Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK FISIOLOGIS REMAJA & PRANIKAH

PADA Nn. G USIA 15 TAHUN DENGAN ANEMIA RINGAN


DI KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER
TAHUN 2021

LAPORAN PRAKTIK KLINIK

Oleh:

Ilmah Fakhriza
NIM. P17312215122

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Kebidanan Holistik Fisiologis Remaja & Pranikah Pada Nn. G Usia 15 Tahun dengan
Anemia Ringan di Kecamatan Patrang Kabupaten Jember Tahun 2021
telah di setujui dan disahkan pada tanggal………………….

Dosen Pembimbing

Kiswati SST, M.Kes


NIP. 196807171988032003

Ketua Jurusan Kebidanan Ketua Program Studi Profesi Bidan Malang


Poltekkes Kemenkes Malang

Herawati Mansur, SST., M. Pd., M.Psi Ika Yudianti, SST., M.Keb


NIP. 196501101985032002 NIP. 198007272003122002
Nn. G Usia 15 Tahun dengan Anemia Ringan Di Rumah Nn. G

Ilmah Fakhriza
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, Indonesia
Email: ilmahfakhriza26@gmail.com

Abstrak
Salah satu masalah yang kerap muncul pada saat wanita remaja mengalami Anemia. Anemia
merupakan masalah gizi utama yang terjadi diseluruh dunia khususnya pada masa remaja. Remaja
putri memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan remaja putra, hal ini dikarenakan remaja putri
setiap bulannya mengalami haid (menstruasi). Selain itu remaja putri cenderung sangat
memperhatikan bentuk badannya sehingga akan membatasi asupan makan dan banyak pantangan
terhadap makanan seperti melakukan diet vegetarian. faktor yang dapat menyebabkan anemia yang
pertama adalah pendapatan orangtua, pendidikan orang tua mempunyai dampak positif pada
kesejahteraan anak termasuk status gizi, Status gizi juga menjadi faktor yang berpengaruh dalam
kejadian anemia, faktor lainnya yaitu seperti aktivitas fisik dan lama menstruasi.Dampak dari kejadian
anemia pada remaja dapat menurunkan konsentrasi dan prestasi belajar, serta mempengaruhi
produktivitas di kalangan remaja.
Dilaporkan satu kasus seorang remaja putri yaitu Nn. G berumur 15 tahun dengan keluhan dan
mengalami letih lemah lesu lunglai dan lalai . Pada hasil anamnesis Nn.G menggambarkan nyeri
yang dirasakan sekarang berada di skala 3 (kategori nyeri ringan). Pada pemeriksaan fisik klien
didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, BB saat ini 45 kg, tinggi badan 145 cm, LILA 24 cm, IMT
21,4 (normal) dan hasil inspeksi konjungtiva merah muda. Dari semua hasil anamnesis dan
pemeriksaan, klien didiagnosis dengan Nn. R usia 15 tahun dengan disminorea primer. Penangan yang
diberikan adalah pemberian konseling dan edukasi tentang disminore primer sampai dengan cara
penanganannya.

Kata Kunci : Remaja, Anemia

Abstract
One of the problems that often arise when adolescent women experience anemia. Anemia is a
major nutritional problem that occurs throughout the world, especially during adolescence. Young
women have a higher risk than young men, this is because young women experience menstruation
(menstruation) every month. In addition, young women tend to be very concerned about their body
shape so that they will limit their food intake and many restrictions on food such as doing a
vegetarian diet. The first factor that can cause anemia is parental income, parental education has a
positive impact on children's welfare including nutritional status, nutritional status is also an
influential factor in the incidence of anemia, other factors such as physical activity and duration of
menstruation. adolescents can reduce concentration and learning achievement, as well as affect
productivity among adolescents.
A case of a young woman is reported, namely Ms. G is 15 years old with complaints and is
tired, lethargic, lethargic and negligent. In the anamnesis results, Ms. G describes the pain that is felt
now on a scale of 3 (mild pain category). On physical examination, the client's blood pressure was
110/70 mmHg, current weight 45 kg, height 145 cm, LILA 24 cm, BMI 21.4 (normal) and pink
conjunctiva inspection results. From all the history and examination results, the client was diagnosed
with Ms. R 15 years old with primary dysmenorrhea. The treatment given is the provision of
counseling and education about primary dysmenorrhea to how to handle it.

Keywords: Adolescent, Anemia

Pendahuluan
Anemia merupakan masalah gizi utama yang terjadi diseluruh dunia khususnya pada
masa remaja. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia 15–49 tahun
yang menderita anemia di enam Negara yaitu Afrika,Amerika,Asia, Eropa, Mediteran Timur,
dan wilayah Pasifik Barat sebesar 409–595 juta orang. Prevalensi di Asia, anemia pada wanita
usia 15–45 tahun mencapai 191 juta orang dan Indonesia menempati urutan ke 8 dari 11
negara di Asia setelah Srilangka dengan prevalensi anemia sebanyak 7,5 juta orang pada usia
10–19 tahun. Prevalensi anemia di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2013 mencapai 37,1%
dan mengalami peningkatan menjadi 48,9% pada kelompok usia 15-24 tahun pada tahun
2018.
Anemia merupakan suatu keadaan dimana konsentrasi hemoglobin (Hb) di dalam darah
lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok umur menurut umur dan jenis kelamin..
Remaja memiliki risiko tinggi terhadap kejadian anemia terutama anemia gizi besi. Hal itu
terjadi karena masa remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi termasuk zat besi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Remaja putri memiliki risiko yang lebih tinggi
dibandingkan remaja putra, hal ini dikarenakan remaja putri setiap bulannya mengalami haid
(menstruasi). Selain itu remaja putri cenderung sangat memperhatikan bentuk badannya
sehingga akan membatasi asupan makan dan banyak pantangan terhadap makanan seperti
melakukan diet vegetarian.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan anemia yang pertama adalah pendapatan
orangtua, pendidikan orang tua mempunyai dampak positif pada kesejahteraan anak termasuk
status gizi, Status gizi juga menjadi faktor yang berpengaruh dalam kejadian anemia, faktor
lainnya yaitu seperti aktivitas fisik dan lama menstruasi.
Dampak dari kejadian anemia pada remaja dapat menurunkan konsentrasi dan prestasi
belajar, serta mempengaruhi produktivitas di kalangan remaja. Disamping itu juga dapat
menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi. Anemia dapat mempengaruhi
tingkat kesegaran jasmani seseorang. Akibat dari jangka panjang penderita anemia gizi besi
pada remaja putri yang nantinya akan hamil, maka remaja putri tersebut tidak mampu
memenuhi zat–zat gizi pada dirinya dan janinnya sehingga dapat meningkatkan terjadinya
risiko kematian maternal, prematuritas, BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah), dan kematian
perinatal. Oleh karena itu perlu adanya edukasi atau penyuluhan mengenai anemia agar
remaja putri bisa mengenali gejalanya dan dapat memberikan penanganan yang tepat.

Kasus
Remaja usia 15 tahun bernama Nn. G mengatakan sering merasa dan mengalami letih
lemah lesu lunglai dan lalai. Nn. G mengatakan bahwa kondisi tersebut sering muncul ketika
aktivitas setiap hari. Saat dilakukan anamnesis Nn.G mengatakan bahwa tekanan darahnya
sering rendah. Nn. G beraktivitas sebagai pelajar siswi MTS Nuris Jember dan aktivitasnya
setiap hari dilakukan di pondok pesantren.
Nn. G mengatakan sering terganggu jika pada saat sekolah mengalami pusing, mata
berkunang- kunang dan merasa letih dan lemas. Kondisinya semakin menurun jika Nn. G
sedang mesntruasi pada saat menstruasi Nn. G tampak pucat, lemas, letih dan lunglai. Klien
mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular maupun kronis baik dari dirinya
sendiri maupun keluarga. Klien makan 2x sehari dengan porsi sedang, sayur dan lauk. Minum
6-8 gelas/hari berupa air putih dan terkadang juga mengonsumsi susu. Klien tidur malam
sekitar 6 jam dan jarang tidur di siang hari karena padatnya kegiatan di pondok pesantren.
Klien mandi 2 kali/hari, sikat gigi 2 kali/hari, dang anti CD 2 kali/hari. Klien beraktifitas
sebagai siswi MTs Nuris Jember dan klien mengaku tidak suka berolahraga hanya seminggu
sekali itupun karena mengikuti mata pelajaran olahraga. Klien mengatakan tidak pernah
merokok.
Pada pemeriksaan fisik klien didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis, tekanan darah 100/60 mmHg, LILA 24 cm, BB saat ini 55 kg, tinggi badan 158 cm
dan IMT 22 (normal), pada inspeksi mata terlihat konjungtiva pucat dan kadar hemolobin
11,2 gr/dl.
Dari semua hasil anamnesis dan pemeriksaan, klien didiagnosis dengan Nn. G usia 15
tahun dengan Anemia ringan. Penatalaksanaan yang diberikan yaitu memberitahukan hasil
pemeriksaan kepada klien dan menjelaskan bahwa klien sedang mengalami Anemia ringan
yang merupakan kadar hemoglobin dalam darah kurang sehingga menyebabkan letih lemah
lesu dan pucat. Menjelaskan tanda gejala anemia ringan serta hal-hal yang dapat
menyebabkan anemia tersebut. Kemudian juga diinformasikan kepada klien mengenai cara
penanganan anemia ringan yaitu menggunakan farmakologis (obat penambah darah) dan non
farmakologis (makan makanan mengandung zat besi, konsumsi susu). Selain itu
menganjurkan klien untuk memperbaiki pola konsumsinya yaitu dengan menganjurkan
minum air putih setelah makan tidak minum teh setelah makan karena dalam teh terdapat zat
tanin yang menganggu pada proses pembentukan kadar hemoglobin.

Pembahasan
Anemia dibagi menjadi 3 jenis, yaitu anemia ringan, anemia sedang dan anemia berat.
Anemia ringan adalah dimana kadar hemoglobin dalam darah < 12 gr/dl – 10 gr/dl dan
anemia sedang dengan kadar hemoglobin 9,9 -7 gr/dl, Sedangkan anemia berat dengan kadar
hemoglobin < 7gr/dl. Pada Nn. G didapatkan kriteria sesuai dengan kondisi anemia ringan
yakni hasil kadar hemoglobin Nn. G yaitu 11,2 gr/dl serta mengeluh letih lemah lesu lunglai
dan lalai yang terjadi setiap hari sehingga menganggu aktivitas sekolahnya.
Secara teori, Anemia ringan terjadi ketika jumlah sel darah merah dalam tubuh menurun
di bawah normal. Kurangnya sel darah merah membuat pengidap anemia tampak pucat, lelah,
dan lemah. Kondisi ini bisa dialami oleh kelompok usia mana pun, termasuk remaja. Anemia
bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari kekurangan zat besi atau perdarahan saat
menstruasi dan kurangnya konsumsi suplemen vitamin. tanda-tanda anemia pada remaja dapat
di amati dari peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi oksigen
lebih banyak ke jaringan, peningkatan kecepatan pernapasan karena tubuh berusaha
menyediakan lebih banyak oksigen pada darah kepala terasa pusing akibat kurangnya pasokan
darah ke otak pasien sehingga ibu merasa lelah karena meningkatnya oksigenasi. Berbagai
organ kulit terlihat pucat karena berkurangnya oksigenasi, serta terjadi mual akibat penurunan
aliran darah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat serta penurunan kualitas rambut dan
kulit (Siregar et al., 2019). Sedangkan jika dilihat dari kondisi Nn. G ditemukan kondisi-
kondisi yang mampu menyebabkan anemia ringan seperti yang dijelaskan, sehingga
kemungkinan penyebab anemia ringan sedang dialami Nn. G dikarenakan pola konsumsi
yang hanya makan 2x sehari dan minum teh setelah makan.
Saat dilakukan anamnesis Nn.G mengatakan bahwa gejalan yang saat ini dirasakannya
yaitu lemas pusing mata berkunang-kunang dan Nn. G masih mentoleransi gejalan tersebut.
Anemia tersebut masuk dalam kategori ringan yang dideskripsikan sebagai gejala yang
sangat terasa tetapi masih bisa ditoleransi.
Setelah dilakukannya anamnesis dan pemeriksaan, klien diberikan penjelasan tentang
kondisinya bahwa sedang mengalami anemia ringan. Kemudian klien diberikan KIE seputar
anemia ringan sampai dengan cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan cara
farmakologis (obat-obatan) dan nonfarmakologis (konsumsi makanan gizi seimbang
kosnsumsi buah).
Seperti halnya menurut (Faridah, 2016), yang mengatakan bahwa terdapat 2 cara untuk
mengatasi anemia ringan yaitu secara farmakologis dan non farmakologis. Secara
farmakologis menekankan pada pemberian obat tablet tambah darah, sedangkan yang non
farmakologis meliputi memenuhi kebutuhan tubuh. Pencegahan anemia dapat
mengkombinasikan menu makanan serta konsumsi buah dan sayuran yang mengandung
vitamin C seperti (tomat, jeruk, jambu) dan makanan mengandung zat besi (sayuran berwarna
hijau tua seperti bayam, kacangpolong, serta kacang-kacangan) zat besi dapat diperoleh juga
dengan cara mengkonsumsi daging (terutama daging merah) seperti daging sapi. Selain itu,
diimbangi dengan pola makan sehat dengan mengonsumsi vitamin serta suplemen penambah
zat besi untuk hasil yang maksimal (Arantika dan Fatimah, 2019).

Kesimpulan

Masa remaja merupakan masa perkembangan serta peralihan antara masa anak-anak ke
masa dewasa yang mencakup perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial.. Pada masa
peralihan ini gadis remaja akan mengalami peristiwa penting yaitu menstruasi pertama atau
disebut dengan menarche (Marmi, 2013).
Salah satu masalah yang kerap muncul pada saat wanita mengalami anemia yaitu suatu
keadaan dimana konsentrasi hemoglobin (Hb) di dalam darah lebih rendah daripada nilai
normal untuk kelompok umur menurut umur dan jenis kelamin.. Remaja memiliki risiko
tinggi terhadap kejadian anemia terutama anemia gizi besi. Hal itu terjadi karena masa remaja
memerlukan zat gizi yang lebih tinggi termasuk zat besi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.(Marmi, 2013).
Pada pengkajian kasus Nn. G umur 15 tahun dengan data subjektif yaitu Nn. G
mengatakan sering merasa dan mengalami letih lemah lesu lunglai dan lalai. Nn. G
mengatakan bahwa kondisi tersebut sering muncul ketika aktivitas setiap hari. Pada data
objektif didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/60
mmHg, LILA 24 cm, BB saat ini 55 kg, tinggi badan 158 cm dan IMT 22 (normal), pada
inspeksi mata terlihat konjungtiva pucat dan kadar hemolobin 11,2 gr/dl. Sehingga dengan
demikian diagnosanya yaitu Nn.G usia 15 tahun dengan anemia ringan. Kemudian diberikan
edukasi kepada Nn.G seputar anemia sampai dengan cara mengatasinya sehingga diharapkan
setelah mendapatkan edukasi tersebut Nn.G mengetahui dan memahami seputar anemia
ringan dan cara menanganinya sehingga ia bisa menangani dengan cepat dan tidak sampai
mengganggu aktifitasnya.
DAFTAR PUSTAKA

Marmi. (2013a). kesehatan reproduksi. yogyakarta: pustaka pelajar.

Marmi. (2013b). Kesehatan Reproduksi (1st ed.). yogyakarta: pustaka pelajar.

Nurfaizah, F. Z. (2019). Perbedaan Efektivitas Murottal Al-Qur’an Surah Ar-Rahman


Dengan Inhalasi Minyak Aromaterapi Melati (Jasminum) Terhadap Skala Nyeri
Dismenore Primer Pada Mahasiswi Muslim Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.

Yuanita Syaiful*, S. V. N. (2018). Abdominal Stretching Exercise Menurunkan Intensitas


Dismenorea Pada Remaja Putri. Jurnal Ilmu Kesehatan, 7.

Prasetyo, S. N. (2010). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. yogyakarta.

Putri, S. alifah. (2017). Hubungan Antara Nyeri Haid (Dismenore) Terhadap Aktivitas
Belajar Pada Siswi Kelas Xi Sma Negeri 52 Jakarta.

Sari, Wening; Indrawati, Lili; Harjanto, B. D. (2012). Panduan Lengkap Kesehatan Wanita.
Jakarta: Penebar Plus.

Anurogo, Dito & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. yogyakarta: CV
ANDI OFFSET.

Faridah, V. N. (2016). Terapi musik instrumental dan musik klasik mampu menurunkan
intensitas nyeri. 09(02), 1–5.
Lampiran Dokumentasi
1. Skrining

2. KIE

Anda mungkin juga menyukai