Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembangunan bidang kesejahteraan sosial merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional untuk mewujudkan taraf sejahteraan sosial yang

menyeluruh dan merata. Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa adalah

dilihat dari angka harapan hidup penduduknya. Demikian juga dengan Indonesia

sebagai suatu Negara berkembang yang tingkat kesejahteraan penduduknya cukup

baik (Darmojo dan Martono, 1999). Meningkatnya status kesehatan masyarakat,

selain digambarkan dengan makin menurunya angka kesakitan dan kematian juga

dapat digambarkan dengan meningatnya umur harapan hidup (Djojosugito, 2000).

Sebagai akibat penurunan angka kelahiran, angka sakitan, dan angka kematian

menyebabkan terjadi peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (Lansia).

Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia

yang dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun

ke atas. Lebih lanjut Maryam (2008) juga mendefinisikan lansia sebagai seseorang

yang telah berusia lanjut dan telah terjadi perubahan-perubahan dalam sistem

tubuhnya. Makin panjangnya umur harapan hidup di samping sebagai suatu

kebanggaan tetapi dilain pihak juga merupakan tantangan yang sangat berat,

mengingat tidak sedikit masalah yang bisa timbul sebagai dampak penuaan.

Penyakit-penyakit pada lansia pada umumnya memiliki arateristi berupa penyakit

multiple, degenerative yang kronis. Seringkali keluhan sakit pada lansia tidak

diikuti oleh adanya kondisi yang patologis, sehingga hanya berupa suatu keluhan

subyektif dari lansia (iilness) (Pearson and Vaughan, 1986).


Studi morbiditas menunjuan bahwa tingkat keluhan sakit dari penduduk

Indonesia dan lansia berdasarkan SUSENAS 1992 sebesar 21,0% dan

menunjukan pningkatan yang sangat berarti pada tahun 1995 yakni sebesar 55,8%

(Djojosugito,2000). Pandangan sebagian masyarakat yang menganggap lansia

sebagai manusia yang tidak mampu, lemah dan sakit-sakitan menyebabkan

mereka memperlakukan lansia sebagai manusia yang tidak berdaya sehingga

segala aktivitas sangat dibatasi (Menuh,2000).

Bagaimanapun kuatnya kemauan, harapan dan usaha pengembangan karir

yang dilakukan akhirnya akan mencapai puncaknya kemudian tanpa terasa akan

mengalami kemunduran baik aktivitas fisik, Pemanfaatan fungsi psikologis

maupun kegiatan sosial. Sebenarnya keadaan para lansia tida separah seprti

menurut pandangan dan mitos-mitos, arena mereka masih memiliki potensi dan

dapat menjadi usia keemasan (golden age) dan atau senior citizen. Akibatnya

jumlah orang yang lanjut usia akan bertambah dan ada kecenderungan akan

meningkat lebih cepat (Nugroho,1992). Dengan meningkatnya harapan hidup,

perlu diwaspadai kemungkinan peningkatan jumlah orang yang menderita cacat

dan pada manusia lansia (manula ; usia diatas 65 tahun ) sering dijumpai berbagai

gangguan , diantaranya : gangguan daya ingat ( memori ), gangguan kecerdasan

( kognitif), gangguan fungsi gerak dan rasa, serta gangguan keseimbangan dan

koordinasi.

Pada saat ini pergeseran kondisi sosial masyarakat yang mengarah pada pola

hidup individu mengaibatkan kondisi hidup lansia semakin menderita.

Berdasarkan peraturan gubernur jawa timur No.119 tahun 2008 ada perubahan

nomenklatur menjadi UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha. Banyak lansia yang
ditelantarkan oleh keluarga akibat ketidak mampuan merawat dan tida sedikit dari

mereka kini hidup dijalan dan hanya sebagian kecil yang masih beruntung bisa

dirawat di UPT PSWT keadaan ini memerlukan antisipasi dari semua pihak

termasuk diantaranya profesi keperawataan.

Keadaan lansia yang serba terbatas memerluan perlakuan hak asasi sama

seperti manusia lainnya, khusus karena kondisinya yang menurun , bantuan

peningkatan kesejahteraan sosial dan sentuhan keperawatan yang husus sehingga

dapat mengurangi angka morbiditas manusia serta menjadikan mereka hidup lebih

sejahtera sesuai dengan kondisinya. Pembangunan Bidang Kesejahteraan Sosial

merupakan bagian integraldari pembangunan nasional untuk mewujudkan taraf

kesejahteraan sosial yang menyeluruh dan merata. Kebrhasian pembangunan

dibidang kesejahteraan sosial tidak terlepas dari keberhasilaan pembangunan

disektor lainnya, khususnya bidang kesehatan. Keberhasilan pembangunan

dibidang kesehatan sangat berpengaruh pada meningkatnya usia haraopan hidup

masyarakat yang berimplikasi pada penambahaan jumlah penduduk yang maruk

kategori lanjut usia / jompo.

Disisi lain terjadi pergeseran nilai sosial budaya masyarakat yang cenderung

kurang menghargai, menghormati dan menerima keberadaan lanjut usia yang

berdampak pada semakin komplitnya permasalahan yang dihadapi oleh lanjut

usia, arena semakin tersisihan dari lingkungan sosialnya atau terlantar. Namun,

faktor lain yang mempengaruhi kesehatan lanjut usia yaitu pelayanan panti yang

professional dan memenuhui kebutuhan yang diharapkan lansia.


Oleh karena itu untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, Dinas Sosial

Provinsi Jawa Timur yang bergerak dibidang pembangunan kesejahteraan sosial

memberikan pelayanan sosial bagi lanjut usia terlantar melalui UPT PSTW yang

tersebar dalam panti di Jombang, Magetan, Jember, Pasuruan, Bondowoso, Blitar,

Dan Banyuwangi. UPT PSTW Jombang di Pare Kediri merupakan salah satu yang

perlu mendapat perhatian karna satu satunya panti yang ada di karesidenan Kediri,

sehingga kami mahasiswa Profesi Ners Stikes Ganesha Husada Kediri yang dekat

lokasi panti perlu berpartisipasi dalam kegiatan panti.


1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Tercapainya pelayanan dan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi

lanjut usia agar terciptanya peningkatan kesejahteraan dan kesehatan pada

lanjut usia di UPT PSTW Jombang di Pare Kediri.

1.2.2 Tujuan khusus

1.2.2.1 Melakukan pengkajian panti dan pelayanan yang diberikan pada lansia di

UPT PSTW Jombang di Pare Kediri.

1.2.2.2 Melakukan analisa SWOT dari hasil pengkajian di UPT PSTW jombang

di Pare kediri.

1.2.2.3 Melakukan perencanaan (Plan Of Action) tindakan keperawatan pada

lansia di UPT PSTW jombang di Pare Kediri.

1.2.2.4 Melakukan tindakan keprawataan pada lansia di UPT PSTW Jombang di

Pare Kediri.

1.2.2.5 Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada lansia di UPT PSTW

Jombang di Pare Kediri.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana pelayanan dan asuhan keperawataan pada lanjut usia di UPT

PSTW Jombang di Pare Kediri ?


1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Mahasiswa

Untuk mengoptimalkan kemampuan mandiri untuk mencegah dan

mengoptimalkan sesuai pengaplikasian ilmu keperawatan.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber data pengembangan Keperawatan Gerontik saat ini

1.4.3 Bagi Institusi Lahan Pratek

Sebagai penambah khazanah intervensi ilmiah, terutama dibidang

kesehatan lansia.

1.4.4 Bagi Klien UPT PSTW

Sebagai penambah wawasan, ketrampilan dan hiburan bagi para lansia.


BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Panti Sosial

2.1.1 Pengertian Panti Sosial

Salah satu lembaga yang menyelenggarakan kesejahteraan sosial adalah

Panti Sosial yaitu lembaga pelayanan kesejahteraan sosial yang memiliki

tugas dan fungsi untuk melakukan pendampingan terhadap keluarga dan

masyarakat dalam pengasuhan anak (Departemen Sosial RI, 2008: 11).

Pembangunan dalam bidang kesejahteraan sosial dewasa ini terus menerus

ditingkatkan dan dituntut untuk bisa menunjukkan peranan dan

memberikan sumbangan yang nyata bagi pencapaian tujuan nasional

sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Dasar, bahwa

pelaksanaannya dilakukan bersama-sama oleh pemerintah beserta segenap

masyarakat melalui pendekatan institusional

(http://www.dinsos.pemdadiy.go.id,). Peningkatan dalam mewujudkan

profesional pelayanan kesejahteraan sosial, salah satunya melalui

peningkatan kualitas pelayanan dalam panti sosial. Banyak panti social

yang sampai saat ini belum memiliki Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Selain itu, juga lemahnya daya dukung kelembagaan, SDM, dari segi

finansial dan sarana atau prasarana yang dimiliki.

Sedangkan panti sosial lanjut usia Jombang adalah unit pelaksana teknis

dari antar dinas sosial Provinsi Jawa Timur, lembaga kesejahteraan sosial

ini mempunyai tugas memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi


para lanjut usia, sehingga meraka dapat menikmati sisa hidupnya dengan

diliputi ketentraman lahir batin.

2.1.2 Pelayanan dalam panti

2.1.2.1 Pelayanan sosial

Diberikan kepada klien dalam rangka menciptakan hubungan sosial dan

penyesuaian sosial secara serasi dan harmonis diantara lanjut usia, lanjut

usia dengan keluarganya, lanjut usia dengan petugas, lanjut usia dengan

pimpinan panti dan lanjut usia dengan masyarakat. Pelayanan sosial ini

berupa konsultasi sosial, terapi sosial, konseling perorangan, bimbingan

kelompok, pelayanan rekreasi, bimbingan ketrampilan, merawat orang

sakit atau meninggal (termasuk cara memandikan jenazah).

2.1.2.2 Pelayanan fisik

Diberikan kepada klien dalam rangka memperkuat daya tahan fisik. Dalam

bentuk : pelayanan kesehatan meliputi penyediaan tenaga dokter, perawat,

fisioterapi, pemeriksaan kesehatan, posyandu lansia, penyediaan menu

makanan tambahan sesuai kalori yang dibutuhkan, klinik lanjut usia,

kebugaran, kerja bakti, pakaian, sarana dan prasarana, hidup sehari hari

(peralatan mandi, tidur, sholat).

2.1.2.3 Pelayanan psikososial

Pelayanan psikososial adalah diberikan kepada klien dalam rangka

menciptakan situasi sosial psikologis yang memungkinan tumbuhnya

perasaan nyaman, senang dan mampu beradaptasi dengan lingkungan

sosialnya. Misalnya: konseling atau konsultasi psikososial.


2.1.2.4 Pelayanan ketrampilan

Diberikan tidak saja untuk pengisian waktu luang, melainkan untuk

meningkatkan produktifitas agar dapat menambah penghasilannya atau

mempertahankan kemampuan atau ketrampilan.

2.1.2.5 Pelayanan Spiritual/keagamaan

Diberikan kepada klien dalam rangka memperkuat mental/spiritual dan

kerohanian terutama dalam melaksanakan peribadatan sehari-hari.

Pelayanan yang diberikan antara lain: penyediaan sarana dan prasarana

ibadah, bimbingan rohani.

2.1.2.6 Pelayanan Pendampingan

Diberikan dengan cara mendampingi setiap lanjut usia dalam melanjutkan

kehidupan shari-hari. Pelayanan ini bisa dilakukan dengan baik dengan

pengasuh, perawat atau pekerja sosial sesuai dengan kondisi panti.

2.1.2.7 Pelayanan Bantuan Hukum

Diberikan pada lanjut usia yang mengalami tindak kekerasan baik dalam

pelayanan panti maupun dalam keluarganya. Tujuannya untuk melindungi

lanjut usia dari hal-hal yang tidak diinginkan yang menyebabkan lanjut

usia menjadi korban pihak-pihak tertentu yang kurang bertanggung jawab.

2.1.3 Aspek Sosial dan Budaya lansia

Pembangunan disegala bidang menghasilkan kondisi sosial

masyarakat yang semakin membaik, dan usia harapan hidup makin

meningkat, serta jumlah lanjut usia bertambah. Untuk meningkatkan

kesejahteraan lanjut usia tersebut, oleh pemerintah bersama masyarakat

telah digrahan upaya peningatkan kesejahteraan manusia dalam bentuk:


1). Perlindungan sosial

2). Bantuan sosial

3). Pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial

4). Pelayanan kesehatan

5). Pemberdayaan lanjut usia agar mereka siap didaya gunakan sesuai

kemampuan masng-masing

6). Mendorong agar lanjut usia bergabung dengan organisasi sosial atau

organisasi lanjut usia atau organisasi masyarakat lainya.

Upaya diatas akan lebih ditingkatkan lagi dimasa mendatang, baik

ditunjukan bagi lanjut usia potensial dan lanjut usia yang tidak potensial.

Disamping perbaikan dibidang kesejahteraan sosial, arus globalisasi

dibidang komunikasi, informasi transportasi dan pendidikan niscaya

menimbulkan pengaruh luar yang mengisi budaya masyarakat yang selama

ini ada terhadap hubungan antar anggota keluarga mereka, termasuk yang

tergolong lanjut usia. Nilai kekerabatan dalam kehidupan keluarga

semakin melemah dalam keluarga yang mengarah pada bentuk keluarga

kecil, terlebih-lebih dalam masyarakat industri dimana lanjut usia terpisah

dari anggota keluarga lainnya akibat urbanisasi. Anggota keluarga yang

berusia lanjut kurang diperhatikan dan terpaksa hidup sendiri dan dalam

kesepian. Dengan demikian, budaya “Tiga Generasi Dibawah Satu Atap “

makin sulit dipertahankan karena ukuran rumah didaerah perkotaan yang

sempit, sehingga kurang memungkinkan para lanjut usia tinggal bersama

anak, menantu dan cucunya.


Menggabungkan diri dengan organisasi sosial dan organisasi

kemasyarakatan belum membudaya dan melembaga, sehingga

pembinanaan terhadap lanjut usia secara kelompok sulit dilakuan. Untuk

mengantisipasi hal tersebut, perlu dilaukan upaya khusus yang dasarnya

telah dirumuskan dalam undang-undang RI No.13 tahun1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia dan tambahan lembaran Negara Nomor 3796.

Kesejahteraan sosial lanjut usia adalah suatu tata kehidupan dan

penghidupan sosial, baik material maupun spiritual yang diliputi rasa

keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan

setiap lanjut usia untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani,

rohani, sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat

dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban hak asasi manusia. Menurut

undang-undang No.13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia bahwa

upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia potensial ( masih

mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat menghasilkan

barang atau jasa ) meliputi : pelayanan keagamaan dan mental spiritual,

pelayanan kesehatan, pelayanan kesempatan kerja, pelayanan pendidikan

dan pelatihan, pelayanan untuk mendapat kemudahan dalam penggunaan

fasilitas, sarana, dan prasarana umum : pemberian kemudahan dalam

layanan dan bantuan hukum, bantuan sosial.

Dan untuk yang tidak potensial meliputi : pelayanan keagamaan

dan mental spiritual, pelayanan kesehatan, pelayanan untuk mendapatkan

kemudahan dalam menggunakan fasilitas sarana, dan prasarana umum:

pemberian kemudahan dalam pelayanan dan bantuan hukum, perlindungan


sosial. Ini adalah bentuk perlindungan sosial dan bantuan sosial dari

pemerintah dan atau masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan sosial

lanjut usia. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan

agar lanjut usia dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan

pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan,

keahlian, ketrampilan, pengalaman, usia dan kondisi fisiknya serta

terselenggarakan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial lanjut usia.

Upaya ini bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa

produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya, terpeliharaanya

sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih

mendekatkan diri pada tuhan YME.

Berbagai permasalahan sosial yang berkaitan dengan pencapaian

kesejahteraan lanjut usia, antara lain permasalahan umum : masih besarnya

jumlah lanjut usia yang berada dibawah garis kemiskinan, makin

melemahnya nilai kekerabatan, lahirnya kelompok masyarakat industri,

masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan

lanjut usia dan masih terbatasnya sarana dan prasarana pelayanan dan

fasilitas khusus bagi lanjut usia dalam berbagai bidang pelayanan

pembinaan kesejahteraan lanjut usia, belum membudaya dan

melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lanjut usia. Disamping

itu menurut Departeman Sosial Republik Indonesia (2009), ada beberapa

permasalahan khusus yang berkaitan dengan kesejahteraan lanjut usia

yang salah satunya adalah berlangsungnya aging proses, yang berakibat

timbulnya masalah baik fisik, mental, maupun social. Mundurnya keadaan


fisik yang menyebabkan penurunan peran sosialnya dan dapat

menjadikannya lebih tergantung pada pihak lain.

Jika dilihat dari aspek sosial dan budaya begitu banyak

permasalahan yang timbul dan membutuhkan penanganan dari berbagai

bidang dan melibatkan berbagai kelompok professional, yang salah

satunya adalah keperawatan, yang merupakan bagian integral dari

kesehatan yang mempunyai ilmu dan kiat-kiat tertentu di dalam ikut

bertanggungjawab meningkatkan kesejahteraan sosial usia lanjut.

Kesehatan dalam pengertian UU nomor 13/1998 adalah keadaan sejahtera

dari badan, jiwa dan sosialyang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial dan ekonomis. Aging process membawa banyak

perubahan pada badan atau jasmani, jiwa, sosial dan ini akan dijelaskan

lebih lanjut dalam uraian teori tentang proses panuaan

Dengan adanya undang-undang nomor 13 tahun 1998 adalah

merupakan suatu kekuatan yang menjadi dasar untuk bekerja dan ini tentu

perlu untuk berkoordinasi dengan departemen yang terkait menangani

masalah lansia tersebut.


2.2 Konsep Lansia

a. Pengertian Lanjut Usia (Lansia)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 636) arti dari kata

lanjut usia adalah sudah berumur; tua. Sedangkan menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya

Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab I Pasal 1 Ayat 3,

istilah lansia diartikan sebagai berikut: “Lanjut Usia adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas”. Usia yang

dijadikan patokan untuk lansia berbeda-beda, umumnya berkisar antara

60-65 tahun. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam

Kusharyadi (2010:2), ada empat tahapan, yaitu:

1) Usia pertengahan (middle age) usia 45 - 59 tahun.

2) Lanjut usia (elderly) usia 60- 74 tahun .

3) Lanjut usia tua (old) usia 75 – 90 tahun.

4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun.

Menurut Rita Eka Izzaty, dkk dalam bukunya yang berjudul

Perkembangan Peserta Didik (2008:165) mengungkapkan bahwa

seorang manusia yang sudah lansia bukan berarti bebas dari tugas-

tugas perkembangan. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan

adalah tugas yang sesuai dengan tahapan usianya. Tugas-tugas

perkembangan itu adalah:


1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan

kesehatan.

2. Menyesuaikan diri dengan kemunduran dan berkurangnya

pendapatan.

3. Menyesuaikan diri atas kematian pasangannya.

4. Menjadi anggota kelompok sebaya.

5. Mengikuti pertemuan sosial dan kewajiban sebagai warga Negara.

6. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.

7. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel

berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa lansia adalah seseorang yang sudah berusia 60

tahun ke atas yang mempunyai tugas untuk mengembangkan

dirinya dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan

yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia mereka.

` Menurut Dr. Maria Sulindro (direktur medis pasadena anti aging,

USA), proses penuaan tidak terjadi secara serta merta melainkan

secara bertahap dan secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga fase,

yaitu sebagai berikut:

1. Fase I : Terjadi pada saat seseorang mencapai usia 25-35 tahun.

Pada masa ini produksi hormon mulai berkurang dan mulai terjadi

kerusakan sel, tetapi tidak memberi pengaruh pada kesehatan.


2. Fase II : Terjadi pada saat usia 35-45 tahun, produksi hormon

sudah menurun sebanyak 35% dan tubuh mulai mengalami penuaan.

Pada masa ini, mata mulai mengalami rabun dekat sehingga perlu

menggunakan kacamata berlensa plus, rambut mulai beruban, dan

staminapun mulai berkurang.

3. Fase III : terjadi pada usia 45 tahun keatas. Pada masa ini produksi

hormon sudah berkurang hingga akhirnya berhemti. Kaum perempuan

mengalami masa menopause, sedangkan kaum pria mengalami masa

andropause. Pada masa ini, kulit menjadi kering karena mengalami

dehidrasi, sehingga tubuh menjadi cepat lelah dan capek. Berbagai

penyakit degeneratif seperti diabetes, osteoporosis, hipertensi dan

penyakit jantung koroner mulai menyerang.

Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap

perkembangan normal yang dialami oleh setiap individu merupakan

kenyataan yang tidak dapat dihindari. Batasan lansia dapat ditinjau dari

aspek biologi, sosial, dan usia atau batasan usia. Yaitu :

a. Aspek Biologi Lansia ditinjau dari aspek biologi adalah

orang/individu yang telah menjalani proses penuaan (menurunnya

daya tahan fisik yang ditandai dengan semakin rentannya tubuh

terhadap serangan berbagai penyakit yang dapat menyebabkan

kematian. Hal ini disebabkan seiring meningkatnya usia terjadi

perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem

organ.
b. Aspek Sosial dari sudut pandang sosial, lansia merupakan

kelompok sosial tersendiri. Di negara barat, lansia menduduki

strata sosial di bawah kaum muda. Bagi masyarakat tradisional

Asia, lansia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus

dihormati oleh masyarakat.

c. Aspek Umur Dari kedua aspek diatas, pendekatan umur adalah

yang paling memungkinkan untuk mendefinisikan lansia secara

tepat. Beberapa pendapat mengenai pengelompokan usia lanjut

adalah sebagai berikut:

1) Menurut Kamus Besar Indonesia (1995), lanjut usia adalah

tahao masa tua dalam oerkembangan individu dengan batas usia 60

tahun ke atas.

2) UU RI no. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah

mencapai umur 60 tahun keatas.

3) Departemen Kesehatan RI membuat pengelompokkan sebagai

berikut:

a. Kelompok Pertengahan Umur: kelompok usia dalam masa

vertilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menunjukkan

kepekaan fisik dan kematangan jiwa (45- 54 tahun)

b. Kelompok Usia Lanjut Dini: kelompok dalam masa pensiun,

yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut (55-64 tahun)

c. Kelompok Usia Lanjut: Kelompok dalam masa senium (65

tahun keatas)
d. Kelompok Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi: kelompok yang

berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup

sendiri terpencil, menderita penyakit berat atau cacat.

4) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membuat pengelompokan

sebagai berikut:

a. Usia pertengahan adalah kelompok usia 45-59 tahun.

b. Usia lanjut adalah kelompok usia antara 60-70 tahun.

c. Usia lanjut tua adalah kelompok usia antara 75-90 tahun.

d. Usia sangat tua adalah kelompok usia di atas 90 tahun.

5) Menurut Second World Assemby on Aging (SWAA) di Madrid (8-

12 April 2002) yang menghasilkan Rencana Aksi Internasional

Lanjut Usia (Madrid International Plan of Action on Aging),

Seseorang disebut sebagai lansia jika berumur 60 tahun ke atas (di

negara berkembang) atau 65 tahun keatas di negara maju.

Lansia digolongkan lagi berdasarkan umurnya, hal tersebut

dikemukakan menurut seorang tokoh psikologi, yaitu Burnside. Empat

batasan tersebut digunakan juga oleh Departmen Sosial dalam

menggolongkan batasan untuk kaum lansia. Batasan tersebut antara

lain adalah sebagai berikut:

1. Youth Old (60-69 tahun) Pada usia tersebut lansia sudah

dihadapkan pada berkurangnya peran merka dalam kehidupan

bermasyarakat, misalnya,: karena sudah pensiun aktifitasnya

menjadi berkurang, penghasilan menurun, dll. Pengolahan psikis,


fisik dan sosial dengan baik dapat mengurangi cepatnya penurunan

perkembangan manusia.
2. Middle Age Old (70-79 tahun) Kondisi fisik sudah nampak

menurun dengan jelas. Organ-organ fisik fasenya sudah menurun

(panca indera). Kecepatan, kelincahan, akurasi (ketepatan)

semuanya menurun sehingga produktivitas menurun. Pada masa ini

muncul berbagai penyakit yang dirasakan, yang awalnya tidak

dirasakan, sekarang menjadi mengganggu. Sehingga mulai muncul

keluhan-keluhan, merasa sakit, menjadi dependent terhadap orang

lain. Secara psikologis, mudah terseinggung, mudah marah,

emosional, mudah cemas, ada juga yang takut mati. Lansia mudah

emosional karena adanya perbedaan, dalam arti yang diinginkan

oleh lansia tidak sama dengan keinginan orang-orang muda. Salah

satu langkah yang dapat dilakukan dengan memahami dan tidak

terlalu menuntut gap pada lanisa, menghargai karya atau aktifitas

lansia sehingga “generation Gap” dapat diminimalkan.


3. Old Age (80-90 tahun) Mulai menarik diri dari lingkungan sosial

dikarenakan keterbatasan kondisi fisik, misalnya: tidak bisa

berjalan jauh, tidak bisa duduk lama, dll. Kondisi psikologis,

misalnya: tidak bertemu teman sebaya, sehingga lingkup sosial

sempit. Oleh karena jarang pergi sehingga ketergantungan

meningkat dan komunikasi menjadi tidak nyambung. Mereka

mulai membutuhkan adanya perhatian dan sikap proaktif dari

orang-orang yang ada di sekitar.


4. Very old (> 90tahun) Kurang dapat diajal berkomunikasi, difable,

sehingga banyak kelompok ini yang hidup pasrah dan siap mati.
Apabila lansia merasa bahwa mereka merepotkan lingkungan,

maka akan timbul depresi. Successfull Aging betul-betul tergantung

pada orang lain dalam segala hal. Sehingga memang dibutuhkan

orang yang dapat melayani dan merawat mereka.

b. Klasifikasi Golongan Lansia

Klasifikasi golongan Lanjut Usia menurut Schroeder (1996) dibagi

golongan usia lanjut berdasarkan ketergantungannya menjadi 3 yaitu:

1. Lanjut usia mandiri (independent elderly)

Lanjut usia dengan kondisi fisik sehat dan tidak memiliki

disabilitas emosional (misalnya: tidak murung, tidak mudah curiga,

tidak depresif, tidak rewel) sehingga masih dapat untuk melakukan

aktifitas rutinnya tanpa bantuan orang lain atau paling tidak hanya

memiliki ketergantungan sosial.

2. Lanjut usia semi mandiri (semi independent elderly)


Termasuk dalam kelompok ini antara lain lansia yang mengidap

penyakit tertentu dan lansia yang mengalami kemunduran panca

indera yang cukup parah atau lansia yang memiliki ketergantungan

domestik.

3. Lanjut usia tidak mandiri (dependent elderly)


Lansia tidak mandiri adalah lansia yang mengidap penyakit

tertentu secara serius atau karena memiliki disabilitas emosional

atau sosial yang cukup parah atau karena memiliki ketergantungan

personal.
c. Ketergantungan Pada kaum Lansia

Seiring bertambahnya usia manusia mulai dapat menjalankan

segala aktifitasnya sendiri, namun dalam hal tersebut terdapat titik

tolak tersebut terjadi pada saat dimana manusia mencapai pada tahap

menjadi lansia (60 tahun keatas), manusia akan mulai bergantung pada

orang-orang disekelilingnya, dikarenakan adanya penurunan fisik,

perubahan psikologi, dll. Beberapa ketergantungan yang dibutuhkan

oleh orang-orang lanjut usia adalah sebagai berikut:

1. Ketergantungan personal

Ketergantungan paling berat yang dialami lansia dalam

melaksanakan aktivitas pokok sehari-hari terhadap dirinya sendiri

sehingga perlu mendapatkan bantuan dari orang lain secara intensif

hampir sepanjang hari.

2. Ketergantungan domestik

Ketergantungan lansia yang membutuhkan bantuan orang lain

hanya dalam beberapa pekerjaan rumah tangga yang tidak pokok

misalnya, memasak, mencuci, dll.

3. Ketergantungan sosial/finansial

Ketergantungan lansia yang membutuhkan bantuan orang lain

untuk melakukan pekerjaan di luar rumah. Misalnya berbelanja,

mengunjungi keluarga, menabung, dll.


d. Perubahan pada Kaum Lansia

1. Aspek Fisik
Menurut Hurlock (1996) dalam bukunya yang berjudul “Psikologi

Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan”

memaparkan perubahan fisik yang terjadi pada golongan lanjut

usia. Perubahan fisik yang terjadi meliputi sebagai berikut:


1. Perubahan penampilan, perubahan yang terjadi adalah:
a. Bagian kepala: hidung menjulur lemas. Bentuk mulut berubah

karena hilangnya gigi, mata kelihatan pudar.


b. Bagian tubuh: bahu membungkuk dan tampak mengecil, perut

membesar dan membuncit, penimbunan lemak di perut dan

panggul serta kulit mengendur.


c. Persendian: Perubahan bagian dalam tubuh Perubahan yang

terjadi dalam tulang mengapur dan mudah retak (keropos),

berkurangnya berat otak dan biliki jantung yang semakin

melebar.
2. Perubahan fisiologis: Perubahan yang terjadi adalah pengaturan

suhu tubuh menjadi sulit, meningkatnya tekanan darah,

penurunan jumlah waktu tidur, ketahanan dan kemampuan

bekerja menurun.
3. Perubahan panca indera
a. Indra penglihatan: Penurunan kemampuan untuk melihat

obyek pada tingkat penerangan rendah, penurunan

sensitivitas terhadap warna dan umumnya menderita

presbiopi (cacat maat tua)


b. Indra peraba Indra: peraba pada kaum lansia semakin kurang

peka karena kulit menjadi semakin mengering dan keras.


c. Indra perasa Indra: Perasa pada kaum lansia semakin

berkurang karena berhentinya pertumbuhan tuna perasa.


d. Indra pendengaran: Kaum lansia biasanya kehilangan

kemampuan untuk mendengar bunyi yang sangat tinggi

maupun rendah.
e. Indra penciuman Indra: Penciuman menjadi kurang tajam.
f. Sensitivitas terhadap rasa sakit: Penurunan ketahanan terhadap

rasa sakit pada setiap bagian tubuh yang berbeda.


4. Perubahan seksual: Perubahan yang terjadi adalah penurunan

potensi seksual pada usia 60-an dan disertai dengan penyusutan

ciri-ciri seks sekunder.


5. Perubahan kemampuan motorik
a. Kekuatan Penurunan: Kekuatan yang paling nyata adalah

pada kelenturan otot-otot tangan bagian depan dan otot-otot

yang menopang tegaknya tubuh. Selain itu golongan lanjut

usia lebih mudah lelah dan memerlukan waktu istirahat yang

lebih lama dibanding dengan orang yang lebih muda.


b. Kecepatan: Kecepatan bergerak sangat menurun setelah usia

enam puluhan.
c. Belajar keterampilan baru Orang lanjut usia lebih lambat

dalam belajar dibandingkan dengan orang yang lebih muda

dan hasil akhirnya cenderung kurang memuaskan.


6. Kekakuan: Orang lanjut usia cenderung menjadi kagok dan

canggung sehingga sering menumpahkan dan menjatuhkan

sesuatu yang dipegangnya.

e. Aspek Psikologis

a. Kognisi
Para Lansia mengalami penurunan dalam segala hal, termasuk

penurunan daya ingat, kecerdasan atau intelegensi dalam


memproses informasi. Orang berusia lanjut pada umumnya

cenderung lemah dalam memngingat hal-hal yang baru dipelajari

dan sebaliknya ingatan mereka cukup baik terhadap hal-hal yang

telah lama dipelajari. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa mereka

tidak termotivasi untuk mengingatingat sesuatu, kurangnya

perhatian, pendengaran yang kurang jelas serta apa yang

didengarnya berbeda dengan yang diucapkan orang (Elizabeth B.

Hurlock, Development Psycology A Life- Span Approach, atau

Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan, terjadi. Istidayanti dan Soedjarwo (Jakarta). No 5. hal.

394).
b. Afeksi dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak akan bisa

jauh dari kehidupan sosial antara manusia satu dengan manusia

yang lain saling membutuhkan. Manusia tidak akan bisa hidup

tanpa bantuan orang lain, dikarenakan sudah menjadi kodrat bahwa

manusia adalah mahluk sosial. Sama halnya dengan lansia, mereka

membutuhkan lebih banyak perhatian dari orang-orang

disekelilingnya. Terdapat 3 aspek hubungan sosial pada lansia,

yaitu hubungan persahabatan (friendship), dukungan sosial

(sosialsupport), dan integrasi sosial (sosialintegeration)


1. Persahabatan orang cenderung mencari teman dekat, dibanding
dengan mencari teman baru ketika mereka semakin tua.
2. Dukungan sosial dukungan sosial merupakan sarana yang

relatif untuk dapat membantu individu untuk mengatasi


masalahnya, dan juga dapat meningkatkan kesehatan fisik dan

psikis pada lansia.


3. Integerasi sosial integrasi sosial merupakan peranan yang

sangat penting dalam kehidupan lansia. Kondisi kesepian dan

terisolasi secara sosial akan menjadi faktor yang beresiko bagi

kesehatan lansia. Kondisi kesepian tersebut bisa terjadi karena

hilangnya pasangan hidup, kepergian anak-anaknya dari

keluarga, atau juga bisa terjadi karena merasa dirinya tidak

berguna dan tidak berharga (Arri Handayani. “Kesepian pada

Lansia”. Dalam Majalah “Psikologi Plus Empati yang

menyembuhkan.” Menurut James O. Lugo dan Gerald L.

Hershey dalam bukunya yang berjudul Human Development

menyatakan tentang sisi afektif para lansia, yaitu sebagai

berikut:
“ How will a person adapts to old age is in part

predicated on how well he has adapted to the older

cycles of his life. If the individual experienced a crisis

in his emotional life each time a new adjustment was

needed, he will probably experience difficulty in old

age. Obviusly, such factors as geographica location,

economic situastion, and physical health can also

affect this adaptive process.”


Yang dimaksud dari pernyataan di atas tersebut adalah,

seberapa baik seseorang menyesuaikan diri pada masa tua itu

tergantung pada seberapa baik ia menyesuaikan diri dengan siklus

yang lain dari hidupnya, maka setiap kali penyesuaian diri baru
diperlukan, dan ia akan mengalami kesulitan pada masa tua.

Misalnya seperti faktor letak geografis, kondisi ekonomi dan

kesehatan fisik juga dapat mempengaruhi proses adaptasi tersebut.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa,

seseorang mampu menghadapi masa tua dengan baik, tergantung

dari kemampuan seseorang tersebut menyesuaikan diri dengan

masa-masa sebelumnya. Seseorang yang mempunyai kecerdasan

emosi yang kurang baik akan mengalami kesulitan dalam

meghadapi masa tua, dikarenakan adanya kebutuhan dalam

penyesuaian diri yang lebih untuk menghadapi masa tersebut.

Selain hal tersebut, reaksi emosional yang berlebihan dapat

memperburuk fisik lansia. Misal, jika lansia cepat marah atau

seringkali merasakan kesedihan yang teramat-sangat dapat

menyebabkan nafsu makan lansia berkurang, dan sehingga pada

akhirnya lansia tersebut jatuh sakit. Semua orang lanjut usia

memiliki citra dan kepirbadian yang rata-rata sama, yaitu kaku,

sulit, dan depresif(gangguan pada mood seseorang yang berupa

suatu emosi dan menetap, pada kondisi ekstrim, dan sangat

mempengaruhi persepsi seseorang terhadap dunia).

f. Aspek Religius

Pada Manusia usia lanjut terdapat asumsi bahwa orang menjadi

lebih tertarik dan kembali pada agama setelah berusia lanjut dan

mereka menjadi lebih religius. Terdapat beberapa penelitian yang

mendukung asumsi tersebut, walaupun beberapa penelitian lain


menunjukan bahwa religiusitas seseorang cenderung stabil dalam

sepanjang kehidupan seseorang tersebut. Hasil penelitian The

Princeton Religion Research Center (dalam Spilka dkk, 1985)

melaporkan bahwa 72% dari orang yang berusia 18-24 tahun

mengatakan bahwa agama sangat penting dalam hidupnya, sedangkan

pada orang-orang yang berusia 50 tahun atau lebih berjumlah 91%.

Hasil penelitian yang lain menunjukkan bahwa hanya terdapat 28%

dari orang-orang yang berusia 18-24 tahun aktif menjalankan ibadah

keagamaan dan 48% pada mereka yang berusia 50 tahun ke atas.

Moberg (dalam Indiriana, 2004) mengemukakan salah satu hasil

penelitian yang menunjukan bahwa 57% dari respondennya merasa

agama lebih berarti bagi mereka setelah pensiun, dibanding

sebelumnya. Penelitian yang lain lagi menunjukkan bahwa, 67-71%

pada orang usia lanjut wanita dan 52-55% pada pria mengatakan

bahwa agama merupakan sesuatu yang sangat penting dalam hidupnya,

5% wanita dan 7- 19% pria mengatakan bahwa agama tidak berarti

banyak bagi mereka. Dari beberapa hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa religiusitas meningkat sejalan dengan

bertambahnya usia seseorang. Dikatakan lebih lanjut bahwa pada

beberapa hasil penelitian, keyakinan dan kepercayaan pada Tuhan akan

meringankan penderitaan saat orang mengalami kesedihan, kesepian,

putus asa, atau masalah emosional yang lain, dalam dengan adanya

kedekatan mereka pada Tuhan dapat mnguatkan iman dan kekuatan

pada diri masing-masing orang (religiusitas, keberadaan pasangan dan


kesejahteraan sosial (sosial well being) pada Lansia Binaan PMI

Cabang Semarang.

g. Permasalahan Lansia
Permasalahan lansia terjadi karena secara fisik mengalami proses

penuaan yang disertai dengan kemuduran fungsi pada sistem tubuh

sehingga secara otomatis akan menurunkan pula keadaan psikologis

dan sosial dari puncak pertumbuhan dan perkembangan.

Permasalahan-permasalahan yang dialami oleh lansia yaitu diantaranya

adalah sebagai berikut:


a) Kondisi mental :secara psikologis, umumnya pada usia lanjut

terdapat penurunan baik secara kognitif maupun secara psikomotorik.

Contohnya, penurunan pemahaman dalam menerima permasalahan

dalam kelambanan bertindak.


b) Keterasingan (loneliness): terjadi penurunan kemampuan pada

individu dalam mendengar, melihat, dan aktivitas lainnya sehingga

merasa tersisih dari masyarakat.


c) Post Power Syndrome: kondisi ini terjadi pada seseorang yang

smeula memiliki jabatan pada masa aktif bekerja. Setelah berhenti

bekerja, orang tersebut merasa ada sesuatu yang hilang dalam

hidupnya.
d) masalah penyakit: selain karena proses fisiologis yang menuju ke

arah degeneratif, juga banyak ditemukan gangguan pada manusia

lanjut usia, antara lain: infeksi, jantung dan pembulu darah, penyakit

metabolik, osteoporsis, kurang gizi, penggunaan obat dan alkohol,

penyakit syaraf (stroke), serta gangguan jiwa terutama depresi dan

kecemasan. Permasalahan yang dialami lansia memberikan

kesimpulan bahwa dengan keterbatasan yang di alami maka harus


diciptakan suatu lingkungan yang dapat membantu aktivitas lansia

dengan keterbatasannya.
h. Kebutuhan Hidup Lansia
Lansia juga mempunyai kebutuhan hidup seperti orang lain, agar

kesejahteraan hidup dapat dipertahankan. Kebutuhan hidup seperti

kebutuhan makanan yang mengandung gizi seimbang, pemeriksaan

kesehatan secara rutin dan sebagainya diperlukan oleh lansia agar

dapat mandiri. Menurut pendapat Maslow dalam teori Hierarku

Kebutuhan, kebutuhan manusia meliputi:


a. Kebutuhan Fisik (Physiological needs) adalah kebutuhan fisik

atau biologis seperti pangan, sandang, papan.


b. Kebutuhan ketentraman (Safety needs) adalah kebutuhan akan

rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batin

seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian,

dan sebagainya.
c. Kebutuhan Sosial (Sosialneeds) adalah kebutuhan untuk

bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui

paguyuban, organisasi, profesi, kesenian, olah raga, kesamaan

hobi, dan sebagainya.


d. Kebutuhan harga diri (Esteem needs) adalah kebutuhan akan harga

diri untuk diakui keberadaannya.


e. Kebutuhan aktualisasi diri (Self actualization needs) adalah

kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani

maupun daya pikir berdasarkan pengalamanya masing-masing,

bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan

Anda mungkin juga menyukai