Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan Pelayanan Kesehatan yang meningkat dan tuntutan
masyarakat yang tinggi terhadap pelayanan kesehatan memerlukan timbal
balik positif dari perawat sebagai penyedia layanan kesehatan di rumah sakit.
Dunia keperawatan diharapkan mampu mengimbangi tuntutan tersebut
dengan perubahan positif ke arah perbaikan. Perubahan yang dapat dilakukan
oleh perawat salah satunya adalah memperbaiki sistem asuhan keperawatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang harus
diiringi dengan manajemen keperawatan yang baik dan sesuai.Manajemen
keperawatan dilakukan dengan maksud mempermudah asuhan keperawatan.
Keberhasilan asuhan keperawatan kepada pasien ditentukan oleh
pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan profesional. Dengan
semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan
dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode sistem pemberian asuhan
keperawatan harus efektif dan efisien. Sistem MAKP adalah suatu kerangka
kerja yang mendefinisikan empat unsur yaitu standar, proses keperawatan,
pendidikan keperawatan dan sistem MAKP, definisi tersebut berdasarkan
prinsip–prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi
atau jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai–nilai
tersebut sebagai suatu pengambilan yang independen, maka tujuan pelayanan
kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan
terwujud. (Nursalam, 2014).
Unsur–unsur dalam praktek keperawatan dapat dibedakan menjadi
empat yaitu, standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan
sistem MAKP. Dalam menetapkan suatu model, keempat hal tersebut harus
menjadi bahan pertimbangan karena merupakan suatu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan. Berdasarkan hasil pengumpulan data pada tanggal 4
Februari 2019 sampai dengan 6 Februari 2019 di Ruang Panjalu A RSUD
Gambiran Kediri didapatkan bahwa Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP) yang dilaksanakan adalah MAKP Metode Tim. MAKP diterapkan
dengan adanya 2 tim, dimana masing–masing tim terdiri dari 1 perawat
primer dan 4 perawat associate. TIM 1 mempunyai tugas pada ruang 1
sampai 5 dan TIM 2 bertanggung jawab pada ruang 6 sampai 10 ditambah
dengan VIP. Perawat primer hanya dinas pada shift pagi sedangkan untuk
shift sore dan malam yang bertugas merupakan perawat associate. Pada
MAKP Tim terdapat pembagian tugas jelas antara perawat primer dengan
perawat associate. Dari 12 perawat Ruang Panjalu A, belum ada yang pernah
mengikuti pelatihan MAKP sebelumnya .
Penerapan MAKP diharapkan mampu meminimalkan permasalahan
yang ada, meskipun hal ini memerlukan proses pembelajaran yang tidak
mudah, terutama bagi perawat yang akan melakukannya. Pengalaman belajar
klinik dan pengalaman belajar lapangan merupakan salah satu metode
pembelajaran yang diterapkan dalam pendidikan tinggi keperawatan,
terutama dalam pelaksanaan pendidikan program profesi. Dalam proses
pembelajaran tersebut terjadi suatu proses tranformasi perilaku dari
mahasiswa menjadi seorang perawat profesional.
Berdasarkan situasi tersebut, mahasiswa mencoba menerapkan
MAKP Primary Nursing yang sesuai standar di ruang Panjalu A RSUD
Gambiran Kediri pada ruang 6 sampai 10 dengan kapasitas 10 pasien/bed.
MAKP Metode TIM diterapkan dengan melaksanakan penerimaan pasien
baru, supervisi, discharge planning, timbang terima, ronde keperawatan, dan
sentralisasi obat dengan melibatkan perawat ruangan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan,
mahasiswa diharapkan dapat menerapkan prinsip-prinsip manajemen
keperawatan dengan menggunakan Model Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) Primary Nursing.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek manajemen keperawatan,
mahasiswa mampu:
a. Melakukan pengumpulan data pada suatu ruangan perawatan.
b. Menganalisis penerapan MAKP di ruang Panjalu A RSUD
Gambiran berdasarkan analisa SWOT.
c. Mengetahui hasil penghitungan kebutuhan tenaga keperawatan di
ruang Panjalu A dengan menggunakan metode modifikasi teori
Douglas.
d. Mengimplementasikan model pengorganisasian pelayanan
keperawatan dengan model asuhan keperawatan profesional
(MAKP) Primary Nursing.
e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan
sistem SBAR.
f. Melakukan timbang terima keperawatan.
g. Melakukan ronde keperawatan.
h. Melakukan supervisi keperawatan.
i. Melakukan penerapan sentralisasi obat.
j. Melakukan penerimaan pasien baru.
k. Melakukan discharge planning.
l. Melakukan evaluasi dari seluruh kegiatan.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang
perawatan sehingga dapat memodifikasi metode penugasan yang
akan dilaksanakan.
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan MAKP :
Primary Nursing di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran.
c. Mahasiswa dapat mengetahui masalah dalam penerapan MAKP
di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran.
d. Mahasiswa dapat menganalisis masalah dengan metode SWOT
dan menyusun rencana strategi.
e. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan
model asuhan keperawatan profesional: Metode TIM di Ruang
Panjalu A RSUD Gambiran.
1.3.2 Bagi Perawat Ruang Panjalu A
a. Melalui Praktik Manajemen Keperawatan dapat diketahui
masalah-masalah yang ada di Ruang Panjalu A yang berkaitan
dengan pelaksanaan MAKP.
b. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal.
c. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat,
perawat dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien
serta keluarga.
d. Meningkatkan profesionalisme keperawatan.
1.3.3 Bagi pasien dan keluarga
Tercapainya kepuasan pasien dan keluarga yang optimal
1.3.4 Bagi Institusi Pendidikan
Bahan masukan dan memberi gambaran tentang pengelolaan ruangan
dengan model MAKP: Primary Nursing dan pengelolaan kasus yang
optimal.

1.4 Alokasi Waktu


Penyelenggaraan Metode Asuhan Keperawatan Profesional yang
dilaksanakan kelompok 1 di ruangan Panjalu A RSUD Gambiran Kediri
terhitung mulai tanggal 4 Februari 2019 sampai dengan 10 Maret 2019.

1.5 Alokasi Tempat


Adapun tempat pelaksanaan MAKP adalah di ruang Panjalu A RSUD
Gambiran Kediri.
BAB II
PENGKAJIAN

Dalam bab ini disajikan tentang tahapan proses pengkajian yang meliputi
pengumpulan data dan identifikasi masalah.
2.1 Visi, Misi dan Motto
2.1.1 Visi RSUD Gambiran Kota Kediri
“Sebagai Rumah Sakit yang Bermutu, Profesional dan Berdaya
Saing dalam Pelayanan Kesehatan”.
Secara filosofi, makna yang terkandung dalam pernyataan visi
tersebut di atas adalah sebagai berikut :
a. RUMAH SAKIT, adalah RSUD Gambiran, sebagai pelaksana
kebijakan pemerintah kota Kediri di bidang pelayanan kesehatan
rumah sakit.
b. BERMUTU, artinya dengan segala potensi sumber daya yang di
miliki, RSUD gambiran dalam memberikan pelayanan kesehatan
mengutamakan pengembangan dan pemulihan yang di laksanaan
secara selaras, serasi, dan terpadu.
c. PROFESIONAL, artinya dalm melaksanakan tugas pemberian
pelayanan kesehatan sesuai dengan keahlian yang khusus atau
spesifik dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
d. BERDAYA SAING, Artinya dalam memberikan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat berupaya memberi layanan
kesehatan yang lebih unggul dan mampu bersaing dengan
layanan kesehatan lain
e. PELAYANAN KESEHATAN, artinya satu kegiatan
melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil
dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang di
laksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta
pencegahan penyakit.
2.1.2 Misi RSUD Gambiran Kota Kediri
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan kepada
seluruh pelanggan.
b. Meningkatkan kuantitas, kualitas sumber daya manusia dan
sarana prasarana yang terstandar.
c. Menjadikan rumah sakit pusat rujukan pelayanan kesehatan untuk
wilayah Kediri dan sekitarnya.
2.1.3 Motto RSUD Gambiran Kota Kediri
“Pelayanan EMPATI”: efektif, memadai, praktis, aman dan simpatik.
2.1.4 Semboyan
“ Gambiran ASRI: Aman, Sehat, Ramah dan Indah “
2.1.5 Falsafah
“ Bekerja adalah ibadah”

2.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 4 Februari 2019 sampai
dengan 6 Februari 2019, meliputi M1 – M5 yaitu man (ketenagaan), material
(sarana dan prasarana), method (MAKP), money (sumber keuangan) dan mutu
(mutu pelayanan). Data dianalisis menggunakan analisis SWOT sehingga
diperoleh beberapa rumusan masalah, kemudian dipilih satu prioritas masalah.

2.3 Sumber Daya Manusia (M1 – Man)


Ruangan Panjalu A dipimpin oleh seorang kepala ruang dan satu orang
wakil kepala ruang yang membawahi 2 katim dan 6 orang perawat pelaksana, 2
orang bidan, 2 orang Non perawat, 1 orang ahli gizi dan 2 orang cleaning
service. Ruang Panjalu A memiliki beberapa tenaga keperawatan yang telah
mengikuti pelatihan BCLS/BLS, EKG, PPGD, K3, dan PPI tetapi belum ada
yang mengikuti pelatihan tentang MAKP.
Struktur organisas Ruang Panjalu A

DIREKTUR

dr. Fauzan Aditama, M. Kes


NIP 19720226 200312 1 003

KEPALA INSTALASI RAWAT INAP

dr. R. Moh Iqbal A, Sp. P


NIP 19610531 198910 1 001

KEPALA RUANG PANJALU A


Prasojo,S.Kep.Ns
NIP 19700102 199403 1 010

WAKIL KEPALA RUANG


PANJALU A
Ari Mujiwati,S.Kep.Ns
NIP 196505424 198903 2 017

KETUA TIM I KETUA TIM II


Erlin Mulyani.Amd.Kep Chindy KS,Amd.Kep
NIP 19800920 200604 2 019 NIP 19820814 200902 2 005

PERAWAT ASSOCIATE PERAWAT ASSOCIATE


1. Wiwik,Amd.Kep 1. A P,Amd.Keb
Agustina Rohma
NIP 19750725 201001 2 009 Kontrak
2. Ira Susanti,Amd.Kep 2. Sukma Adhitama,Amd. Kep
NIP 19800606 200604 2 031 Kontrak
3. Rery Maya I,Amd.Kep 3. Yuli Permatasi,Amd.Kep
NIP 19790923 201101 008 Kontrak
4. Novalia,Amd.Kep 4. Ika Noer M,Amd.Keb
Kontrak Kontrak

ADMINISTRASI
1. Titik Widayati
NIP 19650404 200604 2 008
2. Yuda EfendiI, SE
NIP 19780422 200901 1 006
2.3.1 Tenaga Keperawatan
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan kuesioner
didapatkan jumlah tenaga kerja yang berada di ruang Panjalu A RSUD
Gambiran Kediri terdiri dari 14 orang meliputi:
Tabel 2.1 Jumlah Tenaga Keperawatan di Ruang Panjalu A RSUD
Gambiran Kota Kediri
No Kualifikasi Pelatihan PNS Kontrak Masa Kerja Jumlah
1 S1 BCLS : 1 2 orang - 10-15 thn = 1 2 orang
keperawatan PPGD : 1 orang
BLS : 2 <15 thn = 1
K3 : 2 orang
PPI : 2
EKG : 1
2 D3 BLS : 8 5 orang 3 orang 10-15 thn = 4 8 orang
Keperawatan BCLS : 3 orang
PPI : 8 >15 thn = 4
K3 : 3 orang
EKG : 1
3 D3 BCLS : 1 - 2 orang 1-5 thn = 2 2 orang
Kebidanan orang
4 S1 Non BLS : 1 1 orang - > 15 thn = 1 1
Keperawatan K3: 1 orang Orang
5 SMA BLS : 1 1 orang - >15 thn = 1 1
K3: 1 orang Orang
Sumber: Data Dokumentasi Ruang Panjalu A RSUD Gambiran Kediri 4
Februari 2019

Tabel 2.2 Jumlah Tenaga Mahasiswa Praktik Manajemen Keperawatan di


Ruang Panjalu A RSUD Gambiran Kediri mulai tanggal 4
Februari 2019 sampai dengan 10 Maret 2019
Institusi Jumlah Pendidikan Stase
STIKES GANESHA HUSADA 12 Profesi Manajemen
KEDIRI Ners Keperawatan
Sumber: Data Dokumentasi STIKes Ganesha Husada Kediri 4 Februari 2019

2.3.2 Tenaga Non Keperawatan


Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara tenaga non
keperawatan di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran Kediri berjumlah 3
orang meliputi 1 orang ahli gizi dan 2 orang cleaning service.
Tabel 2.3 Jumlah Tenaga Non Keperawatan di Ruang Panjalu A RSUD
Gambiran Kediri
No Kualifikasi Jumlah Jenis
1 Ahli gizi 1 orang PNS
2 Cleaning Service 2 orang NON PNS
Sumber: Data Dokumentasi Ruang Panjalu A RSUD Gambiran Kediri 4
Februari 2019

2.3.3 Tenaga Medis


Tabel 2.4 Jumlah Tenaga Medis di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran
Kediri
No Kualifikasi Jumlah
1 Dokter Spesialis Jantung 2
2 Dokter Spesialis Syaraf 1
3 Dokter Spesialis Penyakit Dalam 4
4 Dokter Spesialis Paru 3
Sumber: Data Dokumentasi Ruang Panjalu A RSUD Gambiran Kediri 4
Februari 2019

2.3.4 Kasus Terbanyak di Ruang Panjalu A Pada Bulan Januari 2019


Tabel 2.5 Jumlah Kasus Terbanyak di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran
Kediri dalam kurun waktu 1 bulan terakhir
No Klasifikasi Penyakit Jumlah Kasus
1. Cardiac Vaskular Acut 22
2. DHF 16
3. DYSPEPSIA 10
4. GGK 9
5. DOUNGUE FEVER 9
6. DM HIPER 8
7. Hematomesis Melena 6
8. ANEMIA 5
9. VERTIGO 4
10. DYSPNEU 4
Jumlah 127
Sumber: Data Dokumentasi Ruang Panjalu A RSUD Gambiran Kediri 4
Februari 2019

2.3.5 Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat


Kebutuhan tenaga perawat di Ruang Panjalu A dari hasil
wawancara dengan kepala ruang didapatkan hasil bahwa penghitungan
tingkat ketergantungan pasien dan kebutuhan tenaga keperawatan
dengan menggunakan SK direktur RSUD Gambiran Kota Kediri.
Sedangkan dari hasil observasi praktek manajemen keperawatan di
ruang Panjalu A mengunakan metode Douglas, didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 2.6 Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap Sif Berdasarkan Tingkat
Ketergantungan Pasien di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran
pada 4 Februari 2019
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal care 13 13 x 0.17 = 2,21 13 x 0.14 = 1,82 13 x 0,07 = 0,91
Partial care 5 5 x 0,27 = 1,35 5 x 0,15 = 0,75 5 x 0,10 = 0,5
Total care 3 3 x 0,36 = 1,08 3 x 0,30 = 0,9 3 x 0,20 = 0,6
Jumlah 21 4,64 3,47 2,01
3 2 2
Sumber: Pengkajian tanggal 4 Februari 2019
Total tenaga perawat :
Pagi :3
Sore :2
Malam :2 +
Total : 7 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :
LD = ∑ Hari libur/ Tahun x ∑ Kebutuhan x perawat/hari
∑ Hari efektif
LD = 86 x 7 = 2.15 = 2 orang
279
Keterangan: angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dala m 1 tahun,
sedangkan , 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di
ruang Panjalu A adalah 7 orang + 2 orang lepas dinas + 2 orang tenaga;
Kepala Ruang dan Wakil = 11 orang.
Kebutuhan tenaga perawat di Panjalu A pada hari Senin, 4 Februari
2019 berdasarkan metode Douglas sebanyak 11 orang.
Tabel 2.7 Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap Sif Berdasarkan Tingkat
Ketergantungan Pasien di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran
pada 5 Februari 2019
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Jumlah
Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal care 12 12 x 0.17 = 2,04 12 x 0.14 = 1,68 12 x 0,07 = 0,84
Partial care 6 6 x 0,27 = 1,62 6 x 0,15 = 0,9 6 x 0,10 = 0,6
Total care 2 2 x 0,36 = 0,72 2 x 0,30 = 0,6 2 x 0,20 = 0,4
Jumlah 20 4,38 3,18 1,84
2 2 2
Sumber: Pengkajian tanggal 5 Februari 2019
Total tenaga perawat :
Pagi :2
Sore :2
Malam :2 +
Total : 6 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :
LD = ∑ Hari libur/ Tahun x ∑ Kebutuhan x perawat/hari
∑ Hari efektif
LD = 86 x 6 = 1,84 = 2 orang
279
Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dala m 1 tahun,
sedangkan , 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di
ruang Panjalu A adalah 6 orang + 2 orang lepas dinas +2 orang tenaga;
Kepala Ruang dan Wakil = 10 orang.
Kebutuhan tenaga perawat di Panjalu A pada hari Selasa, 5 Februari
2019 berdasarkan metode Douglas sebanyak 10 orang.
Tabel 2.8 Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap Sif Berdasarkan Tingkat
Ketergantungan Pasien di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran
pada 6 Februari 2019
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Jumlah
Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal care 13 13x 0.17 = 2,21 13 x 0.14 = 1,82 13 x 0,07 = 0,91
Partial care 4 4 x 0,27 = 1,08 4 x 0,15 = 0,6 4 x 0,10 = 0,4
Total care 3 3 x 0,36 = 1,08 3 x 0,30 = 0,9 3 x 0,20 = 0,6
Jumlah 20 4,37 3,32 1,91
3 2 2
Sumber: Pengkajian tanggal 6 Februari 2019
Total tenaga perawat :
Pagi :3
Sore :2
Malam :2 +
Total : 7 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :
LD = ∑ Hari libur/ Tahun x ∑ Kebutuhan x perawat/hari
∑ Hari efektif
LD = 86 x 7 =2,15= 2 orang
279
Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dala m 1 tahun,
sedangkan , 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di
ruang Panjalu A adalah 7 orang + 2 orang lepas dinas +2 orang tenaga;
Kepala Ruang dan Wakil = 11 orang.
Kebutuhan tenaga perawat di Panjalu A pada hari Selasa, 5 Februari
2019 berdasarkan metode Douglas sebanyak 10 orang.
Tabel 2.9 Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap Sif Berdasarkan Tingkat
Ketergantungan Pasien di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran
pada 4 Februari 2019 (Pasien Kelolaan Mahasiswa Profesi Ners
STIKes Ganesha Husada Kediri)
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Jumlah
Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal care 4 4 x 0.17 = 0,68 4 x 0.14 = 0,56 4 x 0,07 = 0,28
Partial care 3 3 x 0,27 = 0,81 3 x 0,15 =0,45 3 x 0,10 = 0,3
Total care 2 2 x 0,36 = 0,72 2 x 0,30 = 0,6 2 x 0,20 = 0,4
Jumlah 9 2,21 1,61 0,98
3 2 2
Sumber: Pengkajian tanggal 4 Februari 2019
Total tenaga perawat :
Pagi :3
Sore :2
Malam :2 +
Total :7 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :
LD = ∑ Hari libur/ Tahun x ∑ Kebutuhan x perawat/hari
∑ Hari efektif
LD = 86 x 7 =2,15= 2 orang
279
Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dala m 1 tahun,
sedangkan , 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di
ruang Panjalu A adalah 7 orang + 2 orang lepas dinas +2 orang tenaga;
Kepala Ruang dan Wakil = 11 orang.
Kebutuhan tenaga perawat di Panjalu A pada hari Selasa, 4 Februari
2019 berdasarkan metode Douglas sebanyak 11 orang.
Tabel 2.10 Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap Sif Berdasarkan Tingkat
Ketergantungan Pasien di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran
pada 5 Februari 2019 (Pasien Kelolaan Mahasiswa Profesi Ners
STIKes Ganesha Husada Kediri)
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Jumlah
Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal care 6 6 x 0.17 = 1,02 6 x 0.14 = 0,84 6 x 0,07 = 0,42
Partial care 3 3 x 0,27 = 0,81 3 x 0,15 =0,45 3 x 0,10 = 0,3
Total care 1 1 x 0,36 =0,36 1 x 0,30 = 0,3 1 x 0,20 = 0,2
Jumlah 10 2,19 1,59 0,92
3 2 2
Sumber: Pengkajian tanggal 5 Februari 2019
Total tenaga perawat :
Pagi :3
Sore :2
Malam :2 +
Total : 7 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :
LD = ∑ Hari libur/ Tahun x ∑ Kebutuhan x perawat/hari
∑ Hari efektif
LD = 86 x 7 =2,15= 2 orang
279
Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dala m 1 tahun,
sedangkan , 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di
ruang Panjalu A adalah 7 orang + 2 orang lepas dinas +2 orang tenaga;
Kepala Ruang dan Wakil = 11 orang.
Kebutuhan tenaga perawat di Panjalu A pada hari Selasa, 5 Februari
2019 berdasarkan metode Douglas sebanyak 11 orang.
Tabel 2.9 Kebutuhan Tenaga Perawat Tiap Sif Berdasarkan Tingkat
Ketergantungan Pasien di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran
pada 6 Februari 2019 (Pasien Kelolaan Mahasiswa Profesi Ners
STIKes Ganesha Husada Kediri)
Kualifikasi Pasien Jumlah Kebutuhan Tenaga
Jumlah
Tingkat Jumlah
Pagi Sore Malam
Ketergantungan Pasien
Minimal care 6 6 x 0.17 = 1,02 6 x 0.14 = 0,84 6 x 0,07 = 0,42
Partial care 2 2 x 0,27 = 0,54 2 x 0,15 = 0,3 2 x 0,10 = 0,2
Total care 1 1 x 0,36 = 0,36 1 x 0,30 = 0,3 1 x 0,20 = 0,2
Jumlah 9 1,92 1,44 0,82
3 2 2
Sumber: Pengkajian tanggal 6 Februari 2019
Total tenaga perawat :
Pagi :3
Sore :2
Malam :2 +
Total : 7 orang
Jumlah tenaga yang lepas dinas perhari :
LD = ∑ Hari libur/ Tahun x ∑ Kebutuhan x perawat/hari
∑ Hari efektif
LD = 86 x 7 =2,15= 2 orang
279
Keterangan : angka 86 merupakan jumlah hari tak kerja dala m 1 tahun,
sedangkan , 279 adalah jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun.
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas per hari di
ruang Panjalu A adalah 7 orang + 2 orang lepas dinas +2 orang tenaga;
Kepala Ruang dan Wakil = 11 orang.
Kebutuhan tenaga perawat di Panjalu A pada hari Selasa, 6 Februari
2019 berdasarkan metode Douglas sebanyak 11 orang.
2.3.6 Alur Masuk Pasien

Pasien datang IRD/ poliklinik Loket pendaftaran

Pasien koperatif diantar Mendapat pelayanan : Bila perlu :


dengan kursi roda - Pemeriksaan - Obat yang dapat
diagnostik dibeli di instalasi
- Observasi farmasi RS/KIE
- Konsultasi - Pemeriksaan
- Tindakan kecil radiologi atau lab.
Pasien tidak koperatif - Konsultasi ke
diantar dengan spesialis lain
ambulance

Ruang Panjalu A

Pasien akan keluar RS

Keuangan

PULANG SELESAI

Alur pasien masuk ke Panjalu A dapat melalui beberapa alur. Pasien


datang dapat melalui IRD maupun Poli Klinik, jika pasien datang melalui
IRD pasien akan menjalani pemeriksaan oleh dokter kemudian jika pasien
rawat inap maka keluarga pasien harus daftar ke loket pendaftaran rawat inap
kemudian pasien diantar oleh petugas IRD ke ruang Panjalu A. Jika pasien
datang dari Poli Klinik sebelum ke poli pasien daftar terlebih dahulu ke loket
pendaftaran untuk diarahkan ke poli yang dituju kemudian pasien akan
diperiksa oleh dokter, jika pasien rawat inap maka akan diantar oleh petugas
Poli Klinik ke ruang Panjalu A sesuai dengan kelasnya dengan 1 kamar
berisi 2 pasien.
Petugas memperkenalkan diri dan menjelaskan selayang pandang
Ruang Panjalu A sehingga pasien dan keluarga memahami ketika mereka
memerlukan bantuan atau menggunakan fasilitas yang ada di Ruang Panjalu
A. Pelayanan di Ruang Panjalu A untuk penyakit dalam, syaraf, jantung, paru
selain TB Paru .

Pasien yang dilakukan rawat inap di Ruang Panjalu A dibantu


kepengurusan surat elegabilitas (SEP) maksimal sebelum 3 hari perawatan,
pasien-pasien tersebut diberikan surat jaminan yang ditandatangani pasien
ataupun keluarga yang berisi kesanggupan menanggung biaya perawatan
selama dirawat karena pasien naik kelas ke kelas utama. Pelayanan pasien
baru segera dikonsultasikan kepada dokter spesialis sesuai dengan
penyakitnya untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut. Pemberian informed
concens kepada pasien dan keluarga selalu diberikan perawat ketika akan
melakukan tindakan keperawatan apapun kepada pasien.
Jika pasien memerlukan pindah atau rujuk perawat memfasilitasi
untuk mencarikan rujukan kepada dokter dan menelfon untuk mencarikan
tempat kepada rumah sakit yang akan dituju. Pemberian pelayanan perawatan
kepada pasien dilakukan dengan tepat, cepat, hati-hati dan penuh empati
kepada pasien.
Setelah pasien mendapat perawatan ada beberapa kondisi pasien
keluar rumah sakit yaitu pasien KRS, pulang paksa, rujuk ke rumah sakit
tipe A, atau pasien meninggal maka keluarga pasien harus menyelesaikan
administrasi rumah sakit sehingga pasien bisa meninggalkan rumah sakit.

2.4 Sarana dan Prasarana (M2 – Material)


Penerapan proses manajerial keperawatan dan kegiatan
pembelanjaran Praktek mahasiswa Program Profesi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Ganesha Husada Kediri, mengambil tempat di Ruang Panjalu
A, RSUD Gambiran Kota Kediri Pengkajian data awal dilakukan pada
tanggal 04 Februari - 10 Maret 2019. Adapun data yang didapat adalah
sebagai berikut:
2.4.1 Lokasi dan Denah Ruangan
Lokasi Ruang Panjalu A RSUD Gambiran Kota Kediri terletak
di gedung B lantai 4 dengan batas – batas sebagai berikut:
a. Sebelah Barat berbatasan dengan gedung A ruang Kantor
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan tempat parkir.
c. Sebelah Utara berbatasan dengan ruang Panjalu B
d. Sebelah Timur berbatasan dengan lahan kosong.
Berikut adalah denah Ruang Panjalu A berdasarkan hasil observasi
yang dilakukan pada tanggal 04 Februari 2019 :
Gambar 2.1
Denah Ruang Panjalu A RSUD Gambiran Kediri

Sumber: Observasi 4 Februari 2019


Keterangan :
Ruang Panjalu A merupakan ruangan yang letaknya di lantai 4,
ruangan Panjalu A didepan lift untuk keluar masuknya pasien atau
pengunjung. Letak ruang Panjalu A disebelah timur rumah sakit dimana
sebelah utara berbatasan dengan ruang Panjalu B, sebelah barat berbatasan
dengan ruang Kantor, sebelah timur berbatasan dengan lahan kosong. Ruang
Panjalu A terdiri dari 11 ruang rawat inap pasien.

2.4.2 Analisa Situasi Ruangan


Di ruang Panjalu A terdapat 21 tempat tidur dengan klasifikasi:
a. Kelas I kamar 1 : 2 Tempat tidur
b. Kelas I kamar 2 : 2 Tempat tidur
c. Kelas I kamar 3 : 2 Tempat tidur
d. Kelas I kamar 4 : 2 Tempat tidur
e. Kelas 3 kamar 5 : 2 Tempat tidur
f. Kelas 3 kamar 6 : 2 Tempat tidur
g. Kelas I kamar 7 : 2 Tempat tidur
h. Kelas I kamar 8 : 2 Tempat tidur
i. Kelas I kamar 9 : 2 Tempat tidur
j. Kelas I kamar 10 : 2 Tempat tidur
k. Kamar VIP : 1 Tempat tidur
Kapasitas tempat tidur di Ruang Panjalu A tanggal 4 Februari
sampai dengan 7 Februari 2019 adalah 21 tempat tidur.

2.4.3 Peralatan dan Fasilitas


a. Fasilitas untuk pasien
Ruang Panjalu A ada 11 kamar dengan rincian Ruang Kelas 1
sebanyak 16 tempat tidur (ruang 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9 dan 10), ruang
kelas 3 sebanyak 4 tempat tidur (ruang 5 dan 6), Kelas VIP
sebanyak 1 tempat tidur. Ruangan Panjalu A tidak memiliki
ruangan kusus untuk isolasi.
Fasilitas untuk pasien dalam setiap kamar diantaranya adalah
tempat tidur, AC sentral, almari, kursi, meja makan, kamar
mandi, wastafel, tempat sampah non medis, tempat sampah
khusus pembalut, TV, dan lemari es. Rata-rata keadaan fasilitas
tersebut dalam keadaan baik dan bisa di gunakan.
Fasilitas Untuk Pasien Di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran
Kediri:
1. Kelas 1: kamar 1,2,3,4,7,8,9,10, masing-masing kamar
terdapat 2 bed: AC sentral, Kamar mandi, Lemari es,
Loker/almari pasien, Meja makan pasien, Nurse call, O2
sentral, Tempat sampah khusus pembalut, Tempat sampah
non medis, TV, Wastafel.
2. Kelas 3: kamar 5 dan 6 masing-masing kamar terdapat 2 bed:
AC sentral, Kamar mandi, Lemari es, Loker/almari pasien,
Meja makan pasien, Nurse call, O2 sentral, Tempat sampah
khusus pembalut, Tempat sampah non medis, TV, Wastafel
3. VIP : ada 1 kamar: AC sentral, Kamar mandi, Lemari es,
Loker/almari pasien, Meja makan pasien, Nurse call, O2
sentral, Tempat sampah khusus pembalut, Tempat sampah
non medis, TV, Wastafel, sofa
Belum tersedia jam dinding disetiap kamar pasien, dimana jam
dinding juga berguna untuk ketepatan pasien dalam minum obat.
b. Fasilitas untuk petugas kesehatan
Tabel 2.10 Fasilitas Untuk Petugas Kesehatan di Ruang Panjalu A RSUD
Gambiran Kediri
No Nama Barang Jumlah Kondisi Usulan
1 APAR 1 unit Baik
2 Dapur 1 ruang Baik
3 Kamar ganti 1 ruang Baik
4 Kamar mandi + wc 1 ruang Baik
5 Komputer 2 unit Baik
6 Kursi 15 buah Baik
7 Kursi panjang 1 buah Baik
8 Lemari dokumen 1 buah Baik
9 Lemari Es 1 buah Baik
10 Loker perawat 2 buah Baik
11 Meja kerja 4 buah Baik
12 Printer 1 unit Baik
13 Spoel Hock 1 ruang Baik
14 Telepon 2 buah Baik
15 Tempat sampah medis 3 buah Baik
16 Tempat sampah non medis 2 buah Baik
17 Wastafel 1 buah Baik
Sumber: Observasi di Ruang Panjalu A tanggal 4 Februari 2019

Jumlah APAR di ruangan belum sesuai dengan standar K3


dimana di perlukan APAR setiap 15 meter.
Tabel 2.11 Inventaris Alat Mebel di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran Kediri

No Nama Barang Jumlah Kondisi Usulan


1 Bed pasien 21 buah Baik
2 Kursi perawat 8 buah Baik
3 Kursi perawat panjang 1 buah Baik
4 Kursi Penunggu 21 buah Baik
5 Kursi penunggu panjang 5 buah Baik
6 Lemari dokumen 1 buah Baik
7 Lemari linen bersih pasien 1 buah Baik
8 Loker pasien 21 buah Baik
9 Loker perawat 1 buah Baik
10 Meja makan pasien 21 buah Baik
11 Meja perawat 2 buah Baik
Sumber : Observasi di Ruang Panjalu A 4 Februari 2019

Tabel 2.12 Inventaris Alat Elektronik Di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran


Kediri
No Nama Barang Jumlah Kondisi Usulan
1 AC sentral 52 buah Baik
2 Freezer 1 buah Baik
3 Jam dinding 1 buah Baik
4 Komputer 2 buah Baik
5 Lemari es 12 buah Baik
6 Printer 1 buah Baik
7 Telephone 1 buah Baik
Sumber: Observasi di Ruang Panjalu A tanggal 4 Februari 2019

Tabel 2.13 Inventaris Alat Tenun Di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran Kediri
No Nama Barang Jumlah Kondisi Usulan
1 Baju operasi pasien anak 6 Buah Baik
2 Baju operasi pasien dewasa 19 buah Baik
3 Perlak 4 Buah Baik
4 Sarung bantal 51 Buah Baik
5 Selimut 32 Buah Baik
6 Sprei 51 Buah Baik
Sumber : Observasi di Ruang Panjalu A tanggal 4 Februari 2019
c. Inventaris Alat Kesehatan dan Penunjang
Tabel 2.14 Inventaris Alat Kesehatan dan Penunjang di Ruang Panjalu A RSUD
Gambiran Kota Kediri
No Nama Barang Jumlah Kondisi Usulan
1 Ambubag dewasa 1 unit Baik
2 Bengkok stainless 8 buah Baik
3 Bengkok plastik 2 buah Baik
4 Cukuran/clipper 1 buah Baik
5 Cucing besar 1 buah Baik
6 ECG 1 unit Baik
7 Infuse pump 4 unit Baik Penambahan
8 Kursi roda 1 unit Baik Penambahan
9 Mesin WSD 1 unit Baik
10 Nebulizer 2 unit Baik
11 Oksigen transport 1 buah Baik
12 Set rawat luka 2 set Baik
14 Standar infus 21 buah Baik
15 Stethoscope Littmann 2 unit Baik
16 Stethoscope riester 1 unit Baik
17 Strecher 1 buah Baik
18 Suction mobile 1 unit Baik
19 Syiringe pump 1 unit Baik Penambahan
20 Tensimeter duduk 2 unit Baik
21 Tensimeter mobile 1 unit Baik
22 Trolley emergency 1 buah Baik
23 Tromol besar 1 buah Baik
24 Tromol kecil 1 buah Baik
25 Jam dinding 1 buah Baik Penambahan
Sumber : Observasi di Ruang Panjalu A tanggal 4 Februari 2019

Alat kesehatan dan penunjang secara umum sudah lengkap dan


dalam kondisi baik, namun alat kesehatan dan penunjang pasien
masih membutuhkan penambahan jumlah untuk syringe pump
dan infuse pump serta penyediaan beberapa alat yang cukup
penting seperti sketsel, jam dinding dan lampu tindakan.
d. Inventarisasi obat-obatan
Tabel 2.15 Inventarisasi Obat Emergency di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran
Kota Kediri
No Nama Obat Jumlah No Nama Obat Jumlah
1 Amiodaron 1 5 Epineprin 5
2 Atropin 5 6 Lidocain 5
3 Cetadop 1 7 Norepeneprin 2
4 Dobutamin 1 8 Meylon 2
Sumber: Observasi tanggal 5 Februari 2019

Tabel 2.16 Inventarisasi obat-obatan di ruang Panjalu A RSUD Gambiran Kota


Kediri
No Nama Obat Jumlah No Nama Obat Jumlah
1 Ringer Laktat 27 19 Lanzoprazole 9
2 Nacl 32 20 Paracetamol 15
3 Nacl 28 21 Simarc 10
4 Glucose 5% 15 22 Transamin 7
5 Asering 4 23 Vit K 9
6 Ceftriaxon 20 24 Penitoin 5
7 Aquavides 12 25 Diazsepam 10
8 Ranitidine 16 26 Lisinopril 9
9 Santagesik 10 27 Bisoprolol 7
10 Furosemide ampul 13 28 Spironolactone 12
11 Furosemide tablet 8 29 Gabapentin 4
12 Clindamycine 6 30 Curcuma 3
13 Neurosanbe 9 31 Asam folat 7
14 Asfilet 8 32 Notisil 6
15 Methylprednisolone 4 33 Concor 6
16 Ventolin 2 34 Ondansentron 11
17 Combivent 2 35 Walfarin 5
18 Amiodipine 5 36 Ketorolac 6
Sumber: Observasi 5 Februari 2019
e. Penunjang Administrasi
Penunjang administrasi secara umum sudah cukup lengkap, akan
tetapi belum semua buku rekapan diisi secara optimal. Berikut
adalah sarana penunjang administrasi:
1. Buku Cairan Infus
2. Buku Catatan Alat Steril
3. Buku Daftar Injeksi
4. Buku Data Pasien
5. Buku Ekspedisi
6. Buku Keterangan Kematian
7. Buku Laporan Tim
8. Buku Registrasi Pasien
9. Buku Rekapan Transfusial
10. Buku Timbang Terima ruangan
11. Buku Visite
12. Buku Observasi TTV
13. Lembar Dokumentasi tindakan
14. Leaflet
15. Resep

2.5 Ruangan (M3 – Method)


2.5.1 Penerapan Pemberian Model Praktik Keperawatan Profesional
(MAKP)
Sistem MAKP adalah suatu kerja yang mendefinisikan empat
unsur yakni standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan,
dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip
yang di yakini dan akan menentukan produksi atau jasa layanan
kesehatan.
Wawancara: Berdasarkan wawancara pada salah satu staf
pada tanggal 04 Februari 2019 didapatkan bahwa model pemberian
asuhan keperawatan di Ruang Panjalu A menggunakan model tim
yang terdiri dari dua tim yaitu tim 1 dan tim 2. Dimana tim 1
bertanggung jawab pada kamar 1 s/d 5 dan isolasi (kamar 6),
sedangkan tim 2 bertanggung jawab pada kamar 7 s/d 10 dan VIP.
Kepala ruang adalah seorang S1 Keperawatan yang berpengalaman
dan Perawat Associate adalah D III Keperawatan, S1 Keperawatan
dan DIII kebidanan. MAKP tim diterapkan dengan adanya 2 ketua
tim dan 6 perawat associate. Kebijakan MAKP dan SOP metode tim
di Ruang Panjalu A belum ada. Ruang Panjalu A sudah mempunyai
struktur organisasi, tetapi belum dipublikasikan.
Observasi: Berdasarkan observasi di Ruang Panjalu A sudah
di bentuk struktur organisasi akan tetapi belum dipublikasikan.
Tenaga keperawatan di ruang Panjalu A sudah melakukan tugas
sesuai dengan struktur organisasi tersebut. Katim I bertanggung
jawab terhadap tim I, dan Katim II bertanggung jawab terhadap tim
II. Bila ada dokter visite maka tim masing-masing yang mengikuti
dokter tersebut. Perawat bekerja sesuai tim masing-masing, akan
tetapi ketika tim yang satu telah selesai melaksanakan tugas maka
tim tersebut akan membantu tim yang lain manakala diperlukan.
Kebijakan MAKP dan SOP model tim di Ruang Panjalu A belum
ada. Belum ada visi, misi ruangan.

MAKP metode tim Ruang Panjalu A:

Kepala Ruang

Ketua Tim 1 Ketua Tim 2

Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/Klien Pasien/Klien
Kelas 1 dan Kelas 3 Kelas 1, Kelas 3, VIP

2.5.2 Pengelolaan Sentralisasi Obat


Wawancara: Berdasarkan wawancara pada salah satu staf,
sentralisasi obat di Ruang Panjalu A sudah dilakukan. Untuk pasien
BPJS dan pasien bayar sendiri (umum) semua obat baik obat oral
maupun obat injeksi telah dilakukan sistem sentralisasi di ruang
perawat tidak ada perbedaan. Untuk buku inventaris obat injeksi dan
oral dalam satu buku, dan sudah ada pembagian tugas serta tanggung
jawab yang jelas dalam sentralisasi obat, untuk SOP sentralisasi obat
di ruang Panjalu A belum ada. Untuk inventarisasi obat di ruang
Panjalu A sudah ada, dan kepala ruang selalu mendukung adanya
sentralisasi obat.
Observasi: Berdasarkan hasil observasi di ruang Panjalu A
menggunakan buku order obat alkes dan inventaris. Semua
pemintaan obat disiapkan oleh apotik sesuai resep dokter untuk 3
hari. Pemberian informasi etiket minum obat dilakukan oleh
perawat. One Day Dose (ODD) belum berjalan karena keterbatasan
apoteker. Untuk penyimpanan obat setiap pasien sudah jelas yaitu
dijadikan satu tempat/loker setiap pasien dan dibagi sesuai daftar
pemberian obat. Format khusus serah terima obat untuk sentralisasi
obat tidak ada, akan tetapi terdapat format general consent yang
berisi ijin dari pasien tentang prosedur diagnostik dan perawatan
medis termasuk terapi tidak terbatas pada electrocardiogram, X-ray,
tes darah, terapi fisik dan pemberian obat (kecuali yang
membutuhkan persetujuan khusus/tertulis).
Berdasarkan hasil observasi,dapat diketahui bahwa hand
higiene saat menyiapkan obat masih kurang, selain itu, perawat juga
tidak menggunakan APD. Waktu pemberian obat oral masih kurang
tepat.
Masalah : Belum adanya lembar inform consent
persetujuan tentang sentralisasi obat.
Tabel 2.17 Sentralisasi Obat Menurut Nursalam Edisi 4 Halaman 208
Tanggal
No Pernyataan Observasi
04 05 06
Penerimaan resep/obat
Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala
1. ruang yang dapat didelegasikan kepada staf yang √ √ √
ditunjuk. (perawat primer atau ketua tim)
Ke bed pasien/keluarga memberi penjelasan dan
2. - - -
permintaan persetujuan.
Format sentralisasi obat berisi nama, nomer register,
3. √ √ √
umur, dan ruangan.
Pemberian Obat
Perhatikan 6 tepat (pasien, obat, dosis, cara, waktu,
4. √ √ √
dokumentasi)
Penyimpanan
Obat yang diterima dicatat dalam buku besar persediaan
5. √ √ √
atau dalam kartu persediaan.
Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk
6. √ √ √
penggunaan oral atau obat luar.
TOTAL 5 5 5
PROSENTASE (%) 83,3 83,3 83,3
RATA – RATA 83,3%

2.5.3 Supervisi Keperawatan


Wawancara: Hasil wawancara dari salah satu staf di Ruang
Panjalu A, menyatakan bahwa supervisi oleh kepala ruang sudah
pernah dilakukan, akan tetapi belum ada jadwal supervisi dan format
baku yang jelas. Selain itu SOP terkait supervisi keperawatan di
ruang baru juga belum ada. Kepala ruang mengobservasi kerja
perawat pelaksana dan ketika ada perawat yang tidak melaksanakan
tugas dengan baik kepala ruang menegur, kepala ruang sangat
mendukung kegiatan supervisi demi peningkatan mutu pelayanan
keperawatan. Akan tetapi ruangan belum mempunyai bukti fisik
kegiatan supervisi yang telah dilakukan.
Observasi: Belum ada kegiatan supervisi selama pengambilan
data dalam praktik keperawatan manajemen di ruang Panjalu A.
Masalah : Kurang terjadwalnya tim supervisi dari Rs ke
perawat ruangan.
Tabel 2.18 Supervisi Menurut Nursalam Edisi 4 Halaman 208
Tanggal
No Pernyataan Observasi
04 05 06
Pra Supervisi
1. Supervisi dilakukan oleh Kepala Ruangan terhadap
kinerja dari tim (ketua dan anggota) atau perawat - - -
primer dalam melaksanakan ASKEP.
2. Pelaksanaan supervisi dilihat aspek, tanggung jawab,
kemampuan dan kepatuhan dalam menjalankan - - -
delegasi.
Pasca Supervisi
3. Penilaian - - -
4. Feedback dan klarifikasi - - -
5. Reinforcement dan follow up perbaikan. - - -
Dokumentasi
6. Format dokumentasi yang digunakan (pengkajian dan
- - -
catatan keperawatan).
7. Pengisian dokumentasi: legalitas, lengkap, akurat,
- - -
relevan, baru (LLARB).
TOTAL - - -
PROSENTASE (%) - - -
RATA – RATA -

2.5.4 Timbang Terima


Wawancara: Menurut salah satu staf didapatkan timbang
terima di Ruang Panjalu A belum ada SOP. Timbang terima
dilakukan 3 kali dalam sehari, pagi pukul 07.30 dipimpin oleh kepala
ruang diikuti oleh katim, dinas pagi dan dinas malam. Timbang
terima siang dilakukan pada pukul 14.00 disampaikan oleh katim,
diikuti oleh dinas pagi dan dinas siang. Timbang terima malam
dilakukan pukul 21.00 disampaikan oleh kepala shift siang ke kepala
shift malam, diikuti oleh dinas siang dan malam. Timbang terima
dilakukan di nurse station lalu berdo’a bersama selanjutnya perawat
keliling ke ruangan pasien untuk mekakukan validasi, dan
menyampaikan kembali hal-hal yang kurang yang perlu dioperkan
lagi. Timbang terima sudah dilakukan dengan menggunakan metode
buku tim (yang berisi laporan kondisi dan terapi klien.
Observasi: Timbang terima dilakukan setiap pergantian shift.
Timbang terima pagi dilakukan pukul 07.30. Timbang terima
dilakukan di nurse station dipimpin oleh kepala ruang kemudian
berdo’a. Setelah itu masing-masing tim menyampaikan tentang pasien
kelolaannya. Hal-hal yang disampaikan berupa masalah pasien,
tindakan yang telah diberikan dan rencana tindakan, selanjutnya
perawat berkeliling ke kamar pasien. Saat berkeliling semua perawat
baik tim I atau tim II ikut secara keseluruhan. Saat berkeliling ada
interaksi antara perawat dengan pasien, akan tetapi perawat tidak
memperkenalkan kepada pasien siapakah nama perawat yang akan
bertugas pada shift selanjutnya. Buku untuk pelaksanaan timbang
terima adalah buku laporan yang terdiri dari buku laporan tim I dan
buku laporan tim II. Tidak ada buku khusus atau format khusus untuk
timbang terima.
Masalah : Pelaksanaan timbang terima belum diterapkan secara
maksimal, pre conference dan post conference tidak di nurse station.
Tabel 2.19 Timbang Terima Menurut Nursalam Edisi 4 Halaman 208
No Pernyataan Tanggal
Observasi
04 05 06
1 Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian
√ √ √
shift operan
2 Semua pasien baru masuk dan pasien yang
dilakukan timbang terima khususnya pasien baru
√ √ √
masuk dan pasien yang memiliki permasalahan
yang belum teratasi.
3 Pelaksanaan di Nurse Station dan bed pasien √ √ √
4 Kedua kelompok dinas sudah siap √ √ √
5 Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku
√ √ √
catatan
6 Kepala Ruangan membuka acara timbang terima √ - √
7 Semua sarana dan prasarana terkait pelayanan
√ √ √
keperawatan dilaporkan dan dioperkan
8 Perawat yang sedang jaga menyampaikan timbang
√ √ √
terima kepada perawat berikutnya
9 Perawat shift dapat melakukan klarifikasi, tanya
√ √ √
jawab, dan validasi
10 Melakukan validasi keliling di bed pasien √ √ √
11 Diskusi/Klarifikasi √ √ √
12 Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara
langsung tanda tangan pergantian shift serta √ √ √
penyerahan laporan.
13 Ditutup oleh Kepala Ruangan √ - √
TOTAL 13 10 13
PROSENTASE (%) 100 76 100
RATA – RATA

2.5.5 Discharge Planning (DP)


Wawancara: Berdasarkan hasil wawancara salah satu staf,
discharge planning di ruang Panjalu A dilakukan ketika pasien akan
pulang, tetapi penyuluhan kesehatan dilakukan pada saat pasien
masih dirawat di rumah sakit. Bukti pemberian penyuluhan tertulis
pada lembar edukasi pasien terintegrasi, akan tetapi selama ini
ruangan belum pernah menyiapkan SAP penyuluhan atau
memberikan penyuluhan secara berkelompok. Untuk SOP terbaru
terkait pelaksanaan discharge planning belum ada.
Observasi: Discharge planning di Ruang Panjalu A sudah
dilakukan pada semua pasien. Lembar edukasi pasien sudah terisi.
ketika pasien mau pulang pasien atau keluarga dijelaskan mengenai
obat-obat yang dibawakan pulang, aturan pakai obat selama dirumah,
tanda tangan penyarahan obat, surat kontrol, hasil foto (bila ada),
personal hygiene di rumah, diit, selain itu pasien atau keluarga
dianjurkan mengisi blangko kepuasan pasien. Informasi tersebut
diberikan oleh perawat di nurse station.
Masalah: Dalam pelaksanaan discharge palnning masih
kurang maksimal dikarenakan terbatasnya leaflet yang tersedia sebagai
media informasi kepada pasien.
Tabel 2.20 Discharge Planning Menurut Nursalam Edisi 4 Halaman 209
Tanggal
No Pernyataan Observasi
04 05 06
Persiapan
1 Mengidentifikasi kebutuhan pemulangan pasien,
kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang
mungkin timbul pada pasien pulang. Antara lain:
pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit,
√ - √
kebutuhan psikologis, bantuan yang diperlukan
pasien, pemenuhan kebutuhan aktifitas hidup setiap
hari seperti makan dan minum, eliminasi, dan lain-
lain.
Pelaksanaan
2 Dilakukan secara kolaboratif serta disesuaikan
√ - √
dengan sumber daya dan fasilitas yang ada
TOTAL 2 - 2
PROSENTASE (%) 100 - 100
RATA – RATA %

2.5.6 Ronde Keperawatan


Wawancara: Berdasarkan hasil wawancara kepala ruang
Panjalu A, untuk ronde keperawatan belum pernah dilakukan. SOP
ronde keperawatan dan kriteria kasus yang di rondekan belum ada.
Observasi: Ronde keperawatan belum pernah dilakukan di
Ruang Panjalu A, karena selama ini belum ada pasien yang
mengalami masalah yang kompleks.
Masalah: Salah satu tidak diadakanya pelaksanaan ronde
keperawatan di ruang Panjalu A adalah tidak adanya masalah pasien
yang harus dilakukan ronde keperawatan.
Tabel 2.21 Ronde Keperawatan Menurut Nursalam Edisi 4 Halaman 208
Tanggal
No Pernyataan Observasi
04 05 06
Persiapan (Pra Ronde)
1 Menentukan kasus dan topik. - - -
2 Menentukan tim ronde. - - -
3 Mencari sumber atau literatur. - - -
4 Mempersiapkan pasien (informed consent). - - -
5 Membuat proposal (studi kasus/resume keperawatan). - - -
Pelaksanaan (Ronde)
6 Penjelasan/penyajian tentang pasien oleh perawat yang
- - -
mengelola pasien
7 Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut - - -
8 Ke bed pasien, perawat lain/konselor/tim kesehatan
lainnya melakukan pemeriksaan/validasi dengan cara
observasi, membaca status/dokumen lainnya dan - - -
menanyakan informasi yang dibutuhkan kepada
pasien/keluarga.
Evaluasi (Pasca Ronde)
9 Pemberian justifikasi oleh perawat tentang data,
masalah pasien, rencana tindakan yang akan - - -
dilakukan, dan kriteria evaluasi.
10 Kesimpulan dan rekomendasi untuk asuhan
keperawatan selanjutnya oleh kepala ruangan/ - - -
pimpinan ronde.
TOTAL - - -
PROSENTASE (%) - - -
RATA – RATA -

2.5.7 Dokumentasi Keperawatan


Wawancara: Dari hasil wawancara dengan salah satu staf
didapatkan hasil bahwa sistem pendokumentasian di Ruang Panjalu
A adalah menggunakan sistem SOR (Sources Oriented Record) yaitu
suatu sistem pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai
sumber tenaga kesehatan, misalnya dari dokter, perawat, ahli gizi
dan lain-lain. Format asuhan keperawatan sudah ada, dan perawat
juga bertanggung jawab mengisi lembar asuhan keperawatan SOAP
harian sesuai dengan jadwal dinas yang diisi oleh masing-masing tim
dan ketika akan memberi laporan kepada dokter perawat
menggunakan pendokumentasian sistem SBAR. Pendokumentasian
asuhan keperawatan dilaksanakan segera setelah klien masuk atau
terjadi masalah keperawatan. Di ruang ini untuk SOP terkait dengan
dokumentasi keperawatan masih dalam penyusunan.
Observasi: Berdasarkan hasil observasi terhadap seluruh
status pasien yang ada, dapat diketahui bahwa semua format telah
terisi, seperti form permintaan kelas rawat inap, checklist
penerimaan pasien rawat inap, checklist penerimaan pasien rawat
inap diruangan, observasi suhu-nadi dan nafas, bendle PPI, resiko
jatuh, assesment nyeri, assesment awal, pengkajian awal, transfer
pasien, SOAP, edukasi pasien, dll.
Masalah : Pada status pasien didapatkan bahwa sebagian
item dari pengkajian tidak diisi dengan lengkap.
Tabel 2.21 Uraian Lembar Dokumentasi Ruang Panjalu A
No URAIAN BAGAN PELAKSANA
1 Lembar masuk Administrasi
2 Lembar anamnesa pasien Perawat
3 Lembar observasi pasien Perawat
4 Lembar respon time Perawat
5 Lembar ringkasan pasien masuk dan keluar Dokter
6 Lembar pendaftaran pasien baru Administrasi
7 Lembar permintaan kelas rawat inap Perawat
8 Lembar checklist penerimaan pasien rawat inap di Perawat
Ruangan
9 Persetujuan umum(general consent) Perawat
10 Surat pernyataan pembayaran selisih biaya Pasien/ keluarga
11 Lembar edukasi pasien dan keluarga terintegrasi Perawat
12 Lembar bukti pemberian informasi Perawat
13 Lembar persetujuan pembiayaan perawatan Perawat
14 Lembar surat keterangan pulang atau control Perawat
15 Lembar formulir pemberian informasi hak-hak dan Perawat
kewajiban pasien/ keluarga
16 Lembar catatan harian dokter(perjalanan penyakit) Perawat/Dokter
17 Lembar catatan perkembangan pasien terintegrasi Perawat
18 Lembar penjelasan oleh dokter penanggung jawab Dokter
pelayanan (DPJP)
19 Lembar ringkasan pulang Dokter
20 Lembar checklist penerimaan pasien rawat inap di Perawat
ruagan
21 Lembar observasi suhu,nadi,nafas Perawat
22 Lembar rekaman tanda vital tekanan darah Perawat
23 Lembar asuhan keperawatan Pelaksanaan Tindakan Perawat
Keperawatan
24 Lembar Rekonsiliasi Obat Pasien Rawat Inap Perawat/Dokter
25 Lembar Evaluasi Asuhan Keperawatan Perawat
26 Lembar Daftar Pemberian Obat Perawat/Dokter
27 Resum keperawatan Perawat
28 Dischart Planning Perawat
29 Penempelan Bukti Transaksi Perawat
30 Penempelan hasil laborat Perawat
31 Penempelan resep obat Perawat
32 Lembar Penemplan Hasil EKG Perawat
33 Penempelan Hasil Radiologi Perawat
34 Penempelan Hasil Lain-lain Perawat

2.5.8 Penerimaan Pasien Baru


Wawancara: Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan
salah satu staf didapatkan informasi bahwa penerimaan pasien baru
sudah dilakukan, dan sudah ada format penerimaan pasien baru.
Adapun teknis pelaksanaan PPB di Ruang Panjalu A adalah perawat
terlebih dahulu mendapat informasi dari IGD/Poli via telephone dan
indikasi alih ruang dilanjutkan ke ruang Panjalu A, diterima oleh
perawat jaga (sesuai dengan tim) kemudian ditempatkan di bed yang
tersedia pada saat itu, bila pasien sudah datang, perawat menanyakan
kepada pengirim terkait tindakan yang sudah dilakukan di ruang
sebelumnya, laboratorium dan obat yang sudah diberikan lalu
perawat melakukan anamnesa pasien. Untuk SOP penerimaan pasien
baru di ruang Panjalu A belum ada.
Observasi: Dari hasil observasi di dapatkan hasil bahwa sudah
ada format penerimaan pasien baru dan sudah diisi lengkap. Ketika
menerima pasien baru, pasien dan keluarga pasien belum
sepenuhnya dilakukan orientasi ruangan. Penjelasan tata tertib
ruangan, hak dan kewajiban pasien dilakukan di nurse station. Saat
menerima pasien baru, perawat langsung mengantar kembali ke
ruangan dan membenarkan infus pasien, pemeriksaan TTV
dilakukan sesuai kondisi pasien, fokus utama pada keluhan pasien
saat itu, namun pemeriksaan secara menyeluruh (head to toe) atau
per sistem tidak di lakukan. SOP penerimaan pasien baru belum ada.
Masalah: Tidak ada masalah, PPB dilakukan secara
terdokumentasi.
Tabel 2.22 Penerimaan Pasien Baru Menurut Nursalam Edisi 4 Halaman 209
Tanggal
No Pernyataan Observasi
04 05 06
Penjelasan tentang 3P
1. Pengenalan kepada pasien, tenaga kesehatan lain. - - -
2. Peraturan Rumah Sakit. √ √ √
3. Penjelasan penyakit termasuk sentralisasi obat. √ √ √
4. Penandatanganan penjelasan. √ √ √
TOTAL 3 3 3
PROSENTASE (%) 75 75 75
RATA – RATA 75 %

2.6 Pembiayaan (M4 – Money)


Seluruh pembiayaan operasional ruangan dan pelatihan petugas
ruangan berasal dari dana operasional rumah sakit yang diperoleh dari
APBD pemerintah kota Kediri. Sedangkan pembiayaan pasien sebagian
besar dari : BPJS, KIS, JKD, dan biaya sendiri (Umum). Biaya Perawatan
yang berlaku saat ini sesuai kelas perawatan. Di Ruang Panjalu A
merupakan Ruang perawatan kelas I,II,III dan VIP, terdiri atas (perempuan)
dan (laki-laki).
Tabel 2.23 Biaya Perawatan di Ruang Panjalu A kelas I,II,III dan VIP di RSUD
Gambiran Kota Kediri
Kelas Kamar di RSUD Gambiran
No Tarif Kesepakatan (Rp)
Kediri
1 Biaya sewa kamar/hari VIP Rp. 300.000
2 Biaya sewa kamar/hari kelas I Rp. 150.000
3 Biaya sewa kamar/hari kelas II Rp. 125.000
4 Biaya sewa kamar/kamar kelas III Rp. 100.000

No Jenis pelayanan Tarif kelas I & II Tarif kelas III


1 Ambil darah Arteri Rp. 40.000 Rp. 32.000
2 Ambil darah Vena Rp. 25.000 Rp. 20.000
3 Memasang Tampon Rp. 49.000 Rp. 39.200
4 Memasang Cateter Uretrha Rp. 80.000 Rp. 64.000
5 Memasang Orofaringeal Rp. 30.000 Rp. 24.000
(Mayo)
6 Memasang Infus/Transfusi Rp. 35.000 Rp. 28.000
7 Memasang NGT Rp. 49.000 Rp. 39.200
8 Merawat luka Gangren/hari Rp. 106.000 Rp. 84.800
9 Merawat luka tanpa jahitan Rp. 50.000 Rp. 40.000
10 Merawat WSD/hari Rp. 35.000 Rp. 28.000
11 Memasukkan obat Rp. 25.000 Rp. 20.000
Supposiloria
12 Nebulizer Rp.53.000 Rp. 42.400
13 Observasi 24 jam Rp. 60.000 Rp. 48.000
14 Punksi Ascites Rp. 540.000 Rp. 540.000
15 Penanganan Epistaksis Rp. 53.000 Rp. 42.400
16 Perawatan Dekubitus/hari Rp. 47.000 Rp. 37.600
17 Resuitasi Jantung Paru Rp. 315.000 Rp. 252.000
18 Skin Test Rp. 25.000 Rp. 20.000
19 Tindakan Transfusi Darah Rp. 58.000 Rp. 42.400
20 Ganti Rp. 53.000 Rp. 42.400
Verban/Woundtollet/Debride
men
21 Injeksi IV,SC,IC Rp. 15.000 Rp. 12.000
22 Lavemen Rp. 86.000 Rp. 68.800
23 Lepas Cateter Rp. 30.000 Rp. 24.000
24 Lepas Tampon Rp. 25.000 Rp. 20.000
25 Cardiac Monitor Rp. 121.000 Rp. 96.800
26 EKG Rp. 58.000 Rp. 46.400
27 Terapi O2/hari Rp. 106.000 Rp. 84.800
28 Terapi O2 Via Canule/jam Rp. 15.000 Rp. 12.000
29 Terapi O2 Via Masker/jam Rp. 23.000 Rp. 18.400
30 Merawat Luka Operasi Rp. 35.000 Rp. 28.000
31 Merawat Luka Kotor/Infeksi Rp. 83.000 Rp. 66.400
32 Resusitasi Gawat Darurat Rp. 200.000 Rp. 160.000
33 Spooling Kateter/hari Rp. 15.000 Rp. 12.000
34 Tindakan Keperawatan pre Rp. 35.000 Rp. 28.000
Operatif
35 Syring Pump/hari Rp. 85.000 Rp. 68.000
36 Infus Pump/hari Rp. 55.000 Rp. 44.000
37 Incisi Abcess Rp. 140.00 Rp. 112.000
38 Kumbah Lambung Rp. 90.000 Rp. 72.000
Dewasa/hari
39 Regulasi cepat insulin dewasa Rp. 80.000 Rp. 64.000
40 Pemberian Nutrisi Personde Rp. 25.000 Rp. 20.000
Sumber: Data Tata Usaha Ruang Panjalu A kelas I dan VIP bulan Februari
2019
Sumber keuangan di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran Kota
Kediri berasal dari biaya operasional rumah sakit.

2.7 Mutu (M5)


Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan
kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan
kesehatan di mata masyarakat. Hal ini terjadi karena perawatan merupakan
kelompok profesi dengan jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat
dengan penderitaan, kesakitan serta kesengsaraan yang dialami pasien dan
keluarganya. Salah satu indikator dari mutu pelayanan keperawatan itu
adalah apakah pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien
atau tidak (Tjiptono, 2004).
2.7.1 BOR (Bed Occupancy Rate)
BOR atau angka penggunaan tempat tidur adalah prosentase
pemakaian tempat tidur ada satuan waktu tertentu. Indikator ini
memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemaanfaatan tidur
rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah 75%-80%
(Nursalam, 2015).
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 4 sampai dengan
6 Februari 2019, didapatkan gambaran kapasitas tempat tidur Ruang
Panjalu A yaitu 21 tempat tidur. Dengan rincian Ruang Kelas 1
sebanyak 16 tempat tidur (ruang 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 10), ruang kelas 3
sebanyak 4 tempat tidur (ruang 5 dan 6), Kelas VIP sebanyak 1
tempat tidur. Pembagian ruangan berdasarkan jenis kelamin yaitu
kamar 1, 2, 3, 4, 5 untuk pasien laki-laki, kamar 6, 7, 8, 9, 10 untuk
pasien perempuan, sedangkan kamar vip untuk pasien laki-laki atau
perempuan. Akan tetapi saat ini untuk pembagian ruangan
berdasarkan kelas dan jenis kelamin tidak dilaksanakan karena
jumlah pasien yang overload.
Tabel 2.24 Jumlah tempat tidur di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran Kota Kediri
pada hari Senin 4 Februari 2019
No. Shift Kelas I BOR
1. Pagi 21 bed 21x 100% = 100%
(Penuh) 21
2. Siang 18 bed 18 x 100% = 85,7 %
(kosong 3) 21
3 Malam 18 bed 18 x 100% = 85,7%
(kosong 3) 21
Sumber: Pengkajian tanggal 4 Februari 2019

Tabel 2.25 Jumlah tempat tidur di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran Kota Kediri
pada hari Selasa 5 Februari 2019
No. Shift Kelas I BOR
1. Pagi 19 bed 19x 100% = 90,47%
(Kosong 2) 21
2. Siang 19 bed 19x 100% = 90,47%
(Kosong 2) 21
3. Malam 19 bed 19x 100% = 90,47%
(Kosong 2) 21
Sumber: Pengkajian tanggal 05 Februari 2019

Tabel 2.26 Jumlah tempat tidur di Ruang Panjalu A RSUD Gambiran Kota Kediri
pada hari Rabu 6 Februari 2019
No. Shift Kelas I BOR
1. Pagi 20 bed 20 x 100% = 95,2%
(Kosong 1) 21
2. Siang 14 bed 14 x 100% = 66,7%
(6 Kosong ) 21
3. Malam 16 bed 16 x 100% = 76,1%
(5 Kosong ) 21
Sumber: Pengkajian tanggal 6 Februari 2019
Berdasarkan data pada saat pengkajian tanggal 4 sampai
dengan 6 Februari 2019 di Ruang Panjalu A, jumlah total lama hari
dirawat sebesar 89 hari, sedangkan jumlah total pasien sebesar 16,
sehingga ALOS Ruang Panjalu A 4 sampai dengan 6 Februari 2019
sebesar 5-6 hari.

2.7.2 Evaluasi Kepuasan Klien Terhadap Kinerja Perawat


Dari 16 responden, 15 Responden (93%) mengatakan puas
terhadap pelayanan perawat khususnya dalam hal tindakan
keperawatan, perawat melayani pasien dengan bersikap sopan dan
ramah, kemandirian perawat dalam memantau dan mengobservasi
keadaan pasien secara rutin. Pasien juga merasakan kepuasan atas
keterampilan dan kehati-hatian perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan. Sedangkan ketidakpuasan klien ditunjukkan pada
perawat yang tidak memperkenalkan diri sebelum merawat pasien,
perawat tidak menjelaskan fasilitas yang tersedia di rumah sakit pada
pasien baru, perawat tidak menunjukkan kepada pasien tentang
perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien yang dikelola.

2.7.3 Keselamatan Pasien (Patient Safety)


Berdasarkan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) yang
dikeluarkan oleh Standart Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1
(Kemenkes, 2011 dalam Nursalam, 2015) dan JCI Acreditio, maka
sasaran tersebut meliputi 6 elemen berikut :
a. Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruang dan
perawaat ruangan diketahui untuk ketepatan identifikasi pasien
di ruang Panjalu A RS Gambiran kota Kediri pencocokan
pada gelang identitas pasien ketika saat akan melakukan
tindakan keperawatan seperti tindakan pemberian obat, produk
darah, dan sebelum tindakan lainnya.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 4 sampai dengan 6
Februari 2019, perawat di ruang Panjalu A telah melaksanakan
dan menjalankan ketepatan identifikasi pasien dengan baik dan
sesuai yaitu Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat,
produk darah, dan sebelum melakukan tindakan keerawatan.
b. Sasaran II : Peningkatan komunikasi efektif
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala rung dan perawat
ruangan, Peningkatan komunikasi efektif di ruang penjalu A
RS Gambiran Kediri antara sesama tenaga medis, dan tenaaga
medis dengan dokter menggunakan metode Verifikasi CABAK
(Catat Baca Kembali) pada penulisan SBAR pada pelaporan
tentang perkembangan keadaan pasien, yang kemudian
diverifikasi oleh dokter penanggung jawab.
Berdasarkan hasil observasi tanggal 4 sampai dengan 6
Februari 2019, didapatkan peningkatan komunikasi yang
efektif antar tenaga medis di ruang Panjalu A telah
dilaksanakan pada catatan terintregrasi.
c. Sasaran III : Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (high alert mediactions).
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruang Panjalu A
menyatakan RS Gambiran telah melakukan peningkatan
keamanan dan kewaspadaan terhadap penggunaan obat yang
perlu diwaspadai (High Alert Medication) khususnya di ruang
Panjalu A dengan :
1. penempelan label stiker warna merah pada obat high
alert dan cairan konsentrasi pekat.
2. Tempat penyimpanan khusus dengan pengamanan
(kunci).
3. Melakukan “double check” pada pemberian obat high
alert.
4. Pembatasan penggunaan pada tenaga medis/tenaga
kesehatan terlatih.
Berdsarkan hasil observasi selama pengkajian tanggal 4
sampai dengan 6 Februari 2019, didapatkan perawat di ruang
Panjalu A telah melaksanakan peningkatan kewapadaan
keamanan terhadap penggunaan obat–obat high alert. Salah
satunya dengan melakukan doubel check pada pemberian
injeksi insulin dan pemberian produk darah (tranfusi).
d. Sasaran IV : Kepastian tepat-lokasi, tepat prosedur, tepat-
pasien operasi.
Dari hasil wawancara kepala ruang dan perawat di ruang
panjulu A didapatkan bahwa RS melakukan penerapan
kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
dengan cara :
1. Penandaan 2 sisi pada pasien yang akan menjalani
operasi.
2. Pencocokan gelang identitas pasien dengan status
(identitas resmi pasien).
Akan tetapi di ruang Panjalun A bukan merupakan ruang
bedah sasaran IV tidak terlaksana.

e. Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan


kesehatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat RS Gambiran
ruangan Panjalu A khususnya, telah melaksanakan kontrol dan
pengawasan terhadap semua tindakan invasive dan semua
tindakan keperawatan untuk mengetahui dan mengurangi
pasien resiko infeksi terhadap pelayanan kesehatan. Salah
satunya dengan cara penerapan tehnik septik – aseptic dengan
cuci tangan / hand scrub pada semua tindakan yang
berhubungan dengan pasien misal : pemasangan infus, dan
pemberian obat.
Berdasarkan hasil observasi tanggal 4 sampai dengan 6
Februari 2019,pada perawat di ruang Panjalu A didapatkan
bahwa semua perawat di ruang Panjalu A telah menjalankan
tehnik septi aseptic untuk semua tindakan medis / non medis
yang berhubungan langsung dengan pasien.
f. Sasaran VI : Pengurangan resiko jatuh
Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat ruang Panjalu A
khususnya diketahui bahwa RS gambiran melakukan skoring
resiko jatuh pada semua pasiennya, salah satunya dengan cara
pemberian label/stiker warna kuning pada gelang identitas
pasien. Serta pemberian penanda label/gambar resiko jatuh
(pada brankar/standart infus px), untuk pasien rawat inap.
Berdasarkan hasil observasi tanggal 4 sampai dengan 6
Februari 2019,didapatkan bahwa perawat di ruanga Panjalu A
telah menjalankan sasaran ke VI dengan baik. Dengan
penempelan stiker resiko jatuh pada gelang pasien dan label
tanda resiko jatuh. Kejadian pasien jatuh pada tanggal 4
sampai dengan 6 Februari 2019 tidak ditemukan, didapatkan
data bahwa 100% pasien tidak mengalami jatuh selama
dilakukan perawatan di Ruang Panjalu A.
Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel
untuk mengukur dan mengevaluasi kualitas pelayanan
keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan.
Program keselamatan pasien adalah suatu uaha untuk
menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) yang
sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit
sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun
pihak rumah sakit. KTD bisa disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain beban kerja perawat yang tinggi, alur komunikasi
yang kurang tepat , penggunaan sarana kurang tepat dan lain
sebagainya.
Indikator keselamatan pasien (IPS) bermanfaat untuk
mengidentifikasi area-area pelayanan yang memerlukan
pengamatan dan perbaikan lebih lanjut. Indikator mutu
pelayanan dapat dilihat jumlah angka kejadian dekubitus,
pemasangan infus, infeksi karena transfusi darah, pemasangan
transfusi darah. Dari indikator mutu pelayanan keperawatan
yang dilakukan pada tanggal 4 sampai dengan 6 Februari 2019
di Ruang Panjalu didapatkan hasil :
1. Jumlah angka kejadian phlebitis dalam pengkajian
tidak menemukan kejadian phlebitis di Ruang Panjalu
A pada tanggal 4 sampai dengan 6 Februari 2019.
Perawatan Intravena line (IVL) di Ruang Panjalu A
dilakukan setiap 3 hari sekali.
2. Jumlah angka kejadian dekubitus menggunakan
Nortonscale tidak terjadi pada hari pertama. Rata–rata
rawat inap di Ruang Panjalu A selama 5-6 hari.
Sedangkan untuk resiko dekubitus pada pasien
didapatkan 1 (5,5%) pasien dengan Total care dengan
kasus stroke yang lama perawatan sudah lebih dari 10
hari.
3. Jumlah angka kejadian nyeri tercatat pada tanggal 4
sampai dengan 6 Februari 2019 dari 20 pasien terdapat
3 (15%) yang mengeluh nyeri dengan skala nyeri 2 dan
3. Nyeri ini berkaitan dengan nyeri perut.
4. Kejadian kesalahan pemberian obat tidak terjadi pada
saat pengkajian. Pemberian obat dilakukan secara benar
sesuai dengan indikasi yang diberikan oleh dokter.
Pemberian obat didokumentasikan di dalam lembar
observasi terdapat nama obat, dosis pemberian, waktu
pemberian.
5. Kejadian pasien jatuh pada tanggal 4 sampai dengan 6
Februari 2019 tidak ditemukan, didapatkan bahwa
100% pasien tidak mengalami jatuh selama dilakukan
perawatan di Ruang Panjalu A. Semua tempat tidur
pasien di Ruang Panjalu A dilengkapi dengan pagar
pembatas.

Anda mungkin juga menyukai