berpendapat:
“ Bahwa tidak semua golongan harus
memperoleh bagiannya.
Bahkan zakat tersebut boleh hanya diberikan
kepada salah satu dari delapan golongan,
meskipun yang lainnya ada.”
Mereka berhujjah dengan sabda Rasulullah
Saw:
ِ
اَّلل -صلى هللا عليه وسلم -لَ مما
ول م َع ِن ابْ ِن َعبم ٍ
اس أَ من َر ُس َ
ث ُم َعا ًذا إِ ََل الْيَ َم ِن قَ َال :
بَ َع َ
وه ْم ع دْ ت ا م ل
َ َو
م أ ن كُ ي ل
ْ ف
َ ابٍ ت ِ
ك ِ
ل َه أ ٍ
مو ق
َ ى ل
َ ع م د قْ ت ك منِإ
َ ُُ َ َ ْ َ ُ َ ْ ْ َ َ َ
ض ر ف
َ اَّلل
م نم َ
أ م ه ب ِخ َ
أ ف
َ اَّلل
م او ف
ُرع ا ذ
َ ِ
إف
َ ل
م ج و ز
م ع ِ
اَّلل
م ة
ُ ادب ِ
ع ِ
ه ي ل
َِ
إ
َ َ َ ََ َ ْ ْ ُ ْ َ ََ ْ ََ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٍ
صلَ َوات ِف يَ ْومه ْم َولَْي لَته ْم فَإ َذا فَ َعلُوا فَأَ ْخ ْب ُه ْم س َخ
َْ م ِ
ه يَلع
َْ ْ َ َ
ِ ِ ِ ِ
ض َعلَْي ِه ْم َزَكا ًة تُ ْؤ َخ ُذ م ْن أَ ْغنيَائه ْم فَ َُُتُّد َعلَى ر ف
َ دْ ق
َ اَّلل
م نم َ
أ
َ َ َ
فُ َقَرائه ْم .رواه البخارى و مسلم ِ ِ
ِ ِ ِ ِ
تُ ْؤ َخ ُذ م ْن أَ ْغنيَائه ْم فَُُتَُّد َعلَى.... (
ِ ِ
) فُ َقَرائه ْم
متفق عليه
Artinya:
….di ambil dari yang kaya dari mereka ( orang Islam )
dan di berikan kepada yang faqir dari mereka ( orang Islam ).
( Muttafaqun ‘Alaih ).
2. Sementara Imam Asy-
Syafi’i berpendapat:
“ Bahwa zakat harus dibagikan kepada
delapan kelompok itu dengan merata, kecuali
jika salah satu kelompok itu tidak ada, maka
zakat diberikan kepada ashnaf yang masih ada.
Jika muzakki itu sendiri yang membagikan
langsung zakatnya, maka gugur pula bagian
amil.”
3. Sedangkan Imam Abu
Tsaur dan Abu ‘Ubaid
berpendapat:
” Kalau yang mengeluarkan Imam
( Pemerintah Islam ), maka semua golongan
harus mendapat bagian.
Namun apabila yang mengeluarkan adalah
pemilik harta langsung ( muzakki ), boleh hanya
memberikannya kepada salah satu golongan ”.
Saya berkesimpulan bahwa pendapat Jumhur
Ulama ( pendapat pertama ) adalah yang rajih.
Karena dasarnya adalah sabda Rasulullah Saw
bahwa zakat itu diambil dari si kaya dan di berikan
kepada si faqir.
Sedang faqir hanyalah satu dari delapan
golongan yang berhak menerima zakat. Artinya
boleh diberikan kepada salah satu dari delapan
golongan tersebut.
عن ابن عباس رضي هللا عنهما :أن النيب صلى هللا عليه و سلم بعث
معاذا رضي هللا عنه إَل اليمن فقال:
( ادعهم إَل شهادة أن ال إله إال هللا وأين رسول هللا فإن هم أطاعوه
لذلك فأعلمهم أن هللا قد افُتض عليهم َخس صلوات ِف كل يوم وليلة
فإن هم أطاعوه لذلك فأعلمهم أن هللا افت رض علي هم صدقة
ِ ِ
علَى فُ َق رائهم ). د
ُّر ت
ُو م ِ
ه ِ
ائ يِ
نغْ َ
أ ن ِ
م ذ
ُ خؤ ت
ُ اهلم
و أم ِف
َ ْ َْ ْ َ ْ ََ َ
رواه البخارى
Beberapa catatan penting lainnya
mengenai penyaluran zakat kepada
para mustahiq
Ketika membagikan zakat kepada
semua ashnaf secara menyeluruh
tidak diharuskan membagi rata
kepada mereka.
Yang diwajibkan adalah
memberikan bagian pada masing-
masing sesuai dengan jumlah dan
kebutuhan.
Harus selalu diperhatikan bahwa
kelompok prioritas adalah fakir miskin.
Kelompok yang diulang-ulang dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah.
Maka tidak diperbolehkan menghalangi
hak mereka dari zakat, kecuali karena
kondisi darurat sesaat.
Adapun delapan golongan yang
berhak menerima zakat
berdasarkan firman Allah Swt di
atas adalah:
1. Faqir dan
2. Miskin.
Fakir dan Miskin
Dalam
Pandangan Islam
Apabila di sebut kata al-fuqaraa’ secara
sendirian, maka al-masaakiin termasuk
didalamnya, dan sebaliknya.
Namun apabila keduanya di sebut
bersama-sama, maka keduanya memiliki
maksud yang berbeda.
Para ulama berbeda
pendapat dalam menentukan
siapa yang lebih membutuhkan
di antara keduanya.
a. Ulama Syafi’iyyah dan
Hanabilah berpendapat :
” Bahwa orang faqir lebih membutuhkan
daripada orang miskin.
Mereka beralasan bahwa Allah
menyebutkannya di depan orang miskin,
hal itu menunjukkan bahwa mereka
hendaknya yang diprioritaskan.
Selain itu mereka juga
berhujjah dengan firman Allah
Swt di dalam surah Al-Kahf: 79
ِ
ي يَ ْع َملُو َن ِف ِ
اك س م ِ
ل ت ن ا ك
َ ف
َ ة ين ِ
ف س ال ا م َ
أ {
َ َ َ ْ َ َُ م
ك يَأْ ُخ ُذ ِ
ل م م هاء رو
ٌ َ ْ ُ َ ََ َ َ َْنَ ا ك
َو ا ه ب ي ِ
َعأ نْ َ
أ ت در َ
أ ف
َ رِ حبْلا
ُ َْ ْ َ
} ص بًا غ
َ ٍ
ة ين ِ
ف س ل ك
ْ َ َ ُم
Artinya:
Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin
yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu,
karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-
tiap bahtera.
Mereka di sebut orang miskin
meskipun memiliki kapal /
bahtera dan pendapatan.
b. Sedangkan ulama
Hanafiyah dan
Malikiyah berpendapat:
Bahwa orang miskin lebih membutuhkan di
banding dengan orang faqir. Mereka berhujjah
dengan firman Allah Swt yang lain, yaitu di dalam
surah Al-Balad: 16
ٍ ِ ِ
} { أ َْو م ْسكْيناً َذا َم ْ َُتبَة
Artinya:
Atau orang miskin yang sangat fakir.
Matrabah adalah orang yang
terkapar di atas debu / tanah karena
saking laparnya.
Pendapat ini dikuatkan oleh
beberapa ahli bahasa arab seperti Al-
Farraa’, Tsa’lab dan Ibn Qutaibah.
c. Kemudian ada riwayat dari
Imam Ad-Dasuuki,
bahwasannya beliau
berpendapat:
“ Bahwa kedua kata tersebut memiliki
arti yang sama, yaitu :
Orang yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokoknya dalam setahun, tidak
memiliki samasekali atau memiliki, namun
belum mencukupi kebutuhan pokoknya. “
Kesimpulan :