Anda di halaman 1dari 35

Menentukan Fenomena

Seringkali, pada saat menyusun skripsi/tesis/disertasi, mahasiswa


‘bingung’ mencari ‘masalah’ penelitiannya. Kebingungan biasanya
bertambah mana ketentuan dalam perguruan tinggi yang bersangkutan
mensyaratkan mahasiswa harus mampu menampilkan masalah yang
diteliti dengan dengan jelas melalui berbagai fenomena
permasalahan yang berkaitan dengan variabel-variabel yang diteliti oleh
mahasiswa yang bersangkutan. Kebingungan tersebut tidak akan
terjadi jika mahasiswa memahami dengan benar makna beberapa kata
kunci dalam penelitian, yaitu penelitian dan masalah.
penelitian adalah proses pembuktian melalui serangkaian langkah
pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis.

sedangkan masalah adalah sebagai penyimpangan antara yang


seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan
praktek, antara aturan dengan pelaksaaan, antara rencana dengan
pelaksanaan.

Pada dasarnya terdapat beberapa cara menemukan masalah penelitian.


Dua diantara cara mencari masalah penelitian adalah:

1. berdasarkan identifikasi ‘penyimpangan-penyimpangan’ di lokus


penelitian; dan
2. berdasarkan pemahaman teoritis
Penyimpangan dalam hal ini adalah sesuatu yang tidak seharusnya
terjadi. Melalui cara ini, peneliti akan mendapat banyak informasi
mengenai penyimpangan yang ada di lokus penelitian.
contoh:

1. Banyak pegawai yang datang terlambat. Hal ini teridentifikasi dari


rekapitulasi kehadiran pegawai.
2. Pimpinan kantor lebih sering menyalahkan bawahan. Hal ini
teridentifikasi dari pengalaman si peneliti pada saat beberapa kali
mengikuti rapat dengan pimpinan.
3. Masih banyak pegawai yang penempatannya tidak sesuai dengan
latar belakang pendidikannya. Hal ini teridentifikasi melalui data
yang menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara syarat latar
belakang pendidikan untuk posisi tertentu dengan latar belakang
pegawai yang menduduki posisi tersebut.
4. Laporan penyelesaian pekerjaan pegawai sering tidak tepat waktu.
Hal ini teridentifikasi dari rekapitulasi catatan penyelesaian
pekerjaan.
5. Udara dalam ruangan ruangan tidak nyaman atau terlalu dingin.
Hal ini teridentifikasi dari banyaknya ruangan kecil yang
mempunyai dua AC.
kita tinggal mengelompokan menjadi 4 kemungkinan masalah :

1. Masalah kinerja pegawai (nomor 1,4)


2. Masalah kepemimpinan (nomor 2)
3. Masalah ergonomi (nomor 5)
4. Masalah penempatan pegawai (nomor 3)

Kalau untuk pemahaman teoritis disini kita sudah mempunyai


bagannya, tinggal dilakukan pengamatan ada/tidak
Cara Membuat Latar Belakang Masalah
Latar Belakang masalah adalah informasi yang tersusun sistematis
berkenaan dengan fenomena dan masalah problematik yang menarik
untuk di teliti. Masalah terjadi saat harapan idela akan sesuatu hal
tidak sama dengan realita yang terjadi. Tidak semua masalah adalah
fenomena dan menarik. Masalah yang fenomenal adalah saat menajdi
perhatian banyak orang dan di bicirakan di berbagai kalangan di
masyarakat.

Latar belakang dimaksudkan untuk menjelaskan alasan mengapa


masalah dalam penelitian ingin diteliti, pentingnya permasalahan dan
pendekatan yang digunakan untukan untuk menyelesaikan masalah
tersebut baik dari sisi teoritis dan praktis.

Latar belakang penelitian berisi :

Alasana rasional dan esensial yang membuat peneliti tertarik untuk


melakukan penelitian berdasarkan fakta-fakta, data, referensi dan
temuan penelitian sebelumnya.

Gejala-gejala kesenjangan yang terdapat dilapangan sebagai dasar


pemikiran untuk memunculkan permasalahan dan bagaimana
penelitian mengisi ketimpangan yang ada berkaitan dengan topik yang
diteliti.
Kompleksitas masalah jika masalah itu dibiarkan dan akan
menimbulkan dampak yang menyulitkan, menghambat, mengganggu
bahkan mengancam.

Pendekatan untuk mengatasi masalah dari sisi kebijakan dan teoritis

Penjelasan singkat tentang kedudukan atau posisi masalah yang diteliti


dalam ruang lingkup bidang studi yang ditekuni peneliti.

 Cara membuat latar belakang masalah dengan langkah sebagai


beikut :

Pada bagian awal latar belakang adalah gambaran umum tentang


masalah yang akan di angkat. Dengan model piramid terbalik buat
gambaran umum tentang masalah mulai dari hal global sampai
mengerucut fokus pada masalah inti, objek serta ruang lingkup yang
akan di teliti.

Pada bagian tengah unkapkan fakta, fenomena, data-data dan pendapat


ahli berkenaan dengan pentingnya masalah dan efek negatifnya jika
tidak segera di atasi dengan di dukung juga teori dan penelitian
terdahulu.

Bagian akhir di isi dengan alternatif solusi yang bisa di tawarkan


(teoritis dan praktis) dan akhirnya munculah judul. Contoh Latar
Belakangnya sebagai Berikut :
INTEGRATED SYSTEM OF CULTURAL EDUCATION (ISCED)
INDONESIA :MENGEMBANGKAN KREATIVITAS PELAJAR
BERBASIS LOCAL WISDOM
DI ERA GLOBAL

Naskah Karya Tulis Ini Disusun dalam Rrangka Mengikuti Lomba


Karya Tulis Nasional di Universitas Muhammadiyah Makasar

CONTOH

Indonesia merupakan  negara majemuk yang memiliki suku bangsa,


bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beberapa pulau besar
dan ribuan pulau kecil serta didukung oleh faktor ragam suku, ras,
agama dan budaya.Kebudayaan lokal Indonesia yang sangat
beranekaragam menjadi suatu kebanggaan sekaligus tantangan untuk
mempertahankan serta mewariskan kepada generasi selanjutnya. Lebih
dari 20 suku terdapat di Indonesia dan lebih dari 100 kebudayaan ada
di Indonesia.

Perubahan kebudayaan yang mulai terjadi di Indonesia saat ini nampak


jelas dengan adanya pergeseran budaya dari kebudayaan lokal menjadi
kebudayaan luar yang lebih diminati oleh masyarakat Indonesia. Hal
tersebut merupakan salah satu dampak adanya globalisasi. Ilmu
pengetahuan, teknologi, komunikasi dan sarana transportasi
internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.
Hal ini dibuktikan dengan berkembangnya budaya pop Korea (Hallyu)
dan budaya barat (westwernisasi) di negara-negara Asia Timur dan
beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Semakin
gencarnya ekspos dunia luar melalui media elektronik seperti televisi
maupun internet menjadikan masyarakat seakan tidak peduli dengan
budayanya sendiri. Pola pikir masyarakat khususnya generasi muda
dapat dengan mudah dirusak, masyarakat lebih cenderung melupakan
kebudayaan sendiri dan beralih ke budaya luar.

Bangsa Indonesia dewasa ini di dalam memasuki era globalisasi


menghadapi suatu masa yang kritis karena masyarakat mengalami
krisis kebudayaan. Krisis kebudayaan bisa menyebabkan krisis sosial,
krisis ekonomi, krisis psikologi dan berbagai jenis krisis lainnya.
Fenomena globalisasi mempengaruhi dinamika masyarakat, dinamika
tersebut mengubah tingkahlaku manusia dan juga berakibat pada
kaburnya nilai-nilai kemanusiaan, agama dan budaya. Globalisasi
membawa 4 ciri utama, yakni Dunia-Tanpa-Batas (Borderless World),
Kemajuan Ilmu dan Teknologi, Kesadaran terhadap HAM serta
Kewajiban Asasi Manusia dan Masyarakat Mega Kompetisi. Adanya
kekhawatiran dari dampak globalisasi adalah pada generasi muda
Indonesia karena generasi muda yang mash mencari jati diri dengan
filter diri yang seadanya sangat rentan untuk terpengaruh dari budaya
luar.

Data Badan Pusat Statistik (BPS), kependudukan hasil sesnsus 2010


menyatakan bahwa penduduk Indonesia berjumlah 237,6 juta jiwa.
Jumlah penduduk yang termasuk kelompok generasi muda yaitu
kelompok umur 14-20 tahun menempati jumlah yang banyak yaitu 64
juta jiwa. Kelompok generasi muda tersebut dinyatakan memiliki
permasalahan. Berdasarkan outlook Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat tahun 2010 dalam Kebijakan Nasional
Pengembangan Karakter Bangsa, bahwa masalah bangsa ini adalah
bergesernya nilai etika dalam berbangsa dan bernegara, memudarnya
kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa, melemahnya
kemandirian bangsa.

Degradasi pada moral remaja diperlihatkan bukan hanya dalam cara


berpakaian dan tawuran, namun masih banyak lagi. Contohnya: dunia
narkoba dan seks bebas akhir-akhir ini memang sangat ngetren
dikalangan remaja. Ini tandanya ada bukti lagi bahwa moral remaja
masa kini memang sudah menurun. Akhir bulan september 2012 dunia
pendidikan kita menoreh tinta hitam karena terjadi tawuran antar
pelajar di berbagai daerah di Indonesia yang menjadi pusat perhatian
adalah tawuran antara SMA 6 dan SMA 70 Jakarta yang berakhir
meninggalnya satu orang siswa dan pencabulan siswa di gorontalo di
awal tahun 2013. Degradasi moral ini akan membuat generasi muda
tidak produktif dalam karya dan akan menurunkan tingkat
kemandirian pelajar di masa depan, padahal ditangan pelajar bangsa ini
kedepan akan dipimpin.

Kemudian berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS, 2012)


memperlihatkan bahwa tingkat pengangguran terbuka berdasarkan
tingkat pendidikan yang ditamatkan di Indonesia mencapai 7,244,956
orang. Dengan didominasi jumlah dari lulusan universitas 438,210
orang, Diploma 196,780 orang, SMTA (Umum dan Kejuruan) 2.873.374
orang. Hal ini sangat ironi sekali mengingat generasi muda yang
terdidik dan terpelajar malah menjadi beban dan berkontribusi tinggi
terhadap angka pengangguran di Indonesia. Kurangnya softskill jadi
salah satu penyebab utama.

Permasalahan yang terjadi pada generasi muda dan ditambah dampak


negatif dari globalisasi ini menyebabkan persoalan budaya dan karakter
bangsa. Krisis multidimensional, yang bermuara pada krisis moral, dan
krisis kepercayaan diri telah membuat generasi bangsa enggan dan
malu menunjukkan jatidiri sebagai bangsa Indonesia. Akibat krisis ini
persoalan pun muncul di masyarakat seperti korupsi, gaya hidup
instan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif,
kehidupan politik yang tidak produktif dan lainnya dimana menjadi
pembahasan hangat di media massa, seminar, serta ruang publik
lainnya (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010:1).

Jika masalah-masalah diatas terus dibiarkan maka lambat laun


Indonesia akan mengalamimiss cultural atau kepunahan budaya.
Masyarakat Indonesia akan kehilangan aset terbesar warisan alam dan
nenek moyang yang dimilikinya. Indonesia juga akan kehilangan jati
dirinya sebagai bangsa multikultural. Hal ini akan berimbas kepada
generasi muda yang di mana sekarang mulai menyukali budaya yang
sedang tren di dunia dan mulai melupakan kebudayaan serta nilai-nilai
luhur kearifan budaya lokal.

Kehandalan potensi pendidikan sebagai agen konstruktif perbaikan


masyarakat ini menjadi suatu kenyataan, suatu realita yang tidak
hanya sekedar mengembangkan intelektualitas anak-siswa dan
pemuda, namun juga masyarakat masa depan di mana mereka akan
menjadi unsur utama dan bagian dari budaya. Pendidikan berperan
menanamkan nilai-nilai budaya, kebijakan lokal, nilai-nilai kebangsaan
dan mengembangkan potensi.

Pendidikan dan kebudayaan memiliki hubungan yang sangat erat


dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu
pengembangan nilai. Dalam konteks kebudayaan pendidikan
memainkan peranan dalam agen pengajaran nilai-nilai budaya.
Pendidikan yang berlangsung adalah suatu proses pembentukan
kualitas manusia sesuai dengan kodrat budaya yang dimiliki. Nilai-nilai
kebudayaan bukanlah hanya sekedar dipindahkan dari satu bejana ke
bejana yang lain yaitu kegenerasi mudanya,tetapi dalam proses
interaksi antara pribadi dengan kebudayaan betapa pribadi merupakan
individu yang kreatif bukan pasif. Globalisasi merupakan entitas, jika
entitas tersebut dapat menjadi lifestyle  dan symbol kemodernenan. Ia
dapat mengubah kebiasaan hidup seseorang bahkan tak jarang menilai
agama dan pendidikan sebagai suatu yang ketinggalan zaman.

Globalisasi seharusnya direspons dengan mengkaji ulang format


pendidikan yang sesuai dengan konteks globalisasi itu sendiri. Salah
satunya lewat pendidikan kewirausahaan dan kreativitas berbasis
budaya yang di sekolah di Indonesia baik di kelas dan
diekstrakulikuler. Kontinuitas budaya akan memungkinkan hanya jika
pendidikan memelihara warisan akar-akar pembentukannya dengan
meneruskan kebenaran-kebenaran yang telah dihasilkan pada masa
lampau kepada generasi baru, mengembangkan suatu background dan
loyatitas-loyalitas cultural.

Generasi muda memiliki kedudukan dan peranan penting dalam


pelestarian seni dan budaya daerah. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa
generasi muda merupakan anak bangsa yang akan menjadi penerus
kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
Indonesia. Sebagai generasi yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin
bangsa, pada diri generasi muda harus bersemayam suatu kesadaran
kultural sehingga keberlanjutan bangsa Indonesia dapat dipertahankan.
Pembentukan kesadaran kultural generasi muda antara lain dapat
dilakukan dengan pengoptimalan peran dalam pelestarian seni dan
budaya daerah.

Oleh karena itu, dari pemaparan diatas penulis akan mengangkat


penelitian yang berkenaan dengan program  pengembangan  karakter
pelajar melalui pendidikan kewirausahaan dan kreativitas
berbasis Local Wisdom untuk memplajari,  mengembangkan dan
mempublikasikan produk kreatif pada pasar global. Dalam penelitian
ini penulis mengangkat judul “Integrated System of Cultural
Education (ISCED) Indonesia : “Mengembangkan Kreativitas Pelajar
Berbasis Local Wisdom di Era Global”

Daftar Pustaka :

Badan Pusat Statistik RI. 2012. Data Tingkat Pengangguran Terbuka di


Indonesia berdasarkan Tingkat Pendidikan. Jakarta
Badan Pusat Statistik RI. 2010. Data Sensus Penduduk Nasional
Indonesia 2010. Jakarta

Kemendiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun


2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Kemenko Kesra. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter


Bangsa. Jakarta

PENETAPAN MASALAH DALAM PENELITIAN


PENETAPAN MASALAH DALAM PENULISAN
KARYA ILMIAH

PENDAHLUAN
Langkah pertama dan sekaligus juga merupkan hal yang paling esensial
dalam penyusunan karya ilmiah adalah menetapkan/mengajukan
masalah. Secara umum masalah berada pada suatu konsistensi
tertentu yang dipengaruhi atau berhubungan dengan berbagai faktor
tertentu. Oleh karena itu, seyogyanya masalah tersebu terlebih dahulu
dikenali melalui hubungannya dengan berbagai faktor tersebut.
Pengenalan masalah tersebut akan memunculkan berbagai pernyataan
yang disebut masalah.
Masalah sebagaimana didefinisikan oleh Sudjana (1901.21) adalah "
pertanyaan-pertayaan yang sengaja diajukan untuk dicari jawabanya
melalui peneliitian". Masalah merupakan suatu kondisi yang
memerlukan pembahasan, pemecahan, informasi, atau keputusan
(Hajar, 1996: 38). Masalah juga bisa didefinisikan sebagai
“gap”/kesenjangan antara apa yang dinginkan. Kesenjangan yang dapat
dikaji melalui penelitian apabila kesenjangan itu dapat dipecahkan
dengan pendekatan ilmiah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
tidak semua bentuk pertanyaaan merupakan masalah. Pertanyaan
seperti Siapakah Rektor UNJ Jakarta?, ini bukanlah merupakan
permasalahan dalam karya ilmiah karena untuk menjawabnya tidak
perlu diadakan penelitian
Sebuah masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari
interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-keadaan-keadaan,
keinginan-keinginan) yang menimbulkan :

1.Pernyataan yang membingungkan (masalah konseptual).


2.Konflik yang mengharuskan memilih alternatif-alternatif yang
diperdebatkan (masalah aksi).

3. Konsekuensi yang tidak diharapkan (masalah nilai).

1. Bentuk-bentuk masalah

Bentuk-bentuk masalah dikembangkan berdasarkan penelitian


menurut tingkat eksplanasinya. Berdasarkan hal tersebut masalah
dapat dikelompokkan kepada bentuk masalah deskriptif, komperatif,
dan asosiatif.
a. Masalah Deskriptif adalah suatu masalah yang berkenaan dengan
variable mandiri, tanpa membuat perbandingan dan menghubungkan

b. Masalah Komparatif
Masalah komparatif adalah suatu permasalahan yang bersifat
membandingkan keberadaan suatu variable pada dua sampel atau
lebih.
c. Masalah Asosiatif

Masalah asosiatif adalah suatu pertanyaan penelitian yang bersifat


menghubungkan dua variable atau lebih.

PENETAPAN MASALAH

Penetapan masalah harus memperhatikan aturan ataupun kebijakan


yang telah ditetapkan. Di setiap perguruan tinggi terdapat aturan
penulisan karya ilmiah yang dimuat dalam suatu buku panduan yang
disebut Panduan Penulisan Karya Ilmiah. Dalam buku panduan
penulisan karya ilmiah, diperoleh gambaran secara teknik cara
menyusun karya ilmiah. Penetapan dan perumusan masalah, menjadi
masalah pokok dalam usulan penelitian. Pada dasarnya merupakan
rumusan fenomena yang akan dijawab dalam penelitian. Masalah
sebagai fenomena, berarti sebuah gejala sehingga untuk
mendapatkannya dapat ditelusuri dari sumber fenomena tersebut.
Sedangkan sebagai rumusan pokok maka seharusnya masalah, menjadi
hal yang pertama dicari, dirumuskan dan dibatasi oleh seorang peneliti.

Sumber masalah, berasal dari mana saja, dan untuk memperolehnya


dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap alam, membaca,
berdiskusi ataupun melalui pengalaman-pengalaman. Turney dan Noble
dalam Danim (2000:56), menyatakan lima sumber masalah penelitian
empirik, yaitu; (a) pengalaman pribadi, (b) keterangan yang diperoleh
secara tidak sengaja, (c) kerja dari kontak-kontak profesional, (d)
pengujian dan pengembangan teori, dan (e) analisis terhadap literatur
profesional dan hasil-hasil penelitian yang relevan. Banyak hal yang
dapat dijadikan masalah, hanya saja apakah persoalan itu layak diteliti
atau tidak? Untuk itu dibutuhkan kriteria masalah penelitian.

Kriteria masalah dibutuhkan setelah seseorang dapat mengungkap


permasalahan atas sesuatu objek yang diperhatikannya. Nawawi dan
Hadar (1995:24-29) merumuskan tiga unsur dan enam kriteria masalah
yang dapat diangkat dalam karya ilmiah yaitu; (a) masalah harus
tampak dan dirasakan sebagai suatu tantangan bagi peneliti untuk
dipecahkan dengan mempergunakan keahlian atau kemampuan
profesionalnya, (b) masalah merupakan kondisi yang menunjukkan
kesenjangan (gap) antara peristiwa atau keadaan nyata (das sain)
dengan tolok ukur tertentu (das sollen) sebagai kondisi ideal atau
seharusnya bagi peristiwa atau keadaan tertentu itu, dan, (c) masalah
adalah keraguan yang timbul terhadap suatu peristiwa atau keadaan
tertentu berupa kesangsian tentang tingkat kebenarannya, termasuk
juga ketidaktahuan mengenai peristiwa atau keadaan yang diragukan
itu. Keraguan terhadap sesuatu, sehingga sesuatu tersebut masih perlu
dibuktikan/diverifikasi sehingga dapat menjadi masalah dalam
penelitian. Adapun kriteria masalah yang baik adalah;

(a) berguna untuk diungkapkan,


(b) relevan dengan kemampuan dan keahlian peneliti,
(c) menarik perhatian untuk diungkapkan,
(d) menghasilkan sesuatu yang baru,
(e) dapat dihimpun datanya secara lengkap dan objektif, dan
(f) tidak terlalu luas atau sebaliknya.
Pembatasan masalah, perlu dilakukan karena masalah itu tidak berdiri
sendiri tetapi terkait dengan masalah-masalah lain sehingga sulit
memfokuskan rumusan masalah pada masalah penelitian.

Sudjana (1991 : 21-23) mengemukakan ada tiga segi untuk mengukur


kelayakan suatu masalah untuk diteliti :

1. Dan segi keilmuan, harus jelas kedudukannya berada dalam


struktur keilmuan yang sedang dipelajari.
2. Dari segi metode keilmuan, masalah harus dapat dipecahkan
melalui langkah berfikir ilmiah atau metode ilmiah.
3. Masalah harus disesuaikan dengan kepentingan mahasiswa itu
sendiri.

Furchan ( 1932:81-85) mengemukakan pula kriteria masalah yang


yang layak untuk dibahas.

1. Idealnya masalah tersebut hendaknya merupakan masalah


yang pemecahan akan memberikan sumbangan kepada
bangunan pengetahuan di bidang pendidikan
2. Persoalan itu hendaknya merupakan persoalan yang akan
membawa kita kepada persoalan-persoalan baru dan dengan
demikian Juga kepada penelitian berikutnya.
3. Persoalan itu harus merupakan persoalan yang dapat diteliti.
4. Persoalan itu harus sesuai dengan:
(a) menarik;
(b) berada dalam bidang yang dikuasai;
(c) dapat dilaksanakan dalam situasi tempat peneliti;
(d) dapat diselesaikan dalam waktu yang tersedia;
(e) secara ethic dan politik dapat dilakukan;
(f).mungkin memperoleh akses mengumpukan data.

Sehubungan dengan hal di atas, dibutuhkan pembatasan-pembatasan


permasalahan. Pembatasan masalah mengandung pengertian,
menyatakan masalah penelitian diantara masalah-masalah lain yang
memiliki kedekatan dengan masalah dimaksud. Pembatasan masalah
tidak berarti mengecilkan atau menyempitkan masalah, tetapi
memperjelas ruang lingkup permasalahan.

Rumusan masalah, lebih ditujukan pada pengungkapan bahasa


sehingga tidak menimbulkan penafsiran lain. Oelah karena itu,
rumusan masalah harus dirumuskan dengan baik. Hal ini dapat
dilakukan setelah masalah tersebut diidentifikasi dan dibatasi dengan
jelas. Perumusan masalah lazimnya dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan yang menyangkut hubungan antarvariabel penelitian
maupun adanya perbedaan sifat hubungan harus jelas.

Menurut Suwito dalam Prayitno dkk.(1993:138-188), bahwa bahasa


ilmu pengetahuan, memiliki ciri-ciri;

(a) pilihan kata dan peristilahannya tepat,


(b) kalimatnya efektif dan penataannya dalam paragraf baik,
(c) penalaran dan sistematikanya bagus, dan
(d) pemaparan dan gaya bahasanya menarik.
Jadi, rumusan masalah yang baik adalah rumusan masalah yang dapat
mengungkapkan substansi permasalahan.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penentuan masalah penelitian


adalah ketersediaan informasi serta sumber dukungan kepustakaan.
Kepustakaan berperan sebagai tangga berpikir menuju jawaban
permasalahan. Walaupun permasalahan itu baik, tetapi bila tidak
didukung oleh kepustakaan yang memadai maka sebaiknya
permasalahan tersebut tidak diteruskan, sebab akan mengalami
kebuntuan dalam proses penelitiannya nanti. Berikut ini akan
dideskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan masalah.

1. Latar Belakang Masalah

Menurut Naga (1981 :4) pada latar belakang dikemukakan sutau


pembuktian dari penelitian yang dilakukan bahwa “latar belakang ini
dapat menunjukkan adanya masalah yang diteliti. Latar belakang ini
harus ditampilkan secara kuat , untuk itu diharuskan mengemukakan
data dan fakta sebagai alasan dengan mengurangi argumentasi pribadi
sedikit mungkin. Pada bagian latar belakang ini merupakan tempat
untuk mengemukakan dan menjelaskan serta menerangkan kenapa
begitu penting masalah yang ditampilkan. Di sini peneliti harus dapat
menjelaskan keinginan untuk meneliti masalah tersebut timbul, karena
peneliti melihat adanya kesenjangan atau jurang perbedaan antara apa-
apa yang seharusnya atau idealnya sangat berbeda dengan kenyataan
yang ditemui dan diketahui atau dilihat. Peneliti tentu ingin mengetahui
mengapa terjadi perbedaan tersebut. Peneliti perlu mengemukakan
pada latar belakang ini fakta dan data yang mendukung masalah yang
seharusnva dan yang idealnya tadi. Setelah itu peneliti harus dapat
pula mengemukakan kenyataankenyataan yang ditemui berdasarkan
data dan faktanya pula sehingga pada latar belakang ini diketahui
dengan jelas bahwa masalah yang diajukan betul-betul dirasakan
perlunya.

2. ldentifikasi Masalah.

Topik tidak persis sama dengan masalah penelitian, tetapi mengajukan


pertanyaan-pertanyaan terhadap topik-topik yang berhubungan
masalah sebenarnya lebih spesifik dari topik penelitian. Dengan
mengemukakan masalah atau pertanyaan-pertanyaan penelitian
sekaligus akan terlihat ruang lingkup atau batasan penelitian.

Dalarn usaha menjelaskan masalah penelitian peneliti bisa mulai dari


topik-topik umum kemudian berangsur mempersempit topik menjadi
masalah peneiitian. Namun sebelum sampai kepada memformulasikan
pertanyaan yang spesifik ada baiknya peneliti terlebih dahulu
mengindentifikasi atau berusaha menjelaskan apa yang mungkin
terlingkup dalam topik yang telah dipilihnya itu. umpamanya, seorang
peneliti tertarik dengan topik hasil belajar.

Langkah pertama yang mungkin dilakukan peneliti adalah mengadakan


brain storming tentang apa-apa saja yang berhubungan dengan hasil
belajar. Seperti satu diantaranya mungkin faktor-faktor yang
mempengaruhi hasi belajar, seperti intelegensi, minat, fasilitias,
perhatian guru dan orang tua, cara mengajar guru dan lain sebagainya.
Atau mungkin juga seorang peneliti menempatkan hasil mengajar
sebagai variable independen dan melihat pengaruh hasil belajar
terhadap aktifitas dan partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar
atau terhadap persepsi siswa terhadap mata apelajaran itu sendiri.

Contoh lain, seorang peneliti tertarik dengan cara guru mengajar. Cara
guru mengajar dapat dijelaskan mungkin dalam kaitannya dengan latar
belakang pendidikan, pengalaman, kehidupan rumah tangga, status,
nilai-nilai yang diyakini guru dan lain sebagainva. Atau cara mengajar
guru dapat juga dilihat dalam kaitannva dengan perhatian siswa
terhadap mata pelajaran, hasil yang dicapaisiswa dan lain sebagainya.

3. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang dipilih peneliti mungkin luas sekali ruang
lingkupnya, seperti hasil belajar sebagai dikemukakan terdahulu
banyak sekali taktor atau variable yang terkait di dalamnya. Oleh
karena keterbatasan penelitian, maka peneliti membatasi
penelitiannya hanya kepada satu variable atau beberapa variable
saja pemilihan atau pembatasan variable yang diteliti itu
sepenuhnya adalah pertimbangan peneliti sendiri dengan melihat
signifikasinya. Sehubungan dengan permasalahan hasil belajar,
misalnya, berdasarkan pengamatan di lapangan, peneliti
kemudian tertarik untuk melihat kaitannya dengan tingkat
disiplin yang diterapkan oleh guru yang mengajar bidang studi
tersebut atau hasil belajar dilihat dengan demokrasi atau
diktatornya guru dalam proses belajar mengajar dan lain
sebagainya.
4. Perumusan Masalah

Setelah peneliti membatasi masalah pada variable atau konsep


dalam penelitian, kemudian peneliti merumuskan permasalahan
tersebut dalam bentuk kalimat pertanyaan yang lebih spesifik.
McMillan dan Schumacher (1984:48). Dalam merumuskan
permasalahan,sedikit berbeda dari yang dikemukakan Tuckman.
Tuckman cenderung merumuskan masalah penelitian dalam
bentuk kalimat pertanyaan, sernentara McMillan dan Schumacher
berpendapat bahwa perumusan masalah penelitian bisa salah
satu dari 3 bentuk pernyataan, pertanyaan dan hypothesis.

5. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan


adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai.
Sebenarnya apabila ditilik dari isinya sesuatu yang ingin dicapai,
yang merupakan tujuan penelitian, sama dengan jawaban yang
dikehendaki dalam problematik penelitian.
contoh
Problematik Tujuan
Di semester berapakah microteaching mulai dilaksanakan di
PGSD UNJ Jakarta.
Ingin mengetahui di semester berapakah micro teaching dimulai di
PGSD UNJ Jakarta .
. Dengan contoh di atas dapat dipahami dengan mudah tujuan
penelitian, atau dengan kata lain tujuan penelitin yaitu:
merumuskan tujuan umum penelitin yang kosisten dengan
masalah pokok penelitian.

6. Kegunaan Penelitian

Sebenarnya penjelasan tentang kegunaan hasil penelitian ini tidak


mutlak harus ada. Rumusan tentang kegunaan hasil penelitian
adalah kelanjutan dari tujuan penelitian. Pembicaraan tentang
kegunaan hasil penelitian ini menjadi penting setelah beberapa
peneliti tidak dapat mengatakan sebenarnya hasil apa yang di
harapkan, dan sejauhmana sumbangannya terhadap kemajuan
ilmu pengatahuan.
Contoh : tujuan penelitian: ingin mengetahui di semester berapa
microteaching dimulai. kegunaan hasil penelitian: dengan
diketahuinya di semester berapa microteaching dimulai,
dihubungkan dengana hambatan yang dijumpai serta factor-faktor
pendukung lain, peneiti bisa memberikan informasi kepada
pengembangan kurikulum untuk dijadikan pedoman umum bagi
pelaksanaan micro-teaching. Dengan kata lain dapat dikatakan
bahwa kegunaan hasil penelitian merupaka tindak lanjut
penggunaan informasi atau jawaban yang tertera dalam
kesimpulan penelitian

DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, Nana, Tuntunan penulisn .karya ilmiah, Makalah,
Skripsi, Tesisi, Diserlation, Sinar Baru, Bandung, 1991.
Furchan, Arief, Pengantar Penelitian dalam pendididkan, Usaha
Nasional, 1982.
McMillan, James H. and Schumacher, Sally, Research in
Fducalion, A Conceptual Introduction, Little Brown and Company,
Toronto, 1984.
Tuckman, Bruce W, Cunducting Educational Research, Harcourt
Brace Jovanovich, Inc., Atlanta, 1972.
Danim, Sudarwan, Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Prilaku
Jakarta: Bumi aksara, 2000.
Nawawi, Hadari dan Martini Hadar, Instrumen Penelitian Bidang
Sosial Yogyakarta: UGM-Press, 1995.

Prayitno, Harun Joko, Thoyibi dan Adyana Sunanda (ed.),


Pembudayaan Penulisan Karya Ilmiah Surakarta: Muhammadiyah
University, 2001.
CARA MEMBUAT JUDUL DALAM PENELITIAN
AsikBelajar.Com – Sering kali mahasiswa salah mengartikan topik. Topik
disamakan dengan judul, padahal bukan begitu. Topik adalah pokok masalah yang
akan dijadkan objek penelitian ataupun objek pembahasan karya ilmiah.Tetapi
dalam permasalahan ini kadang-kadang dosen pembimbing menerima topik
tersebut. Hal ini ada dua kemungkinan:

 Pertama, baik dosen ataupun mahasiswa tidak bisa membedakan arti topik
dengan judul.
 Kedua, mungkin dosen  pembimbing itu setelah melihat judul yang diajukan
itu segera mengerti tentang topik yang akan di teliti oleh mahasiswa itu
(meskipun demikian sebaiknya dosen pembimbing segera memberitahukan
beda antara judul dengan topik itu).

1. ARTI DAN FUNGSI JUDUL

Judul selalu diartikan sebagai kepala karangan. Dalam proses ditetapkan


judul penelitian untuk karya ilmiah harus diawali dengan penetapan berbagai
masalah. Pada akhir kegiatan kadang-kadang judul tersebut harus di ubah.
Oleh karena itu, menetapkan judul diawal kegiatan biasanya bersifat
sementara (tentatif), dan dimantapkan secara tepat pada akhir kegiatan
penelitian.

Judul penelitian pada wujudnya merupakan kalimat, dalam bentuk satu


kalimat pernyataan (bukan kalimat pertanyaan). Judul terdiri dari kata-kata
yang jelas (tidak kabur), singkat, deskriptif (berkaitan atau tuntut), dan
pernyataan tidak terlalu puitis atau bombastis (Sutrisno Hadi, 1984).

2. SUSUNAN DAN KAITAN VARIABEL DALAM JUDUL PENELITIAN

Kata tersusun dalam kalimat judul, merupakan istilah ilmiah atau konsep
yang di sebut variabel. Susunan variabel itu harus mencerminkan
keseluruhan isi karya tulis danmerupakan gambaran dari susunan kerangka
kerja konsep atau variabel itu (oleh karena itu disebut “conceptual
framework”). Pada dasarnya kita mengenal tiga macam bentuk penelitian:

a.    Penelitian eksploratif (termasuk di dalamnya metode penelitian sejarah


dan
case study. Penelitian eksploratif adalah penelitian yang bertujuan
mencari
atau merumuskan masalah dari suatu fenomena.

b.    Penelitian pengembangan (termasuk di dalamnya metode survei


deskriptif).
Penelitian pengembangan adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan masalah dari suatu fenomena, yang dihubungkan
dengan
teori dari suatu ilmu tertentu, untuk memecahkan masalah itu secara
rasional (biasanya dengan berpikir deduktif).
c.    Penelitian verifikatif (termasuk d dalamnya penelitian eksperimen dan
survey eksplanatory). Penelitian verifikatif adalah penelitian yang
bertujua untuk menguji hubungan variabel dari hipotesis yang diajukan
dengan data empiris.

Berdasarkan pengertian 3 macam penelitian tersebut, dapat dilihat susunan


variabel beserta keeratan hubungannya, yaitu antara yang menunjukan
adanya hubungan yang jelas. Pertama, dalam penelitian verifikatif (karena
jelas bertujuan menguji kausalitas variabelnya). Kedua, penelitian eksploratif
(karena masih mencari hubungan variabelnya).

Menetapkan judul setiap penelitian tersebut biasanya dapat dinyatakan


dengan kata kunci tertentu (key words) yang tersusun dalam kalimat judul.
Kata kunci untuk judul penelitian yang bersifat korelasional ada dua
golongan.
Pertama, yang menyatakan hubungan interaksi, misal:

a.    Pengaruh X terhadap Y,


b.    Efek X terhadap Y,
c.    Respon X terhadap Y,
d.    Dampak X terhadap Y, dan
e.    Beberapa faktor yang mempengeruhi Y dan sebagainya.

Kedua, yaitu menyatakan hubungan integrative, misalnya:

a.    Peranan X dalam Y,


b.    Partisipasi X dan Y,
c.    Integrasi X dalam Y,
d.    Fungsi X dalam Y,
e.    Hubungan X dengan Y, dan sebagainya.

Judul penelitian yang tidak korelasional biasanya dinyatakan secara verbal.


Susunan yang tidak jelas hubungannya, biasanya menggunakan kata kunci
yang langsung menunjuk kepada proses kerja atau metode penelitiannya,
misalnya:

a.    Analisis X dalam upaya Y di Z.


b.    Studi X dalam rangka Y.
c.    Deskripsi tentang X di Y.
d.    Dinamika X dalam rangka Y
e.    Perbandingan antara X dengan Y di desa Z.
f.    Kecenderungan X di Y, dan sebagainya.

4. SISTEMATIKA USULAN PENELITIAN

Usulan penelitian itu mempunyai sistematika tertentu. Dalam menentukan


judul penelitian, susunan susunan sistematika usulan penelitian tergantung
pada macam penelitian (termasuk metode ) yang akan digunakan.
Susunan sistematika yang umum bagi penelitian verifikatif dan beberapa
penelitian pengembangan (yang mencoba mengajukan hipotesis), setidak-
tidak-nya terdiri dari 12 unsur, seperti berikut ini.

a. Latar Belakang Penelitian.


b. Identifikasi dan Perumusan Masalah.
c. Maksud dan Tujuan Penelitian.
d. Kegunaan Penelitian.
e. Kerangka Pemikiran.
f. Hipotesis.
g. Metode Penelitian.
h. Organisasi Penelitian (bukan untuk skripsi).
i. Anggaran Biaya Penelitian (bukan untuk skripsi).
j. Lokasi Penelitian
k. Jadwal penelitian.
l. Kepustakaan.

a. Latar Belakang Penelitian

Dalam paparan ini di uraikan tentang garis besar yang akan


diselidiki/diamati, mengapa diselidiki, bagaimana menyelidikinya, dan untuk
apa diselidiki atau diteliti. Jawaban tentang apa yang di selidiki; baik dicari
ataupun diteliti.
Menimbang pentingnya masalah itu untuk di selidiki, pada umumnya
dikaitkan kepada beberapa hal, antara lain kepada:
1)   Masalah itu menyangkut kepentingan umum baik mendesak maupun
tidak.
2)   Masalah itu merupakan mata rantai, apabila tidak di pecahkan banyak
masalah lain yang terbengkalai.
3)   Masalah itu penting di mana pemecahannya dapat mengisi kekosongan
atau kekurangan ilmu dan pengetahuan, dan sebagainya.
b. Identifikasi dan Perumusan Masalah
1)  Mengidentifikasi Masalah
Mengidentifikasi masalah tidak lain menguraikan lebih jelas tentang
masalah yang telah ditetapkan pada latar belakang penelitian.
Hubungan ketepatan memilih masalah dengan cara pemecahannya ada
beberapa kemungkinan:
a)    Masalah benar cara pemecahannya benar.
b)    Masalah benar cara pemecahannya salah.
c)    Masalah salah cara pemecahannya salah.
d)    Masalah salah cara pemecahannya benar.

Keempat kemungkinan tersebut dapat dilihat dalam skema gambar di bawah


ini.

2)    Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang baik menurut Fraenkel dan Wallen (1990 : 22)
adalah:

a) Masalah harus feasible, masalah tersebut harus dicarikan


jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak banyak menghabiskan
dana, tenaga, dan waktu.

b) Masalah harus jelas, yaitu semua orang memberikan persepsi yang


sama terhadap masalah tersebut.

c)  Masalah harus signifikan, artinya jawaban masalah yang di berikan


harus memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu dan
pemecahan masalah kehidupan manusia.

Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat
etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama. Fancis, Bork, dan Cartens
dalam bukunya Proposal Cookbook (dalam Rakhmat,1998:105) menunjukan
lima macam kerangka perumusan masalah yaitu:

a) Penelitian dampak  sosial. Pada penelitian dampak sosial masalah


dungkapkan dengan menunjukan masalah sosial yang sedang terjadi, yang
memerlukan perhatian, penaf-siran, dan penyelesaian.

b) Penelitian teoritis. Pada penelitian teoritis, masalah merujuk pada suatu


teori atau salah satu aspek teori yang tidak lagi memuaskan kita.

c) Penelitian historis. Pada penelitian historis, pernyataan masalah adalah


pengungkapan peristiwa tertentu yang membangkitkan minat.

d) Penelitian evaluasi Evaluasi masalah menjelaskan apa yang akan


dievaluasi dan mengapa evaluasi itu penting untuk pengambilan keputusan

e)    Penelitian khusus.Pada penelitian khusus, tidak mengikuti pola


penelitian konvesional, masalah mengungkapkan satu proses, menjelaskan
dan menunjukkan makna bagi ilmu, masyarakat atau kemanusiaan.

3)    Bentuk Masalah Penelitian

a)   Permasalahan Deskriptif Permasalahan deskriptif adalah suatu


permasalahan yang berkenaan dengan variable mandiri, yaitu tanpa
membuat perbandingan dan menghubungkan.

b)   Permasalahan Komparatif Yaitu permasalahan penelitian yang


bersifat membandingkan suatu variabelpada dua sampel atau lebih.
c)   Permasalahan Asosiatif Yaitu suatu pertanyaan penelitian yang
bersifat menghubungkan dua variabel atau lebih.

d)    Hubungan Kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.

e)    Hubungan Interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi.

c.   Maksud dan Tujuan Penelitian Pada pembahasan ini diuraikan maksud
atau hal-hal yang ingin dicapai, serta sasaran yang dituju     oleh penelitian
ini.

d.   Kegunaan Penelitian Uraian kegunaan penelitian merupakan suatu


harapan berkaitan dengan hasil penelitian, baik praktis maupun teoritis.

e.   Kerangka Pemikiran

Dalam paparan ini di uraikan cara mengalirkan jalan pemikiran peneliti


menurut     kerangka teori     dan kerangka konsep yang logis atau menurut
“Logical Construct”. Ini berarti menerangkan, dan menunjukan perspektif
terhadap masalah tersebut.

Tahap berpikir itu ada tiga tahap, yaitu tahap “conception”, “judgement”,
dan “reasoning”.

1)    Tahap “conception” merupakan tahap menyusun konsepsi. Masalah itu


adalah fakta, meskipun tidak semua konsep sebagai “determinant”
(faktor penentu) dan sebagai “result” (fakta yang ditentukan oleh
faktor). Faktor penentu maupun “result” disebut variabel (peubah); atau
“indepedent variable” (peubah bebas), dan “indepedent variable”
(peubah terikat).

2)    Tahap “judgement” yaitu tahap menyusun ketentuan. Ketentuan itu


biasanya diperoleh dari peninjauan atau penekunan kepustakaan.
Dalam ilmu logika disebut premis mayor (postulase), sedangkan
masalah yang diteliti sebagai premis minornya.

3)    Tahap “reasoning” adalah tahap membuat pertimbangan atau membuat


argumentasi.  Yang menjadi pertimbangan atau argumentasi adalah
menempatkan perkara dari premis minor ke dalam premis mayornya.

f.     Hipotesis
Kesimpulan kerangka pikiran itu diperinci dalam paparan ini, sesuai dengan
urutan masalah yang diidentifikasi.
Rumusan hipotesis tersebut menurut kebanyakan ahli metodologi (sugyono,
2000: 40-41) ada empat macam:
1. Hipotesis deskriptif yaitu hipotesis yang menunjukan dugaan sementara
tentang bagaimana (how) sesuatu peristiwa, benda atau variabel itu terjadi.
2)   Hipotesis argumentasi yaitu hipotesis yang menunjukan dugaan
sementara
tentang mengapa (why) sesuatu peristiwa, benda, atau variabel itu terjadi.
3)   Hipotesis kerja yaitu hipotesis yang menerka atau menjelaskan akibat
dari suatu variabel yang menjadi penyebabnya.
4)   Hipotesis nol atau hipotesis statistik adalah hipotesis yang bertujuan
untuk memeriksa ketidakbenaran sebuah suatu teori yang selanjutnya
akan ditolak menurut bukti-bukti yang sah.
1)    Bentuk-bentuk Hipotesis Penelitian
Bentuk hipotesis penelitian dikaitkan dengan rumusan masalah penelitian. Ada tiga
rumusan masalah bila ditinjau dari tingkat eksplanasinya, yaitu: rumusan masalah
deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan).
Maka hipotesis dibagi menjadi tiga yaitu:
a)    Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
deskriptif,  yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh rumusan masalah deskriptif:
  Berapa daya tahan lampu pijar merek X?
  Seberapa tinggi semangat kerja karyawan di PT Z?

Contoh hipotesis deskriptif:


  Daya tahan lampu pijar merek X = 600 jam (H0).
Ini merupakan hipotesis nol, karena daya tahan lampu yang nyata tidak
berbeda dengan yang diharapkan (600 jam).
Hipotesis alternatifnya:

  Daya tahan lampu pijar merek X ≠ 600 jam. Tidak sama dengan (≠) ini bisa lebih
besar atau lebih kecil dari 600 jam.
Contoh hipotesis statistik (hanya ada bila berdasarkan sampel).
    H0 : µ = 600
    Ha : µ ≠ 600 atau > 600 < 600 adalah nilai populasi yang
dihipotesiskan/ditaksir.

b)    Hipotesis Komparatif


Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada
rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda.

Contoh rumusan masalah komparatif:


  Bagaimanakah produktivitas kerja karyawan PT X bila dibandingkan dengan PT
Y?

Contoh hipotesisnya disusun seperti:

 Tidak terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di PT X dan PT Y;


ATAU terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan di PT X dan PT Y
(H0).

Hipotesis alternatifnya: Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan di


PT X dan PT Y (Ha).
  Produktivitas kerja antara karyawan PT X lebih kecil atau sama dengan (≤)
karyawan PT Y (H0).
Hipotesis alternatifnya: produktivitas kerja antara karyawan PT X lebih besar dari
(>) karyawan PT Y (Ha).
  Produktivitas kerja antara karyawan PT X lebih besar atau sama dengan (≥)
karyawan PT Y (H0).
Hipotesis alternatifnya: produktivitas kerja antara karyawan PT X lebih kecil dari (<)
karyawan PT Y (Ha).

Hipotesis statistik untuk ketiga rumusan itu adalah:

    H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
    H0 : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 > µ2
    H0 : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 < µ2
µ1 = rata-rata produktivitas karyawan X.
µ2 = rata-rata produktivitas karyawan Y.

c) Hipotesis Asosiatif
Adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

Contoh rumusan masalah asosiatif:

  Adakah hubungan antara pengawasan melekat dengan efisiensi kerja pegawai


di departemen X.

Hipotesis penelitiannya:
  Hipotesis Nol: Tidak terdapat hubungan antara pengawasan melekat dengan
efisiensi kerja pegawai di departemen X.

  Hipotesis alternatif: Terdapat hubungan yang positif antara pengawasan melekat


dengan efisiensi kerja pegawai di departemen X.

    Hipotesis statistic


H0 : p = 0   0 berarti tidak ada hubungan.
Ha : p ≠ 0    tidak sama dengan nol berarti lebih besar atau kurang (-) dari
nol berarti ada hubungan.
p = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

g.  Metodelogi penelitian


1) Tentukan tipe penelitian
Metodelogi adalah studi sistematis mengenai prosedur dan teknik yang
berhubungan dengan sesuatu. Dalam menguraikan metode penelitian
pertama-tama harus disebut secara eksplisit tipe penelitian (mueller,1986:9-
12) apa yang akan digunakan yaitu:
a)  Descriptive survey (1) cross sectional (2) longitudinal
b)  Sampel survey
c)  Field studies
d)  Case studies of persons
e)  Combined survey and case study
f)  Prediction Studies
g)  Controlled Experiment (1) cross sectional (2) longitudional

Penentuan tipe penelitian sangat penting sebagai pegangan si peneliti agar tidak
“kesasar”. Sipeneliti akan menyesuaikan antara prosedur dan teknik dengan tipe
penelitiannya termasuk dalam pengambilan sampel, penetapan unit analisis, cara
menganalisis dan menarik generalisasi.

2)    Prosedur penarikan sampel

Pada dasarnya prosedur pengambilan sampel diperlukan untuk menekan sejauh


mungkin terjadinya bias dan variabilitas.

Teknik pengambilan sampel yang mungkin memenuhi persyaratan ini ialah simple
random sampling suatu metode yang memberikan peluang sama kepada anggota
populasi untuk terpilih sebagai sampel. Biasanya dengan bantuan daftar random
kemudian memilih nya secara acak (dikocok) kita akan mendapatakan sampel yang
representatif.

Dalam kesempatan ini akan diebutan beberapa tipe sampling (Mueller, 1986: 64-65)
yaitu:
a) Simple random. Semua anggota populasi mempunyai peluang sama untuk
terpilih sebagai anggota sampel.

b) Systematic, susun lebih dahulu populasi nya menurut nomor urut,kemudian


kita mengambil anggota sampel berdasarkan pola N/n, artinya (N) dibagi
besarnya sampel (n) akan menunjukkan setiap nomor keberapa dari nomor urut
populasi yang kita susun itu ambil sebagai angota sampel.

c) Stratified, (1)proportionate, (2) optimum allocation. (3) disproportionate

d) Cluster, pilih salah satu unit sampel secara random dari kelompok dalam
klaster, kemudian susun menurut kelompoknya dan akhirnya dipilih lagi secara
random dengan menggunakan bilangan yang akurat.

e) Statified cluster, pilih klaster dari setiap unit sampel untuk mengurangi
variablitas dari klaster yang setara.

f) Repetitive multiple sequential, tipe sampling ini diambil dua atau lebih  sampel
dengan menggunakan hasil dari sampel yang terdahulu untuk menentukan
sampel akhir

g) Judqment, pilih anak kelompok dari suau populasi yang dipandang bisa
memberikan informasi dasar yang diperlukan kemudian ambil sampel dari situ
secara akurat

h) Qouta, klasifikasikan populasi menurut karakteristiknya kemudian tentukan


secara proporsional sampel dari masing-masing klasifikasi.

Hal yang tidak kalah penting dalam suatu penelitian sosial ialah menetapkan unit
analis yaitu atas dasar apa kita membuat generalisasi yang disebut eological fallacy,
yaitu salah membuat generalisasi kalau unit generalisasinya individu maka
generalisasi organisasi maka dasar pembuatan generalisasi adalah organisasi.

3) Definisi operasional variabel penelitian

Definisi operasional merupakan rumusan seara operasional tentang variabel


penelitian, mulai dari pengertian variabel, sampai pada keterukuran variabel
penelitian itu. Misalnya tingkat pendidikan responden mencakup pendidikan formal
yang pernah dicapai responden dan diklasifikasikan menurut tidak tamat
pendidikan dasar tamat pendidikan dasar dan seterusnya.

4) Teknik pengumpulan data


Teknik pengumpulan data harus dijelaskna secara eksplisit dalam setiap rancangan
penelitian, misalnya penjelasan tentang data sekunder yang diperlukan dan
bagaimana memperoleh data tersebut.

Instrumen penelitian bisa berupa angket, yakni daftar pertanyaan yang terstruktur
baik close-ended maupun open-ended yang disebarkan kepada responden anggota
sampel baik via pos maupun kurir. Angket kuesioner, maupun indepth interview
harus mematuhi etika penelitian supaya hasil penelitian tidak biased agar tidak
bias, pertanyaan juga tidak boleh:
a) Suggestive, mengarahkan, memengaruhi, tendesius.
b) Double-barrel, membingungkan responden.
c) Sensitive, umur buat wanita terpelajar biasanya rahasia.
d) Investigative, gaya detektif, gaya interrogator
e) Tricky, menjebak
f) Realiability yang berarti adanya ketepatan, konsisten data yang didapat dari
waktu kewaktu. Rehabilitas berkenaan dengan tingkat keandalan suatu
instrumen penelitian itu.
g) Validity berkenaan dengan tingkat kecermatan (accuracy) suatu instrumen
penelitian. Contoh nyata mengukur berat orang dengan meteran, mengukur
tinggi badan dengan kiloan, artinya data apa yang diperlukan peneliti dari
responden harus ditanyakan secara tepat.
5)    Rancangan analisis
Pengertian dasar analisis adalah melakukan decomposition, mengu-raikan
sesuatu kedalam bagian yang membentuk sesuatu itu.  Setelah terurai
kedalam bagian, kerja sipeneliti selanjutnya ialah membuat generalisasi, “apa
jembatan untuk sampai ke generalisasi? Jawaban nya adalah statistik, jadi
statistik adalah instrumen pembuatan generalisasi. Apakah hanya statistik
yang bisa menjembatani kegeneralisasi? Tidak, jika statistik yang digunakan
sebagai instrumen menuju generalisasi maka analisis penelitian itu disebut
kuantitatif, analisis lainnya adalah nonkuantitatif atau bisa dikenal dengan
sebutan analisis kualitatif disini peneliti menyilang temuan empiris nya
dengan sumber lain baik sumber pustaka maupun narasumber (individu).

Metode ini disebut triangulation, yaitu peneliti menguji kebenaran informasi


yang diperolehnya dari lapangan dengan teori yang ada, dokumen pendukung,
keterangan orang yang dianggap mengetahui (informan) kesepa-danan
karakteristik dengan populasi lain di tempat lain, data sejarah, dan indikasi
lainnya dianggap punya keterkaitan.

Analisis kuantitatif dengan aplikasi statistik diuji sangat ditentukan oleh level
of measurement data yang dikumpulkan yaitu:
a) Jika level of measurement data yang dikumpulkan adalah nominal
(kategorikal), maka statistik yang digunakan biasanya statistik non-para-
metrik
b) Data yang dikotomis atau poliytomis tidak akan punya arti apa-apa jika
dicari mean (rataan)-nya. Misalnya kota, lelaki perempuan, islam non
islam, jawa non jawa tidak perlu mencari mean nya karna hal itu langkah
yang sia-sia.
c) Jika level of measurement data yang dikumpulkan adalah termasuk ordinal
(peringkat), maka analisis statistik untuk uji korelasi misalnya digunakan:

c.1. Spearman Rank Order Correlation atau


c.2. Kendal Rank Order Correlation atau
c.3. Chi-Square (Ci Kuadrat) jika hendak mengukur hubungan asosiatif 
saja

d)  Jika level of measurment data yang dikumpulkan adalah interval atau


rasio, maka person product momen correlation bisa dipakai untuk uji
korelasi, analisis multivariate dan analisis jalur (path analysis) bisa
digunakan jika independen dan dependen variabel nya lebih dari satu.

Rancangan analisis peneliti harus menjelaskan model analisis yang akan digunakan
untuk uji hipotesis kuantitatif atau secara kualitatif. Meskipun model analisis
kuantitatif yang akan digunakan tetapi eksplanasi (penjelasan). Statistik hanyalah
alat untuk menguatkan argumentasi peneliti, demikian juga model analisis
kualitatif tidak akan sepi dari angka jika memang diperlukan.

Akhir uraian bagian metodelogi penelitian ini iaah kisi penelitian yng menyimpulkan
dalam sebuah tabel hal-hal sebagai berikut:

a) Konsep penelitian ini berangkat dari konsep apa (teori apa)


b) Variabel konsep itu diturunkan variabel penelitian X,Z,Y
c) Dimensi sering disebut subvariabel, misalnya partisipasi adalah konsep
sebuah ada dasar teorinya. Dimensi dari partisipasi apa saja? Partisipasi
dalam perencanaan, dalam pelaksanaan, dalam pengawasan dalam
pemanfaatan indikatornya apa saja? Tenaga, uang, benda dan pikiran.
d) Indikator, yaitu sesuatau yang mengindikasikan bekerjanya variabel
tersebut, dan biasanya terobservasi dan terukur misal nya variabel media
exposure (X) tadi indikator nya ialah frekuensi melihat atau mendengar. Dari
indikator ini kita turunkan item kuesioner, misalnya, “berapa jam didalam
sehari anda menonton siaran Tv swasta ?

    Kurang dari 1 jam


    Antara 1-2 jam
    Tidak tentu
     Lebih dari 2 jam
e)    Jenis data apakah data nominal, ordinal,interval atau rasio.
f)    Sumber data apakah primer atau sekunder.
g)   Lokasi/ tempat penelitian Lokasi penelitian bisa jadi laboraturium atau
alapangan, karena itu tempat penelitian, diuraikan lengkap lokasi nya,
seperti desa, X, kecamatan  X dan kabupaten X serta propinsi X.
h.   Jadwal waktu penelitian
Jadwal waktu penelitian waktu penelitian diuraikan menurut fase-fase
pekerjaannya sebagai berikut:

2) Fase persiapan dari…. S/d … (misalnya 30 hari)


3) Fase pengumpulan data : dari …. s/d … (misalnya 30 hari)
4) Fase pengolahan data … s/d …. (misalnya 60 hari)
5) Fase pengolahan data : dari … s/d … (misalnya 60 hari)
6) Lebih terperinci adalah lebih baik.

i.     Daftar pustaka


Daftarkan semua kepustakaan yang dipergunakan didalam menyusun usul-an
penelitian ini. Tata cara penyususannya menurut cara yang telah dibakukan oleh
setiap pimpinan fakultas atau universitas.

Anda mungkin juga menyukai