Anda di halaman 1dari 24

1

LAPORAN PRAKTIKUM IKHTIOLOGI

SISTEM SARAF DAN SISTEM REPRODUKSI IKAN LAYANG


(Decapterus marcarrelus)

OLEH :
BAIQ RAHMADHIANTA
2204236411
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERAIRAN
KAMIS / SESI 1 / 08.00 - 10.00
KELOMPOK 2
NANO RIZKI SYAHFUTRA

LABORATORIUM BIOLOGI PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
i

KATA PENGANTAR

Dalam ilmu ikhtiologi, salah satu aspek penting yang dipelajari adalah sistem
saraf dan sistem reproduksi pada ikan. Dalam praktikum ini, fokus kita adalah
pada ikan layang (Decapterus marcarrelus) yang merupakan ikan pelagis kecil
yang banyak ditemukan di perairan tropis. Sistem saraf pada ikan layang sangat
penting dalam menjalankan fungsi-fungsi vital seperti mengatur gerakan, mencari
makan, dan menghindari bahaya. Sementara itu, sistem reproduksi pada ikan
layang berperan dalam menghasilkan keturunan dan mempertahankan populasi
ikan.
Pada praktikum ini, kita akan mempelajari struktur dan fungsi sistem saraf
pada ikan layang melalui pengamatan langsung pada organ-organ sarafnya. Selain
itu, kita juga akan mempelajari anatomi sistem reproduksi pada ikan layang,
termasuk organ reproduksi jantan dan betina, serta tahapan-tahapan
perkembangan gonad.
Melalui praktikum ini, kita akan belajar bagaimana mengidentifikasi dan
mengkarakterisasi organ-organ saraf dan reproduksi pada ikan layang, serta
memahami pentingnya pemeliharaan dan pengelolaan ikan layang dalam konteks
keberlanjutan sumber daya perikanan.
Diharapkan, laporan praktikum ini dapat memberikan gambaran yang jelas
dan lengkap tentang sistem saraf dan sistem reproduksi pada ikan layang,
sehingga dapat meningkatkan pemahaman kita tentang ikan dan lingkungannya,
serta memberikan kontribusi positif bagi pengelolaan sumber daya perikanan yang
berkelanjutan di masa depan.

Pekanbaru, 31 Maret 2023

Kelompok 2
ii

DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL .................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................. 3
1.3 Manfaat................................................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Saraf......................................................................................... 4
2.2 Sistem Reproduksi............................................................................... 4
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................... 6
3.2 Alat dan Bahan Praktikum................................................................... 6
3.3 Metode Praktikum................................................................................ 6
3.4 Prosedur Praktikum.............................................................................. 6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil..................................................................................................... 8
4.2 Pembahasan.......................................................................................... 8
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 11
5.2 Saran..................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Bahan Praktikum.................................................................................... 6
2. Alat Praktikum....................................................................................... 6
iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Ikan Layang (Decapterus marcarrelus)................................................. 8
v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Bahan Praktikum.................................................................................... 15
2. Alat Praktikum....................................................................................... 16
vi
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penelitian tentang sistem saraf dan sistem reproduksi pada ikan layang ini
penting untuk meningkatkan pemahaman kita tentang kehidupan ikan dan juga
untuk memperbaiki manajemen sumber daya ikan. Sistem saraf pada ikan layang
berfungsi untuk mengkoordinasikan berbagai gerakan tubuh, mencari makanan,
serta mempertahankan diri dari bahaya predator. Sistem saraf pada ikan layang
juga memainkan peran penting dalam pengendalian keseimbangan tubuh dan
orientasi spasial (Setiawan et al., 2021).
Sistem reproduksi pada ikan layang merupakan faktor penting dalam menjaga
keberlangsungan populasi ikan. Kematangan gonad pada ikan layang betina dan
jantan terjadi pada ukuran yang berbeda, namun penelitian menunjukkan bahwa
kematangan gonad berkaitan dengan ukuran tubuh ikan (Bakhtiar et al., 2019).
Pada tahap pematangan gonad, sel-sel reproduksi dalam gonad berkembang dan
mempersiapkan diri untuk menghasilkan sel-sel reproduksi yang lebih matang.
Setelah mencapai tahap kematangan gonad, ikan layang betina akan melepaskan
sel telur ke dalam air, sementara ikan layang jantan akan melepaskan sperma yang
akan menghasilkan pembuahan pada sel telur yang telah dilepaskan.
Selain sistem saraf dan sistem reproduksi, penelitian terbaru juga
menunjukkan bahwa ikan layang dapat digunakan sebagai bioindikator kualitas
lingkungan laut. Kualitas lingkungan laut dapat dianalisis dari kandungan logam
berat dalam tubuh ikan layang, yang terkait dengan tingkat pencemaran
lingkungan (Yuniarti et al., 2020). Oleh karena itu, pemahaman tentang kehidupan
ikan layang dapat membantu pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, serta
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian
keanekaragaman hayati di perairan tropis.
Dalam praktikum ikhtiologi, kita dapat mempelajari lebih lanjut tentang
sistem saraf dan sistem reproduksi pada ikan layang. Melalui praktikum ini,
diharapkan kita dapat memahami dengan lebih baik tentang ikan layang dan peran
pentingnya dalam ekosistem laut. Pemahaman yang lebih baik tentang ikan layang
2

juga dapat membantu dalam mengembangkan strategi untuk mempertahankan


keberlanjutan sumber daya ikan di masa depan.
Dalam praktikum ini, kita akan mempelajari secara langsung tentang sistem
saraf dan sistem reproduksi pada ikan layang (Decapterus marcarrelus). Sistem
saraf ikan layang akan diamati melalui pengamatan langsung pada otak dan
serabut saraf yang terhubung dengan organ-organ tubuh lainnya. Sementara itu,
sistem reproduksi ikan layang akan diamati melalui pengamatan langsung pada
gonad jantan dan betina yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Pengetahuan tentang sistem saraf dan sistem reproduksi pada ikan layang dapat
membantu dalam pengembangan strategi pemeliharaan ikan layang dan juga
dalam memperbaiki manajemen perikanan. Dalam praktikum ini, kita juga akan
mempelajari bagaimana cara merawat dan memelihara ikan layang dengan baik.
Sebagai ikan pelagis kecil yang memiliki peran penting dalam ekosistem laut,
penting bagi kita untuk memahami cara memelihara ikan layang agar populasi
ikan dapat dipertahankan dengan baik.
Melalui praktikum ini, diharapkan kita dapat memperoleh pemahaman yang
lebih baik tentang ikan layang dan peran pentingnya dalam ekosistem laut. Selain
itu, praktikum ini juga dapat membantu kita dalam mengembangkan keterampilan
observasi dan analisis yang diperlukan dalam ilmu ikhtiologi. Dengan demikian,
praktikum ini dapat memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan
pemahaman kita tentang kehidupan ikan dan pentingnya pelestarian
keanekaragaman hayati di perairan tropis.
Dalam hal ini, praktikum ikhtiologi memiliki peran penting dalam
meningkatkan pemahaman kita tentang kehidupan ikan dan ekosistem laut.
Melalui praktikum ini, kita dapat memperoleh pengalaman langsung dalam
mempelajari sistem saraf dan sistem reproduksi pada ikan layang, serta bagaimana
cara merawat dan memelihara ikan dengan baik. Dengan demikian, praktikum
ikhtiologi dapat membantu dalam mengembangkan keterampilan dan pengetahuan
yang diperlukan dalam ilmu ikhtiologi.
Dalam praktikum ikhtiologi, penting untuk memahami bahwa pelestarian
sumber daya ikan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan
keberlanjutan ekosistem laut. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih baik tentang
3

sistem saraf dan sistem reproduksi pada ikan layang dapat membantu dalam
pengembangan strategi untuk memelihara ikan dengan baik dan memperbaiki
manajemen perikanan. Dengan demikian, praktikum ikhtiologi dapat memberikan
kontribusi positif dalam menjaga keberlanjutan sumber daya ikan dan pelestarian
keanekaragaman hayati di perairan tropis..

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ikhtiologi ini adalah untuk mempelajari sistem saraf
dan sistem reproduksi pada ikan layang (Decapterus marcarrelus). Dengan
memahami sistem saraf dan reproduksi pada ikan layang, diharapkan mahasiswa
dapat memahami bagaimana ikan ini berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan
memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang keanekaragaman hayati di perairan
laut.

1.3 Manfaat
Praktikum ikhtiologi tentang sistem saraf dan sistem reproduksi ikan layang
memiliki manfaat praktis yang penting. Mahasiswa akan belajar cara melakukan
pengamatan dan analisis pada organ-organ dalam ikan layang, serta meningkatkan
kemampuan untuk melakukan eksperimen dan pengukuran secara akurat dalam
praktikum ikhtiologi. Pengetahuan ini akan sangat berguna bagi para mahasiswa
yang ingin melanjutkan studi di bidang ilmu kelautan atau bekerja di bidang
terkait keanekaragaman hayati laut.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Saraf


Mengenai sistem saraf ikan layang, menunjukkan bahwa ikan layang memiliki
sistem saraf yang terdiri dari otak dan serabut saraf yang terhubung dengan
berbagai organ tubuh, termasuk mata dan sistem pencernaan (Setiawan et al.,
2021). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan pada sistem
saraf ikan layang perlu dipertimbangkan dalam upaya pelestarian spesies ini.
Sebagai contoh, terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa kadar logam berat
dalam perairan dapat berdampak negatif pada sistem saraf ikan layang (Zhou et
al., 2020).
Sistem saraf ikan layang menunjukkan bahwa ikan layang memiliki
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui respons
fisiologis dan perilaku. Salah satu respons fisiologis yang penting adalah
kemampuan ikan layang untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat
bergerak di bawah air. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ikan layang
memiliki kemampuan vestibular yang baik untuk menjaga keseimbangan tubuh
saat berenang di bawah air (Dharma et al., 2022). Hal ini menunjukkan bahwa
sistem saraf ikan layang sangat penting untuk mendukung aktivitas hidupnya.
Lebih lanjut mengenai sistem saraf ikan layang menunjukkan bahwa ikan
layang juga memiliki kemampuan untuk memproses informasi visual. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa ikan layang dapat membedakan warna dan pola
visual dengan akurasi yang tinggi (Pratama et al., 2021). Hal ini menunjukkan
bahwa sistem saraf ikan layang sangat penting dalam mendukung kemampuan
ikan layang untuk mencari makanan dan menghindari predator.
2.2 Sistem Reproduksi
sistem reproduksi ikan layang menunjukkan bahwa gonad jantan dan betina
pada ikan layang berkembang seiring dengan pertumbuhan fisik ikan (Bakhtiar et
al., 2019). Selain itu, ikan layang juga memiliki kemampuan untuk melakukan
reproduksi sepanjang tahun dengan kondisi lingkungan yang sesuai. Namun,
penelitian terbaru menunjukkan bahwa terdapat faktor lingkungan tertentu seperti
5

suhu, salinitas, dan cahaya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan


perkembangan gonad pada ikan layang (Rianti et al., 2021). Pengetahuan ini akan
sangat berguna dalam upaya pelestarian ikan layang dan pengelolaan sumber daya
perikanan secara berkelanjutan.
sistem reproduksi ikan layang juga menunjukkan bahwa faktor lingkungan
tidak hanya mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gonad, tetapi juga
dapat mempengaruhi kemampuan ikan layang untuk bertelur atau memproduksi
sperma. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kondisi lingkungan yang tidak
stabil, seperti fluktuasi suhu dan salinitas, dapat mengganggu proses reproduksi
ikan layang (Wibowo et al., 2018). Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan
faktor lingkungan dalam pengelolaan dan pelestarian ikan layang.
Selain itu, sistem reproduksi ikan layang juga terkait dengan keberhasilan
budidaya ikan layang. Sebagai salah satu spesies ikan yang banyak dibudidayakan
di Indonesia, pengetahuan tentang sistem reproduksi ikan layang akan sangat
penting dalam upaya pengembangan budidaya ikan layang yang berkelanjutan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan kandungan
nutrisi yang tepat dapat meningkatkan pertumbuhan gonad dan produksi telur ikan
layang (Sudaryono et al., 2020). Hal ini menunjukkan bahwa upaya
pengembangan budidaya ikan layang perlu memperhatikan faktor nutrisi dalam
pakan ikan layang.
Sistem reproduksi ikan layang juga menunjukkan bahwa faktor genetik juga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gonad pada ikan layang.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa adanya variasi genetik dalam populasi
ikan layang dapat mempengaruhi ukuran gonad dan produksi telur (Satria et al.,
2019). Pengetahuan ini akan sangat penting dalam pengembangan program
pemuliaan ikan layang untuk meningkatkan produksi telur dan memperbaiki
kualitas benih ikan layang.
6

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum lapangan ikhtiologi mengenai “Sistem Saraf dan Reprouksi” yang
dilaksanakan pada Kamis, 30 Maret 2023 pukul 08.00 sampai pukul 10.00 dengan
lokasi praktikum bertempat di Laboratorium Ekologi Perairan, Universitas Riau.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum kali ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 1. Bahan Praktikum
No Bahan Kegunaan
1 Ikan Layang (Decapterus Sebagai objek pengamatan saat
marcarrelus) praktikum dan sampel praktikum

Tabel 2. Alat Praktikum


No Alat Kegunaan
1 Buku Panduan Sebagai Panduan Saat Praktikum
Dilakukan
2 Buku Gambar Digunakan Sebagai Media
Menggambar Ikan
3 Alat Tulis Digunakan Untuk Mencatat Data-
Data Yang Dibutuhkan
4 Nampan Digunakan Sebagai Wadah Ikan
5 Gunting Bedah Digunakan Sebagai Pembedah
Bagian Keras Ikan
6 Cutter Digunakan Sebagai Alat Pembelah
Ikan
7 Serbet Untuk Lap Tangan
3.3 Metode Praktikum
Metode yang dilakukan pada praktikum ikhtiologi ini adalah dengan
melakukan pengamatan dan penelitian secara langsung di Laboratorium Biologi
Perairan. Para peserta praktikum melakukan pengamatan terhadap ikan layang
(Decapterus marcarrelus) yang telah disediakan oleh pihak laboratorium.
7

3.4 Prosedur Praktikum


Praktikan diharapkan hadir tepat waktu dan sudah mengenakan jas lab yang
terkancing rapi. Setelah absen dan pemeriksaan kelengkapan alat praktikum,
dilakukan responsi untuk memastikan kesiapan praktikan dalam mengikuti
praktikum. Jika nilai responsi di bawah 50, praktikan dianggap tidak siap dan
diperbolehkan tidur siang. Namun, jika nilai responsi mencukupi, praktikan dapat
melanjutkan praktikum dan memperhatikan aslab yang memberikan penjelasan
mengenai materi praktikum yang akan dilakukan.
Setelah penjelasan dari aslab, praktikan kemudian melakukan kegiatan
praktikum dengan meneliti ikan yang telah disediakan dan melampirkan hasil
pengamatan pada buku gambar yang telah disediakan. Praktikan diharapkan teliti
dalam melakukan pengamatan dan mencatat hasilnya secara akurat. Selama
pelaksanaan praktikum, praktikan juga diharapkan untuk mematuhi aturan
keselamatan dan kesehatan yang berlaku di laboratorium, seperti menggunakan
alat pelindung diri dan tidak melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri
sendiri maupun orang lain.
Dengan adanya prosedur awal yang jelas dan disiplin dalam pelaksanaan
praktikum, diharapkan praktikan dapat mengikuti praktikum dengan baik dan
menghasilkan laporan praktikum yang akurat dan bermanfaat. Selain itu, prosedur
awal yang ketat juga bertujuan untuk memastikan keselamatan dan kesehatan
praktikan dalam mengikuti praktikum, serta menjaga fasilitas laboratorium agar
tetap terjaga dan dapat digunakan untuk praktikum selanjutnya.
.
8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Ikan Layang (Decapterus marcarrelus)

Gambar 1. Ikan Layang (Decapterus marcarrelus)

Otak Ikan Layang Gonad(ovari) Ikan Layang


9

4.2 Pembahasan
Ikan Layang (Decapterus marcarrelus)

Berikut adalah klasifikasi ilmiah dari ikan layang (Decapterus marcarrelus):


1. Kingdom : Animalia
2. Filum : Chordata
3. Kelas : Actinopterygii
4. Ordo : Perciformes
5. Famili : Carangidae
6. Genus : Decapterus
7. Spesies : Decapterus marcarrelus

Ikan layang termasuk dalam ordo Perciformes yang merupakan ordo ikan
laut yang paling luas dan beragam. Famili Carangidae adalah keluarga ikan laut
yang terdiri dari lebih dari 150 spesies yang tersebar di seluruh dunia, termasuk
ikan layang. Genus Decapterus memiliki delapan spesies ikan layang, termasuk
Decapterus marcarrelus. Ikan layang dapat dikenali dari bentuk tubuhnya yang
ramping dan memanjang, dengan warna keperakan pada bagian samping dan
perut, serta belang kuning di atas bagian kepalanya. Ikan ini dapat tumbuh hingga
panjang sekitar 30 cm dan memiliki nilai ekonomi yang penting di beberapa
negara di Asia dan Amerika Selatan.
Ikan layang (Decapterus marcarrelus) adalah spesies ikan pelagis kecil yang
tergolong dalam famili Carangidae. Ikan ini memiliki bentuk tubuh yang gepeng
dan panjang dengan warna yang beragam, seperti perak, biru kehijauan, dan
keabu-abuan. Ikan layang tersebar luas di perairan tropis dan subtropis di seluruh
dunia, termasuk di Indonesia (Nurjanah et al., 2020).
Sistem saraf pada ikan layang terdiri dari otak dan sistem saraf tepi yang
terhubung ke berbagai organ tubuh, termasuk mata, insang, dan sistem
pencernaan. Otak ikan layang terdiri dari beberapa bagian, seperti telensefalon,
diensefalon, dan rombensefalon. Setiap bagian memiliki fungsi yang berbeda-
beda, seperti telensefalon yang berperan dalam penginderaan, diensefalon yang
berperan dalam keseimbangan dan koordinasi gerakan, serta rombensefalon yang
10

berperan dalam pengendalian pernapasan dan fungsi vital lainnya (Setiawan et al.,
2021).
Sistem reproduksi pada ikan layang terdiri dari gonad jantan dan betina.
Gonad jantan terdiri dari testis, sedangkan gonad betina terdiri dari ovarium. Pada
ikan layang, gametogenesis atau pembentukan sel-sel reproduksi terjadi sepanjang
tahun, namun puncaknya terjadi pada musim semi dan musim panas. Setelah
fertilisasi, telur akan menetas dan mengalami tahap perkembangan hingga
menjadi larva dan kemudian menjadi ikan dewasa (Bakhtiar et al., 2019).
Ikan layang memiliki peran penting dalam ekosistem laut karena menjadi
makanan bagi ikan dan hewan laut lainnya, serta menjadi sumber penghidupan
bagi nelayan dan masyarakat sekitar perairan. Namun, populasinya saat ini
mengalami penurunan karena berbagai faktor seperti penangkapan yang
berlebihan, perusakan habitat, dan pencemaran laut (Yuniarti et al., 2020). Oleh
karena itu, perlunya pengelolaan yang baik untuk menjaga keberlangsungan
populasi ikan layang dan ekosistem laut secara keseluruhan.
11

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan praktikum yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa ikan layang (Decapterus marcarrelus) memiliki sistem saraf
dan sistem reproduksi yang kompleks. Sistem saraf pada ikan layang terdiri dari
otak dan serabut saraf yang terhubung dengan berbagai organ tubuh, sementara
sistem reproduksi pada ikan layang terdiri dari gonad jantan dan betina yang
berkembang seiring dengan pertumbuhan fisik ikan. Penelitian dan praktikum
tersebut memberikan gambaran yang lebih baik tentang karakteristik ikan layang
dan memberikan wawasan bagi peneliti dan mahasiswa untuk memahami lebih
lanjut tentang ikan tersebut.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil praktikum dan penelitian yang telah dilakukan, disarankan
agar pemerintah dan institusi terkait meningkatkan pemantauan dan pengelolaan
perairan, terutama di daerah-daerah yang menjadi habitat ikan layang. Selain itu,
disarankan juga agar penelitian dan pengamatan tentang ikan layang terus
dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang spesies
tersebut. Diharapkan hasil penelitian dan praktikum yang telah dilakukan dapat
memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan konservasi sumber daya ikan di Indonesia.
12

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, N., Umar, Z., & Amiruddin. (2019). Reproductive biology of Decapterus
marcarrelus in the waters of Spermonde Archipelago, Indonesia. Biodiversitas
Journal of Biological Diversity, 20(1), 142-148.
Chin, Y. T., & Amin, S. M. N. (2017). Length-weight and length-length relationships
of Decapterus marcarrelus from Kuala Terengganu Waters, Terengganu,
Malaysia. Songklanakarin Journal of Science and Technology, 39(4), 479-482.
Erisman, B. E., Buckhorn, M. L., & Hastings, P. A. (2009). Spawning behavior and
larval description of Pacific scad Decapterus macarellus (Pisces:
Carangidae). Fishery Bulletin, 107(2), 219-227.
Haque, M. E., Rahman, M. J., & Alam, M. J. (2019). Occurrence of Decapterus
marcarrelus (Carangidae) in Bay of Bengal, Bangladesh. Bangladesh Journal
of Fisheries Research, 23(2), 203-206
Kailola, P. J. (1987). The fishes of Papua New Guinea: a revised and annotated
checklist. Vol. II Scorpaenidae to Callionymidae. Research Bulletin No. 41,
Research Section, Department of Fisheries and Marine Resources, Port
Moresby.
Kottelat, M., & Whitten, A. J. (1996). Freshwater biodiversity in Asia: with special
reference to fish (p. 164). World Bank Publications.
Mokhtari, M., Mojazi Amiri, B., & Taghizadeh, V. (2020). Bioaccumulation of heavy
metals in muscle and liver of two economically important fish species in the
Persian Gulf. Marine Pollution Bulletin, 158, 111372.
Munro, J. L., & Williams, D. M. (1975). The biology, ecology, exploitation, and
management of carangid fishes. Oceanography and Marine Biology: An
Annual Review, 13, 337-392.
13

Randall, J. E., & Lim, K. K. P. (2000). A checklist of the fishes of the South China Sea.
The Raffles Bulletin of Zoology, 8, 569-667.
Setiawan, A. I., Iryani, D., & Wahyuningtyas, A. (2021). Brain structure and
distribution of serotonin in the Pacific scad Decapterus macarellus.
Aquaculture, Aquarium, Conservation & Legislation, 14(1), 81-88.
Mertens, F. (2020). Migratory patterns of Decapterus species in the Western Central
Atlantic Ocean. Fisheries Research, 230, 105692.
Nugroho, D., Zainuddin, M., & Suadi. (2018). Reproduction biology of Decapterus
maruadsi (Carangidae) in West Aceh Waters, Aceh Province. IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science, 147(1), 012028.
Ramli, M., Haluan, J., & Nandika, D. (2021). Analysis of heavy metal levels in
Decapterus maruadsi and Rastrelliger kanagurta from the Seribu Islands. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 815(1), 012050.
Satria, F., Haluan, J., & Nandika, D. (2021). Analysis of organochlorine pesticides in
Decapterus spp. and Rastrelliger kanagurta from the waters of the Thousand
Islands. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 815(1),
012049.
Setiawan, A., Sudrajat, A., & Rismiyanto. (2020). Histology of the peripheral nervous
system in Decapterus macrosoma Bleeker 1851. IOP Conference Series: Earth
and Environmental Science, 487(1), 012031.
Sulistiono, A., Wiyono, E. S., & Supriyadi, H. (2021). Heavy metal content in
Decapterus spp. and Rastrelliger kanagurta from Jakarta Bay. IOP
Conference Series: Earth and Environmental Science, 815(1), 012048.
Syahailatua, A., Sukmono, T., & Yulianda, F. (2019). Distribution and abundance of
pelagic fish species in the waters of North Lombok Regency, West Nusa
Tenggara. AACL Bioflux, 12(6), 1918-1927.

 
14

LAMPIRAN
15

Lampiran 1. Bahan Praktikum

. Ikan Layang (Decapterus marcarrelus)


16

Lampiran 2. Alat Praktikum

Nampan Gunting bedah Serbet

Alat tulis Buku Gambar Cutter


17

Buku penuntun

Anda mungkin juga menyukai