Anda di halaman 1dari 16

4 ASPEK PARADIGMA : KEPERAWATAN, KESEHATAN, MANUSIA, DAN

LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF KEPERAWATAN ISLAM

Disusun oleh : Kelompok 5

Kelas 1A

Anggota :

Khoirothunnisa Sancoko 11221040000005


Novi Setyawati 11221040000011
Salsa Sabrina Hakim 11221040000017
Siti Tengku Nurkholipah R.S. 11221040000023
Lintang Ambarwati 11221040000029
Salma Martia Tacim 11221040000035
Devina Dwi Rachmadiana 11221040000041
Rossy Almas Laudina 11221040000047
Mohamad Mahesa Noriega 11221040000054

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

OKTOBER 2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Paradigma
Keperawatan Dalam Perspektif Islam” dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kuliah pada mata
kuliah Falsafah Ilmu Keperawatan. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan bagi para pembaca maupun penulis.

Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Irma Nurbaeti selaku dosen yang telah memberikan
tugas pada mata kuliah ini. Sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan mata kuliah yang kami pelajari. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi pada penulisan makalah ini sehingga dapat terselesaikan.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah
ini. Oleh karena itu kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari
para pembaca.

7 Oktober 2022,

Tim Penyusun.

1
Daftar Isi

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
I.1. Latar Belakang 3
I.2. Tujuan 3
I.3. Batasan Masalah 3
BAB II 4
PEMBAHASAN 4
II.1. Paradigma Keperawatan dalam Keperawatan Islam 4
II.2. Paradigma Kesehatan dalam Keperawatan Islami 5
II.3. Paradigma Manusia dalam Keperawatan Islami 7
II.4. Paradigma Lingkungan dalam Keperawatan Islami 9
BAB III 14
PENUTUP 14
III.1. Kesimpulan 14
Daftar Pustaka 15

2
BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu mendengar beberapa pendapat
seseorang tentang keperawatan, namun banyak orang yang belum memahami
dengan sesungguhnya bagaimana keperawatan itu. Banyak orang yang
beranggapan bahwa perawat tidak terlalu penting, namun jika ditelaah apakah
semua orang tidak membutuhkan jasa seorang perawat. Padahal perawat
merupakan profesi atau pekerjaan yang cukup penting dan dibutuhkan. Oleh
karenanya pada makalah ini kami ingin membahas beberapa paradigma
keperawatan dari berbagai aspek.

I.2. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin kami capai untuk pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui aspek paradigma keperawatan dalam aspek


keperawatan islami
2. Untuk mengetahui aspek paradigma kesehatan dalam aspek
keperawatan islami
3. Untuk mengetahui aspek paradigma manusia dan lingkungan dalam
perspektif keperawatan islami

I.3. Batasan Masalah

Agar makalah ini lebih terarah, terfokus, dan tidak meluas, kami
membatasi permasalahan yang dibahas dalam makalah ini. Makalah ini
membatasi penjelasan yang mencakup:

1. Paradigma keperawatan islami

2. Paradigma kesehatan, manusia, dan lingkungan dalam perspektif


keperawatan islami

3
BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Paradigma Keperawatan dalam Keperawatan Islam
II.1.1. Pengertian
Perawat merupakan salah satu profesi atau pekerjaan yang mulia,
dan sebagai perwujudan fungsi manusia sebagai khalifah dan hamba Allah
SWT dalam melaksanakan kemanusiaannya, menolong orang lain yang
memiliki masalah Kesehatan dan memenuhi kebutuhan dasarnya baik
aktual maupun potensial, dengan itu seseorang bisa mendapatkan banyak
pahala dari pekerjaan tersebut, karena seorang perawat pekerjaannya adalah
menolong orang. Islam Pun sudah mengajarkan atau memberikan arahan
tentang pelayanan Kesehatan dengan memberikan pelayanan atau asuhan
keperawatan yang komprehensif dengan berlandaskan dan berpedoman
kepada Al-Quran dan Hadist dengan cara pengkajian berdasarkan bukti
(evidence-based healthcare) agar dapat dipertanggungjawabkan

II.1.2. Implementasi dalam Al-Qur’an


Dalam intervensi nya pun perawat dituntut untuk melakukannya
dengan nilai nilai kebaikan yang tercantum di dalam Al-Quran, seperti pada
sifat profesional yang didalamnya terkandung bahwa perawat islami
bekerja dengan cerdas dan dilandasi ilmu seperti yang terkandung dalam
● QS Al-Mujadallah:11
yang artinya “Niscaya allah akan meninggikan orang-orang diantara kamu
dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat”.
Selanjutnya adalah sifat Ramah menuntun bekerja dengan muka
cerah, senyum, komunikasi yang baik, sikap yang menyejukkan.
“ sesungguhnya jika kamu tidak menolong mereka dengan hartamu,maka
(dapat juga) kamu menolong mereka dengan muka berseri dan pekerti yang
baik”. ( HR.abu Ya’la),
Selanjutnya Amanah mengembangkan sifat Jujur, bertanggung
jawab, terpercaya “ sesungguhnya Allah memerintahkan kamu sekalian
4
untuk menunaikan amanat kepada Ahlinya”. (QS. An-Nisa :58). Istiqomah
mengajarkan bekerja dengan sungguh sungguh, konsisten, komitmen
tinggi, bekerja keras, ulet, tidak menegenal lelah, yang sesuai dengan salah
satu sifat Rasul Allah SAW.
Sabar mengajarkan bekerja dengan tenang, tidak tergesa gesa,
tetapi cepat dan tepat, terus berupaya saat tawakal, sabar tidak berarti
lamban, innallaha ma’ashobirin (sesungguhnya Allah menyukai orang yang
sabar) firman allah :
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar” (Q.S.
Al Baqarah ayat 153)

II.2. Paradigma Kesehatan dalam Keperawatan Islami


II.2.1. Pengertian
Sehat dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang baik bagi seluruh
anggota tubuh, dan dapat menjalankan fungsinya. Dalam Munjid Al
Thulab, Fu‟ad Ifram al Bustamy berpendapat bahwa sehat adalah
hilangnya penyakit, dan berarti pula sesuatu yang terbebas, dan selamat
dari segala yang tercela.
Kesehatan juga mempunyai dua pengertian, diantaranya yaitu
kesehatan jasmani atau as shihah dan kesehatan rohani atau afiat.
Disamakan dengan kata as shihah Afiat, yang artinya sehat dan kuat,
sedangkan as shihah yang artinya keadaan baik dari bagian bagiannya
bebas dari sakit. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sehat merupakan lawan
dari sakit, dan afiat diartikan sebagai sehat yang sempurna (al shihah al
tammah) dan berarti pula kuat dan tegap.(Budianto,2022)

II.2.2. Implementasi dalam Al-Qur’an


Kesehatan adalah keadaan diri seseorang yaitu badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang, dapat hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. Terkait tentang hal tersebut, al Qu‟an juga
mempunyai istilah-istilah sendiri. Al Qur‟an mengajarkan kepada

5
manusia agar selalu berusaha mendapatkan kebaikan dalam hal dunia,
ataupun dalam hal akhirat. Hal ini dibuktikan dengan firman Allah yaitu :
“Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami
dari azab neraka.” (QS. Al Baqarah(2); 201).
Salah satu unsur kebaikan dunia adalah kesehatan. Oleh
karena itu, kita harus berusaha menjaga kesehatan yang ada, dan
mengembalikannya ketika kesehatan itu hilang. (Nurdin.(2012)).
Ajaran Islam diketahui memiliki keterkaitan dengan upaya
kesehatan baik individu maupun masyarakat, termasuk juga upaya untuk
menjaga keseimbangan determinan kesehatan. Sayangnya, saat ini Islam
seringkali diidentikkan dengan kemiskinan dan perilaku hidup yang kurang
sehat. Praktek-praktek pencegahan penyakit dan promosi kesehatan
dianggap lebih banyak lahir dari ilmu kesehatan barat. Penelitian mengenai
determinan kesehatan dalam perspektif islam penting dilakukan untuk
dapat menciptakan model promosi kesehatan yang sesuai bagi umat
muslim. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mendeskripsikan determinan kesehatan dalam perspektif Islam.
Determinan kesehatan paling utama dalam perspektif Islam
berdasar atas penelitian adalah iman dan ibadah. Seluruh narasumber
menyatakan bahwa kesehatan yang paling utama adalah kesehatan spiritual
yang hanya dapat dicapai dengan adanya keimanan dan penegakkan ibadah.
Hal ini sesuai dengan rukun iman dan rukun islam dalam ajaran Islam.
Kesehatan dalam islam adalah, Ajaran Islam meyakini bahwa
kesehatan merupakan hak asasi manusia dan anugerah kedua terbesar dari
Allah setelah keimanan. Dalam upaya menjaga kesehatan, dibutuhkan
keseimbangan antara berbagai determinan kesehatan yang merupakan
perpaduan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan baik individu
maupun masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan
mendeskripsikan determinan kesehatan dalam perspektif Islam. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa determinan kesehatan dalam perspektif

6
Islam terdiri dari iman, ibadah, perilaku, lingkungan, sosial, genetik,dan
pelayanan kesehatan

II.3. Paradigma Manusia dalam Keperawatan Islami


II.3.1. Pengertian
Manusia termasuk dalam unsur paradigma keperawatan.
Manusia dalam konsep paradigma keperawatan, yaitu individu yang
utuh dan kompleks (makhluk holistik) yang terdiri dari bio-psiko-sosio-
spiritual. Manusia dipandang sebagai makhluk hidup (bio), karena
terdiri atas sekumpulan organ tubuh yang semuanya mempunyai fungsi
yang saling terintegrasi, setiap organ tubuh mempunyai tugas masing-
masing, namun tetap bergantung pada organ lain dalam menjalankan
tugasnya. Manusia sebagai makhluk psiko, karena manusia mempunyai
kemampuan berpikir, kesadaran pribadi, dan perasaan. Selain itu,
manusia merupakan makhluk dinamis yang dapat berubah seiring waktu
untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Manusia sebagai makhluk
sosial karena manusia tidak bisa lepas dari orang lain dan akan selalu
berinteraksi dengan orang lain. Faktor lingkungan sosial memiliki
pengaruh terhadap derajat kesehatan individu maupun masyarakat.
Manusia sebagai makhluk spiritual karena manusia mempunyai
hubungan dengan kekuatan diluar dirinya, hubungan dengan Tuhannya,
dan memiliki keyakinan dalam kehidupannya (Budiono, 2016).
Manusia memiliki kebutuhan dasar untuk memenuhi,
menjaga, dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Setiap manusia
memiliki karakteristik kebutuhan yang unik dan membedakannya
dengan individu lain,, tetapi tetap memiliki kebutuhan dasar yang sama,
yaitu kebutuhan akan materi dan non materi. Menurut Abraham Maslow
(1908-1970), hierarki kebutuhan dasar manusia dapat digolongkan
menjadi lima prioritas, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan
keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki,
kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Adanya motivasi
kekurangan (deficiency motivation) dan motivasi
7
pertumbuhan/perkembangan (growth motivation) menjadi pendorong
pemenuhan kebutuhan dasar tersebut. Motivasi kekurangan digunakan
untuk mengatasi permasalahan, yaitu ketegangan organistik berupa
kekurangan, contohnya seperti lapar menjadi petunjuk untuk memenuhi
kekurangan nutrisi, haus menjadi petunjuk untuk memenuhi kekurangan
cairan dan elektrolit tubuh, sesak napas menjadi petunjuk untuk
memenuhi kekurangan oksigen dalam tubuh, dan rasa takut atau cemas
menjadi petunjuk untuk memenuhi kekurangan rasa aman dan
sebagainya. Sedangkan, motivasi pertumbuhan atau perkembangan
didasarkan pada kapasitas setiap manusia untuk dapat tumbuh dan
berkembang. Kapasitas tersebut merupakan pembawaan setiap manusia
yang dapat mendorong setiap manusia untuk mencapai tingkat hierarki
yang lebih tinggi, yaitu aktualisasi diri (Budiono, 2016).
Kebutuhan fisiologis manusia menjadi kebutuhan primer setiap
manusia dalam memenuhi syarat kelangsungan hidupnya dan
memelihara homeostasis tubuhnya. Kebutuhan fisiologis tersebut,
meliputi oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal,
istirahat-tidur, seksual, dan sebagainya. Selanjutnya, manusia memiliki
kebutuhan keselamatan dan keamanan yang ditujukan dalam melindungi
diri dari bahaya fisik dan psikologis. Selanjutnya, manusia memiliki
kebutuhan cinta dan rasa memiliki, yaitu suatu kebutuhan manusia
dalam menggambarkan perasaan atau emosi. Kebutuhan cinta dan rasa
memiliki meliputi kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta serta
rasa kasih sayang, menjalani peran yang memuaskan, serta diperlakukan
dengan baik. Selanjutnya, manusia memiliki kebutuhan harga diri, yaitu
manusia membutuhkan perasaan dalam mendapatkan penghargaan dan
dihargai orang lain. Penghargaan tersebut ditujukan pada penghormatan
diri, pengakuan diri, kompetensi rasa percaya diri, dan kemerdekaan
setiap manusia. Selanjutnya, manusia memiliki kebutuhan aktualisasi
diri, yaitu kemampuan manusia dalam mengatur diri dan otonominya
sendiri serta bebas dari tekanan luar (Budiono, 2016).

8
II.3.2. Implementasi dalam Al-Qur’an
Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna. Penciptaan manusia ini dijelaskan dalam Q.S Al-Hajj ayat 5
yang artinya "Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes air mani menjadi segumpal darah, menjadi
segumpal daging yang diberi bentuk dan yang tidak berbentuk, untuk
kami perlihatkan kekuasaan Tuhanmu." Pada ayat tersebut dijelaskan
asal muasal manusia, bahwa hanya manusia pertama Nabi Adam AS
yang diciptakan langsung dari tanah, sedangkan istrinya diciptakan dari
salah satu bagian tubuh Nabi Adam AS.
Kemudian, manusia berikutnya diciptakan melalui perantaraan
seorang ibu dan ayah, yang dimulai dari setetes air mani, setelah itu
dipertemukan dengan sel telur di dalam rahim. Selain itu, dalam Al-
Qur’an surat At Tiin ayat 4, Allah berfirman “ Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Manusia merupakan kesatuan dari jasmani dan rohani. Unsur jasmani
terdiri dari fisik dan raga, sedangkan unsur rohani terdiri dari cipta
(akal), rasa, dan karsa (Abdullah, 2018).

II.4. Paradigma Lingkungan dalam Keperawatan Islami


II.4.1. pengertian lingkungan
Islam mengajarkan kepada umat manusia untuk bersikap hormat
terhadap alam, karena alam adalah bagian dari hidup manusia. Jika manusia
tidak mengelola alam dengan baik, maka sama saja akan menghancurkan
hidupnya sendiri. Lingkungan sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah
mestinya dijaga kelestariannya. Kelestarian lingkungan terkait dengan
kesejahteraan suatu bangsa. Oleh karena itu, manusia harus menjaga,
memelihara lingkungan dengan sebaik-baiknya
Lingkungan atau secara umum juga disebut lingkungan hidup.
Lingkungan adalah seluruh sesuatu yang hadir di sekeliling makhluk hidup
tersebut, yang mempengaruhi terhadap eksistensi dari makhluk hidup yang
bersangkutan. Makhluk hidup merupakan segala sesuatu yang hidup, baik
9
makro biologi maupun mikro biologi, dari dunia fauna dan flora. Seluruh
suatu yang muncul d sekitar makhluk hidup antara lain, bermacam wujud
benda (anorganik), makhluk hidup itu sendiri, proses serta indikasi alam .
Lingkungan merupakan seluruh kondisi di sekitar makhluk hidup yang
mempengaruhi terhadap pertumbuhan serta kepribadian makhluk hidup
tersebut. Lingkungan dapat dikelompokkan jadi 2, diantaranya :

A. Biotic Environment/ Lingkungan Biotik merupakan seluruh wujud


makhluk hidup (makro serta mikro biologi) yang hadir di sekeliling
makhluk hidup yang bbersangkutan. Misalnya di sekeliling
manusia, organisma laut, organsma daratan, dst.
B. Abiotic Environment/Lingkungan Abbiotik adalah segala suatu
yang berbentuk zat tak hidup, indikasi dan proses yang bertabiat
tidak hidup, yang muncul di sekeliling ssuatu organisma unsur-
unsur bagian dari lingkungan tidak hhiduup antara lain tanah, air,
batuan, temperature, hujan, angina, dst.

Lingkungan akan selalu identic dengan kebersihan. Kebersihan


merupakan usaha yang dicoba guna menghilangkan kotoran pada
lingkungan yang kotor. Kebersihan adalah aksi yang di coba guna
melenyapkan kotoran-kotoran yang ada di lingkungan terdekat. Hak bagi
warga mempunyai lingkungan yang sehat, adalah meliputi lingkungan raga
semacam tanah, air, lingkungan biotik seperti hewan, tanaman serta
manusia. Memiliki lingkungan yang bersih dapat membuat nyaman dalam
menjalankan kehidupan.
Agama islam menaruh atensi yang besar terhadap kebersihan,
baik kebersihan secara jasmani maupun rohani. Kedua aspek itu tidak bisa
dipisahkan, karena kala seorang muslim hendak beribadah kepada Allah
SWT. hingga hukumnya wajib membersihkan fisik dan jiwanya terlebih
dahulu. Bersih secara jasmani semacam bersih tempat shalat, tubuh, serat

10
baju. Sedangkan bersih secara rohani semacam bersih dari sombong, iri,
dengki, dst.
II.4.2. Unsur-Unsur lingkungan
Khusus dilihat dari segi manusia, lingkungan dapat dibagi menjadi
3, diantaranya :
1) Lingkungan Alam (Alami Environment) adalah seluruh keadaan
alam (indikasi serta proses) yang muncul di sekeliling manusia
yang mempengaruhi pada pertumbuhan kuantitas dan mutu serta
karakter manusia itu sendiri. Unsur-unsur-nya antara lain, angina,
air, cahaya matahari, daratan, lautan, gunung, dst.
2) Lingkungan Sosial (Social Environment) adalah sesame manusia
baik individu atau kelompok yang terletak di sekitar individu atau
kelompok orang yang mempengaruhi perkembangan, pertumbuhan,
serta karakteristik individu atau kelompok tersebut. Unsur-unsur
dari lingkungan sosial diantaranya, orang, keluarga, komunitas,
etnik, bangsa, ras,, dst.
3) Lingkungan Budaya (Cultural Environment) adalah seluruh keadaan
budaya atau seluruh wujud hasil cipta, rasa, karsa, serta karya
manusia yang hadir di sekitar individu atau kelompok yang
bersangkutan. Unsur-unsur dari lingkungan budaya yaitu baju,
perkakas, bangunan, peraturan, nilai, norma, iptek, dst.

II.4.3. Kebersihan Menurut Islam


Bagi Islam, kebersihan memiliki aspek ibadah dan aspek moral
serta kerap digunakan dengan sebutan “Thaharah” yang maksudnya bersuci
dan terlepas dari kotoran. Terdapat 3 istilah kebersihan dalam islam, antara
lain:
1) Nazafah (Nazif) adalah kebersihan tingkatan awal, seperti bersihnya
dari kotoran secara lahirlah yang dapat dibersihkan dengan air
2) Taharah secara bahasa mensucikan yang memiliki makna lebih luas
lagi, meliputi kebersihan lahirlah serta bathiniah.

11
3) Tazkiyah adalah mensterilkan diri dari watak yang tercela dan
membetulkan diri dari watak yang terpuji
Cakupan kebersihan dalam islam adalah kebersihan baju, tempat
ibadah, tubuh yang lebih khusus lagi kepada kebersihan gigi, tangan, dan
kepala.

II.4.4. Upaya dalam Menjaga Lingkungan


Manusia tidak hanya berkewajiban untuk mengelola lingkungan,
tetapi sekaligus juga menjaga dan memakmurkannya. Adapun cara untuk
memakmurkannya bisa dimulai dari lingkungan yang terkecil yaitu dari
lingkungan keluarga. Upaya yang harus di lakukan dalam menjaga
kelestarian lingkungan, antara lain :
a. Memelihara dan melindungi hewan
b. Menanam pohon dan penghijauan
c. Menghidupkan lahan yang mati
d. Memanfaatkan udara dan air dengan baik,
e. Menjaga keseimbangan alam dan habitatnya agar tetap terjaga.

II.4.5. Ayat Al-Quran Tentang Lingkungan

• Q.S. Hud [11]:61


Artinya : “Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah
menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan kepada-Nya, kemudian bertobatlah kepada-
Nya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmat-Nya) dan
memperkenankan (doa hamba-Nya).” (Q.S. Hud [11]:61).
Dalam ayat tersebut, berarti manusia diperintahkan untuk
memakmurkan bumi, Karena manusia memiliki potensi dan kesiapan
untuk menjadi makhluk yang konstruktif. Mensejahterakan bumi intinya
adalah pengelolaan lingkungan yang baik dengan bagaimana melaksanakan
pembangunan dan mengolah bumi.

• Q.S Al A’la [87]:14-17.


12
Artinya : ‘Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri
(dengan beriman). Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang.
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang
kehidupan akhirat lebih baik dan lebih kekal” (Terjemah Q.S Al A’la
[87]:14-17).

Dijelaskan dalam QS. al-A’la di atas bahwa Allah Swt


memerintahkan
kepada orang-orang agar selalu membersihkan diri ketika akan melakukan
ibadah. . Kebersihan termasuk salah satu pokok dalam memelihara
kelangsungan hidup makhluk bernyawa.

13
BAB III

PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Perawat merupakan salah satu profesi atau pekerjaan yang mulia, dan
sebagai perwujudan fungsi manusia sebagai khalifah dan hamba Allah SWT dalam
melaksanakan kemanusiaannya, menolong orang lain yang memiliki masalah
Kesehatan dan memenuhi kebutuhan dasarnya baik aktual maupun potensial, dengan
itu seseorang bisa mendapatkan banyak pahala dari pekerjaan tersebut, karena seorang
perawat pekerjaannya adalah menolong orang.
Salah satu unsur kebaikan dunia adalah kesehatan. Oleh karena itu, kita
harus berusaha menjaga kesehatan yang ada, dan mengembalikannya ketika
kesehatan itu hilang. Manusia termasuk dalam unsur paradigma keperawatan.
Manusia dalam konsep paradigma keperawatan, yaitu individu yang utuh dan
kompleks (makhluk holistik) yang terdiri dari bio-psiko-sosio-spiritual. Manusia
dipandang sebagai makhluk hidup (bio), karena terdiri atas sekumpulan organ tubuh
yang semuanya mempunyai fungsi yang saling terintegrasi, setiap organ tubuh
mempunyai tugas masing-masing, namun tetap bergantung pada organ lain dalam
menjalankan tugasnya.
Faktor lingkungan sosial memiliki pengaruh terhadap derajat kesehatan
individu maupun masyarakat. Manusia sebagai makhluk spiritual karena manusia
mempunyai hubungan dengan kekuatan diluar dirinya, hubungan dengan Tuhannya,
dan memiliki keyakinan dalam kehidupannya.

14
Daftar Pustaka
Abdullah, B. (2018). Konsep Manusia Dalam Islam. Jurnal Wahana Inovasi, 7
(2), 73-84.

Agustina, A. (2021). Perspektif Hadis Nabi Saw Mengenai Kebersihan Lingkungan. Jurnal
Penelitian Ilmu Ushuluddin, 1(2), 96–104. https://doi.org/10.15575/jpiu.12206
Ali Nurdin. Kesehatan dalam Konsep ` (SlideKuliah,1/10/2012). jakarta; 2012. Hal.15

Budiyanto, B. (2020). Sikap Ilmiah Terhadap Urgensi Hadis Dalam Pendidikan Agama
Islam
Budiono. (2016). Konsep Dasar Keperawatan . Jakarta: Badan PPSDM
Kesehatan Kemenkes Republik Indonesia.

Istianah. (2019). Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Perspektif Hadis. Riwayah,
1(2), 249–270. http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/riwayah/article/view/1802
Mutakin, A. (2018). Apa Lingkungan Itu? Geoarea, 1(2), 65–68.
Nurhayati, E., & Fitriyana, S. (2020). Determinan Kesehatan dalam Perspektif Islam: Studi
Pendahuluan. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains, 2(1).

Rahmat. (2017). IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ISLAMI PERAWAT PELAKSANA


TERHADAP PASIEN SAFETY DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
BANDUNG. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: HEALTH SCIENCE
JOURNAL, Vol. 9 No. 01, Juni 2018. Retrieved Oktober 2, 2022

15

Anda mungkin juga menyukai