Cestoda
Helminthes
Platyhelminthes
Trematoda
Nematoda
Nemathelminthes
Filaria
2
NEMATHELMINTHES
KELAS: NEMATODA
3
NEMATODA USUS
7
Nematoda Usus
Nematoda usus yang umum menginfeksi manusia:
• Ascaris lumbricoides (cacing gelang)
• Enterobius vermicularis (cacing kremi)
• Cacing tambang (hookworm):
- Necator americanus
- Ancylostoma duodenale
• Trichuris trichiura (cacing cambuk)
• Strongyloides stercoralis
8
NEMATODA USUS
Enterobius vermicularis
11
• Hospes : Manusia
• Nama penyakit: enterobiasis, oksiuriasis
• Distribusi geografik: Kosmopolit, tetapi lebih banyak
ditemukan di daerah dingin dengan daerah panas
➢ Daerah dingin jarang mandi/mengganti baju
dalam
• Morfologi dan Daur Hidup
▪ Cacing betina: 8-13 mm; jantan: 2-5 mm
▪ Habitat: daerah sekum
▪ Makanan: isi usus
12
Siklus HidupEnterobiusvermiculoris
14
▪ Gejala Klinis
- Enterobiasis relatif tidak
berbahaya
- Iritasi pada daerah anus,
perineum dan vagina
bermigrasi menggaruk
anus pada malam hari
- Kurang nafsu makan,
berat badan menurun,
aktivititas meninggi,
cepat marah, insomania.
▪ Diagnosis: Anal swab
Telur dan Cacing betina
18
NEMATODA USUS
Trichuris trichura (cacing cambuk)
21
Betina Betina
Jantan
23
• Daur hidup
• Tinja Telur menjadi infektif 3 minggu tertelan
mukosa usus
• Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam usus
timbul iritasi
• Epidemiologi/Penyebaran: Penyebaran penyakit
karena tanah terkontaminasi dengan tinja. Frekuensi
di pedesaan antara 30-90%.
• Pemeriksaan: pemeriksaan feses.
25
Siklus Hidup
• Cacing dewasa melekat pada dinding usus. Cacing betina akan
melepaskan telurnya melalui feses.
• Pada wilayah dengan sanitasi yang kurang, telur menetap di
tanah (±10 hari).
• Lalu berembrionasi hingga menjadi larva matang.
NEMATODA USUS
Ascaris lumbricoides
28
• Penyakit: askariasis
Siklus Hidup
➢ Masuk ke tubuh manusia tertelan
➢ Siklus hidup: tertelan usus larva pembuluh
darah/sal. Limfa jantung aliran darah paru
dinding pembuluh darah alveolus rongga
alveolus trakea faring rangsangan batuk
tertelan ke dlm esofagus, usus halus cacing
dewasa. Dari telur matang sampai cacing dewasa
bertelur 2 bulan.
31
Larva masuk ke
tubuh melalui
Telur keluar dari
mulut, cairan
tinja dlm keadaan
lambung akan
blm membelah
mengaktifkan
larva
Proses
pematangan 20-
24 hari, suhu
optimal 30 oC
Waktu migrasi 10-15 hari, siklus ke 2 di usus dan mulai menghasilkan telur
6-10 minggu
33
NEMATODA USUS
Cacing Tambang: Necator
americanus dan Ancylostoma
duodenale
35
Gejala
1. Stadium larva: Terjadi perubahan pada kulit
griund itch
2. Stadium dewasa: Tergantung spesies dan keadaan
gizi penderita.
➢ N.americanus darah 0,005-0,1 cc/hari/ekor
➢ A. duodenale darah 0,08-0,34 cc/hari/ekor
• Diagnosis: telur dalam tinja
• Menghindari infeksi: sandal/sepatu.
38
SiklusHidup
❖ Daur Hidup
NEMATODA USUS
Strongyloides stercoralis
41
Daur Hidup
Strongyloides
stercoralis
Menembus
kulit vena
jantung
kanan dan
paru-paru.
43
44
45
NEMATODA DARAH
46
NEMATODA DARAH
Wuchereria dan Brugia
51
Siklus Hidup
• Cacing betina menghasilkan telur yang telah berembrionasi.
TREATMENT
• Harus menghilangkan mikrofilaria dari darah dan membunuh
cacing dewasa.
• Perubahan pembengkakan jaringan akibat filariasis tidak bisa
kembali normal, kecuali dengan menekan luka atau operasi
plastik.
• Melakukan program terkontrol, dengan memberantas nyamuk
dan kebersihan pribadi maupun lingkungan.
• Pengobatan: Diethylcarbamazine (Hetrazan) kills circulating
filarial microfilariae, but immunologic toxic reactions may be
severe.
• Ivermectin (Stromectol) is effective against some of the other
filariae.
55
NEMATODA DARAH
Onchocerca volvulus =
Onchocerciasis or river
blindness
56
NEMATODA DARAH
Loa loa = Loiasis
58
TERIMA KASIH
1
B. TREMATODA
2
Cestoda
Helminthes
Platyhelminthes
Trematoda
Nematoda
Nemathelminthes
Filaria
3
Paragonimus
7
Paragonimus westermani
• Hospes definitif, selain manusia, juga mamalia peliharaan dan
mamalia liar.
• Hospes perantara pertama siput, hospes perantara kedua
ketam air tawar.
• Cacing dewasa berada dalam paru-paru dalam bentuk kista,
dapat bermigrasi ke organ-organ lain dan menimbulkan abses
pada organ tersebut (a.l. hati, limpa, otak, otot, dinding usus)
• Nama penyakitnya paragonimiasis.
8
Paragonimus westermani
9
Siklus Hidup
• Telur cacing keluar melalui batuk.
• Jika sampai pada perairan tawar, telur tersebut akan
berembrionasi selama beberapa minggu, lalu
berkembang menjadi miracidia bersilia.
• Miracidia masuk ke dalam siput dan berkembang
menjadi sporokista → Radia → Serkaria (sekitar 3—5
bulan).
• Serkaria keluar dari siput, masuk ke dalam tubuh
Crustacea → mengalami enkisatasi menjadi
metaserkaria (6—8 minggu).
10
Clonorchis
12
Clonorchis sinensis
• Clonorchis sinensis (cacing hati Cina): manusia, kucing,
anjing, beruang kutub dan babi merupakan hospes
parasit ini.
• Memiliki 2 hospes perantara: siput air dan ikan (Famili
Cyprinidae)
• Cacing dewasa hidup di saluran empedu, kadang-
kadang di saluran pankreas
• Pada stadium lanjut bisa menimbulkan sirosis hati
• Penyakitnya disebut klonorkiasis
13
Clonorchis sinensis
14
Clonorchis sinensis
29
Fasciola hepatica
30
Fasciola hepatica
32
Fasciolopsis buski
36
Fasciolopsis buski
38
Fasciolopsis buski
39
Schistosoma
17
Schistosoma japonicum
• DH: manusia dan berbagai macam binatang, seperti
anjing, kucing, rusa, tikus sawah, sapi, babi rusa dll.
• Parasit ini pada manusia menyebabkan “oriental
schistosomiasis” atau skistosomiasis japonika atau
penyakit Katayama atau penyakit demam keong.
• Cacing ini ditemukan di RRC, Jepang, Filipina, Taiwan,
Muangthai, Vietnam, Malaysia dan Indonesia
• Di Indonesia hanya ditemukan di Sulawesi Tengah,
yaitu di daerah danau Lindu dan lembah Napu.
• Hospes perantara di danau Lindu dan lembah Napu
adalah siput air Oncomelania hupensis lindoensis.
20
Schistosoma mansoni
• DH: manusia, kera baboon dan kera lain dilaporkan
sebagai hospes reservoir.
• Cacing ini ditemukan di Afrika, Mesir (sungai Nil) dan
beberapa negara Arab, Amerika Selatan dan Amerika
Tengah.
• Cacing dewasa jantan berukuran ±1 cm; betina ± 1,4 cm.
• Hidupnya di vena, kolon dan rektum.
• Telur ditemukan di alat-alat dalam (hati, paru dan otak)
• Kelainan dan gejala yang ditimbulkannya kira-kira sama
seperti pada S. japonicum, akan tetapi lebih ringan.
24
25
26
Schistosoma haematobium
• DH: manusia.
• Cacing ini menyebabkan skistosomiasis kandung
kemih, kera baboon dan kera lainnya dilaporkan
sebagai hospes reservoir.
• Cacing ini ditemukan di Afrika, Spanyol dan Lembah
sungai Nil, serta beberapa negara Arab.
• Cacing dewasa jantan berukuran ±1,3 cm, betina ±2,0
cm, hidupnya di vena panggul kecil, terutama di vena
kandung kemih.
28
larva serkaria
telur
40
Nematoda
Nemathelminthes
Filaria
Morphology and Classification
• Cacing berbentuk panjang, simetris bilateral, panjang
tubuh bervariasi (kurang dari mm hingga m).
• Dinding tubuhnya memiliki kutikula aseluler, dengan
tekstur halus, bergelombang, berduri, dan memiliki
tonjolan.
• Pada bagian anterior, memiliki suckers (penghisap),
hooks (pengait), gigi, atau plates untuk pelekatan.
Physiology
• Helminthes parasit makan dengan cara melalui proses
pencernaan atau dengan absorpsi cairan tubuh,
melisiskan jaringan atau isi usus inangnya.
• Respirasi anaerobik, meskipun beberapa larva ada yang
aerobik.
• Helminthes, umumnya, ovipar (menghasilkan telur), akan
tetapi ada yang vivipar (beranak).
• Pertahanan diri terhadap inang melalui kutikula dan
menyekresikan enzim. Sebagai contoh, Schistosoma
dapat melindungi dirinya dari sistem imun inang dengan
bergabung pada antigen inang melalui kutikulanya.
1. PLATYHELMINTHES
Filum Platyhelminthes (cacing pipih)
Ada 3 kelas :
• Kelas Planaria: non parasit, hidup bebas
Planaria Cestoda
A. CESTODA
CIRI – CIRI CESTODA:
Tubuh pipih dorsoventral, panjang seperti pita.
Tidak mempunyai saluran pencernaan dan pembuluh
darah.
Hermafrodit.
Tubuh terdiri dari :
1. Scolex
2. Leher
3. Strobila: mempunyai banyak segmen (proglottid)
proglottid immature, mature & gravid
Terdiri dari 2 ordo :
1) Pseudophyllidea (mempunyai lubang uterus)
2) Cyclophyllidea (tidak mempunyai lubang uterus)
Klasifikasi cestoda berdasarkan
habitat:
1. Cestoda Usus :
• Taenia solium
• Taenia saginata
• Diphyllobothrium latum
• Hymenolepis nana
• Hymenolepis diminuta
• Dipylidium caninum
2. Cestoda Jaringan (dalam bentuk larva)
• Echinococcus granulosus kista hidatid
• Taenia solium cysticercus cellulosae
• Diphyllobothrium sparganum
Taenia saginata &
Taenia solium
Cestoda Usus:
Taenia saginata = cacing pita pada sapi.
Penyebab Taeniasis saginata pada manusia
Distribusi geografis: Kosmopolit
Masa hidup: sampai 25 tahun dan bisa tumbuh hingga 10
m.
Hospes
DH : manusia
IH : sapi/kerbau
Habitat: Usus halus (jejunum) bagian atas
MORFOLOGI
• TELUR: 30-40 µm, bulat, kulit telur tebal dan mempunyai
garis-garis radial, berisi embrio hexacanth (onkosfer)
• LARVA : Cysticercus bovis (Pada jaringan organ tubuh
sapi), 5 x 9 mm
• DEWASA : panjang 4-10 m
Scolex : segi 4, Ø 1-2 mm, mempunyai 4 buah sucker,
tidak mempunyai rostelum & kait
• Strobila : tdd 1000 – 2000 proglotid immature, mature,
gravid (uterus gravid tdd 15-30 cabang lateral). Dalam 6-9
rentet proglotid bisa berisi 100.000 telur.
Gejala klinis
- Rasa tidak enak di perut,
mual, muntah, diare.
- Bila cacing dewasa
banyak obstruksi usus
ileus.
- Eosinofilia ringan.
Cestoda Usus:
Taenia solium = cacing pita pada babi.
• Penyebab Taeniasis solium pada manusia
• Distribusi geografis: Kosmopolit. Di Indonesia, endemik di
Papua, Bali, dan Sumatera Utara.
• Masa hidup: sampai 25 tahun
• Hospes/host: :
• DH : Manusia
• IH : Babi
• Habitat: Usus halus (jejunum bagian atas)
MORFOLOGI
• TELUR: 30-40µm, bulat, kulit telur tebal dan mempunyai
garis-garis radial, berisi embrio hexacanth
• LARVA: berupa cysticercus cellulosae (pada jaringan
organ tubuh babi), 5 x10 mm.
• Dewasa: Panjang 2-4 m
• Scolex : segi 4, Ø 1 mm, mempunyai 4 buah sucker &
rostellum dengan 2 baris kait 25-30 kait
• Strobila: tdd 800-1000 proglotid immature , mature &
gravid (uterus gravid memp 7-12 cabang lateral)
PENGOBATAN TAENIASIS
• Praziquantel 50 mg/kgBB, dosis tunggal
• Mebendazol, 2x200 mg/hari, 4 hari
• Abendazol
• Dewasa: 400 mg/hari, 3 hari
• 1-2 th : 200 mg dosis tunggal
• Atabrin
PENCEGAHAN TAENIASIS
• Pengobatan penderita
• Pengawasan daging babi & sapi
• Memasak daging di atas 50°C selama 30’
• Pembekuan daging pada minimal -2°C
• BAB pada jamban
• Note : Pengawetan daging dengan cara pengasinan tidak
selalu berhasil dengan baik
Taenia solium Taenia saginata
Infeksi yang disebabkan oleh
Larva Taenia solium
Cara infeksi : tertelan telur Taenia solium, misalnya:
• Menelan makanan atau air yang terkontaminasi oleh tinja
penderita taeniasis
• Melalui mulut karena tangan yang tercemar tinja
• Autoinfeksi interna karena tertelan muntahan berasal dari
lambung yang mengandung telur cacing akibat terjadinya
gerak peristaltik balik usus
Gejala klinis
• Tergantung lokasi larva
pada SC & Otot gejala ringan
pada Otak epilepsi & hydrocephalus
pada Mata keradangan pada iris, retina & conjunctiva
Image:Centerisanimageofa Taeniaeggata highmagnificationof400x.WhenconsumedbyhumansTaeniaeggscan
leadtocysticercosis,includinga seriousconditionknownasneurocysticercosis.Ontheleftandrightarex-rayimagesof
humanswithneurocysticercosis.Thedarkerregionsarecystsinthebrainofthepatient.
Credit(LtoR):WestchesterMedicalCenter,PHIL,TheCysticercosisWorkingGroupinPeru.
• Pengobatan :
• Prazikuantel 50 mg/kg BB/hari, dosis tunggal
• Albendazole 15 mg/kg BB/hari, dosis tunggal
• Operasi
• Pencegahan :
- pengobatan penderita taeniasis
- personal hygiene
(mencegah autoinfeksi)
Diphyllobothrium latum
Diphyllobothrium latum
• Diphyllobothrium latum (cacing pita ikan): parasit, panjang
bisa sampai 10 m, hidup di usus halus, difilobotriasis.
• Tidak terdapat di Indonesia. Ditemukan di wilayah: Baltic
dan Negara2 Skandinavia, Rusia, Swiss, Itali, Jepang,
China, Asia Pasifik, Chili & Argentina.
• The increasing popularity of raw fish dishes such as
Japanese sushi and sashimi may lead to increased
prevalence of this disease in the United States.
• Among Ontario Indians, infection is acquired by eating
fresh salted fish. Even when fish is appropriately cooked,
individuals may become infected by sampling the flesh
during the process of preparation.
Diphyllobothrium latum
Siklus Infeksi
• On reaching fresh water they hatch, releasing ciliated,
free-swimming larvae or coracidia.
• If ingested within a few days by small freshwater
crustaceans of the genera Cyclops or Diaptomus, they
develop into procercoid larvae.
• When the crustacean is ingested by a freshwater or
anadromous marine fish, the larvae migrate into the
musculature of the fish and develop into infectious
plerocercoid larvae.
• Humans are infected when they eat improperly prepared
freshwater fish containing such forms.
Diphyllobothrium latum
Gejala dan Penanganan
• Gejala: Most infected patients are asymptomatic. On
occasion, however, they have complained of epigastric
pain, abdominal cramping, vomiting, and weight loss.
• Terjadi defisiensi vitamin B12.
• Penanganan: Personal protection can be accomplished
by thorough cooking of all salmon and freshwater fish.
Echinococcus granulosus
Echinococcus granulosus
• Penyakit: Echinococcosis (infeksi jaringan), Hydatid
disease, Hydatid cyst, Hydatidosis.
• Hospes
• DH: Anjing, serigala, kucing (jarang), carnivora lain
• IH : Herbivora, manusia
• Distribusi geografik: Penyebaran terjadi hampir di
seluruh dunia terutama di daerah peternakan lembu,
kambing, domba yang terjadi kontak dekat dengan anjing.
• Parasit ini ditemukan di Australia, Selandia Baru, Afrika,
Amerika Selatan, Eropa, RRC, Jepang, Filipina, Arab.
MORFOLOGI
Cacing dewasa :
Panjang 2,5–9 mm
Tdd
Proglottid :
Immature
Mature
PENCEGAHAN:
• Membasmi tikus & serangga yang dapat berfungsi
sebagai hospes perantara.
Perbandingan morfologi H. nana dan H. diminuta
H. nana H. diminuta
4 batil isap rostelum 4 batil isap tanpa
Skoleks
dengan kait kait
Segmen Ovarium
Dua lobus Dua lobus
yang matang