Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN HALUSINASI

OLEH :
HARYANTI
070117A020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2017
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indra
(Isaacs, 2002). Sedangkan menurut Direja (2011) halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangasangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luar). Kien memberi persepsi atau pendapat tentang
lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.
Menurut Maramis (2005) halusinasi merupakan gangguan atau perubahan
persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarrya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar.
Menurut Stuart (2007) halusinasi adalah kesan respon dan pengalaman sensori yang
salah (Stuart, 2007).
Beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpukan bahwa halusinasi adalah
persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau
rangsangan yang nyata. Berbeda dengan ilusi dimana klien mengalami persepsi yang
salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus
eksternal yang terjadi. Stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata oleh
pasien.

B. Eiologi
Faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. Faktor Predisposisi
a) Genetic
Setelah diketahui secara genetik bahwa halusinasi di turunkan melalui
kromoson-kromoson namun demikian yang beberapa yang menjadi faktor
penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Diduga letak
gen halusinasi ada kromozom no 6 dengan kontribusi genetik tambahan no 4, 8,
15, dan 22 (Dan Carpenter, 2002) anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami halusinasi sebesar 50% jika salah satunya mengalami halusinasi
sementara dizigote peluangnya sebesar 15%, orang anak yang salah satunya orang
tua yang mengalami halusinasi, sementara bila kedua orang tuanya halusinasi
maka peluangnya mencapai 35% (Rasmun,2001).
b) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut
(1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan halusinasi. Lesi pada daerah frontal, temporal dan
limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
(2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang berlebihan
dan masalah-masalah pada sistem reseptor dopamin dikaitkan dengan
terjadinya halusinasi.
(3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak klien dengan
halusinasi kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak
tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
c) Neuraotransmiter
Halusinasi juga di sebabkan adanya kehidupan seimbang neurotransmitter
dopamine berlebihan tidak seimbang dengan kadar serolonine
d) Abnormal perkembangan sarana
e) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi
gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam
rentang hidup klien.
f) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
yang terisolasi disertai stres.
2. Faktor Prespitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Menurut Stuart (2007). faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
a) Biologis (mekanisme penghantar listrik yang abnormal)
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b) Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c) Sumber Koping (proses pengolahan informasi yang berlebih)
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stresor.

C. Manifestasi Klinik
Klien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku
dengan pandangan mata pada satu arah tertentu tersenyum atau berbicara sendiri, secara
tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang
menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang
dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala
klinis berdasarkan halusinasi:
1. Tahap 1 : Memberi rasa nyaman tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi
merupakan suatu kesenangan
Gejala klinis:
a) Data Subjektif
(1) Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
(2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.
(3) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran (jika
kecemasan dikontrol)
b) Data Objektif
(1) Menyeriangai, tersenyum sendiri/tertawa tidak sesuai
(2) Menggerakkan bibir tanpa bicara/tanpa suara
(3) Gerakan mata cepat
(4) Bicara lambat
(5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2. Tahap 2 : Menyalahkan, tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi
menyebabkan rasa antipasti/ bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
a) Data Subjektif
(1) Pengalaman sensori menakutkan
(2) Mulai merasa kehilangan kontrol
(3) Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut
(4) Menarik diri dari orang lain
(5) Non Psikotik
b) Data Objektif
(1) Cemas, peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
(2) Konsentrasi menurun, rentang perhatian menyempit
(3) Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita
3. Tahap 3 : Mengontrol tingkat kecemasan berat pengalaman sensori tidak dapat ditolak
lagi (halusinasi bersifat mengendalikan)
Gejala klinis:
a) Data Subjektif
(1) Pasien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya.
(2) Isi halusinasi menjadi antraktif
(3) Kesepian bila sensori berakhir
(4) Psikotik
b) Data Objektif
(1) Cenderung mengikuti halusinasi
(2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
(3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
(4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk)
4. Tahap 4 : Menguasai tingkat kecemasan panik secara umum diatur dan dipengaruhi
oleh waham (halusinasi bersifat menaklukkan)
Gejala klinis:
a) Data Subjektif
(1) Pengalaman sensori menjadi ancaman
(2) Halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari (jika tidak
diintervensi)
(3) Psikotik
b) Data Objektif
(1) Perilaku panik
(2) Pasien mengikuti halusinasi
(3) Tidak mampu mengendalikan diri
(4) Tindakan kekerasan, agitasi menarik diri atau ketakutan
(5) Tidak mampu mengikuti perintah nyata dan perintah yang kompleks
(6) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
(7) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dna ketakutan klien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan dilakukan secara individual dan
usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa pasien disentuh atau dipegang.
Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke
kamar atau mendekati klien, bicaralah dengan klien. Begitu juga bila akan
meninggalkannya hendaknya klien diberitahu. Klien diberitahu tindakan yang
akan dilakukan. Di ruangan itu hendaknya disediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,
misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali klien menolak obat yang diberikan sehubungan dengan rangsangan
halusinasi yang diterimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif.
Perawat harus mengamati agar obat yang diberikan betul ditelannya, serta reaksi
obat yang diberikan.
3. Menggali permasalahan klien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah
klien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi
masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga
klien atau orang lain yang dekat dengan klien.
4. Memberi aktivitas pada klien
Klien diajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah
raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan klien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang
lain. Klien diajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga klien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data klien agar ada
kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari
percakapan dengan klien diketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-
laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak
terdengar jelas. Perawat menyarankan agar klien jangan menyendiri dan
menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini
hendaknya diberitahukan pada keluarga klien dan petugas lain agar tidak
membiarkan klien sendirian dan saran yang diberikan tidak bertentangan.
Farmako:
1. Anti psikotik:
a. Chlorpromazine (Promactile, Largactile)
b. Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer)
c. Stelazine
d. Clozapine (Clozaril)
e. Risperidone (Risperdal)
2. Anti parkinson:
a. Trihexyphenidile, Arthan
E. Psikopatologi
Etiologi

Idiopatik dan Faktor predisposisi : Faktor presipitasi :


fungsi otak
- Biologi : gangguan perkembangan dan - Bermusuhan
fungsi otak - Tekanan isolasi
- Psikologis: keluarga dan lingkunag, - Putus asa
penolakan /tindakan kekerasan - Tidak berdaya
- Sosio budaya : perang, kerusakan, - Perasaan tidak
bencana alam berguna
Keadaan terjaga normal Gangguan kepribadian dan rusaknya
daya menilai realitas
Otak dibombardir oleh aliran
stimulus eksternal/internal Adanya keinginan yang

Otak memproses input menggambarkan kenyamanan


Keinginan diproyeksikan keluar
Input akan menghibisi presepsi
Input
yang lebih dalam dan muncul ke
dilemahkan/tidak ada
alam bawah sadar Materi-materi yang ada
unconsicisus/preconscious dilepaskan
Gangguan Presepsi Sensori Halusinasi

F. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
2. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran.
3. Isolasi sosial : Menarik diri
G. Tindakan Keperawatan
Diagnosa I : Perubahan Sensori Persepsi Halusinasi
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa
tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman
bicara.
c. Bantu klien mengenal halusinasinya
1) Tanyakan apakah ada suara yang didengar
2) Apa yang dikatakan halusinasinya
3) Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri
tidak mendengarnya.
4) Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
5) Katakan bahwa perawat akan membantu klien

d. Diskusikan dengan klien :


1) Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)
e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut,
sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (
tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
c. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
1) Katakan “ saya tidak mau dengar”
2) Menemui orang lain
3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
4) Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara
sendiri
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
e. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
f. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
g. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
a. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
1) Gejala halusinasi yang dialami klien
2) Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus halusinasi
3) Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
4) Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum
obat yang dirasakan
d. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

Diagnosa II : Isolasi Sosial Menarik Diri


Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas
tentang topik, tempat dan waktu.
b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
2) Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
Lain
3) Beri reinforcement positif terhadap
4) kemampuanmengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan
dengan orang lain
b. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
1) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang
lain
2) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang
lain
3) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
1) K – P
2) K – P – P lain
3) K – P – P lain – K lain
4) K – Kel/Klp/Masy
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang
lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang
lain
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain

6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga


Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
1) Salam, perkenalan diri
2) Jelaskan tujuan
3) Buat kontrak
4) Eksplorasi perasaan klien
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
1) Perilaku menarik diri
2) Penyebab perilaku menarik diri
3) Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
4) Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
c. Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
d. Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal
satu kali seminggu
e. Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Kriteria Evaluasi Intervensi


Setelah ….x SP I
pertemuan, pasien · Bantu pasien mengenal halusinasi (isi, waktu terjadinya,
dapat menyebutkan : frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat terjadi halusinasi.
- Isi, waktu, - Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
frekuensi, situasi - Tahapan tindakannya meliputi
pencetus, perasaan. - Jelaskan cara menghardik halusinasi.
- Mampu - Peragakan cara menghardik
memperagakan - Minta pasien memperagakan ulang.
cara dalam - Pantau penerapan cara ini, beri penguatan perilaku pasien
mengontrol - Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
halusinasi
Setelah ….x SP 2
pertemuan, pasien - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1)
mampu : - Latih berbicara / bercakap dengan orang lain saat
- Menyebutkan halusinasi muncul
kegiatan yang - Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien
sudah dilakukan.
- Memperagakan
cara bercakap-
cakap dengan orang
lain
Setelah ….x pertemuan SP 3
pasien mampu : - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2).Latih kegiatan
- Menyebutkan agar halusinasi tidak muncul.
kegiatan yang - Tahapannya :
sudah dilakukan. - Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk
- Membuat jadwal mengatasi halusinasi.
kegiatan sehari-hari - Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien.
dan mampu - Latih pasien melakukan aktivitas.
memperagakannya. - Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas
yang telah dilatih (dari bangun pagi sampai tidur malam)
- Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang (+)
Setelah ….x SP 4
pertemuan, pasien - Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2&3)
mampu : - Tanyakan program pengobatan.
- Menyebutkan - Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa
kegiatan yang - Jelaskan akibat bila tidak digunakan sesuai program.
sudah dilakukan. - Jelaskan akibat bila putus obat.
- Menyebutkan - Jelaskan cara mendapatkan obat/ berobat.
manfaat - Jelaskan pengobatan (5B).
darissprogram - Latih pasien minum obat
pengobatan - Masukkan dalam jadwal harian pasien
Setelah ….x pertemuan SP 1
keluarga - Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien.
- Mampu - Jelaskan tentang halusinasi :
menjelaskan  Pengertian halusinasi.
tentang halusinasi  Jenis halusinasi yang dialami pasien.
 Tanda dan gejala halusinasi.
 Cara merawat pasien halusinasi (cara berkomunikasi,
pemberian obat & pemberian aktivitas kepada pasien).
 Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa
dijangkau.
- Bermain peran cara merawat.
- Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal keluarga untuk
merawat pasien
Setelah ….x pertemuan SP 2
keluarga mampu : - Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
- Menyelesaikan - Latih keluarga merawat pasien.
kegiatan yang - RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
sudah dilakukan
- Memperagakan
cara merawat
pasien
Setelah ….x pertemuan SP 3
keluarga mampu : - Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)
- Menyebutkan - Latih keluarga merawat pasien.
kegiatan yang - RTL keluarga / jadwal keluarga untuk merawat pasien
sudah dilakukan.
- Memperagakan
cara merawat
pasien serta mampu
membuat RTL

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Halusinasi

Halusinasi Pasien Keluarga

SP I p SP I k

1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan masalah yang


pasien dirasakan keluarga dalam
2. Mengidentifikasi isi halusinasi merawat pasien
pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi dan gejala halusinasi, dan jenis
pasien halusinasi yang dialami pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi beserta proses terjadinya
halusinasi pasien 3. Menjelaskan cara-cara merawat
5. Mengidentifikasi situasi yang pasien halusinasi
menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien
terhadap halusinasi
7. Melatih pasien cara kontrol
halusinasi dengan menghardik
8. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.

SP II p SP II k

1. Memvalidasi masalah dan 1. Melatih keluarga

latihan sebelumnya. mempraktekkan cara merawat

2. Melatih pasien cara kontrol pasien dengan halusinasi

halusinasi dengan berbincang 2. Melatih keluarga melakukan

dengan orang lain cara merawat langsung kepada

3. Membimbing pasien pasien halusinasi

memasukkan dalam jadwal


kegiatan harian.

SP III p SP III k

1. Memvalidasi masalah dan latihan 1. Membantu keluarga membuat


sebelumnya. jadwal aktivitas di rumah
2. Melatih pasien cara kontrol termasuk minum obat
halusinasi dengan kegiatan (yang (discharge planning)
biasa dilakukan pasien). 2. Menjelaskan follow up pasien
3. Membimbing pasien memasukkan setelah pulang
dalam jadwal kegiatan harian.

SP IV p

1. Memvalidasi masalah dan latihan


sebelumnya.
2. Menjelaskan cara kontrol halusinasi
dengan teratur minum obat (prinsip 5
benar minum obat).
4. Membimbing pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP)

Masalah Utama : Halusinasi Pendengaran

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
a. Petugas mengatakan bahwa klien sering menyendiri di kamar
b. Klien sering ketawa dan tersenyum sendiri
c. Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya tidak
jelas serta melihat setan-setan.
2. Diagnosa keperawatan:
Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Klien dapat mengontrol halusinasi
b. Tujuan khusus
1) Klien dapat mengenal halusinasi yang dialaminya
2) Klien dapat menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi
3) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara pertama :
menghardik, dan sp seterusnya
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:

1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya


2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
C. Intervensi Keperawtan
1. Membantu pasien mengenal halusinasi
2. Menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi
3. Mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara :
a. Menghardik halusinasi
b. Menggunakan obat secara teratur
c. Bercakap-cakap dengan orang lain
d. Melakukan aktifitas yang terjadwal.
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama: menghardik halusinasi

ORIENTASI:

”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan Universitas Ngudi Waluyo yang akan
merawat bapak Nama Saya Haryanti, senang dipanggil Yanti. Nama bapak siapa?Bapak
Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”

”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak
dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di teras? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA:

”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”

” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering bapak D
dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri?”

” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”

”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara
itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu
muncul?

” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga,
melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”

”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.

”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya
tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang

sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba
lagi! Ya bagus bapak D sudah bisa”

TERMINASI:
”Bagaimana perasaan bapak D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu
muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau
jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan
latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?Bagaimana
kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya
sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan
mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit
sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?”

Kerja:
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ?
(Perawat menyiapkan obatpasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi,
jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih
(THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang
merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau
suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan
dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke
keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi.
bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya
bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru
dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada
waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak
juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas
per hari”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara
yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar).
Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada
waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan
sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang
telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:


Bercakap-Cakap Dengan Orang Lain
Orientasi:

“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya
Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di
sini saja?

Kerja:

“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja
cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya
begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada
orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang
dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu.
Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”

Terminasi:

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak
pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak
mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian
bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta
sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita
latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana
kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP 4 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:


Melaksanakan Aktivitas Terjadwal
Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-
suaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana
hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk
mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik
kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”

Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali
kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali
bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut
muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.

Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk
mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian
bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada
pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana
kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna
obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai
jumpa.”

2. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga


a. Tujuan:
1) Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun
di rumah

2) Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

b.Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan
keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di
rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk
sembuh. Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di
rumah).Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien
mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian
jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk
memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung
yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di
rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi
adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi,
dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien

SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis


halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan
cara-cara merawat pasien halusinasi.

Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan saudara.

ORIENTASI:
“Selamat pagi Bapak/Ibu!”“Saya Haryanti saya mahasiswa keperawatan dari Universitas
Ngudi Waluyo perawat yang merawat Bapak”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan bantuan apa yang
Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu Ibu?
Bagaimana kalau 30 menit”

KERJA:
“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar atau
melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara itu
tidak ada.”
“Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu tidak
ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada beberapa cara
untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain:
Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan
saja Ibu percaya bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan,
tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun halusinasi akan
muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga
seperti makan bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah melatih Bapak
untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari. Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan
berikan pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk minum obat secara
teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange
namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X
sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya
membuat rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum
untuk mencegah kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak dengan
cara menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik suara tersebut.
Bapak sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk punggung Bapak,
katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang diajarkan perawat bila suara-
suara itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup telinga kamu dan katakan pada suara itu
”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang, pak”
”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Bu

TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan halusinasi
Bapak?”
“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?”
”Bagus sekali Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?”
”Jam berapa kita bertemu?”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi

SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien


Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien.

ORIENTASI:
“Selamat pagi”
“Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?”
”Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi Bapak yang sedang
mengalami halusinasi?Bagus!”
” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak”.
”mari kita datangi bapak”

KERJA:
”Selamat pagi pak” ”pak, istri bapak sangat ingin membantu bapak mengendalikan suara-
suara yang sering bapak dengar. Untuk itu pagi ini istri bapak datang untuk
mempraktekkan cara memutus suara-suara yang bapak dengar. pak nanti kalau sedang
dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka Ibu akan mengingatkan
seperti ini” ”Sekarang, coba ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang bapak
alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung bapak lalu suruh bapak
mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut” (saudara
mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana pak?
Senang dibantu Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian bapak. (Pasien
memperlihatkan dan dorong istri/keluarga memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan
istri bapak ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk
melakukan terminasi dengan keluarga)

TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung
dihadapan Bapak?”
”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat melakukan cara itu bila Bapak
mengalami halusinas”.
“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal kegiatan
harian Bapak. Jam berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan

ORIENTASI
“Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita kemarindan sekarang ketemu untuk
membicarakan jadual bapak selama dirumah”
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang tamu!”
“Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”

KERJA
“Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba Ibu lihat
mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan mengingatkan?” Bu
jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum
obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh bapak
selama di rumah.Misalnya kalau bapak terus menerus mendengar suara-suara yang
mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain.
Jika hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan ulang dan di
berikan tindakan”

TERMINASI
“Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara merawat bapak
Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya. Sampai jumpa”

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Direja, 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika

Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : EGC


Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah

Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima

Medika.

Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai