Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Jihan Fadhila

KELAS : XI IPS 3

NO : 12 (dua belas)

Mengagumimu dalam Diam

Airin Mikaila Pasha, itulah secarik doa yang diberikan kedua orang tuaku. Terdapat
makna tersembunyi dibalik namaku itu, “malaikat pelindung kedamaian” yahhh itulah
makna tersembunyinya. Kedua orang tuaku berharap semoga aku dapat menjadi malaikat
pelindung bagi mereka suatu saat nanti. Karena akulah harapan satu-satunya bagi mereka.
Iya benar, aku anak merupakan tunggal dalam keluargaku. Meskipun begitu, tidak pernah
ada kasih sayang berlebih yang diberikan keduanya. Tidak ada rengekan manja justru aku
dituntun untuk berjuang.

Angin sejuk berhembus melewati celah jendela kamarku sore itu. Dengan cahaya
mentari yang sudah kehilangan rasa percaya dirinya. Cahayanya meredup, seolah memberi
simpulan padaku bahwa hari lelahku telah usai. Di pengujung hari itu, entah mengapa tiba-
tiba aku teringat sesosok lelaki muda yang baru kulihat dua hari yang lalu, di masjid yang
tidak jauh dari sekolahku. Kala itu, aku baru saja selesai menunaikan sholat ashar dan ku
dengar suara lantuntan ayat-ayat suci Al-quran dengan begitu indahnya.

“siapa dibalik suara yang merdu ini?” tanyaku dalam hati

Rasa penasaran mendorongku untuk mencari tahu, kemudian aku mencoba mengintip
melalui satir antara saf laki-laki dan perempuan. Kulihat dia dari kejauhan. Ternyata dia
masih seorang pelajar SMA terbukti dengan seragam OSIS yang masih melekat pada
tubuhnya. Aku memperhatikannya dengan penuh kagum. Hatiku terasa terketuk saat
mendengar ayat demi ayat yang dibacakannya. Sampai-sampai, aku tak sadar bahwa dia
juga memperhatikanku. dia menoleh kearahku dan tersenyum. Melihatnya t

ersenyum kepadaku, sontak membuat diriku berlari meninggalkan tempat itu karena
malu.

Rasa malu dan gugup benar-benar menyelimuti ragaku kala itu. Jantungku berdebar
tak karuan. Keringat dingin bercucuran. Baru kali ini aku merasa gugup yang luar biasa saat
bertemu seorang lelaki.Sampai-sampai sepeda yang kukendarai menabrak pohon yang ada
di pinggir jalan. Sungguh bertambahnya rasa maluku. Aku menjadi kikuk, benar-benar kikuk.

“Ya Allah, Airin...! kamu kenapa? Hanya karena laki-laki itu kamu jadi seperti ini? ”
gerutuku dalam hati
Dari kejadian tersebut, aku pun mencoba fokus dan berhati-hati saat
berkendara.Dengan bacaan basmalah aku memulai kayuhan sepedaku. Bergegas untuk
segera pulang, agar ibuku tidak mengkhawatirkanku.

~~~~~~

Sinar mentari telah sirna dari pandanganku, suara adzan mulai berkumandang.
Segeralah aku mengambil wudhu dan mulai menunaikan sholat magrib berjamaah bersama
keluargaku. Doa demi doa aku panjatkan kepada Allah SWT. Aku meminta diberikan
kemudahan dalam hidupku. Aku juga tidak lupa mencurahkan isi hatiku mengenai seorang
lelaki yang baru kutemui itu. Aku berharap dapat bertemu lagi dengan lelaki itu, walaupun
sepertinya itu mustahil.

Ini benar-benar aneh, pertama kalinya aku merasakan ini saat bertemu seorang lelaki.
Padahal aku selalu besikap biasa saja saat bertemu laki-laki manapun. Entah mengapa dia
berbeda, sejak pandangan pertama, dia sudah membuatku terkagum-kagum.

“apakah ini cinta? Datang tak diundang, datang membawa rasa yang berbeda”
tanyaku dalam hati

“Ah sudah Airin jangan berfikiran macam-macam. Ingat kamu masih ujian besok.
Persiapkanlah ujian terakhirmu. Bersungguh-sungguhlah, kamu harus bisa membuat kedua
orang tuamu bangga” ucapku dalam hati dengan penuh semangat

Kemudian, aku segera menuju kamarku dan mulai membuka buku, untuk belajar
mempersiapjkan ujianku besok. Aku berharap aku bisa meraih peringkat atas dalam ujian
ini. Aku ingin mendapatkan biaya bidikmisi di jenjang perkuliahan agar tidak mejadi beban
biaya bagi kedua orang tuaku.

~~~~~~~~

Alhamdulillah...Ujian Nasional tingkat SMA tahun ini telah usai. Namun rasa
penasaranku terhadap lelaki itu masih ada dalam benakku. Malam ini aku kembali
mengingatnya. Aku masih ingat paras wajahnya. parasnya seperti orang arab, berkulit putih,
berhidung mancung dan beralis tebal.

Senyumnya itu terus terukir, aku bisa merasakan ketulusan senyumnya itu. Aku
berfikir apakah dia masih mengingatku seperti aku mengingatnya. Dretttt, dering ponselku
secara tiba-tiba. Dan tertulis sebuah pesan dari seorang yang tidak kukenal.

‘’Assalamualaikum..apakah kamu perempuan itu?’’ isi pesan itu

Mataku langsung terbelalak mengetahui isi pesan itu, aku tidak berani membalasnya
dan kubiarkan pesan itu begitu saja. Lima menit kemudian ponsel kembali bergetar. Kulihat
pesan masuk dari nomor yang tidak kukenal tadi.
“Apakah kamu perempuan yang kulihat di masjid beberapa waktu yang lalu?” isi pesan
itu

Fikiranku menjadi-jadi. Keringat dingin mulai membasahi telapak tanganku. Kemudian


kuraih ponselku dan mencoba membalas pesan miterius itu. Dengan tangan yang bergetar
aku mengetik abjad dalam layar ponselku dan dengan rasa takut aku pun terpaksa mengirim
pesanku.

“Walaikumussalam...maaf, kamu siapa? Balas pesanku

Pesanku agak melenceng dari pertanyaanya, aku harus memastikan apakah dia lelaki
yang aku maksud apa bukan. Beberapa detik kemudian, balasan pesan dari nomor muncul di
layar ponselku.

“ Namaku Aidar Catur Pamungkas, panggil saja Aidar. Aku seorang pria yang kau lihat
saat sedang mebaca Al Quran di masjid beberapa waktu yang lalu, apakah kamu masih
mengingatku? Isi pesannya.

Aku sangat tidak menyangka, lelaki yang selama ini dalam fikiranku, tiba-tiba mengirim
pesan kepadaku. Apakah dia dia juga memikirkanku juga selama ini. Bagaimana dia
mendapatkan nomor ponselku. Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi isi otakku. aku pun
tidak tahan memendam rasa penasaranku. Kemudian, aku mengetik beberapa pesan
kepadanya dan mulailah percakapan diantara kita melalui via SMS.

“bagaimana kamu bisa mendapatkan nomor ponselku?” tanyaku kepadanya

“ceritanya panjang, mungkin kamu akan merasa jenuh jika aku menceritakannya.”
Balasnya

“ tak apa, ceritalah?” balasku terhadap pesannya

Kemudian lelaki itu menceritakan semua, mengenai apa yang terjadi selama ini.
Melalui pesannya, dia menulis banyak kata pada pesan itu.

“sebenarnya aku sudah berkali-kali bertemu denganmu di masjid itu. Berkali-kali aku
melihatmu dengan tekun melaksanakan ibadah dengan khusu’. Dan aku sering
mengamatimu dari kejauhan yang sering memberikan makanan dan minuman terhadap
anak-anak jalanan di sekitar masjid. Dengan tulus kamu mengajak mereka bermain dan
belajar. Senyum sumringah anak-anak jalanan itu menunjukkan ketulusanmu terhadap
mereka. Saat dirimu tidak datang menemui mereka, raut wajah ceria mereka hilang
tergantikan oleh raut wajah lesu nan sedih. Saat tidak ada dirimulah, aku bertanya seluas
mungkin tentang dirimu kepada anak-anak jalanan itu. Mereka dengan semangat
mendeskripsikan dirimu dihadapanku. Betapa kagumnya diriku terhadapmu mendengar
cerita anak-anak itu.
Dan soal aku bisa mendapat nomor ponselmu, bermula saat aku bertanya tempat
dirimu bersekolah. Mereka menjawab, jika dirimu bersekolah di SMA Islam Al Mubarok.
Kebetulan aku memiliki seorang teman yang bersekolah disana, namanya Abdullah Amin.
Dan aku bertanya tentang dirimu kepadanya. Ceritanya tak kalah dengan cerita anak-anak
jalanan itu. Amin temanku itu menceritakanmu betapa berpengaruhnya dirimu terhadap
sekolah. Bagaimana kamu bertugas sebagai ketua osis sampai bagaimana kamu mencetak
prestasi-prestasi di sekolah. Amin juga bercerita bahwa banyak kaum lelaki yang
menyukaimu, termasuk dia. Setelah itu aku pun meminta nomor ponselmu lewat Amin yang
kebetulah dia menyimpan nomor ponselmu juga di ponselnya.

Mungkin itu saja yang bisa ku ceritakan kepadammu. jika memang membuatmu jenuh
untuk membacanya, memang kuakui cerita ini terlalu panjang untuk kau baca.” Ceritanya
kepadaku lewat via SMS

Membaca pesan dari Aidar benar-benar membuatku ingin menangis, betapa harunya
diriku. Aku tidak menyangka bahwa dia lebih dulu menyimpan perasaannya kepadaku. Aku
tidak menyangka bahwa dia selalu memperhatikanku setiap diriku pergi ke masjid. Betapa
tidak pekanya diriku terhadapnya selama ini. Rasa bersalah tiba-tiba menyelimuti benakku
detik ini.

Kemudian aku mencoba mengetik sebuah pesan kepadanya, menanggapi pesan yang
dia kirimkan kepadaku.

“aku minta maaf, jika selama ini aku tidak menyadari keberadaanmu. Kalo boleh jujur,
saat aku mendengar lantunan ayat-ayat suci Al Quran yang kau bacakan saat itu, hatiku
terasa terenyuh. Seolah-olah itu sebagai pentunjuk bahwa ada seseorang yang sedang
menungguku saat itu. Ternyata benar, itu kamu.

Saat kamu tersenyum kepadaku, kau tau tidak? Aku langsung berlari karena tersipu
malu. Senyummu begitu tulus sampai-sampai aku menabrak sebuah pohon dipinggir jalan
karena teringat dengan senyummu itu” ceritaku kepada Aidar melalui via SMS.

Percakapanku dengan Aidar terhenti sampai ceritaku itu, mungkin dia sudah terlelap
dalam tidurnya. Alhamdulillah, setidaknya rasaku kepadanya sudah tersampaikan, hatiku
sekarang ini menjadi lebih bahagia dan jauh lebih tenang.

Teringat besok adalah pengumuman hasil ujian nasional kemarin, tidurku tidak bisa
senyenyak hari-hari yang lalu. Rasa untuk tidak tidur sampai pagi tiba-tiba muncul dalan
diriku. Tapi pada ujungnya juga aku tertidur. Dasar Airin, Cuma bisa omomng saja.

~~~~~~~~~~~

Keesokannya, mentari menyambut hariku dengan penuh keceriaan. matahari bersinar


terang, Tidak ada sama sekali awan yang menghiasi langit saat itu. Seakan-akan langit tahu
bahwa hari ini merupakan hari yang sangat-sangat aku tunggu. Aku pun bergegas menuju ke
sekolah, menggoes sepedaku dengan penuh semangat. Tak lupa lupa selalu kuawali dengan
bacaan basmallah.

Sesampai di sekolah, teman-temanku tiba-tiba besorak kepadaku. Mereka


mengucapkan selamat dan mengungkapkan rasa kagum kepadaku. Aku sangat bingung
kepada mereka. Apa yang sedang terjadi. Mengapa mereka besikap seperi itu kepadaku.

Setelah aku selidiki, ternyata hasil pengumuman ujian kemarin, aku mendapat
peringkat pertama. Alhamdulillah... aku sangat tidak menyangka bisa mencapai mimpiku itu.
Aku menangis haru dan tak lupa aku bersujud syukur kepada Allah SWT saat.

Setelah pengumuman hasi ujian itu, aku segera bergegas pulang menuju rumah.
Inginku memberitahu kedua orang tuaku tentang hal ini.

“ ibu... bapakkk... Airin pulang.....” teriakku kepada kedua orang tuaku

“datang-datang tidak mengucap salam malah teriak-teriak. Ada apa Airin? mengapa
kamu berteriak seperti itu” tanya ibuku

“alhamdulillah bu, aku berhasil mendapat peringkat pertama di ujian nasional kemari
buu” jawabku

‘’ Alhamdulillah wa syukrulillah nakkk, ibu bangga padamu. Pertahankan itu” ucap


ibuku

Dreeet, bergetar ponselku, ternyata terdapat pesan dari Aidar. Dia ternya sudah tahu
tentang ini. Dia mengucapkan selamat kepadaku. Dan berjanji akan mengajakku makan di
restoran yang sedang ramai di daerahku saat ini nanti malam. Mungkin ini akan menjadi
yang pertama kalinya aku langsung bertatapan dengan Aidar dan menjadi yang pertama aku
mencintai seorang pria. Betapa berlipat-lipatnya bahagia diriku saat ini. Terimakasih Ya Allah
kau Maha adil.

Anda mungkin juga menyukai