Anda di halaman 1dari 50

PROSEDUR PENERBITAN SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR [SPB]

DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA


[Studi Kasus di PPS Bitung, Sulawesi Utara]

SKRIPSI

Oleh:
AL YUSRIL
1622080511

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN


JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2020
HALAMAN JUDUL

PROSEDUR PENERBITAN SURAT PERSETUJUAN BERLAYAR [SPB] DAN


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
[Studi Kasus di PPS Bitung, Sulawesi Utara]

Oleh:

AL YUSRIL
1622080511

SKRIPSI

Skripsi ini sebagai Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada

Program Studi Pengelolaan Pelabuhan Perikanan

Jurusan Teknologi Penangkapan Ikan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN


JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2020
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, 4 Juli 2020


Yang menyatakan,

Al Yusril
KATA PENGANTAR

Bismillahi Rahmani Rahim

Asalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,

Alhamdulillah, Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini.

Dalam penulisan laporan Skripsi ini, penulis banyak mendapat dukungan

dan arahan dari berbagai pihak. Ucapan rasa terima kasih yang tak terhingga

kepada kedua orang tua, Bapak Masjidin dan Ibu Mariana, yang telah banyak

memberi dorongan dan doa-doa yang tak pernah hentinya untuk memperoleh

pendidikan yang terbaik.

Penulis yakin sepenuhnya bahwa dalam tugas akhir ini tidak akan mungkin

dapat terwujud tanpa bantuan dan dukungan semua pihak.Karenanya penulis ingin

mengucapkan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Darmawan, M.P selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Pangkep.

2. Bapak Syamsul Marlin Amir, ST.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Penangkapan

Ikan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

3. Ibu Muslimah Bachrum, SP.i, MP. selaku Ketua Prodi Pengelolaan

Pelabuhan Perikanan.

4. Ibu Erna, S,Pi.M.Si. selaku pembimbing I yang telah membimbing penulis

sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.

5. Bapak Ir. Syamsul Hadi, M.Si. selaku pembimbing II yang telah

membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.


6. Bapak Ir. Tri Aris Wibowo,M.Si selaku kepala Pelabuhan Perikanan

Samudera Bitung dan seluruh Staf yang telah menerima dan membimbing

penulis.

7. Bapak Agus Randi D,ST. selaku pembimbing lapangan penulis selama di

Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

8. Teman-teman seperjuangan angkatan XXIX program studi Pengelolaan

Pelabuhan Perikanan

9. Saudara Kandung Penulis Oge Masdar,ST. yang telah mendukung penulis

selama memperoleh pendidikan.

10.Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara moril maupun

materil selama penyusunan Skripsi.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan yang bersifat

membangun dalam upaya perbaikan ataupun sebagai bahan kajian selanjutnya guna

kesempurnaan Skripsi ini, sehingga berguna bagi penulis.

Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pangkep, 4 Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

ABSTRACT ..................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pelayanan ................................................................................... 3
2.2 Penerbitan .................................................................................. 3
2.3 Proses Penerbitan SPB oleh Syahbandar ................................... 4
2.4 Surat Persetujuan Berlayar ........................................................ 6
2.5 Permohonan Surat Persetujuan Berlayar ................................... 8
2.6 Syahbandar ................................................................................ 9
2.7 Pelabuhan Perikanan.................................................................. 11
2.8 Penundaan Pencabutan dan Pembebasan SPB ......................... 11
2.9 Faktor-Faktor Yang Berpengaruh pada Penerbitan ................... 13

BAB III METODOLOGI KEGIATAN


3.1 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan ............................................... 14
3.2 Jenis Dan Sumber Data.............................................................. 14
3.3 Metode Pengambilan Data......................................................... 14
3.4 Teknik Analisis data .................................................................. 15

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI


4.1 Lokasi Penelitian ....................................................................... 16
4.2 Struktur Organisasi tempat Penelitian ....................................... 17

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Prosedur Penerbitan SPB ........................................................... 18
5.2 Biaya pelayanan penerbitan SPB ............................................... 25
5.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Penerbitan SPB ................. 25

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ................................................................................ 29
6.2 Saran .......................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Hal.
Tabel 3.1 Matriks Data Peneliti ....................................................................... 16
Tabel 5.1 Jumlah Surat Persetujuan Berlayar .................................................. 24
Tabel 5.2 Data Jumlah Pegawai PPS Bitung ................................................... 27
DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Tahapan Penerbitan SPB .............................................................. 8


Gambar 4.1 Struktur Organisasi PPS Bitung ................................................... 17
Gambar 5.2 SOP Penerbitan SPB .................................................................... 21
Gambar 5.2 Alur Penerbitan SPB di PPS Bitung ............................................. 23
DAFTAR LAMPIRAN

Hal.
Lampiran 1. Contoh Surat Persetujuan Berlayar (SPB) ................................... 31
Lampiran 2. Kondisi Kantor Unit Syahbandar PPS Bitung ............................. 32
Lampiran 3. Pertanyaan Peniliti ....................................................................... 33
ABSTRAK

Al Yusril. 1622080511. Prosedur Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) Dan


Faktor-Faktor Yang Memperngaruhinya (Studi Kasus Di Pelabuhan Perikanan
Samudera Bitung, Sulawesi Utara) (Dibimbing oleh Erna dan Syamsul Hadi).
Dalam Setiap Kapal yang akan melakukan pelayaran wajib melapor rencana
keberangkatannya kepada syahbandar agar mendapat Surat Persetujuan Berlayar
(SPB). Surat Persetujuan Berlayar akan di terbitkan apabila kapal yang akan
melakukan pelayaran di katakan memenuhi syarat keselamatan keamanan
pelayaran. Adapun maksud dan tujuan dari SPB yakni sebagai bukti bahwa kapal
ini telah memenuhi syarat untuk melakukan pelayaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur penerbitan SPB Kapal


Perikanan pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung,
serta untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah analisis data kualitatif yang dapat
menghasilkan data deskriptif analisis ini dinyatakan secara lisan dan tulisan dengan
mengumpulkan data primer dan sekunder.
Prosedur penerbitan Surat Persetujuan Berlayar Kapal Perikanan pada Kantor
Unit Penyelenggara Pelabuhan Pelabuhan Perikanan Bitung tahapannya meliputi
permohonan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB), pemeriksaan berkas
administrasi dan fisik kapal, dan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penerbitan Surat Persetujuan Berlayar
Kapal Perikanan pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Perikanan Bitung,
terdiri dari faktor pendukung yaitu faktor hukum dan faktor koordinasi. Sedangkan
faktor penghambat adalah Jumlah Sumber daya Manusia , ketidak cermatan
pemohon dan faktor alam.

Kata kunci: Penerbitan SPB, PPS Bitung, prosedur

.
AB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dimana terhampar beribu-ribu pulau

dan lautan yang luas. Daratan Indonesia seluas 1.904.569 km² dan lautannya seluas

3.288.683 km². Indonesia terletak diantara dua benua yakni benua Asia dan benua

Australia serta dua samudera yakni Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia.

Karna lautan di Indonesia lebih luas dari daratan maka sumber daya laut Indonesia

termasuk sektor perikanan.

Pemerintah membuat Pelabuhan Perikanan untuk menangangi Hasil laut dan

mempermudah kegiatan nelayan. Terutama yang memiliki lokasi strategis seperti

Di ujung utara Sulawesi lebih tepatnya kota bitung, lokasi ini di katakan strategi

karna berhadapan dengan samudra pasifik pada koordinat 01°26’42”LU-125°

12’24”BT. Dimana Samudra pasifik adalah lautan yang memiliki sumber daya

perikanan yang luar biasa sehinggah banyak nelayan baik nelayan kecil ataupun

nelayan perusahaaan yang melakukan penangkapan di daerah tersebut dan untuk

mempermudah kegiatan nelayan maka di bangunlah Pelabuhan Perikanan (Bitung,

blogspot.com).

Dalam Setiap Kapal yang akan melakukan pelayaran wajib melapor rencana

keberangkatannya kepada syahbandar agar mendapat Surat Persetujuan Berlayar

(SPB). Surat Persetujuan Berlayar akan di terbitkan apabila kapal yang akan

melakukan pelayaran di katakan memenuhi syarat keselamatan keamanan

pelayaran. Adapun maksud dan tujuan dari SPB yakni sebagai bukti bahwa kapal

ini telah memenuhi syarat untuk melakukan pelayaran.


1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang muncul penelitian ini dan juga disesuaikan dengan

alasan dalam memilih judul penelitian dapat disimpulkan perumusan masalah yang

akan peneliti bahas dalam penulisan ini yaitu :

1. Bagaimana Prosedur penerbitan Surat Persetujuan Berlayar?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penerbitan Surat Persetujuan

Berlayar Kapal Perikanan pada Kantor Unit Syahbandar PPS Bitung

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis dalam penelitian ini yaitu

1. Mendeskripsikan Prosedur Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB).

2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dalam Proses Penerbitan

Surat Persetujuan Berlayar (SPB).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dalam

kajian tentang Studi Tentang Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar di PPS

Bitung, Khususnya pada bidang Pengelolaan Pelabuhan Perikanan.

2. Menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan teori

yang telah diterima kedalam penelitian sebenarnya.

3. Memberi referensi kepada peneliti selanjutnya yang akan mengkaji tentang

Prosedur Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di

sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan

kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal perikanan

bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas

keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan (Djewed, Noval. 2010)

2.2. Pengertian Syahbandar

Kesyahbandaran di pelabuhan perikanan adalah pelaksanaan tugas

dan fungsi pemerintahan di pelabuhan perikanan untuk menjamin keamanan dan

keselamatan operasional kapal perikanan.

Syahbandar suatu instansi yang dibentuk oleh pemerintah untuk

melakukan pengawasan pada setiap kapal yang memasuki pelabuhan dan selama

berada di pelabuhan wajib mematuhi peraturan-peraturan untuk menjaga

ketertiban dan kelancaran lalu lintas kapal di pelabuhan, serta sebagai pihak yang

memberikan ijin kepada setiap kapal yang akan berlayar karena kapal tersebut

wajib memiliki Surat Izin Berlayar yang dikeluarkan oleh syahbandar setelah

memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal (Sonhaji, 2018)

Syahbandar adalah seorang pejabat ahli yang menentukan kelaikan kapal

dan sangat terkait dengan keselamatan pelayaran, untuk itu syahbandar di

Pelabuhan Perikanan adalah Syahbandar yang ditunjuk dalam rangka

keselamatan pelayaran.
Syahbandar di pelabuhan perikanan mempunyai tugas dan wewenang:

a. menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar;

b. mengatur kedatangan dan keberangkatan kapal perikanan;

c. memeriksa ulang kelengkapan dokumen kapal perikanan;

d. memeriksa teknis dan nautis kapal perikanan dan memeriksa alat

penangkapan ikan, dan alat bantu penangkapan ikan;

e. memeriksa dan mengesahkan perjanjian kerja laut; f. memeriksa log book

penangkapan dan pengangkutan ikan;

g. mengatur olah gerak dan lalulintas kapal perikanan di pelabuhan

perikanan;

h. mengawasi pemanduan;

i. mengawasi pengisian bahan bakar;

j. mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas pelabuhan perikanan;

k. melaksanakan bantuan pencarian dan keselamatan;

l. memimpin penanggulangan pencemaran dan pemadaman kebakaran di

pelabuhan perikanan;

m. mengawasi pelaksanaan perlindungan lingkungan maritim;

n. memeriksa pemenuhan persyaratan pengawakan kapal;

o. menerbitkan Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan dan Keberangkatan

Kapal Perikanan; dan memeriksa sertifikat ikan hasil tangkapan


2.3. Pengertian Pelayanan

Pelayanan secara umum dapat diartikan dengan melakukan perbuatan yang

hasilnya ditujukan untuk kepentingan orang lain, baik perorangan, maupun

kelompok atau masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Negara Aparatur Negara

No. 63 Tahun 2003 disebutkan bahwa: "Pelayanan adalah Segala bentuk kegiatan

pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di

lingkungan badan usaha milik negara/daerah dalam bentuk barang atau jasa dalam

rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan

ketentuan peraturan perundang-undangan". Ada beberapa pengertian pelayanan

menurut para ahli yaitu : Menurut Gronroos (dalam Ratminto, 2005:2): "Pelayanan

adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata

(tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antar konsumen

dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh organisasi pemberi

pelayanan yang dimaksudnya untuk memecahkan untuk memecahkan

permasalahan konsumen atau pelanggan". Selain itu, Menurut Sinambela (2006:5),

“Pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan

atau kesatuan ,dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada

suatu produk secara fisik”.

2.4.Pengertian Penerbitan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994: 91), kata penerbit diberikan

dibawah kata terbit. Terbit antara lain mengandung arti keluar untuk diedarkan

(tentang surat kabar, buku dan sebagainya), kata penerbit sebagai bentukan dari

kata terbit mengandung arti orang atau perusahaan yang menerbitkan buku, majalah

dan sebagainya.
2.5. Proses Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar Oleh Syahbanadar

Penerbitan SPB (Surat Persetujuan Berlayar) merupakan suatu proses yang di

lakukan oleh Syahbandar terhadap kapal yang akan berlayar meninggalkan

pelabuhan untuk memastikan bahwa kapal,awak kapal,dan muatannya secara

teknis administratif telah memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan

pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim, persyaratan keselamatan dan

keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan

dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan kepelabuhanan dan

lingkungan maritim sesuai dengan keputusan menteri perhubungan Nomor KM 01

Tahun 2010 yaitu:

Sumber: Info Pelabuhan Perikanan


Gambar 2.1 Tahapan penerbitan SPB, kapal perikanan

a) Dalam proses penerbitan SPB pihak pemohon atau pihak agen mengajukan

permohonan kepada pihak Syahbandar dengan menyerahkan seluruh

dokumen dan surat kapal kepada pihak Syahbandar


b) Setelah itu pihak Syahbandar akan melakukan proses penelitian terhadap

dokumen dan surat-surat kapal tersebut,apakah ada yang masa berlakunya

sudah berakhir, apa ada maka dokumen tersebut di kembalikan kepada pihak

pemohon untuk di perbahrui

c) Selain melakukan pemeriksaan atau penelitian pada dokumen dan surat-

surat kapal Syahbandar juga melakukan mencakup :

1) pemeriksaan adminitrasi seperti pemeriksaan dokumen surat-surat

kapal dan sertifikat berlayar

2) serta pemeriksaan fisik,seperti kondisi nautis-teknis dan radio kapal;

dan pemuatan dan stabilitas kapal;Sesuai dengan keterangan yang

disebutkan dalam surat pernyataan kesiapan kapal berangkat dari

Nakhoda (Master Sailing Declaration).

d) Apabila pada pemeriksaan fisik terdapat ketidaksesuaian dengan ketentuan

yang berlaku (kelaiklautan),maka surat SPB akan ditunda dan hasil

pemeriksaan tersebut di beritahukan kepada pihak agen untuk memenuhi

ketentuan-ketentuan yang berlaku,setelah dilaksanakan pemenuhan syarat

penerbitan surat persetujuan berlayar ,maka pihak pemohon atau agen

membuat surat pengajuan kembali kepada pihak Syahbandar

e) Setelah semuanya selesai maka pihak Syahbandar akan menandatangani

SPB tersebut dan akan segera menyerahkan kepada pemilik atau operator

kapal yang di tunjuk mengageni kapal untuk di teruskan kepada nahkoda

f) Setelah SPB di terima di atas kapal Nakhoda kapal wajib segera

menggerakkan kapal untuk berlayar meninggalkan pelabuhan sesuai dengan

waktu tolak yang telah ditetapkan,karena SPB hanya berlaku selama 24 jam

Untuk Satu kali pelayaran.


2.6.Pengertian Surat Persetujuan Berlayar

Berlayar Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor

: PM 82 Tahun 2014 tentang tata cara penerbitan Surat Persetujuan Berlayar, yang

dimaksud dengan Surat Persetujuan Berlayar adalah dokumen Negara yang

dikeluarkan oleh Syahbandar kepada setiap kapal yang akan berlayar. Melihat dari

pengertian tersebut maka Syahbandar memiliki kewenangan untuk menerbitkan

Surat Persetujuan Berlayar. Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar merupakan suatu

kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Syahbandar terhadap kapal yang akan

berlayar berdasarkan surat pernyataan Nakhoda (Master Sailing Declaration).

Sebelum kapal berlayar diperlukan surat pernyataan yang dibuat oleh Nakhoda yang

menerangkan bahwa kapal, muatan dan awak kapalnya telah memenuhi persyaratan

keselamatan dan keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim untuk

berlayar ke pelabuhan tujuan. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa kapal

dalam keadaan laik laut atau keadaan kapal telah memenuhi persyaratan

keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis

muat, pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan penumpang, status hukum

kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal dan

manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu. Menurut Undang –

Undang Nomor 17 Tahun 2008 Pasal 219 ayat 1 menerangkan bahwa setiap kapal

yang berlayar wajib memiliki surat persetujuan berlayar yang dikeluarkan oleh

Syahbandar. Surat persetujuan berlayar akan dianggap tidak berlaku apabila kapal

dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah surat persetujuan berlayar

diterbitkan, kapal tidak segera bertolak dari pelabuhan. Surat Persetujuan Berlayar

dapat ditunda penerbitannya oleh Syahbandar apabila ternyata kapal tidak


memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal atau terdapat pertimbangan cuaca buruk

yang dapat menggangu keselamatan dan keamanan pelayaran.

Berdasarkan Pasal 219 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008

tentang pelayaran, diatur bahwa setiap kapal yang berlayar wajib memiliki surat

persetujuan berlayar yang di keluarkan oleh Syahbandar.

SPB itu sendiri adalah Dokumen Negara yang di keluarkan oleh Syahbandar

kepada setiap kapal yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan setelah kapal

memenuhi persyaratan:

a. Kelaiklautan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi

persyaratankeselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari

kapal,pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan awak kapal

dankesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan

dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal

untuk berlayar di perairan tertentu. dan pejabat Pemeriksa Kelaiklautan

Kapal adalah pejabat Kesyahbandaran yang ditunjuk, dan telah memiliki

kualifikasi dan kompetensi di bidang Kesyahbandaran.

b) Kewajiban lainnya adalah kewajiban pembayaran atas jasa pelayanan

kepelabuhanan, jasa pengawasan di bidang keselamatan dan keamanan

pelayaran yang berlaku di bidang pelayaran,kewajiban SPB ini beralu

untuk semua jenis dan ukuran kapal,kecuali kapal perang dan kapal

Negara.

2.7. Permohonan Penerbitan Surat Pesetujuan Berlayar

Pengajuan permohonan surat persetujuan berlayar Kapal perikanan


dilakukan oleh Nakhoda atau pemilik kapal/penanggung jawab perusahaan

dengan melampirkan persyaratan. Untuk syarat administratif Menurut Peraturan

Menteri Kelautan dan Perikanan No. 3 Tahun 2013 Tentang Kesyahbandaran

Di Pelabuhan Perikanan (Permen KP No.3 Tahun 2013) Pasal 11 ayat (1)

untuk mendapakan Surat Persetujuan Berlayar Nakhoda atau pemilik

kapal/penanggung jawab perusahaan harus mengajukan permohonan kepada

Syahbandar Di Pelabuhan Perikanan setelah kapal perikanan siap berlayar

dengan melampirkan persyaratan:

a. Surat Pernyataan Kesiapan Kapal Perikanan Berangkat dari Nakhoda

(Master Sailing Declaration); dan

b. bukti pemenuhan kewajiban kapal perikanan antara lain:

1) bukti pembayaran jasa kepelabuhanan

2) bukti pembayaran retribusi lelang ikan

3) bukti pembayaran jasa kebersihan kapal

4) persetujuan Bea dan Cukai

5) persetujuan Imigrasi

6) persetujuan Karantina kesehatan

7) persetujuan Karantina ikan

8) Surat Laik Operasi Kapal Perikanan

9) Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal

10) Surat Tanda Bukti Lapor Keberangkatan Kapal

11) Perjanjian kerja laut atau daftar Nakhoda dan ABK

12) Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan Lembar Awal dan


13) Surat penugasan pemantau kapal penangkap ikan dan kapal

pengangkut ikan untuk kapal yang diwajibkan menerima pemantau

kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan.

2.8 Penundaan, Pencabutan dan Pembebasan SPB ( Port Clearence)

Syahbandar dapat menunda, membebaskan dan mencabut SPB apabila:

a. Pembebasan Surat Persetujuan Berlayar

Pembebasan Surat Persetujuan Berlayar berlaku bagi kapal-

kapal dalam keadaan kapal yang untuk sementara berlayar keluar

pelabuhan dengan tujuan memberikan bantuan pertolongan kepada

kapal yang berada dalam bahaya, kapal yang berlayar dalam batas

pelabuhan, kapal yang melakukan percobaan berlayar dan Kapal yang

menyinggahi pelabuhan karena keadaan darurat.

Pembebasan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance)

diberikan kepada Nakhoda setelah pemilik atau operator kapal atau

badan usaha yang ditunjuk menjadi agen kapal menyampaikan

permohonan tertulis kepada Syahbandar. Dalam memberikan

pembebasan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance) Syahbandar

wajib menerbitkan surat pembebasan sesuai dengan peraturan yang

telah di tetapkan ( Nomor KM.01 pasal 10 tahun 2010).

b. Penundaan SPB ( Port Clearence)

Dalam hal kondisi cuaca pada perairan yang akan dilayari kapal

dapat membahayakan keselamatan berlayar, Syahbandar dapat

menunda pemberangkatan kapal.Penundaan keberangkatan kapal

melebihi 24 (dua puluh empat) jam dari waktu tolak yang telah

ditetapkan,pemilik atau operator kapal atau badan usaha yang ditunjuk


menjadi agen kapal wajib mengajukan surat permohonan ulang

penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance) kepada

Syahbandar.

c. Pencabutan terhadap Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance)

Pencabutan terhadap Surat Persetujuan Berlayar (Port

Clearance) telah diterbitkan dapat dilakukan oleh Syahbandar, apabila

1.kapal tidak berlayar meninggalkan pelabuhai n, melebihi 24 (dua

puluh empat) jam dari batas waktu tolak yang telah ditetapkan

2.kapal melakukan kegiatan di pelabuhan yang mengganggu

kelancaran

3.lalu Iintas kapal, membahayakan keselamatan dan keamanan

pelayaran serta perlindungan lingkungan maritim; dan/atau perintah

tertulis dari pengadilan negeri.

4.Syahbandar dalam melakukan pencabutan Surat Persetujuan

Berlayar wajib menerbitkan pencabutan surat tersebut sesuai dengan

peraturan yang telah di tetapkan.

2.9 Faktor –Faktor yang Berpengaruh Dalam Penerbitan SPB

Dalam penerbitan SPB ada beberapa faktor yang mempengaruhinya,dalam

penelitian yang di laukan oleh Djewed, Noval. (2010) berpendapat bahwa ada 2

faktor yang berpengaruh dalam penerbitan yaitu:

1. Faktor Pendukung

Dalam Faktor Pendukung Yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu

yang mendukung kegiatan proses penerbitan SPB adapun faktor

prndukungnya yaitu:
a. Faktor Hukum

b. Faktor Koordinasi

2. Faktor penghambat

Yang di mkasud dalam faktor penghambat dalam penerbitan SPB yaitu

segala sesuatu yang biasa mengganggu proses penerbitan dan menjadi

masalah dalam proses penerbitan adapun faktor penghambatnya yaitu:

a. Faktor Jumlah Sumber daya manusia (SDM)

b. Fktor Ketidak Cermatan Pemohon

c. Faktor Alam
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan Penelitian Dilaksanakan pada 23 Januari sampai tanggal 23 Maret

2020 di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung , Kecamatan Aertembaga Kota

Bitung Sulawesi Utara.

3.2 Jenis Dan Sumber Data

Ada dua jenis data yang diambil dalam penelitian ini yaitu :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti

yang diperoleh melalui wawancara dan observasi.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh secara tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari

subjek penelitiannya yaitu studi kepustakaan dan literatur. Biasanya berupa

teknik pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang

diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah atau surat kabar dan

bentuk-bentuk tulisan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah yang

diteliti.

3.3 Metode Pengambilan Data

a) Metode Observasi, yaitu pengumpulan data dengan pengamatan secara

langsung di Pelabuhan Perikann Samudera Bitung (Alfarizi, 2019).

b) Studi literatur, adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode

pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan

penelitian. (Nur Fatin,2017)


c) Wawancara, yakni pengumpulan data yang dilakukan melalui komunikasi

langsung atau tanya jawab antara peneliti, responden dan key informan.

Teknik ini dilakukan secara bebas dan terbuka dalam penyampaian

informasi dan pemberian data yang sesungguhnya (Poseidon., 2018).

Tabel 3.1 Matriks Data Penelitian

Metode
Uraian Data Jenis Data Keterangan
Pengambilan Data
Data Persyaratan
Penerbitan SPB,
Data Registrasi
SPB bulan Januari Kepala Syahbandar
Sampai 23 Maret, Observasi/ PPS Bitung,
Data Kepegawaian Primer Wawancara Nahkoda dan
Syahbandar, Dan Pengurus Berkas
Data pengamatan Kapal.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
penerbitan SPB.
Data
Kepelabuhanan
Perikanan, Jurnal, Peraturan
Penjelasan Perundang-
mengenai Sekunder Studi literatur undangan, dan
persyaratan Ulasan sumber
penerbitan SPB, Internet.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
penerbitan SPB.

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, teknik analisa yang digunakan adalah analisis data

kualitatif yang dapat menghasilkan data deskriptif analisis ini dinyatakan secara

lisan dan tulisan. Analisis digunakan untuk membatasi atau menyempitkan

penemuan yang ada untuk menjadi data yang lebih berarti. Analisis dilakukan

setelah tahapan pengumpulan data. Analisis ini berproses secara induktif yaitu

kesimpulan setelah data terkumpul. Menurut Zuriah (2007:198) teknik analisis

nonstatistik dilakukan terhadap data yang bersifat kualitatif, biasanya berupa studi
literer atau sandi empiris, apa yang ditemukan pada suatu saat adalah satu pedoman

yang langsung terdapat apa yang dikumpulkan berikutnya dan dimana akan dicari,
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Pelabuhan Perikanan Samudra Bitung

Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung terletak di perairan laut selat lembe

berhadapan dengan laut Sulawesi dan Samudera Pasifik pada koordinat 01º26’42”

LU-125º12’24”BT memiliki potensi perikanan dan kelautan yang cukup besar dan

merupakan penghasil ikan terbesar di Sulawesi Utara.

Dilihat dari produksi perikanan tangkap setiap tahun mengalami peningkatan

yang berarti tingkat pendapatan nelayan tentu lebih baik yang tercermin dari

kehidupan nelayan itu sendiri, karena produksi berhubungan dengan pendapatan,

apabila produksi meningkat tentunya pendapatan juga akan meningkat, namun pada

kenyataan yang dilihat dari struktur sosial kehidupan masyarakat nelayan di Kota

Bitung belum mencerminkan tingkat pendapatan nelayan itu lebih baik.

Pengembangan PPS Bitung dicanangkan pada tanggal 18 juli 2001 oleh

Presiden RI Abdulrahman Wahid. Peletakan batu pertama pelaksanaan

pembangunan oleh Walikota Bitung pada tanggal 16 September 2002 dengan

membangunan fasilitas dermaga,gedung kantor pelabuhan,tempat pelelangan

ikan,jalan,kios pesisir dengan lahan seluas 4,6 Ha. Ujicoba operasional pelabuhan

oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Prof DR Rochmin Dahuri pada tanggal 10

September 2004 dan pada tanggal 10 desember 2005 ditetapkan sebagai Pelabuhan

Perikanan Nusantara Bitung melalui SK Menpan No.B/2712/M.Pan/12/2005 .

Peningkatan status PPN Bitung menjadi PPS Bitung pada tanggal 6 Oktober 2008

melalui peraturan menteri kelautan dan perikanan nomor PER.19/MEN/2008

(Bitung, blogspot.com).
4.2 Struktur Organisasi
PPS Bitung adalah pelabuhan tipe A, maka dari itu organisasi di pelabuhan

ini lebih lengkap dari pelabuhan yang bertipe B C D. Adapun struktur PPS Bitung

tahun 2020 adalah sebagai berikut:

STRUKTUR ORGANISASI
PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BITUNG

Sumber: Profil PPS Bitung

Gambar 4.1. Struktur Organisasi PPS Bitung


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Prosedur Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar Kapal Perikanan pada


Kantor Unit Penyelenggara PPS Bitung

Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (Port Clearance) merupakan suatu

proses pengawasan yang dilakukan oleh Syahbandar terhadap kapal yang akan

berlayar meninggalkan pelabuhan untuk memastikan bahwa Kapal, awak kapal, dan

muatannya secara teknis administratif telah memenuhi persyaratan keselamatan dan

keamanan pelayaran serta perlindungan lingkungan maritime Berdasarkan

ketentuan Pasal 219 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang

Pelayaran, disebutkan bahwa “setiap kapal yang ber Selanjutnya dalam Peraturan

Menteri Kelautan dan Perikanan No. 3 Tahun 2013 Tentang Kesyahbandaran Di

Pelabuhan Perikanan (Permen KP No.3 Tahun 2013) pada Pasal 1 angka 8, Surat

Persetujuan Berlayar, yang selanjutnya disingkat SPB, adalah dokumen negara

yang dikeluarkan oleh Syahbandar di pelabuhan perikanan kepada setiap kapal

perikanan yang akan berlayar meninggalkan pelabuhan perikanan setelah kapal

perikanan memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal, laik tangkap, dan laik simpan.

layar wajib memiliki Surat Persetujuan Berlayar yang dikeluarkan oleh

Syahbandar.” Sedangkan berdasarkan ketentuan Pasal 42 ayat (3) Undang - undang

Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, disebutkan “Setiap kapal perikanan yang

akan berlayar melakukan penangkapan ikan dan/atau pengangkutan ikan dari

pelabuhan perikanan wajib memiliki Surat Persetujuan Berlayar yang dikeluarkan

oleh syahbandar di pelabuhan perikanan.” Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar

adalah suatu kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Syahbandar terhadap kapal

yang akan berlayar berdasarkan surat pernyataan Nakhoda (Pasal 1 angka Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 82 Tahun 2014 Tentang Tata Cara Penerbitan

Surat Persetujuan Berlayar).

Dari beberapa ketentuan tersebut menjelaskan bahwa Surat Persetujuan

berlayar diterbitkan oleh syahbandar dalam rangka pengawasan terhadap kapal

yang akan berlayar termasuk kapal perikanan untuk menjamin keselamatan dan

keamanan pelayaran. Syahbandar di Pelabuhan Perikanan adalah Syahbandar yang

ditempatkan secara khusus di pelabuhan perikanan untuk pengurusan administratif

dan menjalankan fungsi menjaga keselamatan pelayaran. Sehingga dalam suatu

daerah, jika tidak memiliki pelabuhan perikanan yang di dalam struktur

organisasinya terdapat petugas Kesyahbandaraan, maka penerbitan surat

persetujuan berlayar di terbitkan oleh petugas Syahbandar yang ada di Kantor Unit

Penyelenggara Pelabuhan.

Hal ini sesuai dengan kewenangannya sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1

angka 56 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 Tentang Pelayaran, “Syahbandar

adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh Menteri dan memiliki

kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan melakukan pengawasan terhadap

dipenuhinya ketentuan peraturan perundang- undangan untuk menjamin

keselamatan dan keamanan pelayaran.

Sehingga kewenangan merupakan pendelegasian yang diberikan oleh organ

pemerintahan kepada pihak lain. Aminuddin Ilmar (2014:108) menjelaskan bahwa

wewenang pemerintahan itu tersimpul adanya hak dan kewajiban dari pemerintah

dalam melakukan tindakan atau perbuatan pemerintahan tersebut. Namun dalam


Sumber: Standar Operasional Prosedure PPS Bitung 2020

Gambar 5.1 SOP Surat Pesetujuan Berlayar PPS Bitung.


1. Permohonan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB)

Pengajuan permohonan surat persetujuan berlayar Kapal perikanan

dilakukan oleh Nakhoda atau pemilik kapal/penanggung jawab perusahaan

dengan melampirkan persyaratan. Untuk syarat adm

inistratif Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 3

Tahun 2013 Tentang Kesyahbandaran Di Pelabuhan Perikanan (Permen KP

No.3 Tahun 2013) Pasal 11 ayat (1) untuk mendapakan Surat Persetujuan

Berlayar Nakhoda atau pemilik kapal/penanggung jawab perusahaan harus

mengajukan permohonan kepada Syahbandar Di Pelabuhan Perikanan

setelah kapal perikanan siap berlayar dengan melampirkan persyaratan:

a. Surat Pernyataan Kesiapan Kapal Perikanan Berangkat dari nakhoda

(Master Sailing Declaration); dan

b. bukti pemenuhan kewajiban kapal perikanan antara lain:

1) bukti pembayaran jasa kepelabuhanan

2) bukti pembayaran retribusi lelang ikan

3) bukti pembayaran jasa kebersihan kapal

4) persetujuan Bea dan Cukai

5) persetujuan Imigrasi

6) persetujuan Karantina kesehatan

7) persetujuan Karantina ikan

8) Surat Laik Operasi Kapal Perikanan

9) Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal

10) Surat Tanda Bukti Lapor Keberangkatan Kapal

11) Perjanjian kerja laut atau daftar Nakhoda dan ABK


12) Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan Lembar Awal dan

13) Surat penugasan pemantau kapal penangkap ikan dan kapal

pengangkut ikan untuk kapal yang diwajibkan menerima pemantau

kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan.

Adapun syarat teknis nautis akan dilakukan pemeriksaan tentang fisik kapal

yang tercantum dalam Permen KP No.3 Tahun 2013 Pasal 19 ayat 2

Pemeriksaan teknis dan nautis untuk antara lain:

a. kesesuaian alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan

b. palka ikan dan jenis mesin pendingin

c. Stiker barcode

d. kelaikan kapal perikanan dan teknis permesinan

e. peralatan pencegahan pencemaran

f. alat komunikasi

g. peralatan navigasi

h. peta dan perlengkapannya

i. alat keselamatan

j. alat pemadam kebakaran dan

k. tanda pengenal kapal perikanan

Berdasarkan hasil penelitian pada petugas kesyahbandaraan pada Kantor

Unit Syahbandar Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung bahwa syarat-

syarat pengajuan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar Kapal Perikanan

pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Banggai adalah permohonan

penerbitan SPB, kalaiklautan kapal, dan SLO dari pengawas perikanan dan

persyaratan lain yang berkaitan dengan perpajakan.


2. Pemeriksaan berkas administrasi dan fisik kapal

Berdasarkan permohonan untuk mendapatkan SPB dari pemilik atau

operator kapal, selanjutnya Syahbandar melakukan pemeriksaan

kelengkapan dan validitas dari surat dan dokumen kapal. Petugas

Kesyahbandaraan pada Kantor Unit Syahbandar Pelabuhan Perikanan

Samudera Bitung melakukan proses penelitian dokumen dan surat-surat,

pemeriksaan administrasi dan pemeriksaan fisik kapal. Dalam hal

Syahbandar mendapat laporan dan/atau mengetahui bahwa kapal yang akan

berlayar tidak memenuhi persyaratan kelaiklautan dan keamanan kapal,

Syahbandar berwenang melakukan pemeriksaan kapal. Hasil pemeriksaan

teknis dan nautis kapal perikanan, alat penangkapan ikan, dan alat bantu

penangkapan ikan, menjadi dasar untuk menerbitkan surat persetujuan

berlayar.

3. Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB)

Berdasarkan pengamatan di lapangan, prosedur pelayanan penerbitan

surat persetujuan berlayar (SPB) yang diberikan oleh Kantor

Kesyahbandaran PPS Kendari sudah dilakukan sesuai standar prosedur

yang telah ditetapkan, prosedur juga sudah dimengerti oleh masyarakat

yang akan mengurus SPB tersebut. Hal ini terlihat dari cara

personal/masyarakat yang secara tertib langsung mendatangi petugas

untuk mengurus SPB tersebut. Prosedur pengurusan SPB dikenalkan

dengan cara sosialisai dan juga sudah ada spanduk yang diletakkan dalam

kantor Kesyahbandaran.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Pelaporan Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar ( 1 menit )

Mengisi Lembar Permohonan ( 2 menit )

Pemeriksaan Dokumen Kapal ( 3 menit )

Registrasi Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar ( 10 menit)

)
Membubuhkan Cap Di SPB (2 menit)

Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar ( 2 menit )

Sumber: PPS Bitung

Gambar 5.2 alur penerbitan SPB di PPS Bitung Sulawesi Utara

Dari gambar di atas kita dapat melihat prosedur penerbitan SPB dari

mulai pelaporan penerbitan SPB pengurus mengisi lembar permohonan

berkas dengan melengkapi persyaratan SPB oleh pihak pengurus kemudian

berkas distor kepada pihak syahbandar kemudian di periksa kelengkapan

kemudian pemeriksaan fisik kapal setelah itu SPB di terbitkan dan waktu

yang digunakan 20 menit.

Apabila seluruh berkas administrasi dan dokumen kapal berupa

persyaratan administrasi, dokumen kapal dan hasil pemeriksaan fisik kapal

telah lengkap maka pihak syahbandar menerbitkan Surat Persetujuan

berlayar kapal perikanan tersebut. Untuk mengetahui jumlah Surat

persetujuan berlayar yang diterbitkan oleh syahbandar pada Kantor Unit

Syahbandar Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung pada saat di

laksanakannya penelitian, dapat dilihat pada tabel berikut.


Tabel 5.1 Jumlah Surat Persetujuan Berlayar (SPB)

No Bulan Yang Yang Yang Yang


dimohonkan dibatalkan diterbitkan ditolak
1 Januari 1005 14 965 26
2 Februari 769 9 741 19
Maret
3 (sampai 736 17 699 20
tanggal 21)
Jumlah 2510 40 2405 65
Sumber: Olahan data Penerbitan SPB

Pada tabel di atas hasil dari pengimputan data SBP dari bulan januari sampai

maret tanggal 21. Pada bulan februari kita dapat melihat penurunan penerbitan SPB

itu diakibatkan tanggal 12 sampai 14 kegiatan penerbitan tidak ada itu di karenakan

akibat cuaca buruk sehinggah syahbandar melarang kapal melakukan pelayaran

selama cuaca buruk.

SPB yang telah diterbitkan oleh Syahbandar berlaku paling lama 24 (dua

puluh empat) jam terhitung sejak diterbitkan dan hanya dapat digunakan untuk 1

(satu) kali pelayaran. Berdasarkan ketentuan Pasal 10 dan 11 Peraturan Menteri

Perhubungan No. PM 82 tahun 2014, bahwa Penundaan, Pencabutan, dan

Pembebasan Surat Persetujuan Berlayar Syahbandar dapat menunda keberangkatan

kapal untuk berlayar karena tidak memenuhi persyaratan kelaiklautan dan

keamanan kapal atau pertimbangan cuaca. Sedangkan Pencabutan Surat

Persetujuan Berlayar dapat dilakukan oleh Syahbandar dalam hal : Kapal tidak

berlayar meninggalkan pelabuhan, melebihi 24 (dua puluh empat) jam dari batas

waktu penerbitan, dan/atau Perintah tertulis dari pengadilan.

Terkait pembebasan SPB kapal perikanan, telah diatur pada pasal 17 ayat (1)

Peraturan Menteri KP Nomor 3 Tahun 2013, Syahbandar di pelabuhan perikanan

dapat memberikan pembebasan SPB bagi kapal perikanan apabila:


a. berlayar dalam batas wilayah kerja dan pengoperasian pelabuhan

perikanan;

b. berlayar keluar pelabuhan perikanan untuk memberikan pertolongan

kepada kapal yang dalam bahaya;

c. memasuki pelabuhan perikanan karena keadaan darurat;

d. melakukan percobaan berlayar; dan/atau

e. menuju galangan untuk tujuan perbaikan/docking kapal perikanan.

Permohonan Pembebasan penerbitan SPB kapal perikanan dilakukan

berdasarkan permohonan dari nakhoda atau pemilik kapal/penanggung jawab

perusahaan.

5.2 Biaya Pelayanan Penerbitan SPB

Dalam proses pelayanan, Pihak Kantor Kesyahbandaran PPS Bitung selagi

pihak yang memberikan pelayanan tidak memberikan/mengenakan biaya untuk

pelayanan penerbitan SPB. Ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang telah

dilakukan sebelumya kepada pihak pegawai Kesyahbandaran, namun juga dalam

beberapa kesempatan penulis melakukan wawancara kepada masyarakat selagi

pihak pengguna jasa.

5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar


Kapal Perikanan pada Kantor Unit Sayahbandar Pelabuhan Perikanan
Samudera Bitung
Syahbandar pada Kantor Unit Syahbandar PPS Bitung memiliki tugas dan

tanggung jawab yang besar dalam menerbitkan surat persetujuan berlayar (SPB).

Hal ini disebabkan bahwa SPB Kapal Perikanan merupakan salah satu dalam

mencegah aktivitas Illegal Fishing yang terjadi di wilayah perairan Sulawesi Utara

WPP RI 715&716. Selain itu Syahbandar juga berperan menjaga keselamatan dan

kemanan berlayar.
Namun dalam melaksanakan penerbitan SPB kapal perikanan, petugas

syahbandar pada Kantor Unit Penyelenggara PPS Bitung terdapat faktor-faktor

yang mempengaruhi. Berdasarkan hasil penelitian pada Kantor Unit Syahbandar

PPS Bitung, bahwa faktor-faktor tersebut meliputi faktor pendukung dan faktor

yang menghambat.

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung dalam penerbian Surat Persetujuan Berlayar (SPB)

kapal perikanan oleh petugas syahbandar pada Kantor Unit

Syahbandar PPS Bitung adalah

a. Faktor hukum

Faktor hukum yang dimaksud adalah adanya peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang tugas, fungsi serta tanggungjawab

syahbandar dalam menerbitkan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) kapal

perikanan. Sehingga dalam menerbitkan SPB Kapal perikanan

berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Hal ini tentunya dapat

mempermudah dalam melakukan proses penerbitan SPB kapal perikanan.

b. Faktor Koordinasi

Dalam melaksanakan tugas menerbitkan SPB Kapal Perikanan oleh

petugas Syahbandar pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan

Perikanan Samudera Bitung melakukan koordinasi dengan berbagai

instansi. Hal ini dikarenakan persyaratan untuk menjadi lampiran pada

saat mengajukan permohonan penerbitan SPB Kapal perikanan berasal

dari berbagai instansi. Institusi lain yang terlibat dalam pengajuan

penerbitan Surat Persetujuan Berlayar Kapal Perikanan pada Kantor Unit

Syahbandar PPS Bitung adalah :


1) Dinas Perikanan Aertembaga Kota Bitung, menyangkut Surat

keterangan asal ikan

2) Pengawas perikanan, menyangkut penerbitan SLO diperairan

3) Karantina Ikan, menyangkut sertifikat kesehatan ikan dan mutu

hasil perikanan domestik

4) Kesehatan Pelabuhan, menyangkut kesehatan orang yang bekerja

dikapal dan kesehatan kapal itu sendiri.

2. Faktor Penghambat

Adapun faktor penghambat dalam penerbitan SPB kapal perikanan

oleh petugas syahbandar pada Kantor Syahbandar PPS Bitung adalah

sebagai berikut.

a. Faktor Jumlah Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia atau personil pada Kantor Unit Syahbandar

Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung yang sedikit dalam jumlah dapat

menghambat proses penerbitan SPB kapal perikanan di wilayah Kota

Bitung. Untuk mengetahui jumlah sumber daya manusia pada Kantor

Unit Syahbandar PPS Bitung dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2 Data Jumlah pegawai Kantor Unit Syahbandar Perikanan PPS Bitung

No Tingkat Pendidikan Jumlah


1 SMP -
2 SMA 3
3 Diploma 2
4 Sarjana (S1) 3
5 Sarjana (S2) 3
Jumlah 11
Sumber : wawancara peneliti dengan kepala syahbndar
Jumlah pegawai pada Kantor Unit Syahbandar Perikanan PPS

Bitung berjumlah 11 orang. Dengan jumlah tersebut tentunya akan

menghambat dalam penerbitan SPB Kapal , karena pegawai yang ada

memiliki tugas masing-masing tetapi dalam proses penerbitan SPB

Berkas yang diajukan oleh pemohon sangatlah banyak jadi otomatis

pegawai yang berposisi di bagian penerbitan akan mengalami kewalahan

dalam proses penerbitan dan registrasi berkas permohonan SPB.

b. Faktor Ketidakcermatan pemohon

Dalam melaksanakan tugas untuk penerbitan SPB kapal perikanan

oleh petugas syahbandar pada Kantor Unit Syahbandar PPS Bitung

adalah ketidakcermatan pemohon dalam melengkapi persyaratan dan

dokumen kapal lainnya, sehingga terdapat SPB kapal perikanan yang

ditolak atau ditunda. Hal ini berdasarkan hasil penelitian bahwa pemilik

atau operator kapal dalam mengajukan permohonan terdapat dokumen

yang tidak memenuhi syarat, misalnya dokumen dari instansi lain belum

terbit atau sudah kadaluarsa seperti SLO belum terbit serta buku

Kesahatan kapalsdh kadaluarsa.

c. Faktor Alam

Laut adalah tempat dimana sumber daya laut yang melimpah bagi

para nelayan, tetapi bagaimna apabila alam bercuaca buruk ini menjadi

salah satu masalah yang menghambat dalam proses penangkapan jadi

syahbandar memiliki wewenan dalam keselamatan pelayaran yaitu

dengan tidak mengizinkan kapal melakukan pelayaran (penangkapan).


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Prosedur penerbitan Surat Persetujuan Berlayar Kapal Perikanan pada Kantor

Unit Syahbandar Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung tahapannya meliputi

permohonan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB), pemeriksaan berkas

administrasi dan fisik kapal, dan penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerbitan Surat Persetujuan Berlayar Kapal

Perikanan pada Kantor Unit Syahbandar PPS Bitung, terdiri dari faktor

pendukung yaitu faktor hukum dan faktor koordinasi. Sedangkan faktor

penghambat adalah jumlah sumber daya manusia dan ketidakcermatan pemohon

disertai faktor alam.

5.2 Saran

Adapun saran penulis dari penelitian ini:adalah bahwasanya pemeriksaan dan

penerbitan SPB harus dilakukan dengan teliti agar semua dokumen/persyaratan

sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 3 Tahun 2013

Tentang Kesyahbandaran Di Pelabuhan Perikanan (Permen KP No.3 Tahun 2013)

Pasal 11 ayat (1)


DAFTAR PUSTAKA

Alfarizi, R. 2019. “Metode Observasi”, https://santinorice.com/metode-observasi/..


di akses pada tanggal 16 April 2020.

Aminuddin, Ilmar. 2014, Hukum Tata Pemerintahan, Jakarta: Prenada Media Grup.

Bitung, P. P., 2017. “Pelabuhan perikanan samudera bitung”,


https://blogspot.com:blogspot.com/2017/02/pelabuhan-perikanan-samudera-
bitung.html. Diakses pada 14 April.

Djewed, Noval. 2010. “Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar Kapal Perikanan


Pada Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Banggai”, Jurnal Yustisiabel
volume 4. Banggai: Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan.

Fatin, Nur. 2017. “Teknik Studi Literatur” Seputar Pngertian:


http://seputarpengertian.blogspot.com/2017/09/pengertian-studi-
literatur.html#:~:text=Definisi%20Studi%20Literatur&text=Menurut%20Dan
ial%20dan%20Warsiah%20Studi,dengaahgn%20masalah%20dan%20tujuan
%20penelitian. diakses pada tanggal 16 April.

Pemerintah Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 82 Tahun


2014 Tentang Tata Cara Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar: Sekretariat
Negara.

Peraturan Menteri kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 3/PERMEN-


KP/2013 Tentang Kesyahbandaran Di Pelabuhan Perikanan: sekretariat
Negara.

Poseidon.,W.a. 2018. “Teknik Wawancara Penelitian”., from sosiologis”:


http://sosiologis.com/teknik-wawancara. di akses Pada Tanggal 14 April
2020.

Ridwan, Labatjo. 2019. “Analisis Yuridis tentang Kedudukan Prinsip


Tanggungjawab Mutlak dalam Penyelenggaraan Pengangkutan Barang
dengan Kapal Laut di Indonesia”, Jurnal Yustisiabel volume 3. Luwuk:
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Luwuk

Sitompul, Muhammad Said. 2016. “Harmonisasi Pengaturan tentang Kewenangan


dalam Penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB) Kapal Ikan Di Pelabuhan
Belawan ditinjau dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
Pelayaran dan Undang-Undang Nomor 45 Tahun”. Jurnal Mercturia volume
9 No2. Belawan: Kesyahbandar Utama Belawan.

Sonhaji, 2018, “Pemberian Surat Persetujuan Berlayar (SPB) dalam Upaya


Pemenuhan Keselamatan Berlayar”, Adminitrative Law & Governance
Journal ISSN 2621-2781 Online , Vol. 1 Edisi 3 Agustus 2018. Diponegoro:
Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro.

Undang-Undang No 45 tahun 2009 tentang atas perubahan Undang-undang 31


tahun 2004 tentang Perikanan.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran.: Sekretariat Negara,.

Undang-Undang Nomor 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan: Sekretariat


Negara
LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh Surat Persetujuan Berlayar (SPB)

Sumber: Dokumentasi Peneliti


Lampiran 2. Kondisi Kantor Unit Syahbandar PPS Bitung

Sumber: Dokumentasi Peneliti


Lampiran 3. Pertanyaan Peneliti

Daftar Pertanyaan Yang Sempat Di tanyakan Oleh Peneliti

Pihak Syahbandar(PPS BItung) Pihak Pemohon Atau Nahkoda


1. Jumlah Pegawai Yang ada 1. Apakah pihak Syahbndar
di Bidang Pelayanan pernah mempersulit anda
Kesyahbandaran. dalam proses pelayanan,
2. Apa Yang di lakukan terutama pada pelayanan
Pihak Syahbandar apabila SPB.
ada berkas pemohon yang 2. Hal Apa yang terjadi
tidak sesuai aturan. sehinggah anda
3. Instansi apa sj yang membatalkan penerbitan
berkerja sama dengan PPS Permohonan Anda.
Bitung. 3. Apakah pihak Syahbndar
4. Biaya apa saja yang ada sudah melaksanakn
pada pelayanan tugasnya dengan optimal.
4. Keluhan Yang ada dalam
proses pelayanan
RIWAYAT HIDUP

NAMA : Al Yusril

NIM : 1622080511

TEMPAT/ TANGGAL LAHIR : Barru,01 September 1998

JURUSAN : Teknologi Penangkapan Ikan

PROGRAM STUDY : Pengelolaan Pelabuhan Perikanan

PENGALAMAN ORGANISASI :

1. Himpunan Mahasiswa Teknologi Kelautan Perikanan


2. Gabungan Pemuda Mahasiswa Barru
PELATIHAN SEMINAR :
1. Pelatihan BST Di Politeknik Pelayaran Makasaar
2. Kewirausahan Oleh Syafii Efendi

Alamat : Des. Kading, Kec. Tanete Riaja, Kab. Barru


Telepon : 085399364800/082393022881
E-MAIL : alyusril98@gmail.com
Semua data yang saya sikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.

Pangkep, September 2020

Al Yusril

Anda mungkin juga menyukai