Anda di halaman 1dari 28

CRITICAL THINKING

IN NURSING

ROHMAN AZZAM, SPd., MKep., SpKMB


Introduction (1)

Seorg pwt akan dihadapkan pd berbagai situasi klinik yg


melibatkan pasien, anggota keluarga, staf yankes, dan sejawat.
Dalam situasi ini, sangatlah penting untuk “berpikir
cerdas”.

Utk berpikir cerdas, perlu dikembangkan “keterampilan


berpikir kritis” guna menghadapi situasi dan pengalaman
baru dalam perawatan klien, melalui:
• pikiran terbuka (open-mindedness)
• penuh kreativitas (creativity)
• penuh rasa percaya (confidence), dan...
• kearifan intelektual (intelectual wisdom)
Introduction (2)

• Ketika seorang pasien memperlihatkan serangkain gejala


baru, meminta anda utk meningkatkan kenyamanannya,
atau membutuhkan suatu prosedur/tindakan adalah
penting bagi anda utk berpikir kritis dan membuat
keputusan yang pantas sehingga klien menerima “asuhan
yg terbaik”.

• Berpikir kritis bukanlah tahap demi tahap yang sederhana,


juga bukan proses belajar yang dapat dicapai dalam
semalam.
• Berpikir kritis merupakan proses yang diperoleh hanya
melalui “pengalaman”, “komitmen”, dan
“keingintahuan yang aktif”.

(Potter & Perry, 2009; Kozier & Erb., 1995)


Introduction (3)

• Dengan berpikir kritis memungkinkan


pwt membuat keputusan terbaik

• Kreativitas dlm berpikir dan


memecahkan masalah dapat
meningkatkan efektivitas dlm membuat
keputusan dan solusi.

(Potter & Perry, 2009; Kozier & Erb., 1995)


Definisi Berfikir Kritis (1)

• Berpikir kritis • Berpikir kritis


adalah suatu proses melibatkan pengenalan
suatu issue yang ada
kognitif, aktif, & (misal: masalah pasien),
terorganisir yg menganalisa informasi
digunakan utk tentang issue (misal: data
menilai satu klinis pasien),
pemikiran (Chafee, 2002) menilai/mengevaluasi
informasi (telaah asumsi
dan bukti), dan membuat
kesimpulan/konklusi
(Settersen & Lauer, 2002)
Definisi Berfikir Kritis (2)

• Berpikir kritis
• Berpikir merupakan proses
kritis menilai/memeriksa
asumsi2 yang didasari
merupakan bukti terbaru,
interpretasi dan menilai
seni berpikir argumen untuk tujuan
tentang mencapai kesimpulan
dari sudut
berpikir (Paul, pandang/perspektif yang
1988) baru (Strader, 1992)
Keputusan Klinik dlm Praktik Keperawatan (1)

Pwt bertanggungjawab dlm membuat keputusan


klinik secara akurat dan tepat.

Pembuatan keputusan klinik akan membedakan


pwt profesional dari seorang tukang/teknisi.
• Sebagai contoh: seorang pwt profesional, akan segera
melakukan tindakan bila kondisi klinik pasien-nya
memburuk, mengambil keputusan jika pasien mengalami
komplikasi, akan memutuskan jika rencana pengajaran utk
psien-nya tidak efektif dan perlu direvisi.
Keputusan Klinik dlm Praktik Keperawatan (1)

Pembuatan keputusan klinik


merupakan keputusan yg
melibatkan berpikir kritis,
tindakan reflektif, dan penerapan
logika ilmiah dan praktik
(menurut Benner, dalam Potter & Perry, 2009)
Keputusan Klinik dlm Praktik Keperawatan (2)

Banyak pasien mempunyai masalah kesehatan


dimana tidak didapatkan solusinya yang jelas di
dalam texbook.

Setiap pasien mempunyai masalah yg unik,


sebagai hasil dari berbagai faktor a.l.: kesehatan
fisik pasien, gaya hidup, budaya, hub dg keluarga
dan teman, lingkungan hidup, dan pengalaman.
Keputusan Klinik dlm Praktik Keperawatan (2)

Sbg seorg pwt, mungkin kita belum


mempunyai gambaran yg jelas ttg kebutuhan
pasien dan tindakan yg tepat yg harus
diambil ketika pertama kali bertemu pasien.
Untuk itu, kita harus belajar utk ingin tahu,
dan mengeksplorasi dari berbagai perspektif
dan menginterpretasinya guna menemukan
solusi yg bermanfaat bagi pasien.
1. Interpretasi
2. Analisis
3. Inferensi
4. Evaluasi
5. Eksplanasi
6. Self-regulation
Inti Keterampilan Berfikir Kritis
Skill Nursing Practice Application
Interpretasi Teratur dalam pengumpulan data. Mencari pola untuk mengkategorikan data
(misalnya, untuk keperluan merumuskan diagnosis keperawatan)
Mengklarifikasi data apapun yang dirasakan belum/tidak yakin.
Analisis Berpikiran terbuka saat melihat informasi tentang klien. Tidak membuat
asumsi ceroboh. Apakah data dapat mengungkapkan apa yang diyakini benar,
atau ada pilihan lain.
Inferensi Melihat makna dan signifikansi temuan. Apakah ada hubungan antar temuan?
(dugaan/kesim- Apakah data tentang klien membantu Anda melihat bahwa masalah itu ada?
pulan)
Evaluasi Melihat semua situasi secara objektif. Menggunakan kriteria (misalnya hasil
yang diharapkan, karakteristik nyeri, sasaran/tujuan pembelajaran) untuk
menentukan hasil dari tindakan keperawatan. Merefleksi perilaku diri sendiri.
Eksplanasi Mencari dukungan terhadap temuan dan kesimpulan Anda. Menggunakan
pengetahuan dan pengalaman untuk memilih strategi yang akan dipakai untuk
merawat pasien
Self-regulation Merefleksikan pengalaman sendiri. Mengidentifikasi cara-cara yang dapat
meningkatkan performa diri. Mengidentifikasi apa yang akan membuat anda
berhasil .
1. Truth seeking (mencari kebenaran)
2. Open mindedness (pikiran terbuka)
3. Analyticity (analitis)
4. Sistematicity (sistematis)
5. Self-confidence (percaya diri)
6. Inquisitiveness (keingintahuan)
7. Maturity (kematangan)
Konsep Seorang Pemikir Kritis

Konsep Perilaku Berfikir Kritis


Truth seeking Mencari makna sebenarnya dari sebuah situasi. Berani bertanya,
jujur dan objektif saat bertanya
Open mindedness Toleran terhadap pandangan yang berbeda. Sensitif thd prasangka anda.
Menghargai hak orang lain yang berpandangan berbeda
Analytisity Menganalisa situasi yang berpotensi masalah; antisipasi kemungkinan
hasil atau konsekuensinya; nalar; menggunakan pengetahuan berbasis
evidence.
Sistematicity Berkerja secara terorganisir, fokus dan bekerja keras
Self-confidence Percaya terhadap proses nalar diri sendiri
Inquisitiveness Semangat memperoleh pengetahuan dan belajar menjelaskan ketika
aplikasi pengetahuan dirasakan belum jelas.
Maturity Solutif dan dapat diterima. Memiliki kematangan kognitif
Berfikir dan Belajar
Berpikir dan Belajar (1)
 Berpikir dan belajar adalah proses yang berkaitan.
 Pertumbuhan intelektual dan emosional melibatkan belajar
akan pengetahuan baru dan mempertajam kemampuan berpikir,
memecahkan masalah, membuat pilihan-pilihan, dan membuat
keputusan.
 Untuk belajar, perlu “fleksibel” dan “selalu terbuka
terhadap informasi baru”.
 Ilmu keperawatan tumbuh dg cepat, dan akan muncul berbagai
informasi baru bagi anda utk diaplikasikan kedalam praktik.
 Dengan banyaknya pengalaman klinis dan penerapan
pengatahuan yang telah di pelajari, maka akan menjadi lebih
baik kemampuannya dalam membentuk asumsi, menghadirkan
ide-ide, dan membuat kesimpulan valid.
Berpikir dan Belajar (2)
 Ketika merawat pasien, selalu berpikir kedepan dan mengajukan
pertanyaan2 ini:
 Bagaimana status pasien saat ini?
 Bagaimana dapat berubah dan kenapa?
 Apa yg saya tahu utk memperbaiki keadaan pasien?
 Bagaimana terapi ini mempengaruhi pasien?
 Jangan biarkan anda berpikir rutin atau standar. Sebaliknya, belajarlah
untuk melihat melebihi kenyataan situasi klinik yg ada, mengeksplor
respon pasien yg unik thd perubahan kesehatan, dan mengenali apa
tindakan yg dibutuhkan utk kemanfaatan pasien.
 Seiring dg waktu, pengalaman anda dengan banyak pasien, akan
membantu anda mengenali pola2 perilaku, tanda & gejala umum yg
terjadi, dan mengantisipasi reaksi thd terapi.
 Berpikir tentang pengalaman2 tersebut akan memungkinkan anda
mengantisipasi lebih baik kebutuhan2 baru klien dan mengenali
berbagai masalah ketika terjadi.
Tingkatan Berpikir Kritis
(Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994)

Level 3
Level of Commitment
critical thinking
Level 2
Complex
Level 1
Basic

Components of
Specific Knowledge Base
critical thinking
………………………..
Experience
………….
Competencies
……………...
Attitudes
…………
Standars
Tingkatan Berpikir Kritis
(Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994)

Basic Critical Thinking


 Pembelajar (learner) percaya bahwa para ahli mempunyai
jawaban yang benar untuk setiap masalah.
 Berfikir konkrit dan berdasarkan pada seperangkat aturan atau
prinsip-prinsip
 Contoh: seorang mhs keperawatan menggunakan manual
prosedur rs utk mengkonfirmasi bagaimana memasang Folley
cathteter, memasang traksi, memasang gips, dll
 Anda mungkin akan mengikuti prosedur langkah-demi-langkah
tanpa menyesuaikan prosedur untuk memenuhi kebutuhan
klien yang unik (misalnya, mengatur posisi untuk meminimalkan
nyeri klien atau membatasi pergerakan)
Tingkatan Berpikir Kritis
(Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994)

Basic Critical Thinking (lanjutan)


 Anda tidak punya cukup pengalaman untuk mengantisipasi
prosedur secara individual
 Pada tahap ini, jawaban terhadap masalah yang komplek adalah
benar atau salah (misalnya kelebihan atau kekurangan udara di
dalam balon Folley catgeter) dan satu jawaban yang benar
biasanya ada untuk setiap masalah.
 Basic critical thinking adalah tahap awal dalam perkembangan
nalar (reasoning)
 Basic critical thinker belajar menerima pandangan/pendapat
yang berbeda dan pendapat para ahli
 Namun demikian, kurangnya pengalaman, kurangnya
kompetensi, dan perilaku infleksibel membatasi kemampuan
seseorang untuk bergerak ke level berfikir kritis selanjutnya.
Tingkatan Berpikir Kritis
(Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994)

Complex Critical Thinking


 Mereka menganalisa dan memeriksa pilihan-pilihan secara
lebih independen.
 Mampu berfikir dan mulai melihat melampaui dari padangan
seorang ahli, dan mulai untuk melakukan perubahan
 Seorang perawat belajar berbagai alternatif, dan berbagai
pertentangan, namun tetap ada solusi.
Case study: Complex Critical Thinking
Tn. A (36 th) post operasi fraktur hip. Klien mengalami nyeri
tetapi menolak diberikan analgetik. Sejawat yang merawatnya
khawatir klien akan tidak mengalami kemajuan sesuai yang
direncanakan dan akan terjadi keterlambatan dalam rehabilitsi.
Ketika mediskusikan pentingnya rehabilitasi dengan Tn. A. perawat
menyadari pilihan klien untuk tidak memakai obat analgetik.
Perwat mengetahui bahwa klien melakukan meditasi di rumah.
Sebagai seorang pemikir kritis komplek, perawat mengakui dan
menghargai bahwa klien mempunyai pilihan penghilang nyeri lain
dari pada menerima analgetik. Perawat memutuskan untuk
mendiskusikan meditasi dan intervensi nonfarmakologi lainnya
dengan klien sebagai pilihan dalam mengatasi nyeri.
Tingkatan Berpikir Kritis
(Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994)

Complex Critical Thinking (lanjutan)


 Dalam berpikir kritis level komplek, setiap solusi
mempunyai manfaat dan risiko yang harus dipelajari
sebelum membuat keputusan final
 Berpikir menjadi lebih kreatif dan inovatif
 Seorang pemikir kritis level komplek, akan
mempertimbangkan berbagai pandangan yang berbeda
disamping prosedur rutin saat situasi komplek terjadi.
 Seorang pemikir kritis level komplek, akan belajar variasi
pendekatan yang bebeda untuk terapi yang sama.
Tingkatan Berpikir Kritis
(Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994)

Commitment
 Pada level ini seseorang akan mengantisipasi untuk membuat
pilihan tanpa bantuan orang lain.
 Membuat keputusan scr mandiri, dan bertanggung jawab atas
keputusan tsb.
 Memilih tindakan-tindakan atau keyakinan berdasar pada
berbagai alternatif yang ada dan mensuport-nya.
 Memutuskan untuk men-dilay-kan tindakan berdasdarkan
pengalaman dan pengetahuannya
 Karena pemikir kritis pada level 3 ini mengambil tanggungjawab
atau keputusan tsb, secara mandiri, maka pemikir kritis level ini
akan memberikan perhatian dan menentukan ketepatannya.
Kompetensi Berfikir Kritis
 Kompetensi berpikir kritis dalam keperawatan melibatkan penggunaan
proses keperawatan
 Case:
…….Dany 6 bulan, BB 5,1 kg (BB sebelumnya 5,5 kg) dibawa ibunya ke
UGD karena sulit BAB dan muntah-muntah. Menurut ibunya selama ini anak
belum diberi makanan lain selain ASI, sehingga ibunya merasa bingung
mengapa anaknya bisa seperti ini. Sebenarnya, anak ini mengalami sulit BAB
sudah sejak lama, bahkan menurut ibunya saat anak dilahirkan mekonium
baru keluar setelah 2 hari dengan jumlah sedikit. Selama ini setiap BAB
selalu distimulasi dengan pencahar dengan feses mencret, sedikit dan kadang
berbentuk seperti pita. Pada pemeriksaan didapatkan distensi abdomen (+),
pada foto polos abd tampak bayangan megacolon pada kolon desenden.
Pada pemeriksaan darah didapatkan K= 3 mEq/L, Na= 130 mEq/L. Klien
direncanakan untuk pembedahan korektif. Ibu klien tampak gelisah, setiap
perwat atau dokter yang mendekatnya, selalu melontarkan pertanyaan yang
sama, walaupun sudah dijelaskan berulang kali, dan menyebabkan perawat
memarahinya……..
Sikap Pemikir Kritis
 Confidence
 Thinking independently
 Fairness/jujur
 Responsibility and accountability
 Risk taking
 Dicipline
 Perseverance/tekun
 Creativity
 Curiosity
 Integrity
 Humility/rendah hati
Standar dalam Berfikir Kritis
 Standar intelektual  Standar profesional
 Clear/jelas
 Precise/teliti  Memenuhi kriteria etik
 Spesifik  Memenuhi kriteria evaluasi
 Akurat  Tg jawab profesional
 Relevan
 Plausible/masuk akal
 Logik
 Konsisten
 Deep
 Broad
 Signifcant
 Adequate
 Fair
References
 Kozier, B. & Erb, G. (1995). Fundamental of nursing:
Concepts, process, and practice. (5th ed). California: Addison
Wesley Publising Co.
 Potter, P.A. & Perry, A.G. (2009). Fundamental of nursing
(5th ed). Mosby: Addison Wesley Publising Co.

Anda mungkin juga menyukai