Anda di halaman 1dari 76

Kelalaian & Malpraktik

dalam Keperawatan

Oleh : Yuli Susilowati, S.Kep., M.H.

1
• Hukum keperawatan tidak dapat dipisahkan
dengan hukum kesehatan termasuk hukum
medis dan hukum rumah sakit
• Sebagai perawat profesional, perlu memahami
batas hukum yang mempengaruhi praktik.
• Penilaian dan pengambilan keputusan yang
baik akan memastikan bahwa klien anda
menerima pelayanan keperawatan yang sesuai
dan aman

2
Kelalaian = Negligence
• Adalah suatu sifat yang kurang hati-hati,
kurang waspada atau kelalaian tingkat dasar
(Triwibowo, 2012)
• Adalah kegagalan untuk bersikap hati-hati dan
kurang waspada yang seharusnya seseorang
yang wajar bisa melakukannya secara hati-hati.

3
Nursing Negligence
• Adalah perilaku perawat yang berada di
bawah standar profesi yang ditetapkan oleh
praktik keperawatan dan merugikan pasien
serta melanggar kewajibannya dalam
hubungannya perawat dan pasien sehingga
pasien menderita kerugian.

4
Terdapat 4 unsur kelalaian sebagai tolak
ukur di dalam hukum pidana, yaitu :

1. Bertentangan dengan hukum,


2. Akibatnya dapat dibayangkan,
3. Akibatnya dapat dihindarkan, dan
4. Perbuatan dapat dipersalahkan kepadanya

5
Nursing Negligence, contohnya :
• Perawat tidak melaksanakan tugas
keperawatan terhadap pasien
• Perawat gagal memenuhi standar
keperawatan standar dan melanggar
kewajibannya.
• Pasien dirugikan atau terluka.
• Kerugian disebabkan perilaku perawat
kewajiban.

6
Menurut Triwibowo (2012) yang mengakibatkan
tuntutan hukum bagi RS dan Perawat, yaitu :

1. Kesalahan medikasi mengakibatkan injury pada pasien


2. Kesalahan terapi intravena mengakibatkan infiltrasi
atau flebitis
3. Menyebabkan pasien jatuh dan cedera pada pasien
misalnya tidak memasang restrain.
4. Kegagalan menggunakan teknik aseptic ketika
diperlukan.
5. Tidak memonitor penuh kondisi pasien.

7
6. Luka bakar pasien yang disebabkan peralatan,
mandi, atau tumpahan cairan panas dan makanan.
7. Kesalahan dalam peralatan dan jarum pada kasus-
kasus bedah.
8. Tidak memberikan laporan atau memberikan
laporan yang tidak lengkap pada perawat
selanjutnya saat pergantian shift.
9. Tidak memberitahu provider kesehatan tentang
perubahan signifikan status pasien.

8
MALPRAKTIK
• Kejadian malpraktik di Indonesia menurut
Lewoleba dalam Triwibowo, 2010 menyatakan
bahwa data terhimpun dalam kasus
malpraktik yang melibatkan tenaga kesehatan
di Indonesia sampai tahun 2008 tercatat 387,
diantara jumlah tersebut yaitu 10% kejadian
telah diproses dalam pengadilan.

9
Definisi Malpraktik
• Malpraktik terdiri dari dua suku kata mal dan
praktik.
• Mal berasal dari kata Yunani yang berarti buruk.
• Praktik menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
berarti menjalankan perbuatan yang tersebut
dalam teori atau menjalankan pekerjaan atau
profesi.
• Malpraktik berarti menjalankan pekerjaan yang
buruk kualitasnya.
10
Berdasarkan Coughlin’s Law Dictionary
(Triwibowo, 2012)
• Malpraktik adalah sikap-tindak profesional yang
salah dari seseorang yang berprofesi, seperti dokter,
ahli hukum, akuntan, dokter gigi, dokter hewan dan
sebagainya.
• Malpraktik bisa diakibatkan karena sikap tindak
yang bersifat tidak peduli, kelalaian, atau kekurang-
ketrampilan atau kehati-hatian dalam pelaksanaan
kewajiban profesionalnya, tindakan salah yang
sengaja atau praktek yang bersifat tidak etis

11
Dalam kasus Valentin v. Society se Bienfaisance
de Los Angelos California 1956 (Triwibowo, 2012)

• Malpraktik adalah kelalaian dari seorang dokter


atau perawat untuk menerapkan tingkat
ketrampilan dan pengetahuannya didalam
memberikan pelayanan pengobatan dan
perawatan terhadap seorang pasien yang
lazimnya diterapkan dalam mengobati dan
merawat orang sakit atau terluka di lingkungan
wilayah yang sama
12
Menurut The Oxford Illustrated Dictionary

• Malpraktik yaitu sikap-tindak yang salah,


(hukum) pemberian pelayanan terhadap
pasien yang tidak benar oleh profesi medis,
tindakan yang ilegal untuk memperoleh
keuntungan sendiri sewaktu dalam posisi
kepercayaan

13
Simpulan “Malpraktik” adalah :
1. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak
boleh dilakukan;
2. Tidak melakukan apa yang seharusnya
dilakukan atau melalaikan kewajibannya
(negligence); dan
3. Melanggar suatu ketentuan menurut atau
berdasarkan peraturan perundang-undangan

14
NORMA
DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN

DISIPLIN

HUKUM POSITIF
ETIKA
KEPERAWATAN
ETIKA HUKUM
Peran Perawat/Bidan di RS:
1) INDEPENDENT/Mandiri
yakni untuk semua kegiatan yang termasuk
asuhan keperawatan/kebidanan
(Caring Activities).
Perawat/Bidan bertanggung jawab/gugat
PENUH terhadap kesalahan dari KEPUTUSAN
yang dibuat (responsible for the decision to
perform) dan terhadap PELAKSANAAN dari
keputusan tersebut (responsible for the execution)
2) DEPENDENT/Tergantung
yakni semua kegiatan yang termasuk dalam kategori
tindakan/aktifitas medis (medical activities) yang
didelegasikan kepadanya.
Pada dasarnya medical activities ini menjadi
tanggung jawab Dokter sepenuhnya. Namun untuk
penentuan tanggung jawabnya,harus dilihat Proses
PENDELEGASIAN nya.
SYARAT PENDELEGASIAN :
1. Untuk penentuan diagnosa/ terapi tidak boleh
didelegasikan.
2. Pemberi pendelegasian harus YAKIN akan kemampuan yang
didelegasikan.
3. Pendelegasian harus tertulis secara rinci dan jelas
4. Harus ada bimbingan teknis dari Pemberi Pendelegasian
5. Bila Penerima merasa YAKIN TIDAK MAMPU, maka ia wajib
menolak.
Terhadap kesalahan yang dilakukan oleh
Perawat/Bidan dapat beraspek tanggungjawab
:
1. Etika Profesi
2. Hukum, baik aspek Perdata, Pidana
maupun Administrasi
Fungsi Hukum dalam Praktik Keperawatan

1. Hukum memberikan kerangka utk menentukan tindakan


keperawatan mana yg sesuai dg hukum
2. Membedakan tanggung jawab perawat dengan tanggung
jawab profesi yang lain
3. Membantu menentukan batas2 kewenangan tindakan
keperawatan mandiri
4. Membantu dlm mempertahankan standar praktik
keperawatan dg meletakan posisi perawat memiliki
akuntabilitas di bawah hukum (Kozier,Erb)
Perlindungan Hukum untuk Perawat
• Untuk menjalankan praktiknya scr hukum perawat hrs di
lindungi dari tuntutan mal praktik dan kelalaian pada keadaan
darurat.
Contoh:
 UU di A.S yg bernama Good Samaritan Acts yg memberikan
perlindungan tenaga kesehatan dlm memberikan pertolongan pada
keadaan darurat.
 Di Kanada terdpt UU lalu lintas yg memperbolehkan setiap orang u/
menolong korban pada setiap situasi kecelakaan yg bernama Traffic
Acrt
 Di Indonesia UU Kesehatan No. 36 tahun 2009
Masalah Hukum dalam Praktik Keperawatan

1. Menandatangani pernyataan hukum


Perawat sering kali diminta menanda tangani atau
diminta untuk sebagai saksi. Dalam hal ini perawat
hendaknya tidak membuat pernyataan yang dapat
diinterpretasikan  menghilangkan pengaruh.
Dalam kaitan dengan kesaksian perawat
disarankan mengacu pada kebijakan dari atasan.
2.    Format persetujuan (consent)

• Perawat dalam proses persetujuan  ini


biasanya berperan sebagai saksi.
• Sebelum memberikan kesaksian, perawat
harus yakin bahwa pasien telah benar-benar
mendapat informasi dari dokter ahli bedah
atau perawat tentang tindakan yang akan
dilakukan beserta risikonya.
3.      Incident report
• Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pencatatan incident antara lain: tulis kejadian
sesuai apa adanya termasuk keadaan korban
saat ditemukan, sebutkan saksi yang anda
lakukan, tulis nama dan tanda tangan anda
dengan jelas dan sebutkan waktu kejadian
ditemukan.
4.      Pencatatan
• Pencatatan merupakan salah satu komponen yang penting
yang memberikan sumber kesaksian hukum.
• Setiap selesai melakukan suatu tindakan maka perawat harus
segera mencatat secara jelas tindakan yang akan dilakukan
dan respons pasien terhadap tindakan serta  mencantumkan
waktu tindakan diberikan dan tanda tangan yang memberikan
tindakan.
Prinsip-prinsip dokumentasi :
1. Catat secara obyektif: tulis apa yang anda lihat, dengar, bau
dan rasakan
2. Catat secara lengkap: untuk obat, catat apa, dimana,
bagaimana.
3. Harus akurat: bila membuat kesalahan, tulis kembali atau
silang dengan yang awal tetap ada.
4. Harus spesifik
5. Catat perkembangan dan perubahan pasien
6. Catat perilaku abnormal pasien
Prinsip-prinsip dokumentasi :
7. Tulis dengan cara yang dibenarkan hukum(misal:
menggunakan tinta hitam, bukan pensil)
8. Gunakan hanya singkatan-singkatan standar (sudah baku)
9. Hati-hati dalam menulis pernyataan
10. Catat tingkat pendidikan pasien
11. Catat waktu dan tanggal
12. Cantumkan tanda tangan
Yang tidak boleh dilakukan :
1. Memakai pensil
2. Tape ex atau menghapus jika terjadi ada kesalahan penulisan.
3. Catatan yang berkebalikan, derogasi, kritik atau pernyataan berlebihan
tentang seseorang
4. Tidak mencatumkan data seperti jumlah cairan, oksigen, kunjungan
dokter
5. Membuat perkiraan terhadap misalnya tanda vital dan output
6. Berdusta atau menyimpang dari seperti yang dicantumkan diatas
7. Minta tolong siapapun untuk membuat catatan
8. Membantu membuat catatan untuk orang lain.
5. Pengawasan penggunaan obat
• Di RS, obat-obat golongan narkotika disimpan
ditempat aman dan terkunci dan hanya orang-
orang yang berwewenang yang dapat
mengeluarkannya.
• Dalam penggunaan obat golongan narkotoka
ini, perawat harus selalu memperhatikan
prosedur dan pencatatan yang benar.
6. Abortus dan kehamilan diluar cara alami

• Abortus merupakan tindakan pemusnahan


yang melanggar hukum
• Praktik abortus dilarang di indonesia. Pasal
346 s/d 349 KUHP menyatakan: “barang siapa
melakukan sesuatu dengan sengaja yang
menyebabkan keguguran atau matinya
kandungan dapat dikenai penjara”.
Suatu tindakan disebut sebagai malpraktik
keperawatan jika penggugat dapat
menunjukkan :
1) Perawat (terdakwa) memiliki kewajiban terhadap
klien (penuntut)
2) Perawat tidak melakukan kewajiban tsb
3) Klien mengalami cedera dan
4) Kegagalan perawat dalam melaksanakan
kewajibannya menyebabkan cedera

32
Pembuktian Malpraktik atau Kelalaian
Keperawatan (Vestal.1995) :
1. Kewajiban (duty)
Pada saat terjadinya cedera terkait dengan kewajibannya yaitu
kewajiban mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk
menyembuhkan atau setidak – tidaknya meringankan beban
penderitaan pasiennya berdasarkan standar profesi.
Contoh :
Perawat rumah sakit bertanggung jawab untuk :
a. Pengkajian yang aktual bagi pasien yang ditugaskan untuk memberikan
asuhan keperawatan
b. Mengingat tanggung jawab asuhan keperawatan professional untuk
mengubah kondisi klien
c. Kompeten melaksanakan cara – cara yang aman untuk klien.

33
2. Breach of the duty (Tidak melasanakan kewajiban)
Pelanggaran terjadi sehubungan dengan
kewajibannya, artinya menyimpang dari apa yang
seharusnya dilakukan menurut standar profesinya.
Contoh :
a. Gagal mencatat dan melaporkan apa yang dikaji dari
pasien. Seperti tingkat kesadaran pada saat masuk
b. Kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan yang
ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.
c. Gagal melaksanakan dan mendokumentasikan cara – cara
pengamanan yang tepat ( pengaman tempat tidur,
restrain, dll )

34
3. Proximate caused (sebab-akibat)
Pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan atau terkait dengan
cedera yang dialami klien.
Contoh :
Cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan pelanggaran
terhadap kewajiban perawat terhadap pasien atau gagal menggunakan
cara pengaman yang tepat yang menyebabkan klien jatuh dan
mengakibatkan fraktur.

4. Injury (Cedera)
Sesorang mengalami cedera atau kerusakan yang dapat dituntut secara
hukum
Contoh :
fraktur panggul, nyeri, waktu rawat inap lama dan memerlukan
rehabilitasi.

35
• Bidang Pekerjaan Perawat Yang Berisiko
Melakukan Kesalahan yaitu tahap pengkajian
keperawatan (assessment errors),
perencanaan keperawatan (planning errors),
dan tindakan intervensi keperawatan
(intervention errors).

36
Malpraktik Hukum dibagi 3 kategori :
1. Criminal malpractice
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice
manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana,yaitu :
a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan
tercela.
b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan
(intensional) misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia
jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP),
melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP). Kecerobohan (reklessness)
misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent.
Atau kealpaan (negligence) misalnya kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau
meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan operasi.
Pertanggungjawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat
individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau
kepada badan yang memberikan sarana pelayanan jasa tempatnya bernaung.

37
2. Civil malpractice
Seorang tenaga jasa akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak
melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana
yang telah disepakati (ingkar janji).
Tindakan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain :
a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan.
b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat
melakukannya.
c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak
sempurna.
d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan.
Pertanggungjawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan
dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability. Dengan
prinsip ini maka badan yang menyediakan sarana jasa dapat bertanggung gugat
atas kesalahan yang dilakukan karyawannya selama orang tersebut dalam rangka
melaksanakan tugas kewajibannya.

38
3. Administrative malpractice
Tenaga jasa dikatakan telah melakukan administrative
malpractice manakala orang tersebut telah melanggar
hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam
melakukan police power, pemerintah mempunyai
kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang
kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga
perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kena,
Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban
tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar
maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat
dipersalahkan melanggar hukum administrasi.

39
• Kewajiban dasar perawat adalah bertanggung
jawab untuk memenuhi standar seperti kewajiban
dasar perawat lainnya dalam tempat yang sama
• Ketidaktahuan hukum atau standar pelayanan
bukan mrpk pembelaan terhadap malpraktik
• Cara terbaik untuk menyelesaikan masalah hukum
tertentu yang mempengaruhi praktik keperawatan
adalah dengan mengenali standar pelayanan,
kebijakan dan prosedur di tempat bekerja, serta
membaca literatur keperawatan terbaru yang ada
di dalam area praktik mereka
40
Malpraktik Pidana
No Perbuatan Melanggar Sanksi
1. Membuat Surat Palsu 263 KUHP Maks 5 th
2. Memalsukan bukti otentik 267 KUHP Maks 8 th
3. Perkosaan 285 KUHP Maks 8 th
4. Persetubuhan dg wanita bkan istri tdk 286 KUHP Maks 9 th
pingsan/berdaya
5. Pencabulan thd wanita di bwah umur tdk 290 KUHP Maks 7 th
berdaya
6. Menggugrkan kandungan seorg wanita 299 KUHP Maks 4 th
7. Membiarkan orang dalam kesengsaraan 304 KUHP Maks 2 th 8 bl
8. Membuka rahasia 322 KUHP Maks 9 th
9. Menyebabkan gugur/mati kandungan 347 (1) KUHP Maks 12 th
seseorang tanpa izin ybs
Malpraktik Pidana
No Perbuatan Melanggar Sanksi
10. Menyebabkan gugur/mati kandungan 347 (2) KUHP Maks 15 Th
seseorang tanpa izin ybs dan ybs mati
11 Dg sengaja menggugurkan kand sor wanit 348 (1) KUHP Maks 5 th 6 bln
dg persetujuan ybs
12 Dg sengaja menggugurkan kand sor wanit 348 (2) KUHP Maks 7 th
dg persetujuan ybs dan wanita tsb mati
13 Membantu melakukan kejahatan Psl 347, 349 KUHP + 1/3 dan
348 tsb Dicabut izin
14 Karena kelalaian menyebabkan mati orang 359 KUHP Maks 5 thn
lain
15 Karena kelalaian orang lain luka berat 360 (1) KUHP Maks 5
Malpraktik Pidana
No Perbuatan Melanggar Sanksi
16. Tidak memberi pertolongan pada orang 531 KUHP Kurungan 3 bl
yang dlm bahaya maut dan org tersebut
jadi mati
17. Tdk memberikan pertolongan pertama 191 (1) UU Maks 2 th
Kes
18. Melakukan aborsi tanpa indikasi 194 UU Kes Maks 10 th
19. Memperjualbelikan darah 195 UU Kes Maks 5 th
20. Dgn sengaja memproduksi atau 196 UU Kes Maks 10 th
menyediakan sediaan farmasi dan/ atau
alat kesehatan yg tdk memenuhi standar

21. Tdk memiliki keahlian dan kewenangan 198 UU Kes Denda Maks 100
melakukan praktik kefarmasian jt

22. Dengan sengaja menghalangi prog 200 UU Kes Maks 1 th + denda


pemberian ASI eksklusif 100 jt
Kualifikasi pidana
• DISENGAJA
– Psl 263, Psl 267, Psl 285, Psl 286, Psl 290, Psl 299,
Psl 304, Psl 322, Psl 347, Psl 348, Psl 349;
– Psl 531 KUHP
– Psl 191 – 198, Psl 200 UUKes
• KEALPAAN
– Psl 359,
– Psl 360,
– Psl 361
Belum tentu dipidana
ALASAN PEMBENAR (obyektif)
• Terpaksa
– Keadaan darurat (Pasal 48 KUHP), Psl 32 UU Kes, Psl 35 UU Kep
– Pembelaan terpaksa (Pasal 49 (1) KUHP)
• Melaksanakan peraturan perundang-undangan (Pasal 50) KUHP
• Perintah Jabatan (Pasal 51 (1) KUHP
ALASAN PEMAAF (subyektif)
• Tidak mampu bertanggung jawab karena jiwanya cacad (Psl 44) KUHP,
• Pembelaan terkapaksa yang melampaui batas (Psl 49 (2)
• Dengan itikad baik melaksanakan perintah jabatan yang tidak sah
(Pasal 51 (2)
SESEORANG DIPIDANA manakala
• Adanya kemampuan bertanggung jawab pada orang
yang melakukan tindak pidana, artinya keadaan jiwa
orang yang telah melakukan tindak pidana harus
normal.
• Adanya hubungan batin antara orang yang
melakukan tindak pidana dengan perbuatannya yang
dapat berupa kesengajaan (dolus) atau kealpaan
(culpa).
• Tidak adanya alasan penghapus kesalahan
(pembenar) atau (pemaaf).
Tentang kelalaian (Negligence)
• Kelalaian ringan/sepele. Tidak membawa kerugian --
 dibaikan (tidak melanggar hukum) berdasarkan
asas “De minimis noncurat lex” . Hukum tidak
mencampuri hal-hal yang bersifat sepele;
• Kelalaian berat (culpa lata):--- Malpraktik
1) Bertentangan dengan hukum;
2) Akibatnya dapat dibayangkan;
3) Akibatnya dapat dihindarkan;
4) Perbuatannya dapat dipersalahkan
KECEROBOHAN (Recklessness)
• Kecerobohan juga merupakan malpraktik:
– Tindakan yang tidak sesuai dengan starndar
profesi
– Melakukan tindakan keperawatan tanpa seizin
atau persetujuan pasien.
EUTHANASIA
TINDAKAN MENGAKHIRI HIDUP SEORANG INDIVIDU SECARA
TIDAK MENYAKITKAN, KETIKA TINDAKAN TERSEBUT DAPAT DIKATAKAN
SEBAGAI BANTUAN UNTUK MERINGANKAN PENDERITAAN INDIVIDU
YANG AKAN MENGAKHIRI HIDUPNYA

METODE EUTHANASIA

1. EUTHANASIA SUKARELA
2. EUTHANASIA NON SUKAREA
3. EUTHANASIA TIDAK SUKARELA
4. BANTUAN BUNUH DIRI
EUTHANASIA SUKARELA

EUTHANASIA YANG DILAKUKAN OLEH


INDIVIDU YANG SECARA SADAR
MENGINGINKAN KEMATIAN
EUTHANASIA NON SUKARELA
INI TERJADI KETIKA INDIVIDU TIDAK MAMPU
UNTUK MENYETUJUI KARENA FAKTOR UMUR,
KETIDAKMAMPUAN FISIK DAN MENTAL.

CONTOH: PENGHENTIAN BANTUAN MAKANAN


DAN MINUMAN UNTUK PASIEN YANG BERADA
DALAM KEADAAN VEGETATIF (KOMA)
EUTHANASIA TIDAK SUKARELA

INI TERJADI KETIKA PASIEN YANG SEDANG


SEKARAT DAPAT DITANYAKAN PERSETUJUAN,
NAMUN HAL INI TIDAK DILAKUKAN. KASUS
SERUPA DAPAT TERJADI KETIKA PERMINTAAN
UNTUK MELANJUTKAN PERAWATAN DITOLAK
BANTUAN BUNUH DIRI
SERING DIKLASIFIKASIKAN SEBAGAI SALAH SATU
BENTUK EUTHANASIA. HAL INI TERJADI KETIKA
SEORANG INDIVIDU DIBERIKAN INFORMASI DAN
WACANA UNTUK MEMBUNUH DIRINYA SENDIRI. PIHAK
KETIGA DAPAT DILIBATKAN, NAMUN TIDAK HARUS
HADIR DALAM AKSI BUNUH DIRI TERSEBUT. JIKA
DOKTER TERLIBAT DALAM PERISTIWA INI, BIASANYA
DISEBUT SEBAGAI “BUNUH DIRI ATAS PERTOLONGAN
DOKTER”
EUTHANASIA AKTIF
INI MENJABARKAN KASUS KETIKA SUATU
TINDAKAN DILAKUKAN DENGAN TUJUAN UNTUK
MENIMBULKAN KEMATIAN

CONTOH: MEMBERIKAN SUNTIK MATI


EUTHANASIA PASIF

INI MENJABARKAN KASUS KETIKA KEMATIAN


DIAKIBATKAN OLEH PENGHENTIAN TINDAKAN
MEDIS

CONTOH: PENGHENTIAN PEMBERIAN NUTRISI,


AIR, DAN VENTILATOR
ARGUMEN PRO EUTHANASIA
Berkonsentrasi untuk mempopulerkan euthanasia dan
bantuan bunuh diri. Mereka menekankan bahwa
pengambilan keputusan untuk euthanasia adalah
otonomi individu. Jika seseorang memiliki penyakit yang
tidak dapat disembuhkan atau berada dalam kesakitan
yang tak tertahankan, mereka harus diberikan
kehormatan untuk memilih cara dan waktu kematian
mereka dengan bantuan yang diperlukan. Mereka
mengklaim bahwa perbaikan teknologi kedokteran
merupakan cara untuk meningkatkan jumlah pasien yang
sekarat tetap hidup. Dalam beberapa kasus,
perpanjangan umur ini melawan kehendak mereka
ARGUMEN PRO EUTHANASIA
Peradaban manusia berada dalam periode ketika ide
tradisional seperti kesucian hidup telah dijungkir
balikkan oleh praktik kedokteran baru yang dapat
menjaga pasien tetap hidup dengan bantuan instrumen

Dalam kasus kerusakan otak permanen, ada kehilangan


sifat kemanusiaan pada pasien, seperti kesadaran,
komunikasi, menikmati hidup, dst. Mempertahankan
hidup pasien dianggap tidak berguna karena kehidupan
seperti itu adalah kehidupan tanpa kualitas moral
ARGUMEN PRO EUTHANASIA

Singer (utilitarian):
Tidak ada perbedaan moral antara membunuh
dan mengijinkan kematian terjadi. Jika
konsekuensinya adalah kematian, maka tidak
menjadi masalah jika itu dibantu dokter, bahkan
lebih disukai jika kematian terjadi dengan cepat
dan bebas dari rasa sakit.
OPOSISI TERHADAP EUTHANASIA
Setiap kehidupan manusia memiliki nilai intrinsik dan
mengambil hidup seseorang dalam kondisi normal
adalah kesalahan. Advokator hak-hak orang cacad
menekankan bahwa jika euthanasia dilegalisasi, maka
hal ini akan memaksa beberapa orang cacad untuk
menggunakannya karena ketiadaan dukungan sosial,
kemiskinan, kurangnya perawatan kesehatan,
diskriminasi sosial dan depresi
OPOSISI TERHADAP EUTHANASIA
Orang cacad sering lebih mudah dihasut dengan
provokasi euthanasia, dan informed consent akan
menjadi formalitas belaka dalam kasus ini. Beberapa
orang akan merasa bahwa mereka adalah beban yang
harus dihadapi dengan solusi yang jelas. Secara umum,
argumen anti euthanasia adalah kita harus mendukung
orang untuk hidup, bukan menciptakan struktur yang
mengijinkan mereka untuk mati.
MALPRAKTIK PERDATA
• ADA 2(BENTUK)
WANPRESTASI

MALPRAKTIK
PERDATA

PERBUATAN
MELANGGAR
HUKUM
Wanprestasi
• WANPRESTASI (tidak terpenuhinya isi perjanjian);
– Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatan wajib dilakukan.
– Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan,
tetapi terlambat melaksanakannya;
– Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan,
tetapi tidak sempurna dalam pelaksanaan dan hasilnya.
– Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya
dilakukan
• Perjanjian Asuhan Keperawatan adalah Perjanjian
Usaha (Inspanning verbintenis) bukan perjanjian
(hasilresultaat verbintenis)
PERBUATAN MELANGGAR HUKUM
• Pasal 1365, berbunyi sebagai berikut :
– “Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian
kepada seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya
menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut”.
• PMH adalah
– “Berbuat atau tidak berbuat yang berlawanan dengan
undang-undang atau dengan kesusilaan atau berlawanan
dengan hak subjektif orang lain atau berlawanan dengan
kewajiban hak diri sendiri atau berlawanan dengan sikap
berhati-hati yang sepatutnya ada dalam pergaulan
bermasyarakat terhadap diri maupun benda orang lain”.
lanjutan

• SYARAT ADANYA PERBUATAN MELANGGAR


HUKUM
– Harus ada perbuatan (baik berbuat maupun tidak
berbuat).
– Perbuatan tersebut melanggar hukum (tertulis
ataupun tidak tertulis).
– Ada kerugian;
– Ada hubungan sebab akibat (hukum kausal) antara
perbuatan melanggar hukum dengan kerugian yang
diderita;
– Adanya kesalahan (schuld).
Perawat dapat dituduh telah melakukan
Perbuatan Melanggar Hukum
• Adanya suatu kewajiban yang dilanggar oleh perawat atau adanya
hak-hak pasien/klien yang tidak dihormati oleh perawat.

• Adanya standar pelayanan, standar profesi dan standar operasional


ataupun ketentuan hukum yang tidak dilaksanakan atau kurang
dilaksanakan.

• Penggugat (pasien/klien atau keluarganya) telah menderita kerugian


nyata yang dapat dimintakan ganti ruginya.

• Kerugian itu diesebabkan oleh tindakan malpraktik (ada hubungan


sebab akibat).
IMPLIKASI YURIDIS
• Menurut KUH PERDATA:
– Memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk menuntut
ganti rugi atas segala kerugian yang ditimbulkan oleh tindakan
malpraktik;
– UU 36/2009 (UU Kes) Pasal 58 ayat (1)
• Setiap orang Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
seseorang, tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang
menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam
pelayanan kesehatan yang diterimanya.
– Hak menuntut ganti rugi oleh klien tidak berlaku terhadap:
• tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang
dalam keadaan darurat. (Pasal 58 ayat (2) UU Nomor 36 Tahun 2009)
Malpraktik Administrasi
• Malpraktek administrasi terjadi apabila perawat
melakukan pelanggaran terhadap norma
hukum administrasi negara yang berlaku.
• Norma hukum dimaksud antara lain: (UU Kep)
– Pasal 18
– Pasal 21
– Pasal 24 (1)
– Pasal 27 (1)
Bentuk Perbuatan Hukum yang
diancam sanksi Adminsitrasi
No PERBUATAN HUKUM NORMA YG
DILANGGAR
1. Tidak memiliki STR (Surat Tanda Regestrasi) Psl 18 (1) UU Kep
2. Tidak memasang Papan Nama Praktik Keperawatan Psl 21 UU Kep
(mandiri)
3. Perawat Warga Negara Asing yang akan menjalankan Psl 24 (1) UU Kep
praktik di Indonesia tidak mengikuti evaluasi
kompetensi
4. Perawat warga negara Indonesia lulusan luar negeri Psl 27 (1) UU Kep
yang akan melakukan Praktik Keperawatan di Indonesia
harus mengikuti proses evaluasi kompetensi.
Bentuk Sanksi Administrasi
• Sanksi bagi perawat yang tidak memenuhi
atau melanggar ketentuan tersebut menurut
Pasal 58 UU Keperawatan adalah sanksi
administratif yang dapat berupa:
– teguran lisan;
– peringatan tertulis;
– denda administratif; dan/atau
– pencabutan izin.
Tata Cara Pemberian Sanksi Adm
• Mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
diatur dengan Peraturan Pemerintah. (belum Keluar)
(Pasal 58 ayat (2) UU Kep.
• UU Kesehatan (UU Nomor 39 Tahun 2009) Pasal 188 dinyatakan:

1) Menteri dapat mengambil tindakan administratif terhadap tenaga


kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar ketentuan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
2) Menteri dapat mendelegasikan kewenangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) kepada lembaga pemerintah nonkementerian, kepala
dinas provinsi, atau kabupaten/kota yang tugas pokok dan fungsinya di
bidang kesehatan.
lanjutan
3) Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa:
• peringatan secara tertulis;
• pencabutan izin sementara atau izin tetap.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengambilan tindakan administratif sebagaimana
dimaksud pasal ini diatur oleh Menteri.
• Peraturan Menteri yang dimaksud oleh Pasal 188 ayat (4)
UU Nomor 39 Tahun 2009 sebagai pelaksanaan Pasal 188
tersebut antara lain adalah:
– Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1239/Menkes/SK/11/2001 (masih berlaku kecuali mengenai
perizinan dicabut dengan Permenkes
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat).
– Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat
– Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat
PENANGANAN KASUS MALPRAKTIK
• PERAWAT KEMUNGKINAN DIGUGAT OLEH:
– PASIEN
– KELUARGA PASIEN
– MASYARAKAT
– ORAGNISASI
– TEMAN SEJAWAT
– TENAGA KESEHATAN LAIN
– PEMERINTAH
• PERAWAT HARUS BERTANGGUNGJAWAB
• HARUS DIBUKTIKAN ADANYA MALPRAKTIK
• TUNTUTAN HUKUM BISA BERDASARKAN HUKUM PERDATA, PIDANA, ADMINISTRASI.
• PERAWAT HARUS DIPERLAKUKAN SECARA TERHORMAT
• PERAN ORGANISASI
• TIM ADVOKASI
PRINSIP YANG HARUS DIKETAHUI
• Praduga tidak bersalah kecuali fakta yg tdk perlu dibuktikan
• Harus diketahui jenis malpraktik
• Dalam hal malpraktis yuridis maka harus dipahami norma
hukum apa yang dilanggar;
• Jenis wewenang perawat
• Kalau ganti rugi, maka syarat-syarat harus dipenuhi;
• Apakah perawat ybs menjalankan praktik mandiri ataukah
dalam suatu rumah sakit atau institusi tt
• Dahulukan mediasi (Psl 29 UU Kes);
• Dalam hal standar profesi -- MDTK
Prosedur Penanganan Malpraktik Keperawatan

MALPRAKTIK KEPERAWATAN

YURIDIS
ETIK

PIDANA PERDATA ADMINISTRASI

SOMASI SOMASI
MKEK
MEDIASI MEDIASI

PEMERINTAH/
PENGADILAN PENGADILAN BPSK OMBUDSMAN
KONSIL KEP

SANKSI SANKSI SANKSI SANKSI REKOMENDASI SANKSI

Anda mungkin juga menyukai