Anda di halaman 1dari 22

SOP KATETERISASI KANDUNG KEMIH

PENILAIAN
NO POKOK BAHASAN PROSEDUR
0 1 2
1 Pengertian Adalah proses memasukkan selang yang terbuat dari plastik atau karet melalui uretra menuju
kandung kemih (vesika urinaria).
2 Tujuan 1. Untuk mengeluarkan urin
2. Menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih
3. Mendapatkan urine steril untuk specimen laboratorium
4. Mengkaji residu urine
5. Penatalaksanaan klien yang dirawat karena trauma medulla spinalis, gangguan neuromuskuler,
atau inkompetenkandung kemih, serta pasca operasi besar
6. Mengatasi obstruksi aliran urine
7. Mengatasi retensi perkemihan
8. Melancarkan pengeluaran urine pada klien yang mengalami gangguan hemodinamik
3 Persiapan
a. Alat 1. Kateter steril dan urobag
2. Kapas savlon
3. Pelumas/ jelly
4. Perlak dan alasnya
5. Bak instrument steril berisi (sarung tangan steril, pinset anatomis steril, kasa/ kapas steril, duk
steril)
6. Spuit ukuran 10 cc atau 20 cc
7. Cairan steril untuk mengisi balon
8. Plester
9. Bengkok 2 buah
10. Sketsel/ penutup ruangan
b. Pasien dan 1. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Lingkungan 2. Pasang sketsel/ penutup ruangan
4 Tahap Pre Interaksi 1. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
2. Siapkan alat dan privacy ruangan
3. Cuci tangan
5 Tahap Orientasi 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Memberitahu pasien tentang prosedur yang akan dilaksanakan
3. Memasang tabir di sekeliling tempat tidur
6 Pelaksanaan 1. Memberitahu penderita dan atur posisi dorsal recumbent
2. Memasang sketsel
3. Pasang pengalas dibawah bokong dan letakkan bengkok diantara kedua kaki
4. Mencuci tangan
5. Buka bak instrument steril
6. Siapkan spuit, masukkan aquabides 100 cc atau 20 cc sesuai yang tertera pada kateter
7. Pasang handshoen steril
8. Pasang duk steril
Klien Perempuan
a. Membuka labia minora dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri dengan sedikit
menganngkatnya keluar yang sebelumnya dibungkus dengna kapas
b. Vulva dibersihkan dengan kapas savlon minimal 3 kali (dari atas ke bawah dengan pinset
anatomis)
Klien Laki-Laki
a. Gunakan tangan non dominan anda untuk memegang penis tepat dibawah glans penis. Jika
perlu tarik kulup. Pegang penis tegak lurus secara kuat dengan sedikit ditenggangkan
b. Ambil kapas pembersih dengan pinset menggunakan tangan dominan anda dan usap dari bagian
tengah meatus mengelilingi glans penis dengan gerakan sirkuler. Hati- hati agar tidak
mengontaminasi tangan steril sewaktu anda melakukan usapan. Ambil kapas baru dan ulangi
usapan tiga kali. Antiseptic dapat membuat jaringan menjadi licin erapi kulit kulup tidak boleh
dibiarkan kembali ke atas meatus yang telah dibersihkan dan penis tidak boleh dibiarkan
terjatuh
9. Dengan memakai sarung tangan / pinset kateter diberi pelican pada ujungnya
10. Perawat membuka labia minora dengan tangan kiri
11. Memasukkan kateter dalam uretra perlahan- lahan dan menganjurkan penderita untuk
menarik nafas panjang
12. Bila kateter dipasang permanen kateter dikunci memakai aquades steril untuk mengisi/
mengunci balon
13. Menyambung kateter dengan urobag
14. Fiksasi kateter dengan plester
15. Klien dirapikan
16. Posisikan penderita pada posisi yang dikehendaki
17. Bersihkan semua daerah dan baha yang kotor
18. Membereskan alat
19. Mencuci tangan
7 Tahap Terminasi 1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
8 Dokumentasi Catat hasil perawatan didalam catatan keperawatan
Total Nilai
SOP PEMBERIAN INSULIN

PENILAIAN
NO POKOK BAHASAN PROSEDUR
0 1 2
1 Pengertian Insulin adalah hormon yang digunakan untuk menurunkan kadar gula darah pada Diabetes
Mellitus.
Insulin Pen adalah insulin yang dikemas dalam bentuk pulpen insulin khusus yang berisi 3 cc
insulin
2 Tujuan Mengontrol kadar gula darah dalam pengobatan diabetes mellitus.
3 Hal-hal yang harus 1. Vial insulin yang tidak digunakan sebaiknya disimpan dilemari es
diperhatikan 2. Periksa vial insulin tiap kali akan digunakan (misalnya : adanya perubahan warna).
3. Pastikan jenis insulin yang akan digunakan dengan benar.
4. Insulin dengan kerja cepat (rapid-acting insulin) harus diberikan dalam 15 menit sebelum
makan. Interval waktu yang direkomendasikan antara waktu pemberian injeksi dengan
waktu makan adalah 30 menit.
5. Sebelum memberikan terapi insulin, periksa kembali hasil laboratorium (kadar gula darah).
6. Amati tanda dan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia
Khusus Untuk Insulin Pen:
1. Insulin Pen yang tidak sedang digunakan harus disimpan dalam suhu 2 – 8 °C dalam lemari
pendingin (tidak boleh didalam freezer).
2. Insulin Pen yang sedang digunakan sebaiknya tidak disimpan dalam lemari pendingin. Insulin
Pen dapat digunakan/dibawa oleh perawat dalam kondisi suhu ruangan (sampai dengan
suhu 25 °C) selama 4 minggu.
3. Jauh dari jangkauan anak-anak, tidak boleh terpapar dengan api, sinar matahari langsung,
dan tidak boleh dibekukan.
4. Jangan menggunakan Insulin Pen jika cairan didalamnya tidak berwarna jernih lagi.
Kontraindikasi:
Klien yang mengalami hipoglikemia dan hipersensitivitas terhadap human insulin.
4 Persiapan
a. Alat 1. Bak instrument injeksi
2. Spuit disposable ukuran sesuai keperluan
3. Desinfektan/ kapas alcohol
4. Jarum injeksi untuk keperluan oplos obat
5. Kassa steril
6. Obat yang dimasukkan sesuai etiket
7. Aquadest/ aquabidest
8. Buku catatan pengobatan klien
9. Bengkok
b. Pasien dan 1. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Lingkungan 2. Pasang sketsel/ penutup ruangan
5 Tahap Pre Interaksi 1. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
2. Siapkan alat dan privacy ruangan
3. Cuci tangan
6 Tahap Orientasi 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/ keluarga
7 Pelaksanaan 1. Baca daftar obat klien yang menyatakan nama obat, dosis dan waktu pemberian
2. Ambil obat dari tempatnya, cek labelnya
3. Hitung dosis secara tepat
4. Mencuci tangan
4. Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian.
5. Buka vial/ ampul, jika vial buka penutupnya kemudian karet didesinfeksi dengan kapas
alcohol kemudian dipatahkan dengan menggunakan kapas alcohol/ kassa
6. Ambil spuit dan jarum dari tempatnya dengan korentang
7. Jarum dipasang pada pada spuit/ cek bila posis jarum sudah benar pas dan tidak tersumbat
8. Bila obat dari vial maka spuit dimasuki udara lalu dimasukkan lalu dimasukkan ke dalam vial
9. Isap obat sesuai dengan kebutuhan
10. Buka jarum dan ganti yang baru (jika obat vial) lalu letakkan di dalam bak injeksi yang telah
disediakan
11. Kembalikan sisa obat pada tempatnya tulis tanggal membuka vial hisap obat tersebut
12. Buanglah ampul kosong/ vial dan kotoran lain kedalam bengkok yang tersedia
13. Perawat mencuci tangan
14. Bawalah obat yang disiapkan dalam spuit dan masukkan ke dalam bak injeksi ke dekat klien, serta
kapas alcohol dan daftar injeksi obat
15. Sebelum obat diberikan, identifikasi klien, cek kembali instruksi pemberian obat, nama obat, dosis
dan waktu pada lembar observasi
16. Jelaskan tujuan dari tindakan
17. Atur posisi klien sesuai dengan lokasi suntikan yang akan dilakukan
18. Tentukan lokasi suntikan dengan tepat. Pasang pengalas
19. Lakukan desinfeksi pada lokasi suntikan dengan kapas alcohol dengan cara memutar
20. Ambil spuit yang berisikan obat, pegang spuit dengan lubang jarum menghadap ke atas
21. Suntikkan obat dengan posisi 45 derajat
22. Lakukan test untuk mengetahui apakan jarum mengenai pembuluh darah dengan cara
menarik penghisap spuit, jika tidak ada darah, masukkanlah obat secara perlahan. Jika
terdapat darah tarik jarum sedikit keatas lalu kesamping.
23. Bila sudah selesai tariklah jarum dengan cepat
24. Spuit dan jarum bekas dipakai direndam direndam dalam larutan desinfektan yang tersedia
25. Alat- alat dibereskan
26. Bantu klien menggunakan pakaian bawah, merapikan pasien, pintu, jendela, sampiran
dibuka.
27. Amati keadaan klien, tanyakan hal yang dirasakan setelah suntikan diberikan
28. Catat: tanggal, jam, obat, dosis, cara pemberian, petugas yang member serta reaksi klien
terhadap pemberian obat.
29. Alat- alat dibersihkan dan dikembalikan pada tempatnya
30. Perawat mencuci tangan
8 Tahap Terminasi 1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
9 Dokumentasi Catat hasil perawatan didalam catatan keperawatan
Total Nilai

Catatan:
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Batas lulus 75
Dosen Penguji

(………………………………………………..)
SOP PEMERIKSAAN FISIK SISTEM MUSKULOSKELETAL

PENILAIAN
NO POKOK BAHASAN PROSEDUR
0 1 2
1 Pengertian Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada otot, tulang dan persendian untuk mengetahui adanya
gangguan atau tidak.
2 Tujuan 1. Memperoleh data dasar tentang otot, tulang dan persendian
2. Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya gangguan pada bagian bagian tertentu
3 Persiapan
a. Alat Meteran
b. Pasien dan 1. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Lingkungan 2. Pasang sketsel/ penutup ruangan
4 Tahap Pre Interaksi 1. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
2. Siapkan alat dan privacy ruangan
3. Cuci tangan
5 Tahap Orientasi 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Memberitahu pasien tentang prosedur yang akan dilaksanakan
3. Memasang tabir di sekeliling tempat tidur
6 Pelaksanaan Inspeksi
1. Inspeksi gaya berjalan (pincang, jalan diseret, pembatasan gerakan kaki), postur tubuh
(anterior, posterior, lateral, skoliosis, kifosis dan lordosis, kesimetrisan tubuh dan
ekstremitas), kulit dan jaringan lunak (perubahan warna, pembengkakakn, massa);
ekstremitas (ukuran, deformitas, kesimetrisan, panjang dan posisi)
2. Inspeksi ukuran otot, bandingkan satu sisi dengan sisi yang lain dan amati adanya atropi dan
hipertropi fasikulasi, spasme. Jika didapatkan perbedaan antara kedua sisi, ukur keduanya
dengan menggunakan meteran. Amati adanya tendon dan otot untuk mengetahui
kemungkinan kontraktur yang ditunjukkan oleh malposisi suatu bagian tubuh
3. Amati kenormalan susunan tulang dan adanya deformitas
4. Inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian.
Palpasi
5. Palpasi semua tulang, sendi dan otot sekitar
6. Lakukan palpasi pada otot saat istirahat dan pada saat otot bergerak secara aktif dan pasif
untuk mengetahui adanya kelemahan (flasiditas), kontraksi tiba- tiba secara involunter
(spasitas)
7. Palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri tekan. Catat adanya panas, nyeri tekan,
edema, fluktuasicairan (berhubungan dengna efusi)
8. Normalnya tidak terdapat ketidaknyamanan saat palpasi tulang atau sendi, tekanan otot
kenyal, sendi tidak keras atau edema, tidak terdapat krepitasi.
ROM
9. Minta klien untuk meletakkan setiap sendi mayor pada rentang gerak sendi penuh baik aktif
maupun pasif (fleksi- ekstensi-hiperekstensi; pronasi-supinasi, abduksi-adduksi, rotasi
internal- eksternal, dorsofleksi- plantar fleksi)
10. Amati adanya nyeri, spasme otot
Tonus dan Kekuatan Otot
11. Uji kekuatan otot dengan cara menyuruh klien menarik atau mendorong tangan pemeriksa,
bandingkan kekuatan otot ekstremitas kanan dan kiri
12. Amati kekuatan suatu bagian tubuh dengan cara member pertahanan secara resisten.
Manuver Untuk Mengkaji Kekuatan Otot
13. Leher (strenokleidomastoideus)
▪ Letakkan tangan dengan mantap pada rahang atas klien
▪ Minta klien memiringkan kepala melawan tahanan tersebut
14. Bahu (trazepius)
▪ Letakkan tangan diatas garis tengah bahu klien, beri tekanan
▪ Minta klien mengangkat bahunya melawan tekanan tersebut
15. Biseps
Tarik kebawah lengan atas pada saat klien berusaha memfleksikan lengan tersebut
16. Triseps
▪ Pada saat klien memfleksikan lengan, beri tekanan pada lengan atas
▪ Minta klien untuk mengekstensikan lengan
17. Pinggul
▪ Kuadriseps : pada saat klien duduk, beri tekanna kebawah pada paha. Minta klien untuk
mengangkat tungkai
▪ Gastroknemisus : klien duduk, menahan tungkai yang fleksi. Minta klien untuk
mengencangkan tungkai melawan gerakan tersebut.
7 Tahap Terminasi 1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
8 Dokumentasi Catat hasil perawatan didalam catatan keperawatan
Total Nilai
Catatan: Dosen Penguji
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Batas lulus 75 (………………………………………………..)
SOP PERAWATAN PASIEN LUKA GANGREN

PENILAIAN
NO POKOK BAHASAN PROSEDUR
0 1 2
1 Pengertian Melakukan tindakan perawatan terhadap luka gangren
2 Tujuan Mencegah meluasnya infeksi
Memberi rasa nyaman pada klien
3 Persiapan
a. Alat 1. Bak instrument steril
2. 1 pasang handshoen bersih
3. 3 kom steril kosong
4. Bak kassa steril berisi kassa steril besar
5. Kom tempat alcohol
6. Korentang
7. Alcohol botol
8. Cairan NS
9. Kassa gulung
10. Savlon 1%
11. Spuit 10cc
12. Antibiotik
13. H2O2 1%
14. Bengkok steril dan savlon (1:9)
15. Plester
16. Gunting verban
17. Bengkok
18. Perlak dan pengalas
19. Tempat sampah medis
b. Pasien dan 1. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Lingkungan 2. Pasang sketsel/ penutup ruangan
4 Tahap Pre Interaksi 1. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
2. Siapkan alat dan privacy ruangan
3. Cuci tangan
5 Tahap Orientasi 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan pada klien/ keluarga
6 Pelaksanaan 1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat
3. KIE, kaji respon klien terhadap luka
4. Pasang perlak
5. Gunakan handshoen bersih dan dekatkan bengkok
6. Buka perban dengan gunting. gunting bagian yang tidak luka. jika luka 100% gunting lapis
perban satu persatu
7. Ambil pinset anatomis. buka perban. jika menempel beri NS pelan- pelan sampai NS benar-
benar telah menyerap di kassa
8. Lepas perban. jepit pakai pinset, digulung. buka plester.
9. Buang verban di bengkok, buang pinset ke kom steril berisi savlon
10. Lepaskan handshoen bersih
11. Pakai handshoen steril (ambil dengan korentang)
12. Ambil pinset, sisa serat diambil letakkan di kassa steril yang diletakkan diatas luka
13. Cuci luka dengan NS. bersihkan searah dan berulang sampai bersih
14. Semprot luka gangrene dengan H2)2 1% sampai bersih
15. Amati kondisi luka, lakukan nekrotomi jika ada jaringan yang mati dengan gunting jaringan
dan pinset cirurgis.
16. Setelah bersih siram dengan NS
17. Keringkan luka dengnan kassa
18. Kompres luka dengan kassa yang telah direndam dalam antibiotic
19. Tutup luka gangrene dengan kassa kering
20. Balut dengan verban gulung lalu plester
21. Lepas handshoen buang di bengkok
22. Rapikan alat
23. Cuci tangan
7 Tahap Terminasi 1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
8 Dokumentasi Catat hasil perawatan didalam catatan keperawatan
Total Nilai

Catatan:
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Batas lulus 75
Dosen Penguji

(………………………………………………..)
SOP TINDAKAN BALUT BIDAI

PENILAIAN
NO POKOK BAHASAN PROSEDUR
0 1 2
1 Pengertian Serangkaian kegiatan dalam melakukan immobilisasi ekstrimitas yang mengalami cedera
dengan dugaan patah tulang atau dislokasi
2 Tujuan 1. Melakukan immobilisasi ekstremitas
2. Mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut
3 Persiapan
a. Alat 1. Bidai sesuai kebutuhan yang sudah diberi pengalas dari kapas
2. Kassa gulung
3. Gungting
4. Plester
5. Sarung tangan
6. Bengkok
7. Bantal
8. Sampiran
b. Pasien dan 1. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Lingkungan 2. Pasang sampiran
4 Pelaksanaan 1. Petugas cuci tangan
2. Dekatkan alat ke pasien
3. Bagian ekstremitas yang cedera harus tampak seluruhnya, pakaian yang menutupi bagian
cedera dilepaskan
4. Periksa nadi, fungsi motorik dan sensorik eksterimitas bagian distal di area cedera
5. Jika ekstremitas tampak deformitas dan tidak ada nadi cobalah ekstremitas diluruskan
dengan tarikan sedikit, tetapi jika ada tahanan jangan dilajutkan untuk meluruskan, pasang
bidai dan melewati 2 sendi dengan posisi tersebut, kemudian balut dengan kassa gulung
6. Bila ada dislokasi ekstremitas pasang bantal atas bawah jangan mencoba untuk meluruska
7. Bila ada fraktur terbuka dan ada bagian/ fragmen tulang kontak dengan udara luar, tutup
dengan kassa steril kemudian baru pasang bidai dan dibalut
8. Periksa nadi, fungsi sensorik dan motorik dibagian distal ekstremitas yang cedera
9. Bereskan alat
10. Lepaskan handschoen dan cuci tangan
11. Dokumentasikan tindakan yang telah digunakan
Total Nilai

Catatan :
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Batas lulus 75
Dosen Penguji

(………………………………………………..)
SOP PEMERIKSAAN FISIK NEURO (12 PASANG SARAF KRANIAL)

PENILAIAN
NO POKOK BAHASAN PROSEDUR
0 1 2
1 Pengertian Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada 12 pasang nervus kranial.
2 Tujuan 1. Memperoleh data dasar tentang fungsi saraf kranial
2. Mengetahui adanya gangguan akibat kerusakan saraf kranial
3 Persiapan
a. Alat 1. Dua jenis zat beraroma (ex: minyak kayu putih, kopi, balsem dll)
2.
b. Pasien dan 1. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Lingkungan 2. Pasang sketsel/ penutup ruangan
4 Tahap Pre Interaksi 1. Baca catatan keperawatan dan catatan medis klien
2. Siapkan alat dan privacy ruangan
3. Cuci tangan
5 Tahap Orientasi 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
2. Memberitahu pasien tentang prosedur yang akan dilaksanakan
3. Memasang tabir di sekeliling tempat tidur
6 Pelaksanaan Saraf I: Olfaktori
Mata klien ditutup dan pada saat yang sama satu lubang hidung ditutup, klien diminta
membedakan zat aromatis dari suatu benda
Saraf II: Optikus
▪ Untuk penilaian ketajaman : menggunakan snelen chart
▪ Tes lapang pandang : tes konfrontasi jari tangan (mampu melihat jari-jari yang bergerak
pada jarak yang sama dengan pemeriksa)
▪ Pemeriksaan fundus (dengan menggunakan oftalmoskop)
Saraf III: Okulomotorius
Saraf IV: Troklear
Saraf VI: Abdusen
▪ Obserfasi kelopak mata klien apakah normal/kelaina
▪ Obserfasi bentuk dan ukuran pupil dengan menggunakan pen light (apakah normal (bundar,
batas rata, diameter 2 -6 mm) atau tidak
▪ Bandingkan pupil kanan dan kiri
▪ Periksa reflek pupil :
1. Pemeriksaan reflek cahaya (dengan pen light digerakan dari samping ke depan mata)
2. Refleks konsensual (dengan pen light digerakkan dari jarak yang jaug mendekati mata)
3. Refleks pupil alomodatif (pupil semakin menyempit pada pendekatan obyek yang
dilihatnya)
▪ Pemeriksaan gerakan bola mata (suruh lirik kanan dan kiri) lihat apakah mata klien bisa
bergerak sesuai perintah atau tidak
▪ Pemeriksa gerakan bola mata involunter selama klien melihat ke kanan dan ke kiri
Saraf V: Trigeminal
▪ Suruh klien mengunyah apakah proses mengunyah klien tampak normal/tidak
▪ Suruh klien menunjukkan batas-batas daerah defisit sensorik menurut perasaannya sendiri
▪ Suruh klien menutup mulut, lihat apakah proses penutupan mulut normal/tidak
▪ Sentuh mata yang sedang terbuka dengan ujung kapas, apakah mata akan berkedip/tidak
Saraf VII: Fasial
Lihat apakah wajah klien simetris/tidak
Saraf VIII: Vestibulokoklear
▪ Pemeriksaan pendengaran
▪ Suruh klien berjalan pada suatu garis lurus, lihat apakah klien mampu melakukanya atau tidak
▪ Suruh klien berdiri tegap, apakah klien mampu berdiri tegap dengan mata ditutup selama
beberapa menit
Saraf IX: Glosofaringeal
Suruh klien menelan, apakah proses tersebut masih normal/tidak
Saraf X: Vagus
Pengecapan ½ bagian belakang lidah normal (apakah klien masih bisa merasakan rasa
pahit/tidak)
Saraf XI: Aksesori
Lihat apakah otot sternokleidomastoideus dan otot trapezius tampak normal/tidak
Saraf XII: Hipoglosus
Lihat apakah lidah klien simetris/tidak
7 Tahap Terminasi 1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
8 Dokumentasi Catat hasil perawatan didalam catatan keperawatan
Total Nilai
Catatan: Dosen Penguji
0 = Tidak dilakukan
1 = Dilakukan tetapi tidak sempurna
2 = Dilakukan dengan sempurna
Batas lulus 75

(………………………………………………..)

Anda mungkin juga menyukai