CONTOH
Daftar Pustaka :
PENDAHLUAN
Langkah pertama dan sekaligus juga merupkan hal yang paling esensial
dalam penyusunan karya ilmiah adalah menetapkan/mengajukan
masalah. Secara umum masalah berada pada suatu konsistensi
tertentu yang dipengaruhi atau berhubungan dengan berbagai faktor
tertentu. Oleh karena itu, seyogyanya masalah tersebu terlebih dahulu
dikenali melalui hubungannya dengan berbagai faktor tersebut.
Pengenalan masalah tersebut akan memunculkan berbagai pernyataan
yang disebut masalah.
Masalah sebagaimana didefinisikan oleh Sudjana (1901.21) adalah "
pertanyaan-pertayaan yang sengaja diajukan untuk dicari jawabanya
melalui peneliitian". Masalah merupakan suatu kondisi yang
memerlukan pembahasan, pemecahan, informasi, atau keputusan
(Hajar, 1996: 38). Masalah juga bisa didefinisikan sebagai
“gap”/kesenjangan antara apa yang dinginkan. Kesenjangan yang dapat
dikaji melalui penelitian apabila kesenjangan itu dapat dipecahkan
dengan pendekatan ilmiah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
tidak semua bentuk pertanyaaan merupakan masalah. Pertanyaan
seperti Siapakah Rektor UNJ Jakarta?, ini bukanlah merupakan
permasalahan dalam karya ilmiah karena untuk menjawabnya tidak
perlu diadakan penelitian
Sebuah masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari
interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-keadaan-keadaan,
keinginan-keinginan) yang menimbulkan :
1. Bentuk-bentuk masalah
b. Masalah Komparatif
Masalah komparatif adalah suatu permasalahan yang bersifat
membandingkan keberadaan suatu variable pada dua sampel atau
lebih.
c. Masalah Asosiatif
PENETAPAN MASALAH
2. ldentifikasi Masalah.
Contoh lain, seorang peneliti tertarik dengan cara guru mengajar. Cara
guru mengajar dapat dijelaskan mungkin dalam kaitannya dengan latar
belakang pendidikan, pengalaman, kehidupan rumah tangga, status,
nilai-nilai yang diyakini guru dan lain sebagainva. Atau cara mengajar
guru dapat juga dilihat dalam kaitannva dengan perhatian siswa
terhadap mata pelajaran, hasil yang dicapaisiswa dan lain sebagainya.
3. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang dipilih peneliti mungkin luas sekali ruang
lingkupnya, seperti hasil belajar sebagai dikemukakan terdahulu
banyak sekali taktor atau variable yang terkait di dalamnya. Oleh
karena keterbatasan penelitian, maka peneliti membatasi
penelitiannya hanya kepada satu variable atau beberapa variable
saja pemilihan atau pembatasan variable yang diteliti itu
sepenuhnya adalah pertimbangan peneliti sendiri dengan melihat
signifikasinya. Sehubungan dengan permasalahan hasil belajar,
misalnya, berdasarkan pengamatan di lapangan, peneliti
kemudian tertarik untuk melihat kaitannya dengan tingkat
disiplin yang diterapkan oleh guru yang mengajar bidang studi
tersebut atau hasil belajar dilihat dengan demokrasi atau
diktatornya guru dalam proses belajar mengajar dan lain
sebagainya.
4. Perumusan Masalah
5. Tujuan Penelitian
6. Kegunaan Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Sudjana, Nana, Tuntunan penulisn .karya ilmiah, Makalah,
Skripsi, Tesisi, Diserlation, Sinar Baru, Bandung, 1991.
Furchan, Arief, Pengantar Penelitian dalam pendididkan, Usaha
Nasional, 1982.
McMillan, James H. and Schumacher, Sally, Research in
Fducalion, A Conceptual Introduction, Little Brown and Company,
Toronto, 1984.
Tuckman, Bruce W, Cunducting Educational Research, Harcourt
Brace Jovanovich, Inc., Atlanta, 1972.
Danim, Sudarwan, Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Prilaku
Jakarta: Bumi aksara, 2000.
Nawawi, Hadari dan Martini Hadar, Instrumen Penelitian Bidang
Sosial Yogyakarta: UGM-Press, 1995.
Pertama, baik dosen ataupun mahasiswa tidak bisa membedakan arti topik
dengan judul.
Kedua, mungkin dosen pembimbing itu setelah melihat judul yang diajukan
itu segera mengerti tentang topik yang akan di teliti oleh mahasiswa itu
(meskipun demikian sebaiknya dosen pembimbing segera memberitahukan
beda antara judul dengan topik itu).
1. ARTI DAN FUNGSI JUDUL
Kata tersusun dalam kalimat judul, merupakan istilah ilmiah atau konsep
yang di sebut variabel. Susunan variabel itu harus mencerminkan
keseluruhan isi karya tulis danmerupakan gambaran dari susunan kerangka
kerja konsep atau variabel itu (oleh karena itu disebut “conceptual
framework”). Pada dasarnya kita mengenal tiga macam bentuk penelitian:
Masalah bersifat etis, yaitu tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat
etika, moral, nilai-nilai keyakinan dan agama. Fancis, Bork, dan Cartens
dalam bukunya Proposal Cookbook (dalam Rakhmat,1998:105) menunjukan
lima macam kerangka perumusan masalah yaitu:
c. Maksud dan Tujuan Penelitian Pada pembahasan ini diuraikan maksud
atau hal-hal yang ingin dicapai, serta sasaran yang dituju oleh penelitian
ini.
Tahap berpikir itu ada tiga tahap, yaitu tahap “conception”, “judgement”,
dan “reasoning”.
f. Hipotesis
Kesimpulan kerangka pikiran itu diperinci dalam paparan ini, sesuai dengan
urutan masalah yang diidentifikasi.
Rumusan hipotesis tersebut menurut kebanyakan ahli metodologi (sugyono,
2000: 40-41) ada empat macam:
1. Hipotesis deskriptif yaitu hipotesis yang menunjukan dugaan sementara
tentang bagaimana (how) sesuatu peristiwa, benda atau variabel itu terjadi.
2) Hipotesis argumentasi yaitu hipotesis yang menunjukan dugaan
sementara
tentang mengapa (why) sesuatu peristiwa, benda, atau variabel itu terjadi.
3) Hipotesis kerja yaitu hipotesis yang menerka atau menjelaskan akibat
dari suatu variabel yang menjadi penyebabnya.
4) Hipotesis nol atau hipotesis statistik adalah hipotesis yang bertujuan
untuk memeriksa ketidakbenaran sebuah suatu teori yang selanjutnya
akan ditolak menurut bukti-bukti yang sah.
1) Bentuk-bentuk Hipotesis Penelitian
Bentuk hipotesis penelitian dikaitkan dengan rumusan masalah penelitian. Ada tiga
rumusan masalah bila ditinjau dari tingkat eksplanasinya, yaitu: rumusan masalah
deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan).
Maka hipotesis dibagi menjadi tiga yaitu:
a) Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
Contoh rumusan masalah deskriptif:
Berapa daya tahan lampu pijar merek X?
Seberapa tinggi semangat kerja karyawan di PT Z?
Daya tahan lampu pijar merek X ≠ 600 jam. Tidak sama dengan (≠) ini bisa lebih
besar atau lebih kecil dari 600 jam.
Contoh hipotesis statistik (hanya ada bila berdasarkan sampel).
H0 : µ = 600
Ha : µ ≠ 600 atau > 600 < 600 adalah nilai populasi yang
dihipotesiskan/ditaksir.
H0 : µ1 = µ2
Ha : µ1 ≠ µ2
H0 : µ1 ≤ µ2
Ha : µ1 > µ2
H0 : µ1 ≥ µ2
Ha : µ1 < µ2
µ1 = rata-rata produktivitas karyawan X.
µ2 = rata-rata produktivitas karyawan Y.
c) Hipotesis Asosiatif
Adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu
menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Hipotesis penelitiannya:
Hipotesis Nol: Tidak terdapat hubungan antara pengawasan melekat dengan
efisiensi kerja pegawai di departemen X.
Penentuan tipe penelitian sangat penting sebagai pegangan si peneliti agar tidak
“kesasar”. Sipeneliti akan menyesuaikan antara prosedur dan teknik dengan tipe
penelitiannya termasuk dalam pengambilan sampel, penetapan unit analisis, cara
menganalisis dan menarik generalisasi.
Teknik pengambilan sampel yang mungkin memenuhi persyaratan ini ialah simple
random sampling suatu metode yang memberikan peluang sama kepada anggota
populasi untuk terpilih sebagai sampel. Biasanya dengan bantuan daftar random
kemudian memilih nya secara acak (dikocok) kita akan mendapatakan sampel yang
representatif.
Dalam kesempatan ini akan diebutan beberapa tipe sampling (Mueller, 1986: 64-65)
yaitu:
a) Simple random. Semua anggota populasi mempunyai peluang sama untuk
terpilih sebagai anggota sampel.
d) Cluster, pilih salah satu unit sampel secara random dari kelompok dalam
klaster, kemudian susun menurut kelompoknya dan akhirnya dipilih lagi secara
random dengan menggunakan bilangan yang akurat.
e) Statified cluster, pilih klaster dari setiap unit sampel untuk mengurangi
variablitas dari klaster yang setara.
f) Repetitive multiple sequential, tipe sampling ini diambil dua atau lebih sampel
dengan menggunakan hasil dari sampel yang terdahulu untuk menentukan
sampel akhir
g) Judqment, pilih anak kelompok dari suau populasi yang dipandang bisa
memberikan informasi dasar yang diperlukan kemudian ambil sampel dari situ
secara akurat
Hal yang tidak kalah penting dalam suatu penelitian sosial ialah menetapkan unit
analis yaitu atas dasar apa kita membuat generalisasi yang disebut eological fallacy,
yaitu salah membuat generalisasi kalau unit generalisasinya individu maka
generalisasi organisasi maka dasar pembuatan generalisasi adalah organisasi.
Instrumen penelitian bisa berupa angket, yakni daftar pertanyaan yang terstruktur
baik close-ended maupun open-ended yang disebarkan kepada responden anggota
sampel baik via pos maupun kurir. Angket kuesioner, maupun indepth interview
harus mematuhi etika penelitian supaya hasil penelitian tidak biased agar tidak
bias, pertanyaan juga tidak boleh:
a) Suggestive, mengarahkan, memengaruhi, tendesius.
b) Double-barrel, membingungkan responden.
c) Sensitive, umur buat wanita terpelajar biasanya rahasia.
d) Investigative, gaya detektif, gaya interrogator
e) Tricky, menjebak
f) Realiability yang berarti adanya ketepatan, konsisten data yang didapat dari
waktu kewaktu. Rehabilitas berkenaan dengan tingkat keandalan suatu
instrumen penelitian itu.
g) Validity berkenaan dengan tingkat kecermatan (accuracy) suatu instrumen
penelitian. Contoh nyata mengukur berat orang dengan meteran, mengukur
tinggi badan dengan kiloan, artinya data apa yang diperlukan peneliti dari
responden harus ditanyakan secara tepat.
5) Rancangan analisis
Pengertian dasar analisis adalah melakukan decomposition, mengu-raikan
sesuatu kedalam bagian yang membentuk sesuatu itu. Setelah terurai
kedalam bagian, kerja sipeneliti selanjutnya ialah membuat generalisasi, “apa
jembatan untuk sampai ke generalisasi? Jawaban nya adalah statistik, jadi
statistik adalah instrumen pembuatan generalisasi. Apakah hanya statistik
yang bisa menjembatani kegeneralisasi? Tidak, jika statistik yang digunakan
sebagai instrumen menuju generalisasi maka analisis penelitian itu disebut
kuantitatif, analisis lainnya adalah nonkuantitatif atau bisa dikenal dengan
sebutan analisis kualitatif disini peneliti menyilang temuan empiris nya
dengan sumber lain baik sumber pustaka maupun narasumber (individu).
Analisis kuantitatif dengan aplikasi statistik diuji sangat ditentukan oleh level
of measurement data yang dikumpulkan yaitu:
a) Jika level of measurement data yang dikumpulkan adalah nominal
(kategorikal), maka statistik yang digunakan biasanya statistik non-para-
metrik
b) Data yang dikotomis atau poliytomis tidak akan punya arti apa-apa jika
dicari mean (rataan)-nya. Misalnya kota, lelaki perempuan, islam non
islam, jawa non jawa tidak perlu mencari mean nya karna hal itu langkah
yang sia-sia.
c) Jika level of measurement data yang dikumpulkan adalah termasuk ordinal
(peringkat), maka analisis statistik untuk uji korelasi misalnya digunakan:
Rancangan analisis peneliti harus menjelaskan model analisis yang akan digunakan
untuk uji hipotesis kuantitatif atau secara kualitatif. Meskipun model analisis
kuantitatif yang akan digunakan tetapi eksplanasi (penjelasan). Statistik hanyalah
alat untuk menguatkan argumentasi peneliti, demikian juga model analisis
kualitatif tidak akan sepi dari angka jika memang diperlukan.
Akhir uraian bagian metodelogi penelitian ini iaah kisi penelitian yng menyimpulkan
dalam sebuah tabel hal-hal sebagai berikut: