Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DEMOKRASI DI INDONESIA

Disusun oleh:

Deny Ricky Aditya Harjanto (165114068)


Denis Parimpin (165114069)
Rouseline Dedu Kariam (188114002)
Theresa Tresna Utami (188114005)
Meylinise Rambu S. Pajojang (188114117)
Ivon Saubaki (188114142)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA


YOGYAKARTA
2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
kami juga berterimah kasih kepada pihak yang telah berkontribusi dalam memberikan
sumbangan baik materi maupun pikiran. Makalah dengan judul “Demokrasi di
Indonesia” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan saran serta masukkan dan kritik yang membangun dari pembaca.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Yogyakarta, April 2019

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Negara merupakan suatu organisasi yang di dalamnya terdapat wilayah, masyarakat, dan
pemerintah. Negara dikatakan suatu organisasi karena di dalamnya terdapat stuktur,
contohnya presiden yang dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menterinya. Terbentuknya
suatu negara harus mempunyai tiga syarat utama yaitu wilayah, masyarakat, dan pemerintah.
Setiap negara memiliki sistem atau bentuk pemerintahan tersendiri.
Di Indonesia telah banyak menganut sistem pemerintahan pada awalnya. Namun, dari
semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era reformasi 1998 sampai saat ini
adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun masih terdapat beberapa kekurangan dan
tantangan di sana-sini. Sebagian kelompok merasa merdeka dengan diberlakukannya sistem
demokrasi di Indonesia. Artinya, kebebasan pers sudah menempati ruang yang sebebas-
bebasnya sehingga setiap orang berhak menyampaikan pendapat dan aspirasinya masing-
masing.
Demokrasi merupakan salah satu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat atau negara yang dijalankan oleh
pemerintah. Semua warga negara memiliki hak yang setara dalam pengambilan keputusan
yang dapat mengubah hidup mereka.
Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau melalui
perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik
secara bebas dan setara.
Demokrasi Indonesia dipandang perlu dan sesuai dengan pribadi bangsa Indonesia.
Selain itu demokrasi Indonesia yang melatarbelakangi pemakaian sistem demokrasi di
Indonesia. Hal itu bisa kita temukan dari banyaknya agama yang masuk dan berkembang di
Indonesia, selain itu banyaknya suku, budaya dan bahasa, kesemuanya merupakan karunia
Tuhan yang patut kita syukuri.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah yang dimaksud dengan demokrasi?
2. Apa sajakah jenis-jenis demokrasi?
3. Bagaimana ciri-ciri demokrasi?
4. Apa sajakah contoh-contoh demokrasi?
5. Bagaimanakah prinsip demokrasi di Inonesia?
6. Apa saja landasan hukum demokrasi di Indonesia ?
7. Bagaimana pelaksanaan demokrasi di Indonesia ?

1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui dan memahami demokrasi di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi
Secara etimologi (bahasa), demokrasi berasal dari bahasa Yunani yakitu
“demos” yang berarti rakyat dan “cratos” yang berarti pemerintahan atau
kekuasaan, sehingga secara bahasa demokrasi adalah pemerintahan rakyat atau
kekuasaan rakyat.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Demokrasi adalah
gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.
Berikut ini adalah pengertian demokrasi menurut beberapa ahli :
 Demokrasi menurut Montesque, kekuasaan negara harus dibagi dan
dilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda dan terpisah satu
sama lainnya, yaitu pertama, legislatif yang merupakan pemegang kekuasaaan
untuk membuat undang-undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan
dalam melaksanakan undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang
memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-undang. Dan
masing-masing institusi tersebut berdiri secara independen tanpa dipengaruhi
oleh institusi lainnya.
 Demokrasi menurut Abraham Lincoln yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat.
 Demokrasi menurut Aristoteles mengemukakan prinsip demokrasi ialah
kebebasan, karena hanya melalui kebebasanlah setiap warga negara bisa
saling berbagi kekuasaan didalam negaranya. Aristoteles pun mengatakan
apabila seseorang hidup tanpa kebebasan dalam memilih cara hidupnya, maka
sama saja seperti budak.
 Demokrasi menurut H. Harris Soche ialah suatu bentuk pemerintahan rakyat,
karenanya kekuasaan pemerintahan melekat pada rakyat juga merupakan
HAM bagi rakyat untuk mempertahankan, mengatur dan melindungi diri dari
setiap paksaan dalam suatu badan yang diserahkan untuk memerintah.
 Demokrasi menurut International Commission of Juris tadalah bentuk
pemerintahan dimana hak dalam membuat suatu keputusan politik harus
diselenggarakan oleh rakyat melalui para wakil yang terpilih dalam suatu
proses pemilu.

B. Jenis-jenis Demokrasi
1. Demokrasi menurut cara aspirasi rakyat
a. Demokrasi Langsung: Merupakan sistem demokrasi yang memberikan
kesempatan kepada seluruh warga negaranya dalam permusyawaratan
saat menentukan arah kebijakan umum dari negara atau undang-
undang.
b. Demokrasi Tidak Langsung: Merupakan sistem demokrasi yang
dijalankan menggunakan sistem perwakilan.

2. Demokrasi Berdasarkan Prinsip Ideologi


a. Demokrasi Liberal: Merupakan sistem demokrasi dimana kebebasan
individu yang lebih ditekankan dan mengabaikan kepentingan umum.
b. Demokrasi Rakyat: Merupakan demokrasi yang didasarkan pada
paham sosialisme dan komunisme dan lebih mengutamakan
kepentingan umum atau negara.
c. Demokrasi Pancasila: Merupakan demokrasi yang ada di Indonesia,
bersumberkan pada nilai - nilai sosial budaya bangsa serta berasaskan
musyawarah mufakat dengan memprioritaskan kepentingan seluruh
masyarakat atau warga negara. Demokrasi pancasila fokus pada
kepentingan dan aspirasi serta hati nurani rakyat. Sampai saat ini
Indonesia menganut demokrasi pancasila yang bersumber pada falsafah
Pancasila.

C. Ciri-ciri Demokrasi
Ciri yang menggambarkan suatu pemerintahan didasarkan oleh sistem demokrasi
seperti:
 Pemerintahan didasarkan pada kehendak dan kepentingan semua rakyat.
 Ciri konstitusional, ialah hal yang berhubungan dengan kepentingan,
kehendak/kemauan dan kekuasaan rakyat yang dituliskan dalam konstitusi
dan undang-undang negara tersebut.
 Ciri perwakilan, yakni dalam mengatur negaranya kedaulatan rakyat akan
diwakilkan oleh beberapa orang yang sudah dipilih oleh rakyat itu sendiri.
 Ciri pemilihan umum, yakni sebuah kegiatan politik yang dilaksanakan untuk
memilih pihak dalam pemerintahan.
 Ciri kepartaian, yakni partai akan menjadi media atau sarana untuk menjadi
bagian dalam melaksanakan sistem demokrasi.
 Ciri kekuasaan, ialah adanya pembagian dan pemisahan kekuasaan.
 Ciri tanggung jawab, ialah adanya tanggung jawab dari pihak yang sudah
dipilih untuk ikut dalam pelaksaan suatu sistem demokrasi.

D. Contoh Pelaksanaan/Penerapan Demokrasi


1. Jenis-Jenis Demokrasi
 Demokrasi Langsung
Contoh : Ikut mencoblos saat pemilu atau pilkada, dan pemilihan ketua
kelas secara langsung.
 Demokrasi Perwakilan
Contoh : Pembuatan undang-undang yang diwakili oleh anggota DPR
2. Demokrasi perwakilan dengan sistem pengawasan langsung dari rakyat
 Referendum Wajib
Contoh : Pemungutan suara pemisahan Timor-Timur, dan persetujuan yang
diberikan oleh rakyat terhadap pembuatan UUD.
 Referendum Tidak Wajib
Contoh : Peranan partai politik tidak begitu menonjol tetapi kehendak
rakyat dapat diketahui secara langsung dalam demokrasi.
 Referendum Konsultatif
Contoh : Rakyat sendiri kurang memahami, maka pada saat materi UU
rakyat hanya dimintai persetujuan.
3. Demokrasi berdasarkan titik perhatian atau prioritas
 Demokrasi Formal
Contoh : Adanya keberadaan lembaga-lembaga perwakilan rakyat.
 Demokrasi Material
Contoh : Mungkin keberadaan lembaga-lembaga perwakilan rakyat hanya
sebagai simbol saja, dan hanya mementingkan kepentingan Negara
dibandingkan rakyat.
 Demokrasi Campuran
Contoh : Rakyat memilih wakil di DPRD kemudian wakil itu dikontrol
oleh rakyat dengan sistem referendum.
4. Demokrasi berdasarkan prinsip ideologi
 Demokrasi Liberal
Contoh : Demokrasi ini telah mendorong lahirnya partai-partai politik
dengan adanya sistem multi partai.
 Demokrasi Rakyat adalah demokrasi dimana rakyat yang menentukan
saat ada masalah/hal penting.
Contoh : Peran rakyat sebagai pemilih sangat penting dalam pemilihan
presiden dan wakil presiden

E. Prinsip Demokrasi
Dalam demokrasi, pengambilan keputusan dilakukan dengan cara
musyawarah, mufakat, atau dengan suara terbanyak (voting). Dalam musyawarah
setiap anggota harus memiliki kebebasan mengemukakan pendapat baik secara
lisan maupun tertulis. Kebebasan berbicara dan berpendapat adalah darah hidup
setiap demokrasi.
Setelah musyawarah dilaksanakan, pengambilan keputusan dapat
dilakukan dengan mufakat suara bulat (musyawarah mufakat) atau dengan
pemungutan suara terbanyak (voting). Prinsip utama dalam pengambilan
keputusan ini adalah bahwa keputusan harus ditentukan oleh mayoritas anggota
tanpa mengabaikan kepentingan minoritas. Setiap keputusan yang diambil dalam
musyawarah atau voting harus didukung oleh kelompok yang semula tidak setuju
atau yang kalah dalam voting. Dalam budaya politik masyarakat Indonesia baik
pada tataran pemerintahan terendah maupun pada pemerintahan tertinggi (pusat)
prinsip demokrasi yang selalu dipakai adalah musyawarah untuk mufakat dalam
kekeluargaan.
Toleransi, saling menghargai, dan partisipasi merupakan prinsip penting
dalam demokrasi. Nilai-nilai ini akan terlihat dalam penyusunan dan pelaksanaan
program kerja dari suatu organisasi, dalam perilaku kehidupan sehari-hari baik
dalam keluarga, sekolah, atau masyarakat. Pelaksanaan dari nilai-nilai ini akan
melahirkan program kerja yang aspiratif, bukan kemauan seseorang/sekelompok
orang. Biasanya program kerja yang aspiratif ini akan didukung oleh semua
anggota dalam pelaksanaannya. Partisipasi merupakan penting dalam demokrasi
karena inti tindakan demokrasi adalah partisipasi aktif pilihan warga sendiri
dalam kehidupan umum masyarakat dan bangsa.

F. Landasan Hukum Demokrasi di Indonesia


Landasan hukum berfungsi sebagai landasan yang memperkokoh status
demokrasi Pancasila dalam sistem politik Indonesia. Dan secara hukum, penerapan
demokrasi Pancasila merupakan implementasi dari UUD 1945. Secara lebih rinci,
berikut landasan dari hukum demokrasi Pancasila:

a. Proklamasi 17 Agustus 1945

Proklamasi kemerdekaan Indonesia bisa menjadi landasan dari hukum


demokrasi Pancasila karena proklamasi penting bagi rakyat Indonesia. Bagi
rakyat Indonesia, Proklamasi dianggap sebagai norma tertulis pertama yang ada
setelah Indonesia berdiri sebagai suatu negara. Proklamasi ini juga menjadi wujud
bahwa perjuangan rakyat telah membawa bangsa Indonesia ke babak baru
kehidupan, dimana Indonesia sebagai negara baru akan memiliki tatanan hukum
yang baru. Proklamasi adalah representasi kemerdekaan yang direbut oleh rakyat
dan untuk rakyat. Dan sehari setelah pembacaan proklamasi, pada 18 Agustus
1945, ditetapkanlah UUD 1945 sebagai landasan konstitusional negara beserta
presiden dan wakilnya. Seperti yang kita tahu, UUD 1945 dan Proklamasi
mempunyai hubungan yang erat. Hubungan itu adalah dimana proklamasi
menjadi landasan dalam menerapkan konsep demokrasi, sedangkan UUD 1945
merupakan penjabaran yang lebih rinci dari semangat demokrasi yang ada pada
proklamasi.

b. Dekrit Presiden 5 Juli 1959


Dalam sejarah (UUD), UUD 1945 pernah digantikan oleh UUDS 1950.
Hal itu karena Indonesia mengalami perubahan bentuk negara. UUDS 1950
dterapkan dari tahun 1950 hingga 1959. UUDS adalah undang – undang
sementara yang diterapkan untuk mengisi kekosongan selama masa penyusunan
Undang – undang baru untuk bentuk negara yang baru. Tetapi, tersendatnya
proses penyusunan UUD baru dianggap mengancam situasi ketatanegaraan
Indonesia. Maka dari itu, presiden mengeluarkan dekrit dimana isinya
menetapkan bahwa UUDS tidak lagi berlaku dan Indonesia kembali pada UUD
1945 sebagai konstitusi utama negara Indonesia yang membawa dasar – dasar
dalam penerapan demokrasi Pancasila. Disinilah peran penting dekrit presiden
sebagai landasan hukum demokrasi Pancasila.

c. Supersemar (Surat Perintah 11 Maret 1966)

Selain Proklamasi 17 Agustus 1945 dan Dekrit Presiden 1959, Supersemar


juga dianggap sebagai babak baru yang semakin memperkokoh kekuatan
Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan negara. Supersemar mengembalikan
tatanan pemerintah Indonesia kepada Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan
dari hukum demokrasi Pancasila.
d. Pembukaan UUD 1945
Dalam pembukaan UUD 1945 khususnya alinea ke empat, terdapat
kalimat: “maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
undang – undang dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dan berdasar kepada:
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Dari pembukaan UUD 1945 tersebut telah jelas disebutkan bahwa landasan dari
hukum demokrasi Pancasila menitik beratkan pada jalannya demokrasi yang
berlandas pada nilai kerakyatan yang dikandung oleh Pancasila.

e. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945

Selain itu, landasan dari hukum demokrasi Pancasila juga tercantum pada
UUD 1945 pasal 1 ayat 2 yang berisi “kedaulatan ada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut undang – undang dasar”. Sekali lagi konstitusi negara ini
menjunjung tinggi nilai kerakyatan dalam sistem politik. Hal ini karena Indonesia
sangat mengutamakan kepentingan rakyat dibanding kepentingan pemimpin.
Pemimpin hanyalah orang bertugas menjalankan keputusan – keputusan yang
dibuat atau dipilih oleh rakyat. Dengan kata lain, pemimpin juga merupakan abdi
masyarakat.

f. Pasal 28 UUD 1945

Pasal 28 dalam UUD 1945 menjelaskan bahwa rakyat atau warga negara
mempunyai kebebasan untuk berkumpul, bertukar pikiran mengeluarkan pendapat
baik dengan tulisan, lisan, atupun bentuk lain. Hal itu dimaksudkan untuk
memberi akses pada rakyat untuk ikut berpartisipasi dalam pemerintahan dan
pembangunan negara.Kebebasan mengeluarkan pendapat tersebut juga
dimaksudkan agar Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi dengan menerima dan
mengoreksi kritik dari masyarakat. Adapun bunyi dari pasal tersebut adalah
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dalam undang – undang”.

g. Pasal 28E UUD 1945 ayat 3

Rincian dari pasal 28 UUD 1945 sebagai landasan hukum demokrasi


Pancasila memberikan landasan tertulis yang lain dalam pasal 28E UUD 1945
ayat 3 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul
dan mengeluarkan pendapat”. Tidak seperti pada masa kolonialisme bangsa asing
saat rakyat harus melakukan pertemuan dengan sembunyi – sembunyi, bahkan
tidak berani menyuarakan aspirasinya, masa setelah kemerdekaan telah
memberikan kemerdekaan bagi rakyat untuk mengutarakan pendapat atau
bermusyawarah dalam kelompok.

G. Demokrasi di Indonesia
Fluktuasi (pasang surut) demokrasi di Indonesia pada hakikatnya dapat dibagi
dalam lima periode:
1. Demokrasi Pancasila (1945 – 1949)
Pada periode ini sistem pemerintahan Demokrasi Pancasila seperti yang
diamanatkan oleh UUD 1945 belum sepenuhnya dapat dilaksanakan karena
negara dalam keadaan darurat dalam rangka mempertahankan kemerdekaan.
Misalnya, Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang semula berfungsi
sebagai pembantu Presiden menjadi berubah fungsi sebagai MPR. Sistem
kabinet yang seharusnya Presidensial dalam pelaksanaannya menjadi sistem
Parlementer.

2. Demokasi Parlementer (1949 – 1959)


Periode ini sangat menonjolkan peranan parlemen dan partai politik. Pada
periode ini berlaku Konstitusi RIS (1949 – 1950) dan UUDS 1950 (17 Agustus
1950 – 5 Juli 1959). Pada masa ini pula, Indonesia dibagi dalam beberapa
negara bagian. Pemerintahan dijalankan oleh Perdana Menteri dan Presiden
hanya sebagai lambang. Selanjutnya RIS ditolak oleh rakyat Indonesia,
sehingga pada tanggal 17 Agustus 1950 Presiden Soekarno menyatakan
kembali ke Negara Kesatuan dengan menggunakan UUD Sementara 1950.
Kabinet pada sistem demokrasi parlementer ini selalu silih berganti, akibatnya
pembangunan tidak berjalan lancar. Masing-masing partai lebih
memperhatikan kepentingan partai atau golongannya. Setelah berjalan hampir
9 tahun, rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi
Parlementer tidak cocok diterapkan di negara ini. Akhirnya Presiden
menganggap bahwa ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan
kesatuan bangsa, serta merintangi pembangunan untuk mencapai masyarakat
adil dan makmur. Sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno
mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya
kembali UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950.

3. Demokrasi Terpimpin / Orde Lama (1959 – 1965)


Sistem Demokrasi Terpimpin merupakan sistem yang menyimpang dari
konstitusional. Periode ini sering disebut dengan periode Orde Lama. Presiden
Soekarno menjabat sebagai “Pemimpin Besar Revolusi”. Dengan demikian
pemusatan kekuasaan ada di tangan presiden. Terjadinya pemusatan kekuasaan
di tangan presiden menimbulkan penyimpangan dan penyelewengan terhadap
Pancasila dan UUD 1945 yang puncaknya terjadi perebutan kekuasaan oleh
PKI pada tanggal 30 September 1965 (G30S/PKI) yang merupakan bencana
nasional bagi bangsa Indonesia.

4. Demokrasi Pancasila / Orde Baru (1965 – 1998)


Demokrasi Pancasila era Orde Baru merupakan demokrasi konstitusional
yang menonjolkan sistem presidensial. Periode ini dikenal dengan sebutan
pemerintahan Orde Baru yang bertekad melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen. Secara tegas dilaksanakan sistem
Demokrasi Pancasila dan dikembalikan fungsi lembaga tertinggi sesuai dengan
amanat UUD 1945. Dalam pelaksanaanya, sebagai akibat dari kekuasaan dan
masa jabatan presiden yang tidak dibatasi periodenya, maka kekuasaan
menumpuk pada presiden sehingga terjadilah penyalahgunaan kekuasaan.
Akibatnya adalah tumbuh suburnya budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN). Kebebasan berbicara dibatasi, praktik demokrasi menjadi semu, dan
Pancasila hanya dijadikan sebagai alat legitimasi politik. Lembaga negara
berfungsi sebagai alat kekuasaan pemerintah. Oleh karena itu lahirlah gerakan
reformasi yang dipelopori mahasiswa, yang menuntut reformasi dalam
berbagai bidang. Puncaknya adalah pernyataan pengunduran diri Soeharto
sebagai Presiden.

5. Demokrasi Pancasila Era Reformasi (1998 – sekarang)


Demokrasi Pancasila era Reformasi berakar pada kekuatan multi partai
yang berupaya mengembalikan perimbangan kekuatan antar lembaga negara.
Demokrasi yang dikembangkan pada masa reformasi ini adalah demokrasi
dengan mendasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, dengan penyempurnaan
pelaksanaannya dan perbaikan peraturan-peraturan yang dianggap tidak
demokratis, meningkatkan peran lembaga-lembaga tinggi negara dengan
menegaskan fungsi, wewenang, dan tanggungjawab yang mengacu pada
prinsip pemisahan kekuasaan, dan tata hubungan yang jelas antara lembaga-
lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Demokrasi pada periode ini telah
dimulai dengan terbentuknya DPR – MPR hasil pemilu 1999 yang telah
memilih presiden dan wakil presiden serta terbentuknya lembaga-lembaga
tinggi yang lain.
BAB III

KESIMPULAN

Demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.

Demokrasi Pancasila adalah sistem demokrasi yang didasarkan pada Pancasila dan UUD 1945.

Pada hakikatnya Indonesia menganut sistem Demokrasi Pancasila, walaupun pernah menerapkan
sistem demokrasi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA

Astawa, I.P.A., 2017, Demokrasi Indonesia,


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/5c38de8a798f624eab3
8b1fe6f7e97ff.pdf

Juliardi, B., 2014, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai