Anda di halaman 1dari 21

PRE PLANNING RESOSIALISASI MENGENAI OPERAN

INSTALANSI RAWAT INAP DI RUANG SADEWA

RUMAH SAKIT JIWA dr. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

FOKUS FUNGSI PENGARAHAN


MODEL KOMUNIKASI : OPERAN JAGA

DISUSUN OLEH :
RETNO TIYASWATI
070117A005

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Keliat, 2009). Keperawatan
merupakan suatu seni dan ilmu pengetahuan. Sebagai perawat profesional,
perawat harus mampu memberikan perawatan dengan kasih sayang,
perhatian dan rasa hormat terhadap harga diri klien. Sebagai ilmu
pengetahuan, keperawatan merupakan ilmu pengetahuan yang terus
berubah. Untuk dapat bertindak secara profesional, perawat harus dapat
memberikan perawatan secara teliti dan berdasarkan pengetahuan serta
bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain (Potter dan Perry,
2009).
Pada saat perawat melakukan tugasnya, harus sesuai dengan
kewenangan yang dimiliki. Setiap tenaga kesehatan dalam melakukan
tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standart profesi tenaga kesehatan.
Seorang perawat harus menunjukkan sikap profesionalismenya dalam
menjalankan pekerjaan. Salah satu tugas yang menuntut sikap
profesionalisme seorang perawat adalah bagaimana membangun
komunikasi antar perawat dalam meningkatkan kualitas asuhan pada
pasien melalui timbang terima atau operan pasien antar pergantian shift
jaga perawat (Rifiani, 2013).
Timbang terima (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien, bertujuan menyampaikan kondisi atau keadaan secara
umum pasien, menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti
oleh dinas berikutnya. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas, dan lengkap tentang
tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat itu. Informasi yang
disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan
dapat berjalan dengan sempurna (Nursalam, 2013).
Operan atau timbang terima merupakan sistim kompleks yang
didasarkan pada perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang
dimiliki perawat dalam berkomunikasi. Operan shift penting untuk
menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam. Operan
pada setiap pergantian shift merupakan periode persiapan perawat yang
telah selesai berdinas pada shift berikutnya saling berkomunikasi untuk
menyampaikan informasi yang berkaitan dengan dinas dan mencocokkan
informasi (Lardner dalam Keliat, 2013).
Ada berbagai macam model operan yaitu model tradisional dan
operan disisi tempat tidur (bedside) yang penerapannya disesuaikan
dengan kondisi masing-masing ruangan. (Achmad, 2012). Operan
tradisional hanya cukup di meja perawat tanpa mengkonfirmasi keadaan
pasien secara langsung. Hal ini menyebabkan ketidakpuasan dari pasien
dan perawat karena tidak ada komunikasi antara perawat dengan pasien
yang nantinya bermanfaat bagi pelayanan yang dilakukan. (Rina, 2012).
Komunikasi yang efektif dalam lingkungan perawatan kesehatan
membutuhkan pengetahuan, keterampilan dan empati. Ini mencakup
mengetahui kapan harus berbicara, apa yang harus dikatakan dan
bagaimana mengatakannya
serta memiliki kepercayaan diri dan kemampuan untuk memeriksa
bahwa pesan telah diterima dengan benar. Meskipun digunakan setiap hari
dalam situasi klinis, keterampilan komunikasi perlu dipelajari,
dipraktekkan dan disempurnakan oleh semua perawat sehingga mereka
dapat berkomunikasi dengan jelas, singkat dan tepat dalam lingkungan
yang serba cepat dan menegangkan. Untuk itu diperlukan pendekatan
sistematik untuk memperbaiki komunikasi tersebut salah satunya dengan
cara komunikasi teknik SBAR. (Rina, 2012).
Pelaksanaan timbang terima (Handover) ini seringkali masih
menjadi permasalahan di setiap Rumah Sakit. Agar pelaksanaan prosedur
timbang terima atau operan pasien yang dilakukan oleh perawat,
dibutuhkan peran kepala ruangan sebagai manajer ruangan dimana salah
satunya fungsi adalah pengarahan. Menurut Keliat (2013), bentuk fungsi
pengarahan kepala ruangan anatara lain adalah operan atau timbang
terima. Fungsi pengarahan ini dilakukan oleh kepala ruangan atau ketua
tim harus dapat mengarahkan stafnya karena implikasi fungsi pengarahan
dapat meningkatkan kemampuan dan pemahaman perawat pelaksana
tentang asuhan keperawatan khususnya pelaksanaan timbang terima.
Sebagai seorang pemimpin, kepala ruangan harus mengetahui
bagaimana mengatur bawahannya dan mampu mempertahankan kualitas
kerja. Pengarahan bisa mencakup penugasan, perintah atau instruksi yang
mudah dimengerti dan diikuti oleh bawahannya agar tujuan organisasi
khususnya asuhan keperawatan dapat tercapai dengan baik. Khusus pada
pelaksanaan timbang terima, dengan adanya pengarahan yang baik
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat dalam menjalin
komunikasi antar perawat dan pemahaman tentang pentingnya timbang
terima akan semakin baik (Kurniadi, 2013).

B. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Bagi RSJ dr. Arif Zainudin Surakarta, hasil observasi ini dapat
dijadikan sebagai bahan masukan untuk menentukan kebijakan
dalam mengefektifkan pelayanan rumah sakit pada seluruh
masyarakat khususnya pelayanan keperawatan.
2. Bagi keperawatan
Hasil observasi ini diharapkan dapat memberikan informasi
tentang kurang optimalnya penerapan operan shift jaga atau
handover, sehingga dapat diperbaiki dan ditingkatkan demi
mencapai pelayanan kesehatan yang bermutu.
3. Bagi perawat
 Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
 Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar
perawat
 Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara
paripurna dan meminimalkan terjadinya kesalahan
tindakan.
4. Bagi mahasiswa praktek Profesi Ners
Hasil observasi ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
kontribusi dalam upaya mengkaji lebih dalam tentang bagaimana
efektivitas fungsi pengarahan dan pelaksanaan timbang terima.
URAIAN TUGAS
A. Sasaran
Kepala Ruang, Ketua Tim, dan Perawat pelaksana di Ruang Sadewa RSJD
dr, Arif Zainudin Surakarta
B. Stategi Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan yang digunakan adalah:
1. Mendiskusikan dengan Kepala Ruang dan Ketua Tim tentang
penyebab tidak optimalnya operan
2. Meresosialisasikan tentang pentingnya adanya operan yang optimal di
Ruang Sadewa
C. Alat dan Bahan
Materi Operan
D. Pengorganisasian dan Uraian Tugas
Penanggungjawab : Retno Tiyaswati
Tugas : Bertanggung jawab atas terlaksananya
resosialisasi tentang adannya operan di Ruang
Sadewa
E. WaktuPelasanaan
Hari/tanggal : 21 Desember 2017
Tempat : Ruang Sadewa
F. Setting Tempat
Keterangan

Penanggungjawab

Peserta

Fasilitator
G. Susunan Acara
Tahap Kegiatan Waktu

Pembukaan a. Mengucapkan salam 5 menit


b. Perkenalan diri
Proses a. Mendiskusikan dengan Kepala Ruang dan 15
Ketua Tim tentang penyebab tidak menit
optimalnya operan
b. Mensosialisasikan tentang pentingnya
operanya optimal
Penutup a. Menyimpulkan hasil diskusi 5 menit
b. Evaluasi
c. Salam penutup
Jumlah 25
menit
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Operan Shift Jaga/Timbang Terima/Handover


Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu cara
dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan klien. Operan jaga memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah
itu diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross
coverage. Clair dan Trussel (dalam Kerr, 2001) menyusun pengertian
dari handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien yang
dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008)
menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang informasi
(termasuk tanggungjawab dan tanggunggugat) selama perpindahan perawatan
yang berkelanjutan yang mencakup peluang tentang pertanyaan, klarifikasi
dan konfirmasi tentang pasien.
Handoff juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan,
tanggungjawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke
perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Runy (2008), menyatakan handover adalah waktu dimana terjadi perpindahan
atau transfer tanggungjawab tentang pasien dari perawat yang satu ke perawat
yang lain. Tujuan dari handover adalah menyediakan waktu, informasi yang
akuta tentang rencana perawatan pasien, terapi, kondisi terbaru, dan
perubahan yang akan terjadi dan antisipasinya.
Operan merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada
perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam
berkomunikasi. Operan shif berperan penting dalam menjaga kesinambungan
layanan keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002). Tujuan komunikasi selama
operan adalah untuk membangun komunikasi yang akurat, reliabel (Lardner,
1996), tentang tugas-tugas yang akan dilanjutkan oleh staf pada shif
berikutnya agar layanan keperawatan bagi pasien berlangsung aman dan
efektif, menjaga keamanan, kepercayaan, dan kehormatan pasien, mengurangi
kesenjangan dan ketidak akuratan perawatan, serga memberi kesempatan
perawat meninggalkan pelayanan langsung. (Achmad, dkk, 2012).
Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan
menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan pasien. Operan
pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat,
jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif
yang sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu.
Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Operan dilakukan oleh perawat
primer keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore
atau dinas malam secara tertulis dan lisan. (Nursalam, 2011).
Menurut Keliat, 2009. Operan adalah komunikasi dan serah terima
pekerjaan antara shift pagi , sore dan malam. Operan dari shif malam ke shif
pagi dan dari shif pagi ke shif sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan
operan dari shif sore ke shif malam dipimpin oleh penanggung jawab shif
sore.
Operan jaga/Timbang terima (HO) merupakan komunikasi yang
terjadi pada saat perawat melakukan pergantian dinas, dan memiliki tujuan
yang spesifik yaitu mengomunikasikan informasi tentang keadaan pasien
pada asuhan keperawatan sebelumnya.

B. Tujuan Operan jaga/Timbang Terima


Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/AHHA
(2009) adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan meningkatkan
timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan.
Menurut Nursalam (2011) Tujuan dilaksanakan operan
jaga/timbang terima (HandOver) adalah:
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum
2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
3) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima/operan jaga (Handover) memiliki tujuan untuk
mengakurasi, mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan
informasi yang relevan yang digunakan untuk kesinambungan dalam
keselamatan dan keefektifan dalam bekerja.
Operan jaga/Handover memiliki 2 fungsi utama yaitu :
1) Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan
mengekspresikan perasaan perawat
2) Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam
penetapan keputusan dan tindakan keperawatan.
C. Manfaat operan
1. Bagi perawat
a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan tanggung jawab antar
perawat.
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap klien yang
berkesinambungan.
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna.
2. Bagi klien
a. Klien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal

D. Prinsip timbang terima


Enam standar prinsip timbang terima pasien, yaitu :
1. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien
Semakin luas proses timbang terima, peran pemimpin menjadi sangat
penting untuk mengelola timbang terima pasien. Pemimpin harus memiliki
pemahaman yang komprehensif dari proses timbang terima pasien dan
perannya sebagai pemimpin.
2. Pemahaman tentang timbang terima pasien
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa timbang
terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting dari
pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien.
3. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien
Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam
tinjauan berkala tentang proses timbang terima pasien.
4. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk timbang terima
pasien. Ketepatan waktu timbang terima sangat penting untuk memastikan
proses perawatan yang berkelanjutan,aman dan efektif.
5. Tempat timbang terima pasien
Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di sini
tempat tidur pasien atau bebas dari gangguan misalnya kebisingan di
bangsal secara umum atau bunyi alat komunikasi.
6. Proses timbang terima pasien
a. Standar protokol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta,
kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang
paling penting, latar belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien,
penilaian dan tindakan yang perlu dilakukan.
b. Kondisi pasien memburuk
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan secara cepat
dan tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi.
c. Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang luar
biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko
keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.

E. Langkah-langkah dalam operan jaga (Handover)


1) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap
2) Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan
3) Perawat primer menyampaikan kepada perawat penanggungjawab
shift selanjutnya meliputi:
4) Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas
dan tidak terburu-buru
5) Perawat primer dan anggota kedua shift bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien (Nursalam,2002).
F. Alur Operan
Alur dan format pedoman operan di ruang MPKP menurut (Achmad, dkk.,
2012) adalah sebagai berikut:
Nurse Station:
1. Operan dipimpin kepala ruangan
2. Ketua Tim melaporkan secara verbal dan tertulis kondisi pasiennya
berdasarkan dokumentasi keperawatan.
3. Ketua Tim/Penanggung jawab shift dan perawat pelaksana dalam tim
mencatat hariannya
4. Proses klasifikasi informasi.

Bedside
1. Kepala ruangan memimpin ronde ke tempat tidur pasien
2. Validasi data pasien.

Nurse Station
1. Kepala ruangan merangkum informasi operan, memberikan umpan
balik dan saran tidak lanjut.
2. Menutup operan (doa dan bersalaman).

Nurse Station
Ketua Tim/Penanggung Jawab mulai kegiatan pre-conference bersama
anggota tim/perawat pelaksana.

G. Prosedur Operan Shift Jaga Perawat


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur ini meliputi :
1. Persiapan
a. Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.
b. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
2. Pelaksanaan
Operan dilaksanakan oleh perawat primer kepada perawat primer
yang mengganti jaga pada shift berikutnya :
a. Operan dilaksanakan setiap pergantian shift.
b. Di nursestation perawat berdiskusi untuk melaksanakan operan
dengan mengkaji secara komprehensif yang
berkaitan tentang masalah keperawatan klien, rencana tindakan
yang sudah dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya
yang perlu dilimpahkan.
c. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap
sebaiknya dicatat untuk kemudian diserah terimakan kepada pera
wat jaga berikutnya.
d. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat operan adalah :
1) Identitas klien dan diagnose medis.
2) Masalah keperawatan yang masih ada.
3) Data fokus (Keluhan subyektif dan obyektif).
4) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan .
5) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
6) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya.
e. Perawat yang melakukan operan dapat melakukan klarifikasi
Tanya jawab terhadap hal hal yang di operkan dan berhak
menanyakan mengenai hal hal yang kurang jelas.
f. Penyampaian saat operan secara jelas dan singkat.
g. Lama operan untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap
dan rinci.
h. Kepala ruangan dan semua perawat keliling ke tiap klien dan mel
akukanvalidasi data
i. Pelaporan untuk operan ditulis secara langsung pada buku laporan
ruangan oleh perawat primer
H. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
1. Dilaksanakan tepat pada saat pergantian shift
2. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (PP)
3. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan yang akan dinas.
4. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis, dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan
pasien.
5. Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien.
6. Pada saat Operan di kamar pasien, mengunakan volume suara yang
cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu yang
rahasia bagi klien. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak
dibicarakan secara langsung didekat pasien.
7. Sesuatu yang mungkin membuat klien terkejut dan shock sebaiknya
dibicarakan di nurse station.

.
I. Mekanisme Kegiatan Operan

Tahap Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana

Pra a. Kedua kelompok dinas 10 menit Nurse Karu,Katim,


Operan sudah siap dan Station PP
berkumpul di Nurse
Station
b. Karu mengecek
kesiapan operan tiap PP
c. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan
catatan (Work Sheet),
d. PP yang akan
mengoperkan,
menyiapkan buku operan
& nursing kit
e.Kepala ruangan
membuka acara operan
dilanjutkan dengan doa.
Pelaksanaan PP dinas pagi melakukan 5 menit Di Karu,Katim,
Operan operan kepada PP dinas Ruangan PP
sore. Hal-hal yang perlu Pasien
disampaikan PP pada saat
operan :
1. Identitas klien dan
diagnose medis termasuk
hari rawat ke berapa.
2. Masalah keperawatan.
3. Data yang mendukung.
4. Tindakan keperawatan
yang sudah / belum
dilaksanakan.
5. Rencana umum yang
perlu dilakukan:
Pemeriksaan penunjang,
konsul, prosedur tindakan
tertentu.
6. Karu membuka dan
member salam kepada
klien, PP pagi
menjelaskan tentang
klien, PP sore
mengenalkan anggota
Timnya dan melakukan
validasi data.
7. Lama operan setiap
klien kurang lebih 5
menit, kecuali kondisi
khusus yang memerlukan
keterangan lebih rinci.
Post Operan Klarifikasi hasil validasi 10 menit Nurse Karu,Katim,
data oleh PP sore. Station PP
1. Penyampaian alat- alat
kesehatan
2. Laporan operan
ditandatangani oleh
kedua PP dan mengetahui
Karu (kalau pagi saja).
4. Reward Karu terhadap
perawat yang akan dan
selesai bertugas.
5. Penutup oleh karu.
J. Format Operan
FORMAT OPERAN PENDERITA
Nama : Kamar :
Pasien
Umur : Dx. Medis :
Tanggal :

Asuhan Operan
Keperawatan Shift Pagi Shift Sore Shift Malam

Masalah Keperawatan

S: S: S:
Data Fokus O: O: O:
(Subyektif & Obyektif) A: A: A:
P: P: P:

Intervensi yang sudah


Dilakukan

Intervensi yang belum


Dilakukan

Hal-hal yang perlu di


Perhatikan (Lab, Obat,-
Advis Medis)

TandaTangan PP PP Pagi: PP Sore: PP Malam:

PP Sore: PP Pagi:
PP Malam:

Karu: Karu:
K. Komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR adalah komunikasi dengan menggunakan alat yang
logis untuk mengatur informasi sehingga dapat ditransfer kepada orang
lain secara akurat dan efisien. Komunikasi dengan menggunakan alat
terstruktur SBAR untuk mencapai keterampilan berfikir kritis serta
menghemat waktu. (Rina, 2012)

Konsep SBAR
Menurut Rina, 2012 konsep SBAR yaitu sebagai berikut;
1. S (situation) Situation merupakan kondisi terkini yang sedang terjadi
pada pasien.
 Mengidentifikasi diri, unit, pasien, dan nomor kamar.
 Nyatakan masalah secara singkat: apa, kapan dimulai, dan tingkat
keparahan.
2. B (background)
Sediakan informasi latar belakang yang sesuai dengan situasi, meliputi:
o Daftar pasien
o Nomor medical record
o Membuat diagnosa dan tanggal pendiagnosaan
o Daftar obat terkini, alergi, dan hasil labor.
o Hasil terbaru tanda-tanda vital pasien
o Hasil labor, dengan tanggal dan waktu pengambilan serta hasil dari
tes labor sebagai pembanding
o Informasi klinik lainnya
o Background merupakan informasi penting tentang apa yang
berhubungan dengan kondisi pasien terkini.
3. A (assessment/pengkajian)
Assessment merupakan hasil pengkajian dari kondisi pasien yang terkini
4. R (recommendation)
Recommendation merupakan apa saja hal yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien pada saat ini.
L. SBAR Model
Menurut Rina, 2012;
Komunikasi menjadi efektif dan efisien
Menawarkan sebuah cara yang simple untuk standart komunikasi dengan
menggunakan 4 elemen umum
Mencerminkan umum dan nursing process
Membuat bahasa yang umum

M. Laporan Kondisi Pasien Antar Shift DinaS (Dengan SBAR)


Menurut (Rina, 2012) Sebelum Operan pasien :
a. Dapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
b. Kumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan kondisi
pasien yang akan dilaporkan
c. Pastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang
harus dilanjutkan
d. Baca & pahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian
perawat shif sebelumnya.
e. Siapkan medical record pasien termasuk rencana perawat harian.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika
Rostandi Purba, Juli. Achmad fathi. 2012. Jurnal Gaya Kepemimpinan
dan Manajemen Koflik Kepala Ruangan di Instalasi Rindu A RSUP H. Adam
Malik Medan.
Sugiharto, A. S, Dkk. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi MPKP di Rumah
Sakit.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai