Bagaimana hubungan mekanisme imunitas dengan pemberian obat dalam
penanganan penyakit ?
Jawaban :
Tubuh dalam melindungi diri dari serangan mikroorganisme pathogen
terutama virus dengan cara mengembangkan sistem pertahanan tubuh. Sistem pertahanan tubuh dapat diaktifkan dengan memberikan suatu senyawa yang dapat digunakan untuk meningkatkan respon immun yang disebut immunomodulator.
Immunomodulator adalah senyawa yang dapat meningkatkan mekanisme
pertahanan tubuh baih secara spesifik maupun non spesifik dan dapat pula berfungsi baik sebagai imunosupresan maupun imunostimulan. Imunostimulan atau imunostimulator adalah substansi (obat atau nutrien) yang dapat meningkatkan kemampuan sistem imun untuk melawan infeksi dan penyakit, dengan meningkatkan aktivitas komponen sistem imun. Berbagai penyakit kulit misalnya infeksi virus dan non-virus, dan tumor kulit dapat diterapi dengan imunostimulan. Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk menekan respon imun seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi penyakit autoimun dan mencegah hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan sebagai antikanker. Immunomodulator dapat mengaktifkan respon immun yang non spesifik yaitu makrofag, sel NK, Interferon dan Interleukin 6 (IL-6), dan respon immune yang spesifik yaitu limfosit T, limfosit B dan Interleukin 2 (IL-2). Yang terutama terjadi adalah induksi non spesifik baik mekanisme pertahanan selluler maupun humoral. Pertahanan non spesifik terhadap antigen disebut paramunitas. Induktor semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja antigennya, malahan sebagaian bekerja sebagai mitogen yaitu menaikkan prolifirasi sel yang berperan pada immunitas. Sel tujuan adalah makrofag, granulosit, limfosit Tdan B, karena induktor paraimunitas ini terutama menstimulasi mekanisme pertahanan selluler. Mitogen ini dapat bekerja langsung maupun tidak langsung (misalnya melalui sistem komplemen atau limfosit, melalui produksi interferon atau enzim lisosomal) untuk meningkatkan fagositosis mikro dan makro. Mekanisme pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling berpengaruh. Dalam hal ini pengaruh pada beberapa sistem pertahanan mungkin terjadi, hingga mempersulit penggunaan imunomodulator, dalam praktek.
Beberapa bahan yang sering digunakan sebagai immunomodulator adalah
levamisol, isoprinosin, muramil dipeptida (MDP), hidroksiklorokin, arginin, antioksidan, mikroorganisme, polinukleotida, limfokin dan beberapa agen farmakologik. Bahan nabati atau yang lebih dikenal dengan herbal dapat digunakan sebagai immunomodulator adalah temuputih, ketepeng cina, lidah buaya, buah merah,mahkota dewa .
Ref :
1. Arjana Gde A.A.. 2016. “Peran Immunomodulator dalam
Mengaktifkan Respon Imun Terhadap Infeksi Virus”. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
2. Patil US, Jaydeokar AV, Bandawane DD. Immunomodulators: a
pharmacological review. Int J Pharm Sci. 2012;4:30-6.