Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN STUDI LAPANGAN TENTANG KESEHATAN KERJA

DI PT.BALAI YASA YOGYAKARTA

OLEH

KELOMPOK 1

1 Dias Nurul Firmansyah, S.Kep.,Ns 10 Tri juniana, Amd,Kep


2 Tinalia pransasti,S.Kep.,Ns 11 Syaeful a’zas, S.Kep.,Ns
3 Kusnia anggraeni, Amd.Kep 12 I gusti ayu sukami,AMK
4 Serly oksaini, Amd.Kep 13 Muhamad faikar, Amd,Kep
5 Suratno, S.Kep.,Ns 14 Rivane novianti Tjnondeng, Amd,Keb
6 Frederica Tyas DwiPradipta, S.Tr.Kep 15 Hardiansyah, S.Kep.Ns
7 Riri Yuanda, S.Kep.Ns 16 Neneng nurul hikmat, Amd.Kep
8 Iin Winengsih, AMK 17 E,ni made neni indriyana,Amd,Kep
9 Depi lastri,Amd,Keb

PELATIHAN HIPERKES DAN KESLAMATAN KESEHATAN KERJA


BAGI PARAMEDIS PERUSAHAN /INSTANSI

OKTOBER TAHUN 2019

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan kerja merupakan salah satu bidang kesehatan masyarakat yang
memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di sektor formal
maupun yang berada di sektor informal (Depkes RI, 2007). Kesehatan kerja bertujuan
agar pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental,
sosial, dan spiritual. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan usaha-usaha promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap penyakit-penyakit akibat kerja atau
gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan, lingkungan kerja, serta
penyakit umum. Kesehatan kerja sangatlah penting, karena kesehatan kerja berkaitan
erat dengan keefisienan kerja seorang karyawan. Tingkat produktifitas seorang
karyawan akan rendah jika kesehatanya terganggu akibat lingkungan kerja yang
buruk. Sebaliknya, seorang karyawan yang bekerja dilingkungan kerja yang bersih,
sehat dan tenang akan mampu mencapai tingkat produktivitas yang tinggi. Selain
produktivitas, kualitas atau mutu produk juga akan mengalami peningkatan.
Setiap pegawai yang bekerja sangat membutuhkan perhatian salah satunya
tentang kesehatan dan keselamatan kerja, agar karyawan dapat terjamin kesehatannya
pada saat bekerja. Karena dengan terjaminnya rasa aman tersebut maka karyawan
dapat bekerja lebih baik sehingga produktivitas kerja dari karyawan dapat meningkat.
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja pada suatu perusahaan menentukan baik
tidaknya suatu performansi kerja dalam perusahaan tersebut.
Masalah keselamatan kerja diatur dalam Undang-Undang Kemenaker No.01
tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja. Undang-undang ini mengatur
masalah higienis perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja umum disemua tempat
kerja, baik di darat, di laut, di dalam air ataupun di udara di seluruh wilayah hokum
Indonesia.
America Association Of Occupational Health Nurses mendefinisan perawat
hiperkes sebagai “orang yang memberikan pelayanan Medis kepada tenaga kerja”.
Seorang perawat hiperkes adalah seseorang yang berijazah perawat dan memiliki
pengalaman atau trainning keperawatan dalam hiperkes dan bekerja melayani kesehatan
tenaga kerja di perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, pemerintah melalui departemen tenaga kerja dan
transmigrasi melakukan upaya pembinaan dalam rangka menciptakan tenaga kerja
sehat dan mampu bekerja secara produktif. Hal ini dilaksanakan oleh balai Hiperkes
dan kesehatan kerja, dimana salah satu program kegiatannya adalah pelatihan Hiperkes
dan kesehatan kerja bagi paramedis perusahaan.
Dalam rangka penerapan kegiatan pelatihan hiperkes dan keselamatan kerja bagi
paramedis perusahaan pada tahun 2019, yang dilakukan di PT. BALAI YASA DI
YOGYAKARTA, kami kelompok 1 memfokuskan pada factor-faktor kesehatan kerja
di perusahaan tersebut.

A. TUJUAN
Praktek lapangan ini dilakukan dengan tujuan:
1. Mengaplikasikan dan menilai penyelenggaraan kesehat kerja di tempat kerja
2. Menilai penyelenggaraan faktor ergonomi didalam sebuah perusahaan
3. Menilai serta pemantauan pemberian gizi suatu pekerja di dalam perusaha
4. Menilai sistem sanitasi dalam suatu peruhaan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
I. Kesehatan kerja

Kesehatan kerja menurut ILO dan WHO adalah aspek / unsur kesehatan yang
erat bertalian dengan tingkungan kerja dan pekerjaan yang secara langsung atau tak
langsung dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja.
K3 merupakan cara pencegahan kepada pekerja agar terhindar dari kecelakaan
kerja yang dapat mengakibatkan kesakitan, cacat, atau bahkan meninggal, sehingga
terjadainya kerugian financial baik secara lansung maupun tidak langsung serta
menurunkan produktifitas pekerjaan. Dalam pelaksanaannya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif sehingga terciptanya keamanan dan kenyamanan hidup sehat dalam bekerja
maka terwujudlah derajat kesehatan yang optimal (Roza E. Hubungan Pengetahuan
dan Sikap dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri. Tahun 2015)
A. Pemeriksaan kerja
Menurut Meily Kurniawidjaja dalam tulisannya berjudul
penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan kerja di klinik kesehatan kerja tahun
2013, mengatakan bahwa produktivitas pekerja akan menurun apabila pekerja
terganggu kesehatanya.
Didallam UU No.1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
menyebutkan bahwa pengusaha berkewajiban untuk memerikakan kesehatan
badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan
diterimanya maupun yang akan di pindahkan sesui dengan sifat pekerjaan
yang akan diberikan kepadanya.

a) Pemeriksaan Kesehatan awal


Semua perusahaan harus mengadakan pemeriksaan kesehataan
sebelum bekerja. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja meliputi
peeriksaan fisik lengkap, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru
(bilamana mungkin) dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain
uang di anggap perlu.

b) Pemeriksaan Kesehatan berkala


Pengusaha atau pengurus dan dokter wajib menyusun pedoman
pemeriksaan kesehatan berkala sesuai dengan kebutuhan menurut
jenis-jenis pekerjaan yang ada. Jika di temukan kelainan-kelainan atau
gangguan-gangguan kesehatan pada pekerja, pengurus wajib
mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki kelainan-kelainan
tersebut dan sebab-sebanya untuk menjamin terselenggaranya
keselamatan dan kesehatan kerja. Di dalam pemenakertrans No.
Per.02/MEN/1980 disebutkan bahwa pemeriksaan kesehatan berkala di
maksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga kerja
sesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan
adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu
di kendalikan dengan usaha-ussaha pencegahan

c) Pemeriksaan Kesehatan Khusus


Pemeriksaan kesehatan khusus dilakukan pula terhadap tenaga
kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari dua minggu, tenaga kerja yang
berusia diatas 40 tahun atau tenaga kerja wanita dan tenaga kerja
cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu,
tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai
gangguan-gangguan kesehatannya perlu di lakukan pemeriksaan
khusus sesuai dengan kebutuhan.

d) Pemeriksaan Kesehatan Purna Kerja


Pemeriksaan kesehatan purna kerja di lakukan kepada tenaga
kerja pada saat 3 bulan sebelum tenaga kerja memasuki masa pensiun.

B. Penyelenggaraan Kesehatan Kerja


a) Pelayanan kesehatan kerja wajib melaksanakan tugas pokok pelayanan
kesehatan kerja secara menyeluruh dan terpadu (komprehensif).
b) Penanggung jawab pelayanan kesehatan kerja adalah dokter pemeriksa
kesehatan tenaga keja.
c) Teknik penyelenggaraan program atau kegiatan pelayanan kesehatan
kerja mengcu pada prinsip-prinsip yang telah di tentukan.
d) Perencanaan program dan kegiatan pelayanan kesehatan kerja di buat
dengan skala prioritas dan mempertimbangkan kondisi perusahaan,
permasalahan kesehatan, di perusahaan maupun masalah kesehatan
umum lainnya.
e) Program atau kegiatan pelayanan kesehatan kerja terutama di tujukan
untuk pencegahan penyakiy akibat ( PAK).

II. Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahas Latin yaitu “Ergon (Kerja)” dan “Nomos
(Hukum Alam)”. Ergonomi adalah suatu ilmu tentang manusia dalam usahanya untuk
meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerjanya (Nurmianto,2004)

Ergonomi Menurut (International Ergonomics Association / IEA, 2002) adalah


ilmu yang mempelajari relasi antara manusia dengan elemen-elemen lain dalam suatu
sistem dan pekerjaan yang mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode untuk
merancang suatu sistem yang maksimal, dilihat dari sisi manusia dan sisi kinerjanya.
Ergonomi memberikan sumbangan untuk rancangan dan evaluasi tugas, pekerjaan,
produk, lingkungan dan sistem kerja, agar dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan,
kempuan dan juaga keterbatasan manusia.

a. Ergonomi dapat diterapkan pada beberapa aspek dalam bekerja, antara lain
dimulai
1. posisi kerja,
2. proses kerja,
3. Tata letak tempat kerja
4. cara pengangkatan beban
b. Kegunaan ergonomi
1. Untuk menambah kecepatan kerja, keakuratan, keselamatan kerja
2. Mengurangi kelelahan /energi kerja yang berlebihan dalam bekerja
3. Mengurangi waktu yang terbuang sia-sia
4. Meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan “human error”,
memperbaiki kenyamanan manusia dalam kerja
c. Akibat Tidak Menerapkan Ergonomi
1. Kejenuhan pada pekerja
2. Kelelahan
3. Timbul penyakit akibat kerja
4. Kematian
d. Sikap kerja
1. Tempat duduk
Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang
bekerja dengan sikap duduk mendapatkan kenyamanan dan tidak
mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang dapat
mengganggu sirkulasi darah.

2. Meja kerja

Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan


dengan sikap tubuh pada saat bekerja.

3. Luas pandangan

Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur dari
tinggi mata adalah 0-30° vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan
dan ke kiri

4. Proses kerja

Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi


waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.

5. Tata letak tempat kerja

Display harus jelas terlihat pad waktu melakukan aktivitas kerja


sedangkan symbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata- kata

6. Mengangkat beban

Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu,


tangan. punggung dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera
tulang punggung. jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang
berlebihan.

III. Gizi Kerja


Gizi berasal dari bahasa Arab ”gizzah” yang artinya zat makanan sehat atau
sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan (Anonim, 1995; Irianto, 2004). Gizi
kerja adalah gizi yang diterapkan pada tenaga kerja atau nutrisi yang diperlukan oleh
tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan jenis dan tempat kerja
dengan tujuan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang setinggi-
tingginya. Istilah gizi kerja berarti nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan. Status gizi mempunyai kaitan
dengan produktivitas kerja sehingga faktor status gizi perlu mendapatkan perhatian,
sebab berkaitan dengan kesehatan dan ketahanan tubuh, dan akhirnya dapat
mempengaruhi produktivitas kerja (Utami, S.R. 2012)
Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi
dan tidak cukupnya asupan gizi baik secara kuantitas maupun kualitas, sedangkan
secara tidak langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan,
kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di
tingkat rumah tangga. Sebagai pokok masalah di masyarakat adalah rendahnya
pendidikan, pengetahuan dan keterampilan serta tingkat pendapatan masyarakat
(Azwar, 2015). Dalam kaitan dengan gizi kerja, nutrisi atau zat makanan yang
diperlukan oleh tenaga kerja tidak berbeda dengan nutrisi yang dibutuhkan oleh orang
lain (Anies, 2015).

IV. Sanitasi Perusahaan


Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat lingkungan dalam batas-batas
tertentu termasuk cara-cara pencegahan penyakit menular atau lain-lain gangguan
terhadap kesehatan tenaga kerja yang tidak dapat dipisahkan dalam proses industri.

Unsur Sanitasi Industri adalah


a. Hiegienis
b. Estetis
c. Ekonomis

Upaya Sanitasi Industri adalah


1. Penyediaaan air bersih
2. Penampungan air buangan
3. Menjamin kebersihan dalam penyediaan makanan
4 Pencegahaan Pembasmian Serangga dan binatang mengarat
5 Perlengkapan fasilitas kebersihan dan lain lain pelayanana
6. Ketata rumah tangga yang baik.
7. Pengawaasan terhadap pencemaran.
Pengendalian limbah industri :
1. Pengendalian pencemaran udara
2. Pengendalian pencemaran air
3. Pengendalian pencemaran tanah

PERATURAN PEMERINTAH RI NO:41 TAHUN 1999


Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan penanggulangan
pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu
udara,pencegahan sumber pencemar,baik dari sumber bergerak ,maupun sumber tidak
bergerak termasuk sumber gangguan sefta penanggulan keadaan darurat.

SYARAT AIR LIMBAH TANPA DIOLAH


1.tidak mengotori sumber air minum
2. tidak menjadi berkembangbiaknya bibit penyakit
3.tidak menggagu pemandangan dan bau
4. tidak mencemari alam sekitar

PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI


Dibagi menjadi 3 metode :
1.pengolahan secara fisik
2.pengolah secara kimia
3.pengolahan secara biologi

PENGOLAHAN SECARA FISIK


1. Proses penyaringan
2. Proses pasir
3. Pemisahan minyak
4. Sedimintesi,pengapungan dan koagulasi

PENGOLAHAN SECARA BIOLOGI


1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor)
Didalam reaktor pertumbuhan tersuspensi mikroorganisme tumbuh dan
berkembang dalam keadaan tersuspensi .proses lumpur aktif ini berkembang
dengan berbagai modifikasi seperti oksidation dich mampu menurunkan bod 85 %
sampai 90 % dan kontak stabilisasi mampu menurunkan bod 90 % smapai 95 %
selama 4 smpai 6 jam.
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reactor )
Di dalam reaktor mikrooorganisme tumbuh diatas media pendukung dengan
membentuk lapisan flim untuk meletakann dirinya ,oleh karena itu reaktor ini
dinamakan bioreaktor flim.berbagai modifikasi yang telah dikembangkan seperti
tricling ,cakram biologi dan filter terendam .
Penurunan bod menggunakan reaktor ini 80 % smapi 90%. Proses pertumbuhan
lektat menjadi dua aerob dan anaerob.

PENGOLAHAN SECARA KIMIA


Pengolahn secara kimia untuk menghilangkan partikel –partikel yang tidak
mudah mengendap seperti logam berat,senyawa phospor,dan zat (koloid ) organic
beracun .pengendapan bahan tersuspensi yang tidak mudah larut dilakukan dengan
menggunakan elektrolit yang memmpunyai muatan berlawanan dengan muatan
koloidnya agar terjadi netralisasi muatan pada koloid tersebut sehingga akhirnya
mudah diendapkan .

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Observasi

1. Data

Identitas Perusahaan

Nama Perusahaan PT. BALAI YASA YOHYAKARTA


Jenis Perusahaan BENGKEL KERETA API
Alamat JL. KOESBINI NO.1 YOGYAKARTA
| Jumlah tenaga kerja 490 Karyawan

2. Bahan yang diperlukan

a. Bahan baku

BESI

b. Bahan Tambahan

TIDAK ADA

3. Mesin Peralatan kerja yang digunakan

Mesin bubut

Mesin las

Mesin grinda

4. Proses Produksi

1. lokomotif yang akan dioerbaiki masuk ke ruang pemeriksaan

2. dilakukan pemeriksaan pembersihan dan perbaikan atau pelepasan komponen

3. dilakukan perbaikan yang diperlukan seperti perbaikan pada rangka bawah,


permesinan kelistrikan , auxiliary dan painting shop

4. setelah semua sesuai standar dilakukan proses perakitan ulang dan final tes

5. jika tidak didapatkan Kendala lokomotif di operasionalkan kembali

5. Barang Yang dihasilkan

Produk Utama : lokomotif

Produk Sampingan : Tidak ada

6. Limbah

Padat : besi sisa


Cair : zat untuk mencuci lokomotif, OLI, dan limbah MCK

A. Pemeriksaan tenaga kerja

Kesehatan Kerja Di RS Berthesda

Pemeriksaan Awal : ada untuk karyawan yang akan masuk ke perusahaan

Pemeriksaan bekala : ada setiap 1 tahun sekali

Pemeriksaan Khusus : ada bila terjadi insiden

Pemeriksaan Purna kerja : ada setiap 3 bulan sebelum purna tugas

B. Penyelengaraan Kesehatan Kerja

PT. Balai Yasa Yogyakarta tidak memiliki Dokter, namun memiliki paramedis
perusahaan serta memiliki kerjasama pihak ketiga yaitu RS Berthesda. Semua
karyawan mendapatkan jaminan BPJS KES dan BPJS KETENAGA KERJAAN serta
tunjangan dana pensiun dari pihak perusahaan.

Penyelenggaraan dan laporan pos kesehatan ada .

C. ERGONOMI

Sikap Kerja :

Pekerja lebih banyak dengan posisi berdiri dan sedikit bekerja dalam posisi duduk.

Dalam posisi duduk kursi yang digunakan sudah ergonomis. Rata-rata pekerja
melakukan pekerjaan dalam posisi berdiri selama 5 jam. Posisi berdiri saat bekerja sudah
ergonomis karna posisi pekerja dan mesin yang dioperasikan sudah sesuai dengan posisi
ergonomis. Cara kerja angkat angkut Sudah ergonomis karna ruang angkat angkut luas.
Mesin dan alat kerja eronomis karna letak penempatan mesin dan alat 1m dari tanah
D. GIZI PERUSAHAAN

Upt. Balai yasa yogyakarta tidak menyediakan makan siang, makanan tambahan jadi tenaga
kerja membawa makan siang sendiri. Perusahaan juga tidak menyediakan tempat makan
bersama, karena makan siangnya diganti dengan uang makan.

1. Pemberian makananan tambahan

Tidak ada

2. Pemberian makanan siang

Tidak ada

3. Variasi, penyajian dan kelengkapan gizi

Tidak ada

4. Penyukupan kalori setiap harinya berbeda-beda

5. Jenis beban kerja

Sedang - berat tergantung dari posisi

6. Pengelolaan makanan, kantin perusahaan dan dapur

Tidak ada tapi disediakan tempat untuk makan

E. SANITASI

Kebersihan perusahaan :

Cukup, namun ada beberapa tempat yang kurang baik terutama di bagian
kamar mandi dan bengkel.

Kerapihan dan keindahan :


Tata ruang dan kerapihan dalam kantor cukup. Diruang ganti atau loker masih kurang
rapi karena ada tumpukan pakaian yang tidak dipakai dan jemuran pakaian dalam dan
handuk.

Site plane : Ada

Penerangan secara keseluruhan cukup.

Penyediaan air : sumber air di ambil dari air tanah (sumur BOR) kualitas air cukup
baik.

IPAL : pengelolahan air limbah tidak ada

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Dari hasil observasi tanggal 18 oktober 2019 penerapan ergonomi masih
kurang baik. Kesadaran para pekerja untuk memakai APD masih sangat kurang dan
kebersihan ditempat kerja masih kurang. Ada pos kesehatan tetapi masih kurang
efektif. Dan Sikap kerja masih kurang baik dan belum ergonomis.

B. SARAN

1) Bagi Perusahaan:

Menyediakan poliklinik dan tenaga kesehatan (sediaan rekruitment paramedis


dan dokter perusahaan untuk standby di saat jam kerja).

Menambah unit kotak P3K serta melengkapinya.

Melakukan home visite ke rumah tenaga kerja.

Memperbaiki lingkungan kerja dengan memperhatikan perawatan toileting,


dan limbah.

Memperhatikan kebersihan ditempat kerja supaya terhindar dari resiko PAK,


dan menambah kenyamanan lingkungan kerja.

Menyediakan ruang makan khusus bagi tenaga kerja

Menambah promosi kesehatan terkait kesehatan fisik, mental, sosial dan


spiritual.

Memperbaiki kesehatan jasmani tenaga kerja dengan menambah intensitas


olahraga pekerja

Tanda bahaya peringatan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan


dipahami.

2) Bagi Tenaga Kerja

Tenaga kerja sebaiknya bekerja dengan menggunakan APD lengkap yang


sudah disediakan oleh perusahaan.

Mematuhi aturan untuk keselamatan pribadi dan meningkatkan produktifitas


kerja.

Anda mungkin juga menyukai