Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

POKJA PENYULUHAN
PRAKTIK PROFESI NERS STIKES GANESHA HUSADA KEDIRI
DI UPT PSTW JOMBANG DI PARE KEDIRI

Kelompok Penyuluhan:

1. Nurul ‘Aisah, S. Kep


2. Eka Ama W, S. Kep
3. Nur Khamidah, S. Kep
4. Jupri Marlanta, S.Kep
5. Mhd Bambang P,S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GANESHA HUSADA KEDIRI
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan dari praktik profesi keperawatan gerontik adalah mahasiswa dapat
memberikan asuhan keperawatan terhadap usia lanjut secara profesional dengan
pendekatan proses keperawatan. Dalam pelaksanaan kegiatan asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh mahasiswa dimulai dengan orientasi lingkungan serta perkenalan
dengan pembina panti dan lansia yang ada di wisma masing-masing panti, pengkajian
pada lansia di masing-masing panti, menetapkan masalah lansia secara individu,
menetapkan intervensi, melakukan implementasi dan evaluasi hasil implementasi
yang telah dilakukan.
Berdasarkan data yang didapatkan dari pengkajian mahasiswa di UPT PSTW
Pare dari 85 klien, didapatkan masih banyak para lansia yang belum mendapatkan
kebersihan lingkungan yang sehat, serta personal hygyne yang baik.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa tidak terlepas dari jadwal
yang ada di Panti sebelumnya yang kemudian mahasiswa terlibat dan memodifikasi
kegiatan tersebut. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok kerja
penyuluhan: bersih lingkungan wisma lansia dan penyuluhan. Untuk mengevaluasi
kegiatan yang telah dilakukan dan mengakhiri praktik profesi keperawatan di UPT
PSTW Pare maka perlu untuk dilakukan terminasi kegiatan kepada para lansia. Hal
ini penting untuk menghindari adanya kecurigaan dan memelihara tingkat
kepercayaan lansia pada mahasiswa yang praktek di panti ini, serta demi tetap
terciptanya hubungan saling percaya antara mahasiswa dengan lansia yang ada di
panti ini.
UPT PSTW Pare sebagai panti yang sering digunakan sebagai tempat lahan
praktek mahasiswa sehingga para lansia di panti ini harus saling bersosialisasi dengan
mahasiswa praktek yang silih berganti. Sebagai bahan kontribusi kami sebagai
mahasiswa profesi Ners Stikes Ganesha Husada Kediri, kami merencanakan dan
mengaplikasikan dalam wujud pemberian penyuluhan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan yang dilakukan pokja penyuluhan dapat meningkatkan
tingkat kesejahteraan dan tingkat pengetahuan pada lansia.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, pengetahuan lansia tentang hipertensi,
PHBS, cara mencuci tangan yang benar, dan sampah.
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai pengaplikasian ilmu keperawatan yang telah didapatkan selama
diperkuliahan dan menambah pengalaman dalam melakukan perawatan gerontik di
lapangan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber data tentang keadaan nyata di lapangan tentang kondisi perawatan
gerontik saat ini
3. Bagi Institusi Lahan Praktik
Sebagai penambah pengetahuan dan ilmu keperawatan kepada petugas institusi
lahan praktik, terutama di bidang kesehatan lansia.
4. Bagi penghuni UPT PSTW
Sebagai penambah wawasan, pengetahuan dan juga mengetahui status kesehatan
bagi para lansia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1. Asam urat.
A. Definisi
Asam urat telah dikenal sejak abad V SM. Penyakit asam urat adalah istilah
yang sering digunakan untuk menyebut salah satu jenis penyakit rematik artikuler
(Utami, 2003). Asam urat merupakan substansi hasil akhir nucleic acidatau
metabolisme purin dalam tubuh. Berdasarkan penyelidikan bahwa 90% dari asam urat
merupakan hasil katabolisme purin yang dibantu oleh enzim guanase dan ksantin
oksidase (Shamley, 2005). Asam urat ini dibawa ke ginjal melalui aliran darah untuk
dikeluarkan bersama air seni. Ginjal yang sehat akan mengatur kadar asam urat dalam
darah agar selalu dalam keadaan normal. Namun, asam urat yang berlebihan tidak
akan tertampung dan termetabolisme seluruhnya oleh tubuh, maka akan terjadi
peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut sebagai hiperurisemia.
Hiperurisemia yang lanjut dapat berkembang menjadi gout (Klippel, 2000).
B. Etiologi
Dalam kondisi normal, mayoritas asam urat diekskresikan melalui ginjal, kira-
kira 10% dari asam urat yang difiltrasi oleh glomerolus dikeluarkan melalui urin
sebagai asamurat. Asam urat juga dapat dikeluarkan lewat intestinal, hal ini terjadi
karena penurunan jumlah bakteri, dalam hal ini disebut urikolisis namun hanya
dikeluarkan dalam jumlah yang sangat sedikit (Gaw, 2005).
Nilai asam urat dalam darah yang dianggap normal bagi pria adalah 0,20 -0,45
mMol/l dan wanita mempunyai kadar asam urat 10% lebih rendah daripada pria yaitu
0,15 – 0,38 mMol/L. Titik jenuh teoritis urat dalam plasma pada 37o C adalah 0,42
mMol/L (7 mg/100 ml) (Tjay dan Raharja, 2002).
C. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, hiperurisemia dapat diklasifikasikan menjadi
hiperurisemia primer, sekunder, dan idiopatik.
Hiperurisemia primer
Merupakan hiperurisemia yang tidak disebabkan oleh penyakit lain. Biasanya
berhubungan dengan kelainan molekuler yang belum jelas dan adanya kelainan
enzim.
hiperurisemia sekunder
merupakan hiperurisemia yang disebabkan oleh penyakit atau penyebab lain.
Hiperurisemia jenis ini dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu kelainan 12 yang
menyebabkan peningkatan de novo biosynthesis, peningkatan degradasi ATP, dan
underexcretion.
Hiperurisemia idiopatik
merupakan jenis hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primernya dan tidak ada
kelainan genetik, fisiologi serta anatomi yang jelas (Putra, 2009).
Hiperurisemia (konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari 7,0
mg/dL) dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Peningkatan
atau penurunan kadar asam urat serum yang mendadak mengakibatkan serangan
gout. Apabila kristal urat mengendap dalam sebuah sendi, maka selanjutnya respon
inflamasi akan terjadi dan serangan gout pun dimulai. Apabila serangan terjadi
berulang-ulang, mengakibatkan penumpukan kristal natrium urat yang dinamakan
tofus akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan, dan telinga
(Putra, 2009).
D. Tanda Gejala dan Gambaran Klinis Asam urat
Serangan pertama hanya menyerang satu sendi dan berlangsung selama
beberapa hari, kemudian gejala menghilang secara bertahap, dimana sendi kembala
berfungsi dan tidak muncul gejala hingga muncul serangan berikutya. Biasanya
urutan sendi yang terkena serangan gout (poliarthritis) berulang adalah: ibu jari kaki
(podogra), sendi tarsal kaki, pergelangan kaki, sendi kaki belakangan, pergelangan
tangan, lutut, dan bursa olekranon pada siku (Iskandar, 2012).
Setelah satu sampai dua tahun berikutnya, interval serangan bertambah pendek,
terbentuk tofi dan deformasi atau perubahan bentuk pada sendi-sendiyang tidak
dapat berubah ke bentuk seperti semula, ini disebut sebagai suatu gejala yang
irreversibel. Gejala berupa kulit diatasnya akan berwarna merah atau keunguan,
kencang dan licin, serta terasa hangat dan nyeri jika digerakkan, serta muncul
benjolan pada sendi yang 13 disebut tofus. Jika sudah lima hari, kulit diatasnya
akan berwarna merah kusam dan terkelupas (deskuamasi). Pada kondisi ini,
frekuensi kambuh akan penyakit ini semakin sering dan disertai rasa sakit yang lebih
menyiksa akibat adanya tofi (Iskandar, 2012)
Menurut Dianati (2015) Tanda dan Asam urat adalah sebagai berikut:
a. Akut Serangan awal gout berupa nyeri yang berat, bengkak dan berlangsung cepat,
lebih sering di jumpai pada ibu jari kaki. Ada kalanya serangan nyeri di sertai
kelelahan, sakit kepala dan demam.
b. Interkritikal Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut dimana terjadi
periode interkritikal asimtomatik. Secara klinik tidak dapat ditemukan tanda tanda
radang akut.
c. Kronis Pada gout kronis terjadi penumpukan tofi (monosodium urat) dalam
jaringan yaitu di telinga, pangkal jari dan ibu jari kaki.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah di gunakan untuk diagnosis
hiperurisemia, sedangkan pemeriksaan urin untuk melihat ekskresi urat dan
mendeteksi batu ginjal. Kadar normal asam urat dalam darah adalah 2 sampai 6
mg/dL untuk perempuan dan 3 sampai 7,2 mg/dL untuk laki-laki. Bagi yang berusia
lanjut kadar tersebut lebih tinggi. Rata-rata kadar normal asam urat adalah 3.0
sampai 7,0 mg/dl. Bila kadar asam urat darah lebih dari 7,0 mg/dl dapat
menyebabkan serangan gout. Bila hiperurisemia lebih dari 12 mg/dl dapat
menyebabkan terjadinya batu ginjal. Sebelum pemeriksaan di anjurkan puasa
selama kurang lebih 4 jam sebelumnya. Juga tidak boleh menggunakan obat obatan
tertentu yang dapat mempengaruhi hasil, yaitu: diuretika, etambutol, 14
vinkristin, pirazinamid, tiazid, analgetik, vitamin C dan levodopan, begitupun
makanan tertentu yang kaya purin (Iskandar, 2012).
F. Faktor Resiko
Faktor resiko seseorang terserang penyakit asam urat adalah pola makan,
kegemukan, dan suku bangsa. Suku bangsa yang paling tinggi prevelensinya pada
orang Maori di Australia. Sedangkan di Indonesia prevelensinya tertinggi pada
penduduk pantai dan yang paling tinggi didaerah Manado-Minahasa karena
kebiasaan atau pola makan ikan dan mengkonsumsi alkohol. Alkohol
menyebabkan pembuangan asam urat lewat urin berkurang sehingga asam urat
tetap bertahan dalam darah. asupan makanan yang mengandung zat purin yang
tinggi akan menjadi asam urat hal ini yang mengakibatkan peningkatan asam urat
dalam darah (Nabyluro’y, 2011).
Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah dan
merupakan faktor resiko terjadinya hiperurisemia. Faktor-faktor tersebut dapat
dikelompokkan menjadi tiga mekanisme, yaitu:
1) Peningkatan produksi asam urat
Hal ini bisa terjadi karena faktor idiopatik primer, makanan yang kaya purin (banyak
mengandung protein), obesitas, alkohol, polisitemia vera, paget’s disease, proses
hemolitik, psoriasis, dll.
2) Penurunan ekskresi asam urat
Penurunan ekskresi asam urat merupakan sebagian besar penyebab hiperurisemia
(hampir 90% kasus). Penyebabnya antara lain : idiopatik primer, insufusiensi ginjal,
ginjal polikistik, diabetes insipidus, hipertensi, asidosis, toksik pada kehamilan,
penggunaan obat- obatan seperti salisilat < 2 gram/hari, diuretik, alkohol, levodopa,
ethambutol, pirazinamid, dll.
3) Kombinasi antara kedua mekanisme tersebut
Dapat terjadi pada defisiensi glukosa 6-fosfat, defisiensi fruktosa 1-fosfat aldosi,
konsumsi alkohol dan shock (Wortmann, 1998).

2. Tehnik Relaksasi
Relaksasi merupakan salah satu teknik yang dapat meredakan kecemasan
bahkan williams (1996), berpendapat bahwa : “ it is important to realize that some
relaxation techniques are motor skill that need to be learned.” (hlm. 181). Selain itu
juga Satiadarma (2000), mengatakan sebagai berikut : “ bahwa relaksasi tidak sekedar
meredakan ketegangan secara psikis, tetapi juga memperbaiki kondisi fisik
seseorang.” (hlm. 198). Selain itu juga relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot
dan akan mengurangi gejala stres lainya seperti kecemasan, tidak mampu mengambil
keputusan, perhatian yang menyempit dsb (Tim Psikologi SEA GAMES XIX 1997)”.
Latihan ini membawa seseorang sampai keadaan rileks pada otot-ototnya. Jika
seseorang berada pada keadaan seperti itu, akan terjadi pengurangan timbulnya reaksi
emosi yang menggelora, baik pada susunan saraf pusat, maupun pada susunan syaraf
otonom dan lebih lanjut dapat meningkatkan perasaan segar dan sehat baik jasmani
maupun rohani. Hal ini sesuai dengan teorinya James Lange, yang mengemukakan
adanya interaksi antara emosi, misalnya kecemasan, dengan kondisi tubuh(
ketegangan pada otot-otot). Jadi jika seseorang dapat meredakan kecemasan atau
merilekskan otot-ototnya, maka akan terjadi juga pengurangan ketegangan atau
kecemasan dan akibat lain karena keadaan tersebut

3. Latihan gerak pasif Range of Motion (ROM)


Latihan gerak pasif berupa latihan Range of Motion (ROM) dapat
dilakukan sesering mungkin. Kelebihan dari latihan Range of Motion (ROM)
yaitu menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot.
Tujuan Range of Motion (ROM) adalah memulihkan kekuatan otot dan kelenturan
sendi sehingga pasien dapat kembali melakukan aktivitas sehari-hari. Berbagai
metode intervensi latihan seperti pemanfaatan Activity Daily Living (ADL),
hydrotherapy, exercise therapy telah terbukti memberikan manfaat yang besar dalam
mengembalikan gerak dan fungsi pada pasien pasca stroke. Akan tetapi peran
serta keluarga yang merawat dan mendampingi pasien juga sangat menentukan
keberhasilan program terapi yang diberikan. Dampak lain adalah dengan
penanganan yang salah akan menghasilkan proses pembelajaran sensomotorik
yang salah. Hal ini justru akan memperlambat proses perkembangan gerak.
Untuk itu harus dilakukan penanganan pasca stroke dengan benar dan dengan
dukungan orang-orang terdekat (Pramudiarja, 2010).
Ekstremitas atas merupakan salah satu bagian dari tubuh yang penting untuk
dilakukan ROM. Hal ini dikarenakan ekstremitas atas fungsinya sangat penting
dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan merupakan bagia yang paling aktif,
maka lesi bagian otak yang mengakibatkan kelemahan ekstremitas atas akan
sangat menghambat dan mengganggu kemampuan dan aktivitas sehari-hari
seseorang. Gerak pada tangan dapat di stimulasi dengan melakukan latihan
gerak sendi agar sirkulasi darah lancar (Irfan, 2010).

4. Efektifitas Oles Cengkeh


Pengobatan tradisional sekarang ini sudah terlihat sebagai pendamping
pengobatan modern. Meskipun penggunaan obat-obatan treadisional ini belum begitu
diminati di kalangan umum, akan tetapi kebiasaan minum jamu atau ramuan obat-obat
tradisional masih terlihat di kalangan masyarajat Indonesia khusus nya jawa dan
Madura
Menurut hembing (2006) tanaman tradisonal yang di bisa mengatasi asam urat
adalah cengkeh. Cengkeh ini sudah dipakai sejak sebelum abad ke-20 di negara
inggris. Cengkeh juga di gunakan sebagai campuran ramuan tradisional. Cengkeh
mempunyai khasiat dalam mengatasi penyakit rematik, asam urat tinggi, batuk, masuk
angin, gangguan lambung, nyeri dada dan perut serta sakit gigi (Hembing, 2006)
Menurut Hembing (2006) kuncup bunga cengkeh mengandung minyak atsiri
yang mengandung eugenol 70%-80% , asetil eugenol, alpha, betha-kariofilen,
furfural, senyawa flavonoid (eugenin, eugenitin, kaemferol, rham netin. Selain itu
cengkeh juga mengandung karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin, B1, lwmak
dan protein. Senyawa flavonoid ini bersifat antioksidan yang dapat menghambat kerja
ensim ksantin oksidase dan reaksi superoksida sehingga pembentukan asam urat jadi
terhambat atau berkurang.
BAB 3
RENCANA KEGIATAN

A. Strategi
1. Perencanaan
Menentukan tempat dan sarana prasarana yang digunakan untuk acara dengan
koordinasi dengan pengelola panti.
2. Pelaksanaan
a. Sasaran
Kegiatan diikuti oleh semua lansia wisma mawar, mahasiswa dan pembina
wisma.
b. Tempat
Kegiatan dilakukan di UPT PSTW Pare
c. Waktu
Penyuluhan : Tanggal 23 April 2019
d. Sarana
- Seperangkat sound system
- LCD
- Laptop
e. Metode pelaksanaan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Praktek
3. Rencana Tindakan Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1. Moderator mengucapkan 1. Menjawab salam
salam kepada sasaran
2. Moderator merkenalkan 2. Mendengarkan
kelompok pada sasaran
3. Moderator 3. Mendengarkan
menyampaikan topic
penyuluhan, tujuan
penyuluhan dan
menjelaskan waktu
pelaksanaan.
4. Fasilitator 4. Mendengarkan Materi
menyampaikan materi
2. 20 Menit Pelaksanaan :
1. Penyaji menyampaikan 1. Mendengarkan dan
materi memperhatikan
2. Memberikan kesempatan 2. Bertanya dan
pada peserta untuk berdiskusi
bertanya

3. 15 menit Penutup :
1. Menyimpulkan hasil 1. Memperhatikan
penyuluhan
2.Moderator melakukan 2. Menjawab pertanyaan

evaluasi secara verbal/


lisan dengan memberikan
beberapa pertanyaan
tentang materi yang sudah
dibahas.
3. Mengakhiri dengan 3. Menjawab salam

mengucapkan salam

B. Pengorganisasian :
Penanggung jawab : Nurul ‘Aisah, S.Kep
Fasilitator : Eka Ama Putri, S.Kep
Nur Khamidah, S.Kep
Jupri Marlanta, S.Kep
Dokumentasi : Mhd Bambang P, S.Kep
C. Anggaran
Penyuluhan
1. Konsumsi :,-

Anda mungkin juga menyukai