidaritas, dan semangat untuk berkompetisi pada warga

sekolah.

15) Memperkokoh nilai-nilai agama untuk seluruh warga sekolah.

16) Meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengalaman

keagamaan bagi warga sekolah.

17) Memperkokoh nilai-nilai nasionalisme dan kebangsaan bagi

seluruh warga sekolah.

c. Tujuan SLB Negeri Barabai

Dalam rangka melaksanakan Misi SLB Negeri Barabai

merumuskan tujuan sebagai berikut:


56

1) Melaksanakan penerimaan siswa baru dengan ditentukan kuota

sesuai dengan kapasitas dan rasio guru.

2) Menyediakan dan mendokumentasikan perangkat pembelajaran:

silabus, RPP, bahan ajar, dan sistem penilaian.

3) Mengembangkan RPP, silabus, bahan ajar, dan sistem penilaian

hingga mencapai 100%.

4) Mengembangkan instrument dan pedoman penilaian sesuai dengan

bentuk dan teknik penilaian hingga 100%.

5) Melakukan penilaian dengan menggunakan empat (4) teknik

penilaian.

6) Melaksanakan kegiatan yang dapat memanfaatkan lingkungan

secara produktif dan bertanggung jawab.

7) Memfasilitasi kegiatan untuk mengekspresikan diri melalui

olahraga, seni, dan budaya dalam satu tahun.

8) Memenuhi buku pegangan siswa hingga mencapai kondisi 1 siswa

1 buku.

9) Melaksanakan kurikulum 2013 secara bertahap dan terarah.

10) Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung terlaksananya

proses pembelajaran yang berdasarkan 7k (keamanan, kebersihan,

ketertiban, kerindangan, keindahan, kerapihan, dan kekeluargaan).

11) Mengembangkan website untuk menyediakan data sekolah yang

lengkap.
57

12) Memiliki sarana yang memadai untuk menunjang pembelajaran

dan kegiatan di Sekolah.

13) Memiliki sarana yang menunjang penerapan pengembangan

karakter berbentuk pamplet sebanyak minimal 10 buah yang

dipasang di lingkungan sekolah yang stategis.

14) Mempertahankan dan meningkatkan akreditasi sekolah.

3. Keadaan Tenaga Pengajar dan Siswa

a. Keadaan Tenaga Pengajar di SLB Negeri Barabai

Berdasarkan hasil dokumen yang didapat penulis di SLB

Negeri Barabai, tenaga pengajar di SLB Negeri Barabai berjumlah 20

orang. Untuk lebih jelasnya mengenai keadaan tenaga pengajar di

SLB Negeri Barabai ini, dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel II. Keadaan Tenaga Pengajar di SLB Negeri Barabai

Tempat, Tanggal Jabatan


No. Nama P/L
Lahir Fungsional
Gadung, Kepala
1. Hasanudin, S.Pd, M.Pd Lk
14-04-1968 Sekolah
Mandampa,
2. A. Yani, S.Pd Lk Guru Mapel
04-08-1986
Sumber Makmur,
3. Didi Irawan, S.Pd Lk Guru Kelas
29-12-1993
Dimas Harry Samuda, Barabai,
4. Lk Guru Kelas
S.Pd 28-10-1998
Timbuk Hanyar,
5. Fikri Maulana, S.Pd Lk Guru Kelas
03-10-1993
Banjarmasin,
6. Haidayati, S.Pd Pr Guru Kelas
30-06-1969
Sleman,
7. Harjiyanti, S.Pd Pr Guru Kelas
05-03-1973
Hj. Sri Lestari, S.Pd, Solo,
8. Pr Guru Kelas
M.Pd 07-05-1962
9. Humaidi, S.Pd Rantau Kaminting, Lk Guru Kelas
58

05-09-1990
Hulu Sungai
10. Mansyah, S.Pd Tengah, Lk Guru Kelas
12-03-1967
Bantul,
11. Minto Basuki, S.Pd Lk Guru Kelas
03-07-1968
Tenaga
Muhammad Rizanoor, Barabai,
12. Lk Administrasi
S.Kom 23-10-1989
Sekolah
Karantina,
13. Mujiburrahman, S.Pd Lk Guru Kelas
15-06-1972
Noor Maulida, S.Pd, Barabai,
14. Pr Guru Kelas
S.Pd 13-10-1991
Banjarmasin,
15. Norhayati, S.Pd Pr Guru Kelas
12-07-1972
Datu Kuning,
16. Ridawati, S.Pd.I Pr Guru Mapel
03-04-1985
Ririn Nawiyah, S.Pd, Padang Darat,
17. Pr Guru Kelas
S.Sos 10-12-1990
Kambat Selatan,
18. Risda Hardianti, S.Pd Pr Guru Kelas
09-07-1993
Pandawan,
19. Sabran, S.Pd Lk Guru Kelas
01-01-1977
Banua Binjai,
20. Syamsuriadi, S.Pd Lk Guru Kelas
27-10-1995
Banua Binjai,
21. Umi Salamah, S.Pd Pr Guru Kelas
22-11-1988

Tabel III. Jumlah Karyawan Guru Tetap Non PNS dan Honorer SLB

Negeri Barabai

No. Nama Jabatan Keterangan

Guru Tetap Non


1. A. Yani, S.Pd Guru Mapel
PNS
Guru Tetap Non
2. Didi Irawan, S.Pd Guru Kelas
PNS
Guru Tetap Non
3. Dimas Harry Samuda, S.Pd Guru Kelas
PNS
Guru Tetap Non
4. Fikri Maulana, S.Pd Guru Kelas
PNS
Guru Tetap Non
5. Humaidi, S.Pd Guru Kelas
PNS
59

Guru Tetap Non


6. Umi Salamah, S.Pd Guru Kelas
PNS
Tenaga
Guru Tetap Non
7. Muhammad Rizanoor, S.Kom Administrasi
PNS
Sekolah
Guru Tetap Non
8. Mujiburrahman, S.Pd Guru Kelas
PNS
Guru Tetap Non
9. Noor Maulida, S.Pd, S.Pd Guru Kelas
PNS
Guru Tetap Non
10. Ririn Nawiyah, S.Pd, S.Sos Guru Kelas
PNS
Guru Tetap Non
11. Risda Hardianti, S.Pd Guru Kelas
PNS
Guru Tetap Non
12. Syamsuriadi, S.Pd Guru Kelas
PNS
13. Muhammad Maki, A.Md Office Boy -

b. Keadaan Siswa di SLB Negeri Barabai

Keadaan Siswa di SLB Negeri Barabai, pada tahun ajaran

2019/2020 tercatat jumlah siswa yang ada di SLB Negeri Barabai 54

siswa, yang bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV. Keadaan Siswa di SLB Negeri Barabai


Jumlah Siswa
No Nama Rombel Tingkat Kelas
L P Total
1. 1C 1 5 1 6
2. 2 C(2) 2 3 0 3
3. 2 C1 2 0 2 2
4. 2D 2 1 0 1
5. 2A 2 1 0 1
6. 2C 2 3 0 3
7. 2Q 2 2 2 4
8. 3 C1 3 1 0 1
9. 3B 3 1 1 2
10. 3C 3 1 2 3
11. 3Q 3 2 1 3
12. 4 C1 4 1 0 1
13. 4B 4 1 2 3
14. 4C 4 2 0 2
15. 5 C1 5 1 1 2
60

16. 5A 5 1 0 1
17. 5B 5 2 1 3
18. 5C 5 3 0 3
19. 6 C1 6 1 3 4
20. 6B 6 1 1 2
21. 6C 6 1 3 4

c. Keadaan Sarana dan Prasarana di SLB Negeri Barabai

Keadaan Sarana dan Prasarana SLB Negeri Barabai sebagai

salah satu lembaga Pendidikan Islam yang memiliki sarana dan

prasarana yang cukup memadai, sehingga bisa di katakan dapat

memenuhi berbagai kebutuhan dalam menunjang proses pembelajaran

pada khususnya dan pencapaian tujuan pembelajaran pada umumnya

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel V. Sarana dan prasarana SLB Negeri Barabai

No. Jenis Ruangan Jumlah Kondisi


1. Ruang Belajar 15 Baik
2. Ruang Kantor 3 Baik
3. Ruang Bina Diri 1 Baik
Ruang Bina Persepsi
4. 1 Baik
Bunyi dan Irama
Ruang Orientasi dan
5. 1 Baik
Mobilisasi
6. Perpustakaan 1 Baik
7. Dapur 1 Baik
8. Toilet 7 Baik
9. Komputer 10 Tidak Baik
61

B. Penyajian Data

Sebagaimana yang penulis kemukakan bahwa masalah yang akan

dibicarakan pada skripsi ini adalah tentang pembelajaran membaca pada

siswa Tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai.

Data yang disajikan pada bagian ini adalah hasil dari penelitian yang

dilakukan dilapangan yang dilakukan dengan beberapa teknik pengumpulan

data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Data tersebut disajikan

dengan bentuk deskriptif atau uraian. Penyajian data ini disusun sesuai

dengan urutan rumusan masalah yang dibuat, agar mempermudah penyajian

dan penganalisaan data. Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi dilapangan maka hasil data yang dapat penulis sajikan adalah

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Pada Siswa Tunagrahita Kelas III

Di SLB Negeri Barabai

Dari hasil observasi dan wawancara dengan Ibu Risda Hardianti,

S.Pd sebagai guru kelas III sekaligus guru yang mengajarkan

pembelajaran membaca. Adapun cara yang dilakukan oleh guru tersebut

dalam menerapkan pembelajaran membaca pada siswa adalah sebagai

berikut:

a. Tahap Perencanaan

Untuk mengetahui tentang siap tidaknya guru di SLB Negeri

Barabai dalam mengajar, seorang guru sebelum mengajar harus

mempunyai rencana yang matang. Berdasarkan hasil wawancara, guru


62

sudah siap dalam hal ini. Hal yang dapat diketahui bahwa mereka

sebelum mengajar sudah mempersiapkan dahulu hal-hal yang

diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Sehubungan dengan hal itu

ada beberapa indikator yang digunakan dalam membuat ketentuan ada

tidaknya perencanaan pembelajaran yaitu:

1) Menyusun Program Pembelajaran

Dari penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan

teknik wawancara, observasi, dan dokumenter, maka dapat

diketahui bahwa guru yang mengajar pembelajaran membaca di

SLB Negeri Barabai dalam mengajar selalu membuat program

pengajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP) dan

silabus.

Dari hasil wawancara maka dapat diketahui bahwa guru

tersebut, dalam menyusun program pengajaran menyesuaian

dengan tujuan, baik itu tujuan umum, maupun tujuan

pembelajaran khusus. Buku yang digunakan juga tergolong buku

yang relevan dikarenakan buku tersebut didapat dari Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan walaupun dalam bentuk e-book.

Namun untuk pembelajaran Ibu Risda Hardianti, S.Pd lebih

menyesuaikan dengan situasi dan kondisi siswa.

2) Materi pembelajaran yang disampaikan

Materi yang disampaikan jelas, banyak siswa yang paham

apa yang telah disampaikan oleh guru tersebut. Selain itu guru
63

juga selalu berusaha menguasai bahan pengajaran yang akan

diberikan kepada siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan

mempersiapkan bahan pelajaran sebelum memulai pembelajaran.

Materi yang diajarkan pada pembelajaran membaca pada

siswa tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai yaitu terkait

dengan nama teman sebangku dan dirinya sendiri, binatang,

angka, dan benda-benda sekitar.

3) Metode pembelajaran yang digunakan

Penggunaan metode dalam pelaksanaan pembelajaran

adalah sebagai upaya mengoptimalkan hasil pembelajaran. Guru

dalam pembelajaran membaca pada siswa tunagrahita kelas III di

SLB Negeri Barabai, menerapkan pendekatan dan metode yang

sesuai dengan materi yang disampaikan serta kondisi siswa.

Metode yang digunakan guru untuk mengajarkan

pembelajaran membaca pada siswa tunagrahita kelas III di SLB

Negeri Barabai yaitu metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi.

Berdasarkan hasil obervasi dengan Ibu Risda Hardianti,

S.Pd yang penulis lakukan di lapangan, guru selalu menggunakan

metode tersebut dalam menyampaikan pembelajaran membaca

dan respon siswa pun terlihat senang selama pembelajaran

berlangsung, serta tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan

baik.
64

b. Tahap Pelaksanaan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Risda Hardianti,

S.Pd selaku guru kelas sekaligus yang mengajarkan pembelajaran

membaca pada siswa tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai

beliau mengatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut

sudah sesuai dengan pedoman pembelajaran dan kurikulum yang

berlaku. Pembelajaran membaca dilaksanakan setiap hari dengan

alokasi waktu yang tidak pasti karena tergantung pada kondisi.

siswa. Berikut adalah kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan

kegiatan penutup yang disampaikan oleh guru dalam mengajarkan

pembelajaran membaca, yaitu:

1) Kegiatan Pendahuluan

Dalam mengisi kegiatan pendahuluan memulai dengan

mengucapkan salam dan mengkondisikan siswa untuk

menengadahkan tangannya untuk berdoa, kemudian membaca

surah Al-Fatihah dan doa sebelum belajar bersama-sama yang

bunyinya sebagai berikut:

‫الرِجْي ِم‬ ِ َ‫اَعْذُ بِاهللِ َِمن الشَّيط‬


َّ ‫ان‬ ْ َ ُْ

‫ك يَ ِْْم‬
ِ ِ‫الرِحي ِم () َمال‬
َ ْ َّ ‫الر ْْحَ ِن‬
َّ )( ‫ْي‬ ِ ِّ ‫اْلم ُد هللِ ر‬
َ ْ ‫ب الْ َعلَم‬َ
ِ ‫الر ْْح ِن‬
ْ َْ )( ‫الرحْي ِم‬
ِ ِ ِ
َ َ َّ ‫ب ْسم اهلل‬

ِ ِ ِ ِّ ‫ْي () اِ ْه ِدنَا‬
َ ‫الصَرا َط الْ ُم ْستَقْي َم () صَرا َط الَّذيْ َن أَنْ َع ْم‬
‫ت‬ ِ َ َّ‫اك نَعب ُدوإِي‬
ُ ْ ‫اك نَ ْستَع‬ ِ
َ ُ ْ َ َّ‫الدِّيْ ِن () إي‬

)( ‫ْي‬ ِ ْ‫ض‬
َ ْ ِّ‫ب َعلَْي ِه ْم َوَال الضَّا ل‬ ِ ِ
ْ ُ ‫َعلَْيه ْم َغ ْْي الْ َم ْغ‬
65

Kemudian dilanjutkan dengan membaca doa sebelum

belajar, yaitu sebagai berikut:

‫الرِحْي ِم‬ َّ ِ‫بِ ْس ِم اهلل‬


َ ‫الر ْْحَ ِن‬

ِ ِ ِّ ‫ت بِا هللِ ربا وبِا ِْال ْس َالِم ِديْن وِِبُ َح َّم ود نَبِيَا ور ُس ْْالَ ر‬
‫ِن ِع ْل ًما َوْرُزقْ ِ ِْن فَ ْه ًما‬ ِ
ْ ‫ب زْد‬ َ ََ ََ َ َ ُ ‫َرض‬

2) Tahap Penyampaian Materi

Dalam penyampaian bahan atau materi pelajaran siswa

dibawa secara langsung dengan cara melibatkan diri mereka ke

dalam pembelajaran membaca tersebut secara utuh. Siswa

diajak mengingat kegiatan yang menyenangkan baginya lalu

guru mengambil tema materi pembelajaran membaca yang

terkait dengan kegiatan siswa tersebut. Guru selain

menggunakan metode ceramah juga menggunakan beberapa

permainan yang digunakan untuk membuat siswa lebih tertarik

untuk belajar membaca.

Pembelajaran membaca dilakukan dengan sangat

menekankan ketertarikan siswa pada suatu objek sehingga

dengan begitu siswa merasa tidak asing dengan kata yang akan

diajarkan. Penting bagi pembelajaran membaca ini

menggunakan objek yang berada disekitar siswa dan setiap

harinya hanya bisa diajarkan satu atau dua kata objek karena

siswa tunagrahita akan sangat kesusahan jika harus mengingat

lebih dari itu.


66

3) Kegiatan Penutup

Tahap kegiatan penutup, guru bersama siswa

menyimpulkan materi pelajaran yang sudah dipelajari. Tidak

lupa, guru juga memberikan nasihat atau pesan agar mereka

mengulang kembali pelajaran di rumah dengan belajar yang

rajin dan meminta siswa untuk membaca materi yang akan

selanjutnya dipelajari di rumah dengan pendampingan orang tua.

Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan membaca do’a,

sebagai berikut:

‫الرِحْي ِم‬ َّ ِ‫بِ ْس ِم اهلل‬


َ ‫الر ْْحَ ِن‬

ْ ‫اص ْْا بِا‬ ِ ِ َّ ‫اال نْسا َن لَِفى خس ور () اِالَّ الَّ ِذين اََمنُْا وع ِملُْا‬
ِ ِ ِ ‫والْع‬
‫اْلَ ِّق َوتَ َْا‬ َ َْ َ‫الصل َحت َوت‬ ْ َ َ ْ َ َْ ُْ َ ْ ‫صر () ا َّن‬
َْ َ

ّ ‫ص ْْا بِا‬
)(‫الص ِْْب‬ َ

c. Evaluasi

Bersadarkan hasil wawancara dan observasi dapat diketahui

bahwa guru melakukan evaluasi menggunakan tes tertulis dan tes

lisan. Ibu Risda Hardianti, S.Pd mengatakan bahwa tes tulis biasanya

dilakukan diakhir semester saja sedangkan untuk evaluasi tiap

pertemuan lebih menekankan ke penilaian proses dengan

menggunakan instrumen penilaian observasi yang mengacu pada

kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.


67

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Membaca Pada Siswa

Tunagrahita di SLB Negeri Barabai

a. Guru

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 13 Agustus 2020,

latar belakang pendidikan guru sebagai responden yaitu Risda

hardianti, S.Pd, beliau adalah Sarjana Strata I, Jurusan Pendidikan

Luar Biasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lambung Mangkurat.

Faktor pengalaman juga memiliki pengaruh yang cukup besar

ketika mengajar terutama pada saat menghadapi siswa yang sulit

untuk dididik. Pengalaman juga sangat menentukan dalam hal

penyampaian materi, penggunaan strategi dan dalam hal pelaksanaan

pembelajaran. Adapun pengalaman mengajar Ibu Risda hardianti

yaitu beliau sudah mengajar kurang lebih 5 tahun terhitung dari

tahun 2015 hingga sekarang, pengalaman mengajar beliau bisa

dikatakan sudah cukup berpengalaman dalam mengajar dan

memahami kondisi siswa.

b. Siswa

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, serta observasi di

lapangan, maka dapat diketahui bahwa siswa terlihat sangat baik

dalam merespon pembelajaran yang telah disampaikan, siswa

memang tidak selalu aktif dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran

membaca karena siswa tungrahita di kelas III ini sangat berbeda-


68

beda kepribadiannya. Namun Ibu Risda Hardianti selalu bisa

mencari cara agar siswa bisa mendapatkan pemahaman yang setara

dengan perlakuan yang disesuaikan pada tiap kepribadian siswa yang

berada dikelasnya.

c. Alokasi Waktu

Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan seorang guru

harus memperhatikan waktu yang tersedia, karena melalui

menejemen waktu yang baik maka pembelajaran dapat dicapai

dengan baik pula.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan

dengan responden bahwa untuk waktu belajar membaca disesuaikan

dengan kondisi siswa, jika dirasa sudah cukup untuk kebutuhan

siswa maka pembelajaran akan dilonggarkan dan membiarkan

mereka untuk bermain sebentar lalu jika guru merasa memungkinkan

untuk dilanjutkan maka pembelajaran kembali dilakukan mengingat

mereka yang akan terlihat sangat kelelahan jika diberikan waktu

pembelajaran yang lama.

d. Faktor Sarana dan Prasarana

Dari hasil dokumentasi telah diperoleh data bahwa sarana dan

prasarana di sekolah ini sudah cukup mendukung, seperti adanya

ruang kepala sekolah, sekolah/kantor, ruang guru/kantor, ruang bina

diri, ruang bina persepsi bunyi dan irama, ruang belajar/kelas, ruang

perpustakaan, ruang orientasi mobilisasi, mushola, ruang UKS,


69

Kantin, WC Guru, peralatan olah raga, ruang komputer, rak sepatu,

peralatan kebersihan, kursi, meja, papan tulis, halaman yang cukup

luas, tempat parkir dan lain-lain. Hal tersebut bermanfaat dalam

menunjang proses belajar siswa.

C. Analisis Data

Setelah semua data disajikan, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan analisis terhadap semua data tersebut yakni data tentang

pembelajaran membaca dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, sebagai

berikut.

1. Pembelajaran Membaca Pada Siswa Tunagrahita Kelas III Di SLB Negeri

Barabai

Secara umum dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran

membaca di SLB Negeri Barabai sudah dilaksanakan dengan baik yang

mana sesuai dengan prosedur dan tahapan langkah-langkah pembelajaran

yang telah ditetapkan. Hal ini dilihat dari dibuatnya perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Walaupun tidak dapat dihindari

adanya beberapa hal dan kendala yang dihadapi karena melaksanakan

pembelajaran kepada siswa tunagrahita memang tidaklah mudah tetapi

harus diperhatikan dan dipertimbangkan guru dalam melaksanakan

pembelajaran agar selanjutnya dapat mencapai hasil yang lebih optimal.

Lebih jelasnya, penulis akan menganalisis data berdasarkan permasalahan

yang disajikan.
70

a. Perencanaan

Perlu adanya sebuah perencanaan sebelum memulai

pembelajaran. Berdasarkan penyajian data, sebelum melaksanakan

pembelajaran guru telah membuat perencanaan pembelajaran berupa

silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perencanaan

sangat penting sebab dengan perencanaan yang matang pembelajaran

menjadi lebih terarah dan akan mewujudkan tercapainya sasaran

tujuan yang diinginkan, perencanaan pembelajaran digunakan untuk

mempersiapkan segala sesuatu yang berkenaan dengan kegiatan

belajar mengajar supaya dapat berjalan efektif dan efisien.

Berdasarkan penyajian data, dapat dikatakan bahwa cara guru

dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sudah cukup efektif dan

efisien. Dikatakan efektif karena materi yang disampaikan oleh guru

sudah cukup dipahami oleh siswa karena berdasarkan pada

pengalaman dan dikatakan efisien karena proses penyampaian materi

menggunakan metode yang tepat dan sudah disesuaikan dengan situasi

dan kondisi siswa pada saat mengikuti pembelajaran.

Perencanaan yang dimiliki oleh guru sudah cukup matang,

dapat dilihat dari cara guru yang menjabarkan KI dan KD ke dalam

indikator sebelum akan melakukan kegiatan pembelajaran, memilih

materi pelajaran yang akan digunakan, akan tetapi materi tersebut

memang tidak sepenuhnya mengikuti buku yang disediakan untuk

sekolah karena mengingat kondisi siswa yang terkadang lebih tertarik


71

dengan materi yang ada disekitarnya. Selain itu, guru juga mencari

media apa yang cocok dan sesuai dengan materi yang akan dipelajari

dan membuat media pembelajaran untuk digunakan ketika proses

pembelajaran berlangsung.

Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang

dibuat oleh guru sudah termasuk kualifikasi yang cukup baik.

Berdasarkan silabus yang penulis amati, silabus yang dibuat oleh guru

sudah sesuai dengan yang ada di teori yang menyebutkan bahwa ada

sepuluh komponen silabus yaitu identitas sekolah, identitas mata

pelajaran, KI, KD, materi, indikator pencapaian kompetensi, kegiatan

pembelajaran, alokasi waktu, penilaian, dan sumber belajar.

Langkah-langkah pembelajaran yang sudah direncanakan

dalam RPP ini dapat dikatakan terlaksana dengan baik walaupun ada

sebagian kecil langkah-langkah tersebut yang tidak dilaksanakan

sesuai dengan RPP dan silabus seperti pada saat guru mengajar lupa

menyampaikan tujuan pembelajaran. Menyampaikan tujuan

pembelajaran ke siswa merupakan hal penting yang harus dilakukan

oleh seorang guru sebelum memulai kegiatan pembelajaran, siswa

akan mudah memahami pembelajaran jika siswa mengetahui tujuan

pembelajaran yang akan dicapai.

Silabus dan RPP yang dibuat oleh guru bisa dikatakan sudah

memenuhi kualifikasi cukup baik, namun ada beberapa komponen

yang harus diperbaiki dan ditambahkan agar lebih bagus.


72

b. Pelaksanaan

Berdasarkan hasil observasi pembelajaran membaca pada

siswa tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai dan berpedoman

pada RPP dan silabus yang dibuat oleh guru, pembelajaran meliputi

tiga kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan

penutup.

1) Kegiatan Pendahuluan

Tahap kegiatan awal (pendahuluan), guru membuka

pelajaran dengan mengucap salam menggunakan nada yang

bersemangat, tujuannya adalah untuk menarik perhatian siswa dan

membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti pelajaran.

Setelah itu guru mengajak dan memposisikan siswa untuk mulai

berdoa.

Guru melakukan appersepsi terlebih dahulu ketika

mengajar untuk mengingatkan siswa kembali mengenai materi

yang diajarkan sebelumnya agar siswa menjadi termotivasi dan

melatih daya ingat siswa, selanjutnya guru juga mengucapkan

judul pembelajaran lalu menuliskannya di papan tulis. Kemudian

untuk menambah ketertarikan siswa guru juga menanyakan

kegiatan apa yang telah dilakukan siswa ketika di rumah, hal ini

dilakukan agar guru dapat mengkaitkan materi yang akan

diajarkan dengan pengalaman langsung oleh siswa agar

pemahaman siswa terhadap materi membaca akan lebih mudah.


73

2) Tahap Penyampaian Materi

Dalam penyampaian bahan atau materi pelajaran siswa

dibawa secara langsung dengan cara melibatkan diri mereka ke

dalam pembelajaran membaca tersebut secara utuh. Siswa

diajak mengingat kegiatan yang menyenangkan baginya lalu

guru mengambil tema materi pembelajaran membaca yang

terkait dengan kegiatan siswa tersebut. Guru selain

menggunakan metode ceramah juga menggunakan beberapa

permainan yang digunakan untuk membuat siswa lebih tertarik

untuk belajar membaca seperti kartu bergambar yang berisi

objek yang sedang dipelajari atau bahkan menunjukkan objek

tersebut secara langsung dalam pembelajaran membaca.

Pembelajaran membaca dilakukan dengan sangat

menekankan ketertarikan siswa pada suatu objek sehingga dengan

begitu siswa merasa tidak asing dengan kata yang akan diajarkan.

Penting bagi pembelajaran membaca ini menggunakan objek yang

berada disekitar siswa dan setiap harinya hanya bisa diajarkan

satu atau dua kata objek karena siswa tunagrahita akan sangat

kesusahan jika harus mengingat lebih dari itu.

3) Penutup

Guru memberikan penguatan dan motivasi berupa tepuk

tangan apabila ada siswa yang bisa dengan sedikit pendampingan

membaca kata yang telah diajarkan dalam kegiatan pembelajaran.


74

Tahap kegiatan penutup, guru memberikan nasihat atau

pesan agar mereka mengulang kembali pelajaran di rumah dengan

belajar yang rajin dan meminta siswa untuk membaca materi yang

akan selanjutnya dipelajari. Guru menutup kegiatan pembelajaran

dengan membaca do’a,

Berdasarkan data pada hasil penelitian, pembelajaran

membaca yang dilakukan oleh guru tersebut sudah sesuai dengan

teori yang menyebutkan bahwa dalam pembelajaran ada tiga

kegiatan yang dilakukan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan

kegiatan penutup. Menurut data yang diperoleh secara

keseluruhan, pembelajaran membaca sudah terlaksana dengan

baik.

c. Evaluasi

Guru dituntut terampil dalam mengajar dan guru juga dituntut

terampil dalam melakukan evaluasi atau penilaian terhadap

keberhasilan pengajaran. Evaluasi yang di inginkan adalah memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan latihan sesuai dengan

materi yang disampaikan. Hasil wawancara dan observasi, guru

sudah melaksanakan kegiatan evaluasi di dalam kelas berupa tes

tertulis dan tes lisan.

Bersadarkan hasil wawancara dan observasi dapat diketahui

bahwa guru melakukan evaluasi menggunakan tes tertulis dan tes

lisan. Ibu Risda Hardianti, S.Pd mengatakan bahwa tes tulis biasanya
75

dilakukan diakhir semester saja sedangkan untuk evaluasi tiap

pertemuan lebih menekankan ke penilaian proses dengan

menggunakan instrumen penilaian observasi yang mengacu pada

kompetensi dasar, indikator pembelajaran, dan pemahaman siswa.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Membaca Pada Siswa

Tunagrahita di SLB Negeri Barabai

a. Guru

Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 13 Agustus 2020,

latar belakang pendidikan guru sebagai responden yaitu Risda

hardianti, S.Pd, beliau adalah Sarjana Strata I, Jurusan Pendidikan

Luar Biasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lambung Mangkurat.

Faktor pengalaman juga memiliki pengaruh yang cukup besar

ketika mengajar terutama pada saat menghadapi siswa yang sulit

untuk dididik. Pengalaman juga sangat menentukan dalam hal

penyampaian materi, penggunaan strategi dan dalam hal pelaksanaan

pembelajaran. Adapun pengalaman mengajar Ibu Risda hardianti

yaitu beliau sudah mengajar kurang lebih 5 tahun terhitung dari

tahun 2015 hingga sekarang, pengalaman mengajar beliau bisa

dikatakan sudah cukup berpengalaman dalam mengajar dan

memahami kondisi siswa.


76

b. Siswa

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, serta observasi di

lapangan, maka dapat diketahui bahwa siswa terlihat sangat baik

dalam merespon pembelajaran yang telah disampaikan karena

metode membaca permulaan yang diterapkan oleh Ibu Risda

Hardianti berupa metode pengalaman bahasa sehingga siswa

tunagrahita di kelas III ini sangat terbantu dengan pembelajaran yang

berkaitan dengan pengalaman mereka sendiri, siswa memang tidak

selalu aktif dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran membaca

karena siswa tungrahita di kelas III ini sangat berbeda-beda

kepribadian dan kemampuan kognitifnya sehingga kesulitan belajar

yang mereka alami juga berbeda-beda. Namun Ibu Risda Hardianti

selalu bisa mencari cara agar siswa bisa mendapatkan pemahaman

yang setara dengan perlakuan yang disesuaikan pada tiap

kepribadian siswa yang berada dikelasnya.

c. Alokasi Waktu

Sebelum proses pembelajaran dilaksanakan seorang guru

harus memperhatikan waktu yang tersedia, karena melalui

menejemen waktu yang baik maka pembelajaran dapat dicapai

dengan baik pula.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan

dengan responden bahwa untuk waktu belajar membaca disesuaikan

dengan kondisi siswa, jika dirasa sudah cukup untuk kebutuhan


77

siswa maka pembelajaran akan dilonggarkan dan membiarkan

mereka untuk bermain sebentar lalu jika guru merasa memungkinkan

untuk dilanjutkan maka pembelajaran kembali dilakukan mengingat

mereka yang akan terlihat sangat kelelahan jika diberikan waktu

pembelajaran yang lama.

d. Faktor Sarana dan Prasarana

Dari hasil dokumentasi telah diperoleh data bahwa sarana dan

prasarana di sekolah ini sudah cukup mendukung, seperti adanya ruang

kepala sekolah, sekolah/kantor, ruang guru/kantor, ruang bina diri,

ruang bina persepsi bunyi dan irama, ruang belajar/kelas, ruang

perpustakaan, ruang orientasi mobilisasi, mushola, ruang UKS, Kantin,

WC Guru, peralatan olah raga, ruang komputer, rak sepatu, peralatan

kebersihan, kursi, meja, papan tulis, halaman yang cukup luas, tempat

parkir dan lain-lain. Hal tersebut bermanfaat dalam menunjang proses

belajar siswa.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarakan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap

pembelajaran membaca pada siswa tunagrahita kelas III di SLB Negeri

Barabai, yang sudah dipaparkan pada penyajian data dan analisis data, maka

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca pada siswa tunagrahita

kelas III di SLB Negeri Barabai sudah terlaksana dengan baik yang mana

sesuai dengan tahapan langkah-langkah pembelajaran yang telah ditetapkan.

Adapun faktor yang mempengaruhi pembelajaran membaca pada siswa

tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai adalah guru yang telah

dikatagorikan berpengalaman, pengalaman mengajar beliau kurang lebih 5

tahun terhitung dari tahun 2015 hingga sekarang. Ibu Risda Hardianti adalah

Sarjana Strata I, Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan guru serta

observasi di lapangan, maka dapat diketahui bahwa siswa terlihat sangat baik

dalam merespon pembelajaran yang telah disampaikan, siswa juga terlihat

tertarik dan mampu mengikuti kegiatan pembelajaran dengan alokasi waktu

yang diberikan sudah cukup maksimal dengan tetap tergantung pada kondisi

dan pemahaman siswa pada setiap kegiatan pembelajaran yang berlangsung

dengan sarana dan prasarana yang sudah cukup mendukung yang bermanfaat

dalam menunjang proses belajar siswa.

78
79

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kenyataan yang ada di lapangan,

maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi para pendidik terutama guru yang mengajar materi membaca, kepada

guru yang mengajar hendaknya terus belajar dan belajar serta berani untuk

mencoba sesuatu hal yang baru dalam meningkatkan proses belajar dan

mengajar. Hendaknya selalu meningkatkan profesionalisme kerja, dengan

mengembangkan kemampuan mengajar dan membekali diri dengan

penataran dan pelatihan, maupun melalui buku pedoman yang dapat

menunjang penguasaan pengelolaan pengajaran, serta kreatif dalam

memilih pendekatan, strategi, dan metode.

2. Kepada pihak sekolah agar meningkatkan kembali sarana dan prasarana

Sekolah, terutama buku paket yang jumlahnya bisa dicetak lebih banyak

sehingga siswa bisa mendapatkan buku paket untuk tiap orang guna

memudahkan siswa belajar di rumah dengan pendampingan orang tua.

Sehingga mampu lebih mendukung guru dan siswa dalam proses

pembelajaran dikemudian hari.

3. Kepada orang tua, agar terus berusaha memberikan pendampingan

sehingga terlaksana pembelajaran yang berkesinambungan hingga siswa

lebih cepat memahami segala materi yang telah diberikan. Kemudian

dengan pemahamannya dalam membaca bisa memungkinkan siswa

menjalin interaksi sosial yang lebih baik lagi dalam kehidupan sehari-hari.
80

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta:Rineka Cipta. 2012.

Alek dan H. Achmad. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:


Kencana. 2010.

Amin, Moh. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti


PDGT. 1995.

American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistica Manual of Mental


Disorders. VA: American Psychiatric Asssociation. 2013.

Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2002.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar.


Jakarta:Rineka Cipta. 2000.

Daulay, Putra Haidar. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta :


Rineka Cipta. 2009.

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2010.

Hamalik, Oemar. Perencanaan pengajaran berdasarkan pendekatan sistem.


Jakarta: PT Bumi Aksara. 2005.

Mumpuniarti. Pembelajaran Akademik Bagi Tunagrahita. Yogyakarta: FIP UNY.


2007.

Rachmayana, D. 2013. Diantara Pendidikan Luar Biasa Menuju anak masa


depan yang inklusif. Jakarta: PT. Luxima Metro Media. 2013.

Ritawati. Bahan Ajar Pendidikan Bahasa Indonesia Di Kelas-kelas Rendah.


Padang: IKIP. 1996.

S, Margono. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2005


81

Suryabrata, Sumadi. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.

Sutikno, M. Sobry. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:Prospect. 2009.

Usman, Husaini. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. cet ke-3.
2001.

Wulandari, Alkis, “Penggunaan game petualangan balada di Bumi dalam


pembeljaran IPA untuk meningkatkan prestasi belajar IPA pada anak
tunagrahita ringan kelas IV di SLBN Cangakan Filial Karang Pandan”,
Skripsi; Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2010.
82

LAMPIRAN I

DAFTAR TERJEMAH

NO HAL BAB TERJEMAH

1 2 I Artinya:“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang


Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara
kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”.
Al-Alaq : 1-5
83

LAMPIRAN II

PEDOMAN PENGUMPULAN DATA

PEDOMAN WAWANCARA
A. Wawancara dengan guru wali Kelas III
Pertanyaan kepada guru wali Kelas III di SLB Negeri Barabai.
Nama :
Tempat/tanggal lahir :
Umur :
Pendidikan terakhir :
Latar belakang pendidikan :
Alamat :
1. Sudah berapa lama bapak/ibu menggajar disekolahan ini?
2. Berapa standar KKM yang harus dicapai oleh siswa?
3. Sejauh ini, apa hambatan yang bapak/ ibu alami dalam menggajar?
Bagaimana cara mengatasinya?
4. Pernahkah siswa mengutarkan keluhan saat proses pembelajaran? Jika
iya, seperti apa?
5. Apakah siswa nampak cukup aktif dalam mengikuti kegiatan proses
pembelajaran?
No. Aspek Yang Dinilai Dilakukan Tidak Keterangan
Dilakukan
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat silabus
b. Membuat RPP
2. Tahap Pelaksanaan
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Menyiapkan siswa
secara psikis dan fisik
2) Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
yang mengaitkan
pengetahuan
3) Menjelaskan tujuan
pembelajaran
4) Menyampaikan
84

cakupan materi dan


penjelasan uraian
kegiatan
b. Kegiatan Inti
1) Menyampaikan tujuan
dan materi
pembelajaran
2) Menggunakan metode
yang efektif dan efisien
3) Menggunakan media
4) Menggunakan strategi
pembelajaran
5) Menggunakan sumber
belajar yang relevan
c. Kegiatan penutup
1) Meminta siswa
membuat simpulan dari
materi yang telah
diajarkan
2) Melakukan refleksi
terhadap kegiatan
pembelajaran yang
telah dilakukan
3) Memberikan umpan
balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran
4) Merencanakan kegiatan
tindak lanjut
3. Tahap Evaluasi
a. Test
b. Non test
85

PEDOMAN OBSERVASI

1. Sejarah singkat SLB Negeri Barabai.

2. Keadaan SLB Negeri Barabai.

3. Keadaan guru SLB Negeri Barabai.

4. Keadaan peserta didik di SLB Negeri Barabai.

5. Sarana dan prasarana yang ada di SLB Negeri Barabai.

6. Kegiatan pembelajaran membaca siswa tunagrahita kelas III di SLB Negeri

Barabai.

No. Aspek Yang Dinilai Dilakukan Tidak Keterangan


Dilakukan
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat silabus
b. Membuat RPP
2. Tahap Pelaksanaan
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Menyiapkan siswa
secara psikis dan fisik
2) Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
yang mengaitkan
pengetahuan
3) Menjelaskan tujuan
pembelajaran
4) Menyampaikan
cakupan materi dan
penjelasan uraian
kegiatan
b. Kegiatan Inti
1) Menyampaikan tujuan
dan materi
pembelajaran
2) Menggunakan metode
yang efektif dan efisien
3) Menggunakan media
4) Menggunakan strategi
pembelajaran
5) Menggunakan sumber
belajar yang relevan
86

c. Kegiatan penutup
1) Meminta siswa
membuat simpulan dari
materi yang telah
diajarkan
2) Melakukan refleksi
terhadap kegiatan
pembelajaran yang
telah dilakukan
3) Memberikan umpan
balik terhadap proses
dan hasil pembelajaran
4) Merencanakan kegiatan
tindak lanjut
3. Tahap Evaluasi
a. Test
b. Non test

PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Sejarah singkat SLB Negeri Barabai.

2. Kegiatan pembelajaran membaca siswa tunagrahita kelas III di SLB Negeri

Barabai.

3. Keadaan SLB Negeri Barabai.

4. Sarana dan prasarana yang ada di SLB Negeri Barabai.

5. RPP dan Silabus yang digunakan dalam pembelajaran membaca pada siswa

tunagrahita kelas III di SLB Negeri Barabai.


87

LAMPIRAN III

BUKTI SEMINAR PROPOSAL


88

LAMPIRAN IV

SURAT PENUNJUKAN PEMBIMBING


89
90

LAMPIRAN V

CATATAN SEMINAR PROPOSAL SKRIPSI


91

LAMPIRAN VI

BUKTI PERUBAHAN JUDUL


92

LAMPIRAN VII

SURAT IZIN PENELITIAN


93
94
95
96
97

LAMPIRAN VIII

DOKUMENTASI FOTO
98

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Sella Ayu Balita


2. Tempat dan Tanggal Lahir : Baru, 07 Juli 1998
3. Agama : Islam
4. Kebangsaan : Indonesia
5. Status Perkawinan : Belum Kawin
6. Alamat : Jl. H. M. Taher RT 03 RW II No. 07
7. Pendidikan :
a. SDN Baru
b. MTsN 5 Barabai
c. SMAN 1 Barabai
8. Pengalaman Organisasi : Tidak ada
9. Orang Tua :
Ayah :
Nama : Hari Budianto
Pekerjaan : Petani
Alamat : Desa Baru, RT 03 RW II No. 07 Kab. HST
Ibu :
Nama : Jumiati
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Baru, RT 03 RW II No. 07 Kab. HST
10. Saudara : Fery Deden Maulana

Banjarmasin, Desember 2020


Penulis,

Sella Ayu Balita

Anda mungkin juga menyukai