Anda di halaman 1dari 2

4.

Bagaimana hubungan mekanisme imunitas dengan pemberian obat dalam


penanganan penyakit ?

Jawaban :

Tubuh dalam melindungi diri dari serangan mikroorganisme pathogen


terutama virus dengan cara mengembangkan sistem pertahanan tubuh. Sistem
pertahanan tubuh dapat diaktifkan dengan memberikan suatu senyawa yang dapat
digunakan untuk meningkatkan respon immun yang disebut immunomodulator.

Immunomodulator adalah senyawa yang dapat meningkatkan mekanisme


pertahanan tubuh baih secara spesifik maupun non spesifik dan dapat pula
berfungsi baik sebagai imunosupresan maupun imunostimulan. Imunostimulan
atau imunostimulator adalah substansi (obat atau nutrien) yang dapat
meningkatkan kemampuan sistem imun untuk melawan infeksi dan penyakit,
dengan meningkatkan aktivitas komponen sistem imun. Berbagai penyakit kulit
misalnya infeksi virus dan non-virus, dan tumor kulit dapat diterapi dengan
imunostimulan. Imunosupresan adalah kelompok obat yang digunakan untuk
menekan respon imun seperti pencegah penolakan transpalansi, mengatasi
penyakit autoimun dan mencegah hemolisis rhesus dan neonatus. Sebagain dari
kelompok ini bersifat sitotokis dan digunakan sebagai antikanker.
Immunomodulator dapat mengaktifkan respon immun yang non spesifik
yaitu makrofag, sel NK, Interferon dan Interleukin 6 (IL-6), dan respon immune
yang spesifik yaitu limfosit T, limfosit B dan Interleukin 2 (IL-2). Yang terutama
terjadi adalah induksi non spesifik baik mekanisme pertahanan selluler maupun
humoral. Pertahanan non spesifik terhadap antigen disebut paramunitas. Induktor
semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja antigennya, malahan
sebagaian bekerja sebagai mitogen yaitu menaikkan prolifirasi sel yang berperan
pada immunitas. Sel tujuan adalah makrofag, granulosit, limfosit Tdan B, karena
induktor paraimunitas ini terutama menstimulasi mekanisme pertahanan selluler.
Mitogen ini dapat bekerja langsung maupun tidak langsung (misalnya melalui
sistem komplemen atau limfosit, melalui produksi interferon atau enzim
lisosomal) untuk meningkatkan fagositosis mikro dan makro. Mekanisme
pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling berpengaruh. Dalam
hal ini pengaruh pada beberapa sistem pertahanan mungkin terjadi, hingga
mempersulit penggunaan imunomodulator, dalam praktek.

Beberapa bahan yang sering digunakan sebagai immunomodulator adalah


levamisol, isoprinosin, muramil dipeptida (MDP), hidroksiklorokin, arginin,
antioksidan, mikroorganisme, polinukleotida, limfokin dan beberapa agen
farmakologik. Bahan nabati atau yang lebih dikenal dengan herbal dapat
digunakan sebagai immunomodulator adalah temuputih, ketepeng cina, lidah
buaya, buah merah,mahkota dewa .

Ref :

1. Arjana Gde A.A.. 2016. “Peran Immunomodulator dalam


Mengaktifkan Respon Imun Terhadap Infeksi Virus”. Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

2. Patil US, Jaydeokar AV, Bandawane DD. Immunomodulators: a


pharmacological review. Int J Pharm Sci. 2012;4:30-6.

Anda mungkin juga menyukai