OLEH :
Sarka Ade Susana, SIP.,S.Kep
Perlu diketahui kiranya, bahwa kasus yang diajukan sebagai bahan analisis dalam
kesempatan ini adalah kasus nyata yang pernah ditangani khususnya sebagai perawat di
Rumah Sakit Jiwa Daerah atau sekarang berganti nama menjadi Rumah Sakit Grhasia,
Yogyakarta. Pasien yang didiagnosis sebagai Skizofrenia tipe Paranoid, saat itu dirawat
yang kedua kalinya dan yang berarti merupakan kekambuhannya yang pertama.
Apa yang disajikan nantinya tidaklah menyangkut semua aspek bio-psiko-sosio-
spiritual sebagaimana sudut pandang dan pendekatan keperawatan psikiatri, tetapi sesuai
kebutuhan dan pendekatan Psikologi khususnya Psikologi Abnormal. Termasuk lingkup
bahasannya tidak sampai pada aspek terapinya. Pembahasan atau analisis kasus ini lebih
ditekankan pada asessment, paradigma dan psikopatologinya saja.
Adapun data dari kasus ini, diperoleh sebagian besar dari hasil anamnesis dengan
klien sendiri, ditambah dari keluarga, dan dari rekam kesehatan (medis dan keperawatan).
Berikutnya pada Bab II berisi tentang deskripsi kasus, Bab III tentang analisis kasus
disertai catatan akhir dan terakhir sekali adalah daftar pustaka.
BAB II
DESKRIPSI KASUS :
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny “J”
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA Lulus
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Alamat : Sleman Yogyakarta
Status perkawinan : Kawin
Pernah dirawat : 1kali
Dx Medis : F.20.0 (Skizofrenia Paranoid)
C. RIWAYAT-PENGALAMAN
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu yaitu pernah di rawat di rumah
sakit Dr Sardjito pada tahun 1998 selama 2 tahun. Klien pulang karena sudah
dinyatakan sembuh. Saat ini klien di rawat di Rumah Sakit Ghrasia yang pertama
kali.
2. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu pernah putus pacar, klien
mengatakan pernah dipukuli dengan menggunakan tongkat dan kemudian kepala di
bentur-benturkan ke lantai oleh kakaknya (anak budenya) klien mengatakan tidak
tahu sebabnya.
3. Klien mengatakan dari keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa yaitu ibunya
tetapi sekarang sudah meninggal.
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Skizofrenia
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal dalam satu rumah
D. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
Klien tampak bersih dan rapi, memakai seragam rumah sakit yang berwarna kuning
dan memakai alas kaki berupa sandal.
Klien mengatakan suka dengan seluruh bagian tubuhnya karena bagaimanapun itu
adalah yang telah diberikan kepada kita. Ia mengatakan namanya yaitu “J”, alamat
gancahan. Klien menyadari sebagai seorang perempuan dan berpenampilan seperti
orang perempuan.
Klien mengatakan dirumah ia sebagai seorang istri dan seorang ibu dari anak
perempuannya yang sedang berumur 2,5 tahun. Ia katakan ingin segera pulang
karena ingin segera mengurus anaknya. Ia juga katakan ingin menjadi keluarga
yang bahagia.
Klien mengatakan tidak malu karena di rumah sakit mempunyai banyak teman.
Tidak malu jika harus berkumpul dengan masyarakat nanti jika sudah pulang,
karena itu berarti saya sudah sembuh.
2. Hubungan Sosial
Klien mengatakan hubungan dengan suaminya dan keluarganya baik, klien selalu
dijenguk oleh suaminya setiap minggu. Selama dirawat dirumah sakit anaknya
dirawat oleh suaminya tetapi tidak pernah diajak oleh suaminya ketika
menjenguknya. Klien juga mempunyai hubungan baik dengan tetangganya. Selama
di rumah sakit klien juga mempunyai hubungan baik dengan teman-temannya dan
suka bercerita-cerita, berkumpul dan berbincang-bincang.
E. STATUS MENTAL
1. Pembicaraan dan Interaksi
Klien berbicara dengan jelas tetapi lambat, sesekali klien menatap kedepan ketika
sedang bercerita. Pembicaraan klien sesuai dengan yang dibicarakan oleh perawat.
Selama wawancara klien kooperatif, mau menjawab setiap pertanyaan, dapat
menjawab sesuai pertanyaan perawat. Selama itu klien mau bertatap muka serta
duduk berdampingan dengan parawat.
2. Aktivitas Motorik
Klien tampak lesu ketika sedang diwawancarai. Klien sesekali meradukan jari
tangannya sambil berbicara.
3. Mood
Klien mengatakan saat ini merasa biasa tidak merasa sedih ataupun tidak khawatir
atau tidak sedang bingung. Mengatakan di Rumah Sakit ini ingin berobat.
4. Afek
Afek sesuai, emosi klien berubah-ubah saat bercerita hal yang menyenangkan klien
tampak tersenyum dan ketika sedang menceritakan hal yang menyedihkan klien
tampak sedih.
5. Persepsi
Saat wawancara tidak terjadi halusinasi, mengatakan dulu pernah mendengar suara
yang menyuruhnya pergi tetapi satu minggu ini klien sudah tidak mendengar suara-
suara lagi. Klien mengatakan kenal dengan suara itu yaitu suara kakaknya (anak
bude).
6. Proses Pikir
Pembicaraan klien berhubungan antar kalimat yang satu dengan yang lain dan dapat
terfokus pada topik pembicaraan, tidak terjadi pengulangan kata.
7. Isi pikir
Terdapat waham curiga, klien mengatakan merasa tertekan karena ulah kakaknya
(anak bude) yang ingin merebut suaminya dan suka mengganggu suaminya. klien
mengatakan kakaknya seperti ingin memerasnya. Dari data status klien diperoleh
data bahwa sudah dilakukan intervensi tentang wahamnya.
8. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien composmetis, orientasi terhadap orang, waktu, tempat dan situasi
baik. Klien dapat mengenali perawat dan teman-temannya. Mampu membedakan
antara siang malam. Mengatakan saat ini berada dirumah sakit pakem.
9. Memori
a. Jangka panjang
Klien mengatakan pada tahun 1998 pernah dirawat di rumah sakit Dr Sardjito
karena dirumah mengamuk.
b. Jangka menengah
Klien mengatakan masuk rumah sakit jiwa dan disini sudah 9 hari.
c. Daya ingat saat ini
Klien mengatakan tadi pagi bangun jam 5 kemudian sholat subuh dan langsung
mandi.
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Klien mampu berkonsentrasi dengan baik, mampu menjawab pertanyaan dengan
lancar, Mengatakan 4 x 4 adalah 16.
11. Kemampuan Penilaian
Klien mampu melakukan penilaian dengan baik ketika ditanya mau tidur atau sholat
dulu, mengatakan sholat dulu.
12. Daya Tilik Diri
Klien mengatakan saya tahu saat ini berada di rumah sakit dan ketika kesini karena
diajak kontrol oleh kakak dan suami saya.
C. DIAGNOSIS
Sekalipun dalam kasus Ny. J ini tidak diragukan lagi tentang diagnosisnya, tetapi
memahaminya kembali bagaimana diagnosis tersebut itu, yang lebih penting untuk
dikaji atau dianalisis. Bila mengacu pada PPDGJ III, menegakkan diagnosis skizofren
yaitu: Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
Apabila dikaitkan dengan Ny. J, maka jangankan satu gejala, beberapa gejala
dapat ditemukan misalnya, adanya waham (paranoid), halusinasi (pendengaran), ini
sebagai gejala positif dan gejala negatifnya juga ada misalnya adanya kelesuan
beraktifitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang dilakukannya (anhedonia).
Sehingga wajar kalau Axis satunyanya adalah F20.0 (Skizofrenia paranoid).
oleh keasyikan (preokupasi) pada satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang
sering dan tidak ada perilaku yang spesifik lain yang mengarahkan pada tipe
terutama oleh adanya waham persikutorik (waham kejar) atau waham kebesaran. Hal
ini sesuai dengan riwayat masuk klien dengan tingkah laku selalu curiga terhadap orang
lain. Masih menurut Kaplan and Sadock, (1998) juga mengatakan bahwa pasien dengan
tipe paranoid secara potensial berbahaya, karena mereka biasa bertindak kasar terhadap
seseorang yang dianggapnya sebagai ancaman, Hal ini sesuai dengan riwayat masuk
klien bahwa menurut keluarga klien dibawa ke Rumah Sakit karena di rumah marah-
marah mengamuk, keluarga dekat, dan tetangga. Klien juga kadang-kadang memukul-
mukul dan membanting barang dan merasa curiga terhadap orang lain.
Axis dua tipe kepribadian, saat itu didiagnosis skizoid, tetapi saya sendiri ragu,
karena tanda maupun gejala ke arah sana dari data yang diperoleh belum mendukung.
mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan
perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati
rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin, sekali lagi dari
data yang ada belum mencukupinya. Boleh jadi ada beberapa informasi atau data lain
yang belum didapatkan sementara tim kesehatan lain ketika itu bisa saja telah
mendapatkannya.(Hawari D, 2003)
Axis III yaitu gangguan medis umum, pada Ny. J ini tidak didapatinya. Baik
pemeriksaan fisik seperti inspeksi, palpasi, perkusi, maupun auskultasi serta didukung
pemeriksaan laboratorium, tidak adanya abnormalitas. Hal ini juga sesuai dari asil
diagnosis tim medis yang bertanggungjawab ketika itu.
Axis IV tentang stressor pencetus gangguan jiwa, diagnosis ketika itu dikatakan
tidak jelas. Sedangkan saya sendiri menduga ada kaitan dengan faktor kegagalan (putus
cinta/pacar). Sekalipun secara umum hal ini tidak menjadi pencetus bagi setiap orang
untuk timbulnya gangguan jiwa. Tetapi pada Ny. J ini ada riwayat, dan ada faktor
yang tegas dengan batas-batas yang jelas antara gangguan jiwa tertentu dengan
gangguan lainnya, sebagaimana juga antara adanya gangguan jiwa dan tidak ada
gangguan jiwa.