Anda di halaman 1dari 20

INTEGRASI NILAI ISLAMI

PADA PASIEN PERAWATAN ISLAMI

Disusun Oleh:

Fatiha Izza Tuslamia


70300117010
Keperawatan A

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

dengan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul

“Integrasi Nilai Islami Pada Pasien Perawatan Islami” yang disusun untuk

memenuhi tugas mata kuliah Perawatan Paliatif & Menjelang Ajal. Penyusun

mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.


Tujuan suatu pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

membentuk sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing, membentuk watak

dan jiwa sosial, berbudaya, berakhlak dan berbudi luhur, serta berwawasan

pengetahuan yang luas dan menguasai teknologi. Makalah ini dibuat oleh penyusun

untuk membantu memahami materi tersebut. Mudah-mudahan makalah ini

memberikan manfaat dalam segala bentuk kegiatan belajar, sehingga dapat

memperlancar dan mempermudah proses pencapaian yang telah direncanakan.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh

karena itu, segala kritikan dan saran yang membangun akan kami terima dengan

lapang dada sebagai wujud koreksi atas diri tim penyusun yang masih belajar. Akhir
kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Penulisan 3

D. Manfaat Penulisan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4

A. Peran Perawat Menurut Nilai-Nilai Islami 4

B. Bimbingan Rohani Islam Dalam Perawatan Paliatif 10

BAB III PENUTUP 16

A. Kesimpulan 16

B. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era modernisasi seperti sekarang ini, dimana aktivitas kehidupan manusia

yang semakin padat, baik itu seorang pelajar, mahasiswa, pekerja keras, dan berbagai

aktivitas lainnya yang dapat memporsir waktu, sehinnga tak jarang di antara mereka

kurang memperhatikan kestabilan kesehatan tubuh mereka dan tanpa mereka sadari
dan rasakan secara langsung, suatu rasa sakit atau penyakit serta penurunan

kekebalan tubuh diam-diam menyerang mereka.

Masalah kesehatan masyarakat merupakan sasaran dan objek utama oleh para

profesi kesehatan. Oleh karena itu, penanganannya tidak boleh sembrono dan asal-

asalan. Para profesi kesehatan harus memiliki lab skill yang terpondasi dengan baik

sebelum mereka turun menangani, hingga hal ini dapat membantu masyarakat

mendapatkan kestabilan kesehatan mereka kembali.

“Sakit” bukan hanya masalah fisik semata tetapi lebih luas dari itu yaitu

menyangkut masalah psiko juga. Dengan demikian kepedulian terhadap mereka yang

sakit seharusnya perlu dilihat secara utuh dan menyeluruh dari segi bio, psiko, sosio,
spiritual. Manusia sebagai makhluk sosial tentu saja membutuhkan bantuan dan

pertolongan orang lain karena pada dasarnya seorang individu tidak mampu

mencukupi kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Bimbingan dalam perjalanan hidup

manusia merupakan suatu upaya yang sangat penting untuk menjaga manusia agar

tetap menuju kearah kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan

paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif dengan

1
membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik yang sangat diperlukan

oleh pasien. Hal ini didasarkan pada status pasien yang merupakan makhluk bio-

psiko-sosio kultural dan spiritual yang dapat merespon secara holistik dan unik

terhadap perubahan kesehatan atau keadaan krisis.

Bagi perawat pelayanan atau asuhan keperawatan sangat berkaitan erat

dengan aspek spiritual. Dalam praktik keperawatan, perawat kurang memperhatikan

kebutuhan spiritual karena perawat kurang memahami tentang kebutuhan spiritual


dan manfaatnya terhadap kesehatan dan penyembuhan penyakit pasien. Hal pertama

yang harus diperhatikan perawat yaitu peningkatan persepsi dan sikap tentang

perawatan spiritual dan manfaatnya sehingga dalam praktik pemberian asuhan

keperawatan spiritual pasien dapat terpenuhi.

Keperawatan paliatif adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan untuk

memenuhi kebutuhan spiritual dituntut untuk lebih meningkatkan profesionalisme

sehingga dapat mengimbangi kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

kesehatan yang semakin maju pesat, dengan mengembangkan potensi yang sudah

dimiliki untuk memenuhi tuntutan masyarakat yang semakain tinggi terhadap

pelayanan keperawatan dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat
memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan

keperawatan rohani pada klien.

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap

manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya

pun semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam

segala hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang

Pencipta. Dalam pelayanan kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus

2
memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu

memberikan pemenuhan yang lebih pada saat pasien akan dioperasi, pasien kritis atau

menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan dengan

pelayanan kesehatan dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui

pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual.

Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses

penyembuhan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran perawat menurut nilai-nilai islami?

2. Bagaimana bimbingan rohani islam dalam perawatan paliatif?

C. Tujuan Penulisan

1. Mahasiswa mampu mengetahui peran perawat menurut nilai-nilai islami.

2. Mahasiswa mampu mengetahui bimbingan rohani islam dalam perawatan

paliatif.

D. Manfaat Penulisan

1. Agar mahasiswa mampu memahami peran perawat menurut nilai-nilai islami.

2. Agar mahasiswa mampu memahami bimbingan rohani islam dalam perawatan

paliatif.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Perawat Menurut Nilai-Nilai Islami

Perawat adalah salah satu tenaga kesehatan yang bekerja paling lama berada

dengan pasien. Pasien adalah seseorang yang membutuhkan perawatan. Sakit

terkadang membawa dampak hebat pada penderita, terutama penyakit-penyakit yang


tergolong berat. Bukan saja rasa sakit, tetapi stres kerap pula menyertainya. Terutama

pasien dengan penyakit-penyakit tertentu. Bagi mereka yang sakit, melakukan ibadah

sangat sulit.

Dalam islam, sakit merupakan cobaan atau ujian yang diberikan Allah SWT.

Tidak hanya kepada orang yang sedang menderita sakit, tetapi juga kepada orang

disekitarnya. Hal ini terjadi ketika Allah SWT memberikan Nabi Ayyub As. penyakit

kusta hingga sekujur tubuhnya dipenuhi dengan ulat belatung, kecuali hati yang

digunakan untuk berdzikir dan mengingat Allah SWT. Kesabaran dan ketabahan Nabi

Ayyub As. menjadikannya lulus dalam ujian Allah SWT. Tetapi tidak dengan

keluarganya, karena dalam masa sakitnya ini salah satu istri dan anaknya
meninggalkannya dalam kesendirian. Konteks inilah yang menjadikan suatu musibah

seperti sakit merupakan ujian bagi seseorang, anggota keluarga, dan orang di

sekitarnya.

Allah SWT memberikan suatu ganjaran besar bagi orang yang tabah dan sabar

menerimanya, karena sakit atau gangguan lainnya justru akan menggugurkan

kesalahan kesalahan sebagaimana pohon menggugurkan dedaunan. Hal ini termasuk

dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al- Bukhari Dan Muslim, berikut ini:

4
Artinya : “Dari Qabishah dari Sufyan dari Al-A’msy dari Ibrahim Al-Taymi
dari Al-Harits Ibn Suwaid dari Abdullah Ra. berkata bahwa saya telah datang
kepada Rasulullah pada masa sakitnya dan menyentuhnya, sementara ia dalam
kondisi sangat panas. Kemudian saya berkata, engkau dalam kondisi panas
sekali wahai Rasul, dan itu bertanda bahwa engkau mendapat dua pahala.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Betul, tidaklah seorang muslim
ditimpa muslim ditimpa musibah berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah
menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon mengugurkan
daun-daunya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Demikian Rasulullah SAW. memaknai sakit, bukannya mengeluh atau putus


asa dengan rasa sakit, tetapi justru memaknai bahwa sakit adalah sebuah anugrah dan
karunia dari Allah SWT yang diberikan kepada hambanya. Sakit yang dirasakan oleh
setiap insan boleh jadi menjadi penghapus kesalahan-kesalahan yang dilakukannya
semasa ia hidup di dunia.
Dalam hal itu, orang yang terkena penyakit tertentu atau musibah, harus
berusaha untuk bangkit dan berusaha mencari jalan pengobatan untuk kesembuhan,
karena pada prinsipnya, penyakit tersebut diciptakan oleh Allah dan Allah pula yang
menyiapkan obat/penawarnya.
Nabi Muhammad SAW telah mengangkat kedudukan akhlak mulia dan
menjelaskan bahwa sebaik-baik bekal hamba kepada Tuhan-Nya pada hari kiamat
adalah akhlak mulia, dan sesuatu yang paling berat dalam timbangan orang mukmin
adalah akhlak mulia. Jika berakhlak mulia, persoalan-persoalan yang sulit akan
menjadi mudah, hati yang keras akan segera menjadi lembut, banyak orang yang akan
mencintainya dan musuh pun berkurang. Ketahuilah bahwa akhlak yang jelek

5
membuat sial pelakunya, menyebabkan turunnya siksaan Allah di dunia sebelum
siksaannya di akhirat.
Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan
keperawatan, guna menolong orang yang sakit dan untuk meningkatkan kesehatan.
Karena kesehatan merupakan modal untuk menjalani aktivitas, seperti bekerja,
beribadah, dan aktivitas lainnya. Ajaran islam selalu menekankan setiap orang untuk
menjaga kesehatan dan memakan makanan yang baik dan halal untuk menunjukan
bahwa Islam mendukung kesehatan, sebab makanan merupakan salah-satu penentu
sehat atau tidaknya seseorang.
Profesi keperawatan dalam islam dipandang sebagai profesi yang mulia. Akan
tetapi, hal itu berlaku apabila asuhan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
syari’ah islam, yaitu dengan memperhatikan kaidah-kaidah dan aturan-aturan dalam
islam.
Anjuran islam untuk hidup bersih menunjukkan obsesi Islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan
kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat
melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan
sampah sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai atau sumur yang
airnya tidak mengalir dan sejenisnya. Islam sangat menekankan kesucian (al-
thaharah), yaitu kebersihan atau kesucian lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka
kesehatan akan semakin terjaga, sebab selain bersumber dari perut sendiri, penyakit
seringkali berasal dari lingkungan yang kotor.
Islam juga sangat menganjurkan kehati-hatian dalam bepergian dan
menjalankan pekerjaan, dengan selalu mengucapkan basmalah dan berdoa. Agama
sangat melarang perilaku nekad dan ugal-ugalan, seperti bekerja tanpa alat pengaman
atau ngebut di jalan raya yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi
perawat tidak bisa dihindari. Keperawatan sangat dibutuhkan, baik yang dilakukan
secara sederhana, tradisional sampai pada yang semi modern dan super modern.

6
Peranan perawat tidak sebatas memberikan pengobatan secara fisik melainkan
juga pengobatan psikis (kejiwaan) pasien. Diyakini, dengan dibantu oleh terapi secara
psikis akan lebih membantu kesembuhan pasien karena kondisi kejiwaannya lebih
tenang. Kedudukan perawat amat penting, karena satu-satunya tenaga kesehatan yang
secara 24 jam dituntut untuk selalu di samping pasien. Kebutuhan dasar manusia
dalam pandangan keperawatan meliputi biologi, psikis, sosial, dan spiritual hingga
fungsi perawat untuk membantu pasien. Dalam menjalankan tugas, seorang perawat
harus melandasi kepada pikiran dan perasaan cinta, afeksi, dan komitmen mendalam
kepada pasiennya
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya dan diperoleh
melalui pendidikan keperawatan. Seorang perawat dikatakan profesional jika
memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan keperawatan profesional serta memiliki
sikap profesional sesuai kode etik profesi. Nilai-nilai islami dalam peran dan fungsi
perawat profesional:

1. Peran Pelaksana

Peran ini dikenal dengan istilah care giver, yaitu peran perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada

klien sebagai individu keluarga dan masyarakat. Dalam melaksanakan peran ini

perawat bertindak sebagai comforter, protector, dan advokat, communicator, serta

rehabilitator.

a. Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman

pada klien. Islam mengajarkan bagaimana umat manusia dapat menolong

terhadap sesamanya, pertolongan itu diberikan secara tulus ikhlas dan

holistic, sehingga kita dapat merasakan apa yang klien kita rasakan. Ibarat

7
orang mukmin saling mencintai kasih mengasihi dan saling menyayangi

adalah lukisan satu tubuh Rasullulah bersabda:

Artinya: “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai,

mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh


sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan

demam” (HR. Muslim).

b. Peran sebagai protector, lebih berfokus pada kemampuan perawat

melindungi dan menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan

seimbang dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Misalnya, kewajiban

perawat memenuhi hak klien untuk menerima informasi dan penjelasan

tentang tujuan dan manfaat serta efek samping suatu terapi pengobatan

atau tindakan keperawatan. Dalam islam, kita tidak boleh membuka aib

saudara kita sendiri karena jika kita membukanya sama saja kita memakan

bangkai saudara kita yang mati. Allah SWT berfirman:

Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari

prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan

janganlah mencari-cari kesalah orang lain dan jangan lah sebahagian kamu

8
menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seseorang diantara kamu

memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu

merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya

Allah Maha Penerima lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Hujurat ayat 12).

c. Peran sebagai communicator, akan nampak bila perawat bertindak sebagai

mediator antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya. Peran ini

berkaitan erat dengan keberadaan perawat mendampingi klien sebagai


pemberi asuhan keperawatan selama 24 jam. Perawat dalam islam harus

memberikan dukungan.

d. Rehabilitator berhubungan erat dengan tujuan pemberian asuhan

keperawatan, yakni mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar

sembuh dan dapat berfungsi normal.

2. Peran Sebagai Pendidik (Health Educator)

Sebagai pendidik, perawat berperan mendidik individu, keluarga,

kelompok, dan masyarakat serta tenaga keperawatan atau tenaga kesehatan yang

berada dibawah tanggung jawabnya. Peran ini dapat berupa penyuluhan kesehatan
kepada klien (individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat). Allah SWT

berfirman:

9
Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:

“Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan

memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”,

maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (Q.S Al-Mujadilah:

11).

3. Peran Sebagai Peneliti

Sebagai peneliti di bidang keperawatan, perawat diharapkan mampu

mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian

serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau

pelayanan dan pendidikan keperawatan. Allah SWT berfirman:

Terjemahnya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah

kepadamu negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari

duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu,

dan janganlah berbuat kerusakan dibumi. Sesungguhnya Allah tidak

menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan” (QS. Al-Qashash: 77).

B. Bimbingan Rohani Islam dalam Perawatan Paliatif

Dalam agama Islam sendiri, perawatan paliatif yang dapat diterapkan adalah:

10
1. Membimbing Pasien Untuk Berwudhu atau Bertayamum (Thaharah)

Seorang perawat harus memiliki rasa perhatian penuh terhadap pasien,

bahkan perawatpun harus mapan dalam membantu pasien saat bersuci. Pada saat

hendak melaksanakan ibadah maka perawat harus bisa membantu pasien untuk

bersuci (thaharah) terlebih dahulu. Thaharah hukumnya wajib berdasarkan Al-

Qur’an dan sunah. Pertama yang harus dilakukan oleh perawat membimbing

pasien untuk berwudhu, bila pasien tidak mampu, perawat yang akan membantu
untuk melakukan tayamum. Tayamum adalah bentuk thaharah (bersuci) sebagai

pengganti wudhu dan mandi untuk menghilangkan hadas. Tayamum dilakukan

ketika wudhu dan mandi tidak dapat dilaksanakan. Allah Ta’ala berfirman:

Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak

mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan


siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata

kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam

perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh

perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan

tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.

Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan

kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.

(QS. Al-Maidah : 6).

11
2. Membimbing Pasien Sholat Apabila Waktunya Telah Tiba

Shalat hukumnya fardhu (wajib) bagi setiap orang yang beriman yang

telah memenuhi syarat, baik laki-laki maupun perempuan walaupun dalam

keadaan sakit. Shalat dibebankan kepada setiap kaum muslimin dan tidak boleh

meninggalkannya, kecuali bagi orang gila, anak kecil yang belum baligh, dan

wanita yang sedang haid atau nifas. maka dari itu sebagai perawat kita wajib

mengingatkan pasien kita agar terus menjalankan kewajibannya sebagai umat


muslim. Apabila pasien tidak mampu melaksanakan solat dengan berdiri, maka

bisa dengan posisi duduk, jika tidak bisa dalam posisi duduk pasien bisa

melakukan dalam posisi berbaring dengan menghadap ke arah kiblat. Dan untuk

pasien yang kondisinya sangat lemah bisa melakukan solatnya dalam hati. Allah

Ta’ala berfirman:

Terjemahnya: “Jagalah (peliharah) segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat

wustha. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk” (QS. Al-

Baqarah: 238).

3. Membimbing Tadarus Al-Qur’an

Bimbing pasien dengan membaca Al-Quran terutama ayat-ayat dengan

orang sakit, rahmat Allah, dan karunia Allah, dengan begitu pasien akan

termotivasi untuk sembuh. Dan memberikan pengertian bagi pasien supaya

membaca Al-Quran daripada mengeluh atas penyakit yang dideritanya. Allah

Ta’ala berfirman:

12
Terjemahnya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab

(Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari

(perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah

(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan

Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Ankabut : 45).

4. Membimbing Agar Selalu Berdoa Kepada Allah

Pasien dalam keadaan sakit apapun tetap harus memohon petolongan

kepada Allah SWT, karena hakekatnya Allahlah yang memberikan kesembuhan

bagi yang sedang sakit. Seorang perawat harus mampu membimbing berdoa

pasiennya agar lekas diberikan kesembuhan oleh Allah SWT. Allah SWT

berfirman:

Terjemahnya: “Dan Tuhanmu berfirman ”Berdo’alah kepada-Ku, niscaya

akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang


menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam

dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir :60).

5. Membimbing Pasien Agar Selalu Berdzikir Kepada Allah

Keadaan batin pasien tidak stabil, selalu berprasangka buruk dengan apa

yang Allah ujikan kepadanya. Sebagai perawat yang profesional kita harus

mampu membimbing pasien agar selalu mengingat Allah (dzikir) agar batin
pasien menjadi lebih tenang dan tidak berprasangka buruk terhadap apa yang

13
pasien hadapi. Dzikir adalah mengingat Allah. Bila seseorang berdoa dengan

khusyu hingga tak terasa air mata menetes karena sangat nikmat berdzikir dan

munajat kepadaNya, Allah akan memberikan pertolongan kepadanya pada hari

kiamat kelak. Allah SWT berfirman:

Terjemahnya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi


tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati

Allah-lah hati menjadi tenteram”.

6. Membimbing Untuk Bersabar dan Rela Terhadap Ketentuan Allah SWT

Allah SWT berfirman:

Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan

shalat sebagai penolongmu sesungguhnya Allah besrta orang-orang

yang sabar” (QS Al-Baqarah :153).

Rasullulah bersabda: “Barang siapa sakit pada malam hari, ia sabar


dan rela terhadap ketentuan Allah SWT dalam menderita sakit maka lepaslah

ia dari dosa-dosanya seperti pada waktu ia lahir dari kandungan ibunya” (HR.

Hakim).

7. Membimbing Pasien dan Keluarga Menghadapi Sakaratul Maut

Disunahkan mengajari (men-talqin) orang yang sedang sekarat dengan


kalimat syahadat yakni lâ ilâha illallâh dengan cara yang halus dan tidak

14
memaksanya untuk ikut menirukan ucapan syahadat tersebut. Cukuplah

mentalqin dengan mengulang-ulang memperdengarkan kalimat lâ ilâha illallâh di

telinganya tanpa menyuruh untuk mengucapkannya. Berdasarkan sabda

Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim

ُ‫لَ ِّقنُوا َم ْوتَا ُك ْم ََل ِّإلَهَ إِّ اَل للا‬

Artinya: “Ajarilah orang yang mau meninggal di antara kalian dengan kalimat
lâ ilâha illallâh”.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peran perawat menurut nilai-nilai islami terbagi menjadi 3, yaitu berperan

sebagai pelaksana, berperan sebagai pendidik dan berperan sebagai peneliti.

2. Bimbingan rohani islam dalam perawatan paliatif dapat dilakukan dengan cara

membimbing pasien untuk berwudhu atau bertayamum (thaharah),


membimbing pasien sholat apabila waktunya telah tiba, membimbing tadarus

Al-Qur’an, membimbing agar selalu berdoa kepada Allah, membimbing

pasien agar selalu berdzikir kepada Allah, membimbing untuk bersabar dan

rela terhadap ketentuan Allah SWT, membimbing pasien dan keluarga

menghadapi sakaratul maut.

B. Saran

Aspek akidah, ibadah dan akhlak sangat berpengaruh pada etika dan proses

umat Islam dalam menjalani kehidupan. Agama Islam telah mengatur semua hal

secara detail. Semua itu termaktub dalam Alquran dan As-Sunnah. Juga, Nabi
Muhammad sebagai utusan Allah untuk menyampaikan risalah kebaikan menjadi

teladan bagi umat Islam. Umat Islam diharapkan dapat konsisten dan terus mengasah

tingkat spiritualitasnya, serta dapat menjadi imam/pemimpin terhadap diri sendiri dan

orang lain. Hubungan sesama manusia ini tak jauh dari berbagai permasalahan,

sehingga perlu adanya konseling atau keperawatan sehingga dengan motivasi

spiritual, diharapkan pasien dapat optimis dalam proses peyembuhannya serta

bersamaan meningkatnya tingkat spiritualitas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al qur anul Kharim

Arifin, Isep Zainal. (2009). Bimbingan Penyuluhan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Bukhori, Baedi. (2015). Upaya Optimalisasi Sistem Pelayanan Kerohanian bagi

Pasien Rawat Inap. Semarang: Walisongo.

Faqih, Aenurrohim. (2011). Bimbingan Konseling Dalam Islam. Yogyakarta: UII


Pers.

Hadits Qudsi Shahihain (Bukhari Muslim). (2016). Jakarta: Media Hidayah.

Komarudin (ed.) et.al. (2012). Dakwah dan Konseling Islam. Semarang: PT. Pustaka

Rizki Putra.

Pandi W, Emma. (2010). Sehat Cara Al-Qur’an & Hadis. Jakarta: Hikmah.

Samsudin, Salim. (2015). Bimbingan Rohani Pasien Upaya Mensinergisitaskan

Layanan Medis dan Spiritual di Rumah Sakit, Semarang.

17

Anda mungkin juga menyukai