Anda di halaman 1dari 97

Yang berhak menerima zakat hanya

terdiri dari 8 golongan sebagaimana


sudah ditentukan langsung oleh Allah
SWT di dalam surah At-Taubah: 60 :
‫ي‬ ‫ِ‬
‫ل‬ ‫ِ‬
‫ام‬ ‫ع‬‫ل‬
‫ْ‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ِ‬
‫ي‬ ‫ِ‬
‫اك‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫ل‬
‫ْ‬ ‫و‬
‫ا‬ ‫ِ‬
‫اء‬‫ر‬ ‫ق‬ ‫ف‬ ‫ل‬
‫ْ‬‫ِ‬‫ل‬ ‫قات‬ ‫د‬ ‫ص‬
‫م‬ ‫ال‬ ‫ا‬‫َ‬ ‫م‬
‫َّن‬‫ِ‬
‫إ‬
‫َ َ َ‬ ‫َ ُ َ َ ََ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫ِ‬
‫ي َوِف‬ ‫م‬‫ِ‬‫ِ‬
‫ر‬ ‫ا‬ ‫غ‬‫ل‬
‫ْ‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ِ‬
‫اب‬ ‫ق‬
‫َ‬‫ِ‬
‫ر‬ ‫ال‬ ‫ِف‬‫ِ‬‫و‬ ‫م‬ ‫وب‬ ‫ُ‬‫ل‬ ‫ق‬
‫ُ‬ ‫ِ‬
‫ة‬ ‫ف‬‫م‬‫ل‬‫ؤ‬ ‫م‬‫ل‬
‫ْ‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬‫َ‬‫ل‬ ‫ع‬
‫َ ْ َ َ ُ َ َ ُُْ َ ِّ َ َ َ‬
‫ِ‬
‫اَّللُ َعل ٌيم‬ ‫ِ‬
‫اَّلل‬ ‫ن‬ ‫ِ‬
‫َسب م َ ْ م َ َ ً َ م َ م‬
‫و‬ ‫م‬ ‫ة‬ ‫يض‬ ‫ر‬‫ِ‬ ‫ف‬ ‫ل‬‫ِ‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫ال‬ ‫ن‬‫ِ‬ ‫ب‬ ‫ِ‬
‫ا‬‫و‬ ‫ِ‬
‫اَّلل‬ ‫يل‬‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َحكي ٌم (‪)٦٠‬‬ ‫ِ‬
Artinya:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk :
1.orang-orang fakir,
2.orang-orang miskin,
3.pengurus-pengurus zakat,
4.para muallaf yang dibujuk hatinya,
5.untuk (memerdekakan) budak,
6.orang-orang yang berutang,
7.untuk jalan Allah dan
8.orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Apakah semua golongan
tersebut harus memperoleh
bagian zakat …..?
Dalam hal ini para Ulama
berbeda pendapat:
1. Jumhur Ulama
• Hanafiyah,
• Malikiyah dan
• Hanabilah
serta beberapa shahabat seperti :
• Umar Bin Khaththab dan
• Abdullah Bin Abbas

berpendapat:
“ Bahwa tidak semua golongan harus
memperoleh bagiannya.
Bahkan zakat tersebut boleh hanya diberikan
kepada salah satu dari delapan golongan,
meskipun yang lainnya ada.”
Mereka berhujjah dengan sabda Rasulullah
Saw:
‫ِ‬
‫اَّلل ‪-‬صلى هللا عليه وسلم‪ -‬لَ مما‬
‫ول م‬ ‫َع ِن ابْ ِن َعبم ٍ‬
‫اس أَ من َر ُس َ‬
‫ث ُم َعا ًذا إِ ََل الْيَ َم ِن قَ َال ‪:‬‬
‫بَ َع َ‬
‫وه ْم‬ ‫ع‬ ‫د‬‫ْ‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫َو‬
‫م‬ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫ك‬‫ُ‬ ‫ي‬ ‫ل‬
‫ْ‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫اب‬‫ٍ‬ ‫ت‬ ‫ِ‬
‫ك‬ ‫ِ‬
‫ل‬ ‫َه‬ ‫أ‬ ‫ٍ‬
‫م‬‫و‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ى‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫د‬ ‫ق‬‫ْ‬ ‫ت‬ ‫ك‬ ‫م‬‫ن‬‫ِ‬‫إ‬
‫َ ُُ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ ُ َ ْ ْ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ض‬ ‫ر‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫اَّلل‬
‫م‬ ‫ن‬‫م‬ ‫َ‬
‫أ‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ِ‬‫خ‬ ‫َ‬
‫أ‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫اَّلل‬
‫م‬ ‫ا‬‫و‬ ‫ف‬
‫ُ‬‫ر‬‫ع‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
‫َ‬ ‫ِ‬
‫إ‬‫ف‬
‫َ‬ ‫ل‬
‫م‬ ‫ج‬ ‫و‬ ‫ز‬
‫م‬ ‫ع‬ ‫ِ‬
‫اَّلل‬
‫م‬ ‫ة‬
‫ُ‬ ‫اد‬‫ب‬ ‫ِ‬
‫ع‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫ي‬ ‫ل‬
‫َ‬‫ِ‬
‫إ‬
‫َ َ َ‬ ‫ََ َ ْ ْ ُ ْ‬ ‫َ ََ‬ ‫ْ ََ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬
‫صلَ َوات ِف يَ ْومه ْم َولَْي لَته ْم فَإ َذا فَ َعلُوا فَأَ ْخ ْب ُه ْم‬ ‫س‬ ‫َخ‬
‫َْ‬ ‫م‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫ي‬‫َ‬‫ل‬‫ع‬
‫َْ ْ َ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ض َعلَْي ِه ْم َزَكا ًة تُ ْؤ َخ ُذ م ْن أَ ْغنيَائه ْم فَ َُُتُّد َعلَى‬ ‫ر‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫د‬‫ْ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫اَّلل‬
‫م‬ ‫ن‬‫م‬ ‫َ‬
‫أ‬
‫َ َ َ‬
‫فُ َقَرائه ْم ‪ .‬رواه البخارى و مسلم‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
ِ ِ ِ ِ
‫ تُ ْؤ َخ ُذ م ْن أَ ْغنيَائه ْم فَُُتَُّد َعلَى‬.... (
ِ ِ
) ‫فُ َقَرائه ْم‬
‫متفق عليه‬
Artinya:
….di ambil dari yang kaya dari mereka ( orang Islam )
dan di berikan kepada yang faqir dari mereka ( orang Islam ).
( Muttafaqun ‘Alaih ).
2. Sementara Imam Asy-
Syafi’i berpendapat:
“ Bahwa zakat harus dibagikan kepada
delapan kelompok itu dengan merata, kecuali
jika salah satu kelompok itu tidak ada, maka
zakat diberikan kepada ashnaf yang masih ada.
Jika muzakki itu sendiri yang membagikan
langsung zakatnya, maka gugur pula bagian
amil.”
3. Sedangkan Imam Abu
Tsaur dan Abu ‘Ubaid
berpendapat:
” Kalau yang mengeluarkan Imam
( Pemerintah Islam ), maka semua golongan
harus mendapat bagian.
Namun apabila yang mengeluarkan adalah
pemilik harta langsung ( muzakki ), boleh hanya
memberikannya kepada salah satu golongan ”.
Saya berkesimpulan bahwa pendapat Jumhur
Ulama ( pendapat pertama ) adalah yang rajih.
Karena dasarnya adalah sabda Rasulullah Saw
bahwa zakat itu diambil dari si kaya dan di berikan
kepada si faqir.
Sedang faqir hanyalah satu dari delapan
golongan yang berhak menerima zakat. Artinya
boleh diberikan kepada salah satu dari delapan
golongan tersebut.
‫عن ابن عباس رضي هللا عنهما ‪ :‬أن النيب صلى هللا عليه و سلم بعث‬
‫معاذا رضي هللا عنه إَل اليمن فقال‪:‬‬
‫( ادعهم إَل شهادة أن ال إله إال هللا وأين رسول هللا فإن هم أطاعوه‬
‫لذلك فأعلمهم أن هللا قد افُتض عليهم َخس صلوات ِف كل يوم وليلة‬
‫فإن هم أطاعوه لذلك فأعلمهم أن هللا افت رض علي هم صدقة‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫علَى فُ َق رائهم ‪).‬‬ ‫د‬
‫ُّ‬‫ر‬ ‫ت‬
‫ُ‬‫و‬ ‫م‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫ِ‬
‫ائ‬ ‫ي‬‫ِ‬
‫ن‬‫غ‬‫ْ‬ ‫َ‬
‫أ‬ ‫ن‬ ‫ِ‬
‫م‬ ‫ذ‬
‫ُ‬ ‫خ‬‫ؤ‬ ‫ت‬
‫ُ‬ ‫اهلم‬
‫و‬ ‫أم‬ ‫ِف‬
‫َ ْ‬ ‫َْ ْ َ ْ ََ َ‬
‫رواه البخارى‬
Beberapa catatan penting lainnya
mengenai penyaluran zakat kepada
para mustahiq
Ketika membagikan zakat kepada
semua ashnaf secara menyeluruh
tidak diharuskan membagi rata
kepada mereka.
Yang diwajibkan adalah
memberikan bagian pada masing-
masing sesuai dengan jumlah dan
kebutuhan.
Harus selalu diperhatikan bahwa
kelompok prioritas adalah fakir miskin.
Kelompok yang diulang-ulang dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah.
Maka tidak diperbolehkan menghalangi
hak mereka dari zakat, kecuali karena
kondisi darurat sesaat.
Adapun delapan golongan yang
berhak menerima zakat
berdasarkan firman Allah Swt di
atas adalah:
1. Faqir dan
2. Miskin.
Fakir dan Miskin
Dalam
Pandangan Islam
Apabila di sebut kata al-fuqaraa’ secara
sendirian, maka al-masaakiin termasuk
didalamnya, dan sebaliknya.
Namun apabila keduanya di sebut
bersama-sama, maka keduanya memiliki
maksud yang berbeda.
Para ulama berbeda
pendapat dalam menentukan
siapa yang lebih membutuhkan
di antara keduanya.
a. Ulama Syafi’iyyah dan
Hanabilah berpendapat :
” Bahwa orang faqir lebih membutuhkan
daripada orang miskin.
Mereka beralasan bahwa Allah
menyebutkannya di depan orang miskin,
hal itu menunjukkan bahwa mereka
hendaknya yang diprioritaskan.
Selain itu mereka juga
berhujjah dengan firman Allah
Swt di dalam surah Al-Kahf: 79
ِ
‫ي يَ ْع َملُو َن ِف‬ ِ
‫اك‬ ‫س‬ ‫م‬ ِ
‫ل‬ ‫ت‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬
َ ‫ف‬
َ ‫ة‬ ‫ين‬ ِ
‫ف‬ ‫س‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫م‬ َ
‫أ‬ {
َ َ َ ْ َ َُ ‫م‬
‫ك يَأْ ُخ ُذ‬ ِ
‫ل‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ه‬‫اء‬ ‫ر‬‫و‬
ٌ َ ْ ُ َ ََ َ َ َْ‫ن‬َ ‫ا‬ ‫ك‬
َ‫و‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ِ
‫َع‬‫أ‬ ‫ن‬ْ َ
‫أ‬ ‫ت‬ ‫د‬‫ر‬ َ
‫أ‬ ‫ف‬
َ ‫ر‬ِ ‫ح‬‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬
ُ َْ ْ َ
} ‫ص بًا‬ ‫غ‬
َ ٍ
‫ة‬ ‫ين‬ ِ
‫ف‬ ‫س‬ ‫ل‬ ‫ك‬
ْ َ َ ‫ُم‬
Artinya:
Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin
yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu,
karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-
tiap bahtera.
Mereka di sebut orang miskin
meskipun memiliki kapal /
bahtera dan pendapatan.
b. Sedangkan ulama
Hanafiyah dan
Malikiyah berpendapat:
Bahwa orang miskin lebih membutuhkan di
banding dengan orang faqir. Mereka berhujjah
dengan firman Allah Swt yang lain, yaitu di dalam
surah Al-Balad: 16
ٍ ِ ِ
} ‫{ أ َْو م ْسكْيناً َذا َم ْ َُتبَة‬
Artinya:
Atau orang miskin yang sangat fakir.
Matrabah adalah orang yang
terkapar di atas debu / tanah karena
saking laparnya.
Pendapat ini dikuatkan oleh
beberapa ahli bahasa arab seperti Al-
Farraa’, Tsa’lab dan Ibn Qutaibah.
c. Kemudian ada riwayat dari
Imam Ad-Dasuuki,
bahwasannya beliau
berpendapat:
“ Bahwa kedua kata tersebut memiliki
arti yang sama, yaitu :
Orang yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokoknya dalam setahun, tidak
memiliki samasekali atau memiliki, namun
belum mencukupi kebutuhan pokoknya. “
Kesimpulan :

Meskipun para ulama tersebut berbeda


dalam menentukan siapa yang lebih
membutuhkan, mereka bersepakat bahwa
kedua golongan tersebut sama-sama berhak
menerima zakat.
Secara sederhana, mereka adalah yang
memiliki kriteria ( bertingkat ) berikut ini :

• Orang yang tidak memiliki kekayaan dan tidak pula


pekerjaan
• Orang yang memiliki kekayaan dan pekerjaan yang
tidak mencukupi setengah kebutuhan
• Orang yang memiliki kekayaan dan pekerjaan yang
tidak mencukupi kebutuhan standar ( Pokok / primer ).
Ada juga yang membedakannya seperti
berikut ini:

a. Fakir adalah sangat melarat, para ulama memisalkan adalah


kalau seseorang yang membutuhkan harta untuk bisa hidup
LAYAK sebanyak 10 dinar namun hanya memiliki 3 dinar,
b. Miskin adalah orang miskin sedang, para ulama memisalkan
adalah seseorang yang membutuhkan harta untuk bisa hidup
LAYAK sebanyak 10 dinar namun hanya memiliki 7 dinar.
Kebutuhan saat ini yang mendasar / primer adalah
meliputi:
1. Rumah,
2. Pakaian,
3. Makan,
4. Kesehatan,
5. Transportasi,
6. Sekolah,
7. Komunikasi,
8. dan berbagai kebutuhan lain YANG TIDAK BOLEH TIDAK harus
dipenuhi.
Selain itu, kita hendaknya
juga perlu memperhatikan dan
mempertimbangkan hadits
berikut ini:
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Amr Radhiyallahu anhuma, ia berkata
bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:

ٍ‫ص َدقَةُ لِغٍَِن والَ لِ ِذى ِممرة‬


‫م‬ ‫ال‬ ‫ل‬
ُّ ِ
‫َت‬
َ ‫ال‬
َ (
َ ِّ
)‫ى‬ ٍ ‫و‬ِ ‫س‬
ِّ َ
، ‫ واحلاكم‬, ‫ والُتمذى‬، ‫ وأبو داود‬، ‫ وأمحد‬، ‫رواه إبن أىب شيبة‬
‫والبيهقى‬
Artinya:
“Zakat tidak halal diberikan
kepada orang kaya dan mereka yang
sempurna fisiknya ( memiliki
kekuatan untuk bekerja. )”
‫الِيَا ِر‪:‬‬ ‫ِ‬
‫ن‬ ‫ب‬ ‫ي‬‫ِ‬ ‫ِ‬
‫د‬ ‫ع‬ ‫ن‬
‫َع ْن ُعبَ ْي م ْ ُ َ ِّ ْ ْ‬‫ب‬ ‫ِ‬
‫اَّلل‬ ‫ِ‬
‫د‬
‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلم َم يَ ْسأََالنِِه‬ ‫م‬
‫اَّلل َ م‬
‫ى‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫ِ‬ ‫ول م‬‫ي َح مد ََث ُه أَمَّنُ َما أَتَيَا َر ُس َ‬ ‫أَ من َر ُجلَ ْ ِ‬
‫ال‬ ‫ِ‬
‫آُهَا َجْل َديْن فَ َق َ‬ ‫ر‬ ‫ف‬ ‫ه‬‫ر‬‫ص‬ ‫ب‬ ‫د‬ ‫م‬‫ُم‬ ‫ال‬ ‫ق‬‫و‬ ‫ر‬ ‫ص‬ ‫ب‬‫ْ‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫ا‬
‫ْ م َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َُ م ٌ َ َ َ ُ ََ ُ‬‫م‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫ي‬‫ِ‬‫ف‬ ‫ب‬ ‫م‬
‫ل‬ ‫ق‬ ‫ف‬ ‫ِ‬
‫ة‬ ‫ق‬‫د‬ ‫ص‬‫ال‬ ‫ن‬ ‫م‬‫ِ‬
‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسلم َم‪:‬‬
‫اَّلل َ م‬
‫ى‬ ‫م‬
‫ل‬ ‫ص‬ ‫ِ‬‫ول م‬ ‫َر ُس ُ‬
‫يٍ‬ ‫ِ‬
‫و‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ِ‬
‫ل‬ ‫ال‬
‫َ‬ ‫و‬ ‫ن‬
‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫غ‬‫ِ‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫يه‬‫ِ‬‫ف‬ ‫م‬
‫ظ‬ ‫ح‬ ‫ال‬
‫َ‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ت‬ ‫ئ‬ ‫ِ‬
‫ش‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫ِ‬
‫إ‬ ‫(‬
‫ِّ‬ ‫ْ ُ َ َ َ َ َ ِّ َ‬
‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫كتَس ب ) رواه أبو داود والنسائ‬‫ُم ْ‬
Dari ‘Ubaidillah bin 'Adi bin al-Khiyar bahwa ada dua
orang yang telah bercerita kepadanya bahwa mereka telah
menghadap Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk
meminta zakat kepada beliau. Kemudian beliau
memperhatikan mereka dan beliau melihat mereka masih
kuat, lalu beliau bersabda:
“Jika kalian mau aku akan berikan kalian
zakat, namun tidak ada zakat bagi orang kaya
dan mereka yang masih kuat untuk bekerja.”
HR. Abu Dawud dan An-Nasai
Jadi orang fakir atau miskin yang masih
kuat atau mampu bekerja, tapi malas,
tidak mau berusaha untuk mencari rizki,
tidak pantas untuk mendapat bagian dari
zakat ….
3. Amil ( petugas )
zakat.
Yaitu orang yang di tunjuk untuk
mengelola zakat, dari memungut,
mengumpulkan dan membagikannya
kepada yang berhak.
Termasuk dalam kewajiban imam /
pemimpin adalah mengutus para
pemungut zakat dan mendistribusikannya,
seperti yang pernah dilakukan Rasulullah
dan para khalifah sesudahnya.
Syarat orang-orang yang dapat dipekerjakan
sebagai amil pengelola zakat, adalah:
• Seorang Muslim,
• Baligh dan Berakal,
• Mengerti hukum zakat -sesuai dengan kebutuhan lapangan-
yang membidangi pekerjaannya,
Dimungkinkan mempekerjakan wanita dalam sebagian
urusan zakat, terutama yang berkaitan dengan wanita, dengan
tetap menjaga syarat-syarat syar’i.
Para amil mendapatkan kompensasi
sesuai dengan pekerjaannya.
Tidak diperbolehkan menerima
suap, meskipun dengan nama hadiah,
seperti yang diriwayatkan dalam sebuah
hadits riwayat Bukhari Muslim,
‫قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلِّم‪:‬‬
‫ول‪َ ” :‬ه َذا لَ ُك ْم َوَه َذا‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫َما ََب ُل َعامل أَبْ َعثُهُ فَيَ ُق ُ‬
‫ى َل“‪.‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫د‬ ‫ُه‬ ‫أ‬
‫ْ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫أَفَالَ قَ َع َد ِِف بَْيت أَبيه أ َْو ِف بَْيت أ ُِّمه َح مَّت يَْنظَُر‬
‫ِ‬
‫ِ‬
‫أَيُ ْه َدى إِلَْيه أ َْم الَ ؟‬
Apa yang terjadi pada seorang amil yang
aku utus ( untuk menarik zakat dari para
muzakki ), kemudian mengatakan: “Ini
untukmu dan ini hadiah untukku”, apakah
ketika ia duduk di rumah ayah ibunya akan
ada hadiah yang menghampirinya?
Beberapa etika yang harus dimiliki
seorang amil :
• bersikap lunak dengan para muzakki,
• meyakinkan apa yang menjadi kewajibannya,
• mendoakannya ketika mengambil zakat,
• menetapkan para mustahiq,
• dan memberikan bagian mereka.
Amil berhak menerima bagian
dari zakat meskipun termasuk
orang kaya, karena Rasulullah
pernah bersabda:
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫ن إالم لَ ْم َسة ‪ :‬ل َعام ٍل‬‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص َدقَةُ لغٍَِِّ‬ ‫ِ‬
‫الَ ََت ُّل ال م‬
‫ٍ‬
‫َعلَْي َها‪ ,‬أ َْو رج ٍل إِ ْش َُت َاها ِبَالِِه‪ ,‬أ َْو َغا ِرم‪ ,‬أَْو َغا ٍز ِفِ‬
‫َ‬ ‫ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫مق َعلَْيه مْن َها فَأَ ْه َدى‬ ‫د‬ ‫ص‬
‫ْ ْ ْ ََ َ‬ ‫ت‬ ‫ٍ‬
‫ي‬ ‫ِ‬
‫ك‬ ‫س‬ ‫م‬‫ِ‬ ‫َو‬ ‫أ‬ ‫‪,‬‬ ‫ِ‬
‫هللا‬ ‫ِ‬
‫ل‬ ‫ي‬ ‫ِ‬
‫َس ْب‬
‫ن‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫مْن َها لغَ ٍِّ‬ ‫ِ‬
‫رواه أبو داود وابن ماجه و أمحد‬
Artinya:
Zakat tidak halal bagi orang kaya kecuali bagi
lima orang: Amilnya, orang yang membeli zakat
dengan hartanya, orang yang berhutang, pejuang di
jalan Allah, atau orang miskin yang mendapat
zakat, kemudian menghadiahkannya kepada orang
kaya.
( HR. Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad ).
Ulama Syafi’iyyah dan Hanabilah
berpendapat bahwa:
Seorang Imam dapat mempekerjakan
kepada amil dengan upah tertentu, dengan
waktu tertentu dan dengan jenis pekerjaan
tertentu.
Kemudian mereka berpendapat bahwa
amil tidak boleh menerima harta zakat
lebih dari seperdelapannya, kalau terpaksa
lebih maka harus diambilkan dari baitul
maal ( yang bukan berasal dari zakat ).
4. Muallaf.
Mereka bisa terdiri dari orang
muslim dan kafir.
Adapun kalau muslim terdapat
empat macam gambaran:
a. Pemimpin yang ditaati kaumnya
yang masuk Islam, yang imannya
masih lemah, sehingga zakat
tersebut dapat berfungsi untuk
menguatkan imannya.
b. Orang yang memiliki kehormatan di
dalam masyarakat ( tokoh ) yang
masuk Islam, agar dia mau
mempengaruhi orang kafir untuk
masuk Islam.
c. Kelompok yang diharapkan dengan
zakat tersebut, mau berjuang
melawan orang-orang kafir dan
melindungi kaum muslimin.
d. Kelompok yang diharapkan
dengan zakat tersebut, mau
mengambil zakat dari orang yang
tidak mau mengeluarkannya
Sedangkan kalau kafir ada dua
macam gambaran:
a. Orang yang dilunakkan hatinya agar masuk
Islam.
b. Orang yang ditakuti kejahatannya, supaya
dengan bagian zakat tersebut tidak
mengganggu Islam. Dan ini sangat kondisional
Namun kadang orang salah
mengartikan muallaf, sebagai orang
yang masuk Islam dari Agama lain,
padahal sudah puluhan tahun masuk
Islam dan sudah mantap / istiqamah
dalam berislam.
5. Budak
( Fii Ar-Riqob )
Mereka ada tiga macam /
gambaran:
a. Budak muslim mukatab ( yang ingin merdeka dengan
menebus dirinya, yang sudah punya modal tapi masih
kurang ).
b. Memerdekakan budak muslim
c. Membayar denda orang Islam yang di tawan oleh
musuh ( orang-orang kafir ).
‫عن أيب هريرة قال‪ :‬قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‪:‬‬
‫ثَالَثَةٌ ُكلُّهم ح ٌّق علَى ِ‬
‫هللا َع ْونُهُ الغَا ِزي ِِف َسبِْي لِ‬ ‫ُْ َ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫م‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫م‬
‫ب الذي يُريْ ُد األَ َداءَ َوالنماك ُح الذي يُريْ ُد‬‫ِ‬‫ات‬‫ك‬‫َ‬ ‫امل‬
‫و‬ ‫ِ‬
‫هللا‬
‫َُ ُ‬
‫ف‪.‬‬ ‫َ َ‬ ‫ف‬‫ُّ‬ ‫ع‬ ‫الت‬
‫م‬
‫رواه النسائ وابن ماجه‪.‬‬
‫َتقيق األلباىن‪ :‬حسن‬
Dari abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw pernah
bersabda:
Ada tiga golongan yang pasti akan Allah tolong:
Orang yang berperang dijalan Allah, budak mukatab yang
hendak melunasi biaya pemerdekaannya, dan orang yang
menikah untuk menjaga kesucian
( H.R. An-Nasai dan Ibn Majah, Tahqiq Al-Albani:
Hasan )
6. Orang Yang Berhutang
( Ghorim )
Dalam hal ini mereka di bagi
menjadi tiga macam:

1. Orang yang mempunyai hutang untuk


kemaslahatan ( kebutuhan pokok ) dirinya,
yaitu dengan syarat:
1) Bahwa dia seorang muslim
2) Bukan termasuk Ahlul Bait
3) Tidak punya niat ketika berhutang, untuk mendapat zakat
4) Hutangnya bukan untuk tujuan bermaksiat
5) Utang tersebut mesti dilunasi saat itu juga, bukan utang yang
masih tertunda untuk dilunasi beberapa tahun lagi, maka ia
diberikan zakat.
6) Tidak memiliki kemampuan untuk membayar hutang tersebut
dari semua harta yang dimiliki.
2. Orang yang berhutang untuk tujuan
mendamaikan dua saudara muslim yang
bertikai.
3. Orang yang berhutang disebabkan oleh
“hutang jaminan”, yaitu orang yang siap
menjamin hutang orang lain ( yang miskin ),
sedang dia ternyata tidak mampu untuk
melunasinya.
Hal tersebut bisa kita
pahami dari sabda
Rosulullah saw berikut ini :
‫ت َمحَالَ ًة‬ ‫ل‬
‫ْ‬ ‫م‬
‫م‬ ‫َت‬
‫َ‬ ‫ال‬
‫َ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ِ‬
‫َل‬ ‫ِ‬‫َ‬‫ال‬‫ِ‬‫هل‬
‫ْ‬ ‫ا‬ ‫ٍ‬
‫ق‬‫ر‬‫ِ‬ ‫ا‬‫ُم‬
‫ُ‬ ‫ِ‬
‫ن‬ ‫ب‬ ‫ة‬
‫َ‬ ‫يص‬ ‫ِ‬
‫ب‬‫ق‬
‫َ‬ ‫ن‬ ‫ع‬
‫َ ُ‬ ‫ِّ‬ ‫َ‬ ‫َْ َ ْ‬
‫ِ‬
‫َسأَلُهُ ف َيها‬‫أ‬ ‫‪-‬‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫‪-‬‬ ‫ِ‬
‫اَّلل‬
‫م‬ ‫ول‬
‫َ‬ ‫س‬‫ر‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫ت‬
‫َ‬‫َ‬‫أ‬‫ف‬
‫َ‬
‫ْ‬ ‫ْ ُ َُ‬
‫ال‪:‬‬
‫فَ َق َ‬
‫ص َدقَةُ فَنَأْ ُمَر‬‫ال‬ ‫ا‬‫ن‬ ‫ي‬‫ِ‬‫ت‬‫ْ‬ ‫ِ‬
‫« أَق ْم َح مَّت ََت َ َ م‬
‫ك بَا »‪.‬‬‫ِ‬ ‫ل‬
‫َ‬
‫َ‬
‫« َي قَبِيصةُ إِ من الْمسأَلَ َة الَ ََِت ُّل إِالم ألَح ِد ثَالَثَةٍ‬
‫َ‬ ‫َْ‬ ‫َ َ‬
‫ِ‬
‫ت لَهُ الْ َم ْسأَلَةُ َح مَّت يُصيبَ َها ُُثم‬ ‫م‬
‫ل‬ ‫ح‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫ة‬‫َ‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫مح‬ ‫ل‬ ‫م‬
‫م‬ ‫َت‬
‫َ‬ ‫ل‬‫ٍ‬ ‫ج‬ ‫ر‬
‫َ ُ َ َ ََ ً َ ْ‬
‫ت‬ ‫م‬
‫ل‬ ‫ح‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫ه‬‫ل‬
‫َ‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ت‬ ‫اح‬ ‫ت‬‫اج‬ ‫ة‬
‫ٌ‬ ‫ح‬ ‫ِ‬
‫ائ‬ ‫ج‬ ‫ه‬‫ت‬ ‫اب‬ ‫َص‬ ‫أ‬ ‫ل‬‫ٍ‬ ‫ج‬ ‫ر‬‫و‬ ‫ك‬ ‫س‬ ‫ِ‬ ‫ُي‬
‫ُْ‬
‫ُ َ َ ُ َ َْ ُ َ َ ْ َ َ ْ َ ُ َ ْ‬
‫ال‬ ‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫يب ق َو ًاما م ْن َعْيش ‪ -‬أ َْو قَ َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص‬ ‫ي‬ ‫َّت‬
‫م‬ ‫ح‬ ‫ة‬
‫ُ‬ ‫ل‬
‫َ‬‫َ‬‫أ‬‫س‬ ‫م‬‫ل‬
‫ْ‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫ل‬
‫َ‬
‫ُ َْ َ ُ َ‬
‫ٍ‬ ‫ِ‬
‫س َد ًادا م ْن َعْيش ‪-‬‬ ‫ِ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫وم ثَالَثَةٌ م ْن َذوى ا ْحل َجا‬ ‫ق‬
‫ُ‬ ‫ي‬ ‫َّت‬
‫م‬ ‫ح‬ ‫ٌ‬‫ة‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ا‬‫ف‬
‫َ‬ ‫ه‬ ‫ت‬
‫ْ‬ ‫اب‬‫َص‬ ‫أ‬ ‫ل‬‫ٍ‬ ‫ج‬ ‫ر‬ ‫و‬
‫َ َ َ‬ ‫ََ ُ َ َ ُ‬
‫ت لَهُ الْ َم ْسأَلَةُ َح مَّت‬ ‫م‬
‫ل‬ ‫ح‬ ‫ف‬
‫َ‬ ‫ة‬
‫ٌ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ا‬‫ف‬
‫َ‬ ‫ن‬‫ً‬ ‫ال‬
‫َ‬ ‫ف‬
‫ُ‬ ‫ت‬ ‫اب‬ ‫َص‬ ‫أ‬ ‫د‬
‫ْ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ِ‬
‫ه‬ ‫ِ‬
‫م‬‫و‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ن‬ ‫ِ‬
‫م‬
‫َ ْ‬ ‫ََْ‬ ‫ْ ْ‬
‫ٍ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ‬
‫يب ق َو ًاما م ْن َعْيش ‪ -‬أ َْو قَ َال س َد ًادا م ْن َعْيش –‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص‬ ‫ي‬
‫ُ َ‬
‫ْ‬
‫يصةُ ُس ْحتًا َي ُك لُ َها‬ ‫ِ‬
‫ب‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫َي‬ ‫ة‬‫ِ‬ ‫ل‬
‫َ‬‫َ‬
‫أ‬ ‫س‬ ‫م‬ ‫ل‬
‫ْ‬ ‫ا‬ ‫ن‬‫م‬‫ِ‬ ‫ن‬
‫م‬ ‫اه‬ ‫و‬ ‫ِ‬
‫س‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ف‬
‫َ‬
‫َ َُ َ َْ َ َ‬
‫ص احبُ َها ُس ْحتًا »‪.‬‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫رواه مسلم و أبوداود والنسائ‬
Dari Qabishah bin Mukhariq al-Hilali, ia berkata:
Aku sedang menanggung hutang orang lain,
kemudian aku mendatangi Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam untuk meminta bantuan beliau, beliau
bersabda:
“Tunggulah, jika ada zakat yang kami dapatkan kami
akan menyerahkannya kepadamu.” Selanjutnya beliau
bersabda:
“Wahai Qabishah, sesungguhnya meminta-minta tidak
dihalalkan kecuali bagi salah satu dari tiga orang, yaitu:
orang yang menanggung hutang orang lain, maka ia boleh
meminta-minta sampai ia melunasinya, kemudian ia berhenti
meminta-minta,
orang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya,
ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup
atau beliau berkata, sesuatu yang bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya
Dan orang yang ditimpa kesengsaraan hidup sampai tiga orang
dari kaumnya yang berpengetahuan (alim) berkata, ‘Si fulan telah
ditimpa kesengsaraan hidup.’ Ia boleh meminta-minta sampai
mendapatkan sandaran hidup atau beliau berkata: Sesuatu yang bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Adapun selain tiga golongan tersebut, wahai Qabishah, maka
haram hukumnya dan mereka yang memakannya adalah memakan
makanan yang haram.
( HR. Muslim, Abu Dawud dan An-Nasai )
7. Untuk Jalan Alloh Swt
( Fii Sabiilillah )
Yaitu amal perbuatan yang menghantarkan kepada
keridhaan Allah Swt, terutama jihad untuk meninggikan
agama-Nya.
Dan menurut para ulama, termasuk fii sabiilillaah
adalah semua bentuk kebaikan yang bertujuan demi
tegaknya agama.
Maka seluruh kemaslahatan umum agama, seperti
pembangunan masjid, rumah sakit Islam, sekolah-sekolah
Islam dan panti asuhan untuk anak-anak yatim termasuk
didalamnya.
Muhammad bin Umar Ar Razi
mengatakan dalam tafsirnya “ Al-Fakhr Ar-
Razi “ :
“ Sesungguhnya teks zhahir dari firman
‫ )ويف سَبيل هللا‬tidak
Allah wa fii sabiilillah (
hanya terbatas pada para tentara saja “.
Demikianlah yang dirilis oleh Al-Qaffal
dalam tafsirnya dari sebagian ulama fiqih,
bahwa mereka memperbolehkan penyaluran
zakat kepada seluruh proyek kebaikan seperti
mengkafani mayit, membangun pagar,
membangun masjid, karena kata fi sabilillah
berlaku umum untuk semua proyek kebaikan.”
Sayyid Rasyid Ridha di dalam kitab tafsir
beliau “Al-Mannaar” berpendapat bahwa:

Fi sabilillah adalah kemaslahatan umum kaum


muslimin yang digunakan untuk menegakkan urusan
dunia dan agama, bukan pada individunya.
Yang utama dan pertama adalah persiapan
perang seperti pembelian senjata, perbekalan
tentara, alat transportasi, pemberangkatan pasukan…
Dan termasuk juga dalam hal ini
adalah mendirikan rumah sakit,
membuka jalan, mempersiapkan para
dai yang menyerukan Islam,
mengirimkan mereka ke daerah-
daerah kafir.
Sayyid Quthb dalam tafsir
beliau “ Fi Zhilalil Qur’an, “ berkata:
Fi sabilillah adalah jalan luas yang
mencakup seluruh kemaslahatan
jama’ah yang menegakkan kalimat
Allah.
8. Orang Yang sedang Dalam
Perjalanan
( Ibnu Sabil )
Yaitu musafir yang jauh dari
negerinya sedang ia kehabisan
bekal, meskipun dinegerinya
adalah seorang yang kaya, dengan
syarat:
• Tidak dapat mengambil hartanya yang terdapat
dinegerinya. ( Adapun sekarang, yang dengan
mudah dapat berkomunikasi / transfer uang, tidak
termasuk di dalamnya ).
• Tidak ada orang yang mau meminjaminya atau
menghutanginya untuk memenuhi kebutuhannya.
• Sebagian ulama memberi syarat, bahwa
perjalanannya bukan untuk maksiat.
Berapa besar kadar yang harus
diberikan kepada Fakir dan
Miskin ?
• Jumhur Ulama berpendapat:
“ Bahwa jumlah kadar maksimal yang
diberikan kepada fakir dan miskin adalah
sejumlah harta yang mampu mencukupi
dirinya dan keluarganya ( yang di bawah
tanggung jawabnya ) selama satu tahun, tidak
lebih dari itu.
Batas waktu satu tahun itu di ambil dari
pemahaman bahwa zakat itu wajib dikeluarkan
setiap tahunnya. Dan karena diriwayatkan
bahwa Nabi Saw :
ٍ
) ‫وت َسنَ ة‬‫ق‬
ُ ِ
‫ه‬ِ‫ل‬ ‫ه‬‫أل‬
َ ‫س‬ِ
‫ب‬ ‫َي‬
َ ‫ن‬
َ ‫ا‬ ‫ك‬
َ (
َ ْ ُ ْ
‫رواه البخ ارى و مس لم‬
Namun sebagian ulama
berpendapat:
Apabila yang di beri zakat memiliki keahlian,
maka bisa dibelikan alat-alat yang bisa menopang
keahliannya, sehingga dia diharapkan bisa
mendapatkan hasil / keuntungan darinya.
( Al-Majmu’ Linnawawi : 6 / 193 )
Wassalaam

Anda mungkin juga menyukai