Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KELAINAN


DISFUNGSI HATI (SIROSIS HEPATIS)

DISUSUN

OLEH:
Nama : Shindy Rahmadeswita
NIM : 1911313030
Dosen Pengampu : Ns. Arif Rohman Mansur, M.Kep
Mata Kuliah : Keperawatan Anak III

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2021
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam
tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang
kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kelainan
Disfungsi Hati (Sirosis Hepatis)” ini dapat terselesaikan dengan baik karena bantuan
dan dukungan dari banyak pihak. Penulis menyadari bahwa penulisan dari makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Penulis berharap makalah ini memberikan manfaat
sebanyak-banyaknya bagi pembaca.

Padang, 20 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3. Tujuan Pulisan.......................................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan.................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS..................................................................................3
2.1. Konsep Dasar.........................................................................................................3
2.1.1. Definisi.................................................................................................................3
2.1.2. Etiologi.................................................................................................................3
2.1.3. Patofisiologi.........................................................................................................5
2.1.4. Pemeriksaan diagnostik........................................................................................6
2.1.5. Penatalaksanaan medis.........................................................................................6
2.1.6. Komplikasi...........................................................................................................8
2.1.7. Prognosis..............................................................................................................8
2.2. Asuhan Keperawatan............................................................................................9
BAB III PEMBAHASAN...........................................................................................19
3.1. Asuhan Keperawatan padaa anakdengan kelainan difungsi ginjal (Sirosis
Hepatis).......................................................................................................................19
3.2. Analisis jurnal terkait dengan kasus sirosis hepatis........................................19
BAB IV PENUTUP....................................................................................................34
4.1. Kesimpulan..........................................................................................................34
4.2. Saran.....................................................................................................................34
Daftar Pustaka............................................................................................................35
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sirosis Hepatis (SH) merupakan penyakit hati menahun membaur (difus)
yang ditandai dengan pembentukan jaringan ikat dan benjolan kecil. Biasanya
diawali dengan peradangan, kematian jaringan sel hati yang luas, penambahan
jaringan ikat secara difus dan upaya pertumbuhan kembali benjolan kecil
hati.Sirosis dapat terjadi pascahepatitis (akut atau kronis) atau pascanekrosis
(setelah jejas toksik) atau menyertai penyumbatan kelenjar empedu kronis (sirosis
biliaris). Penggolongan SH dapat secara morfologik (ukuran benjolan kecil),
kefungsian (ada tidaknya gejala klinis) dan penyebab penyakit.
Kasus SH hampir dijumpai di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kejadian
SH lebih banyak ditemukan di laki-laki pada usia 30–60 tahun dan puncaknya
pada usia 40–49 tahun. Jarang ditemukan kasus pada usia 10–20 tahun. Kasus SH
terutama disebabkan oleh virus hepatitis B, C, alkohol, penyakit metabolik,
gangguan imun, toksik dan obat, malagizi, infeksi dan oleh sebab yang tidak
diketahui (sirosis kriptogenik/heterogenous).
Secara klinis SH dibedakan antara sirosis hepatis kompensata dan
dekompensata. Tingkatan SH kompensata, artinya belum terlihat gejala klinis
yang nyata, sehingga sering ditemukan pada saat pemeriksaan penapisan
(skrining). SH dekompensata sendiri artinya sudah terlihat gejala klinis yang
nyata misalnya: asites, edema, dan ikterus.
Peramalan penyakit penderita SH sangat beragam dipengaruhi berbagai
faktor, meliputi penyebab penyakit, beratnya kerusakan hati, komplikasi dan
penyakit lain yang menyertai SH. Penderita sirosis kompensata berpengharapan
hidup lebih lama atau berkembang menjadi sirosis dekompensata. Diperkirakan
penderita sirosis kompensata berpengharapan hidup 10 tahun sekitar 47%.
Sebaliknya penderita sirosis dekompensata, berpengharapan hidup hanya sekitar
16% dalam waktu 5 tahun.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang ada, rumusan masalah yang muncul adalah:
a. Bagaimana konsep dasar dari sirosis hepatis pada anak

1
2

b. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari sirosis hepatis pada anak


c. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak yang menderita sirosis hepatis
d. Bagaimana menganalisis jurnal dengan kasus sirosis hepatis

1.3. Tujuan Pulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar dari sirosis hepatis pada anak
b. Untuk mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan dari sirosis
hepatis pada anak
c. Untuk memahami dan mampu untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan
pada anak yang menderita sirosis hepatis
d. Untuk mengetahui dan memahami analisis jurnal dengan kasus sirosis hepatis

1.4. Manfaat Penulisan


a. Bagi Penulisa
Agar penulis bisa mengaplikasikan asuhan keperawatan yang
profesional pada kasus sirosis hepatis pada anak.
b. Bagi Pembaca
Agar pembaca khususnya orang tua yang memiliki seorang anak, agar
mamp mengetahui tanda gejala yang terjadi pada anak yang terindikasi
dengan penyakit sirosis hepatis dan mampu melakukan tindakan yang tepat.
BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar

2.1.1. Definisi

Definisi sirosis hepatis menurut paraa ahli:


a. Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya
proses peradangan nekrosis sel hati yang luas. Pembentukan jaringan ikat dan
usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan
sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan
ikat dan nodul tersebut (Smeltzer & Bare, 2001).
b. Sirosis hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya peradangan difus dan
menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan
regenerasi sel-sel hati, sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati
(Mansjoer, FKUI, 2001).
c. Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang tidak diketahui penyebabnya
dengan pasti. Telah diketahui bahwa penyakit ini merupakan stadium akhir dari
penyakit hati kronis dan terjadinya pengerasan dari hati (Sujono, 2002).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sirosis
hati adalah penyakit hati kronis yang ditandai oleh adanya peradangan difus pada
hati, diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi dan regenerasi sel hati
disertai nodul dan merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis dan
terjadinya pengerasan dari hati.

2.1.2. Etiologi

Menurut FKUI (2001), penyebab sirosis hepatis antara lain :


a. Malnutrisi
Nutrisi sangat diperlukan pada pasien sirosis hepatis untuk meningkatkan
regenerasi jaringan hati dan mencegah kerusakan lebih lanjut serta meningkatkan
fungsi jaringan hati yang tersisa, mencegah penurunan berat badan/malnutrisi atau

3
4

meningkatkan berat badan bila kurang, mencegah komplikasi lebih lanjut


(hipertensi porta, asites, varises esofagus, dan ensefalopati hepatikum).
b. Alkoholisme
Beberapa obat-obatan dan bahan kimia dapat menyebabkan terjadinya
kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan
berakibat nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan
berupa sirosis hati. Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut ialah alkohol
c. Virus hepatitis
Ketika seseorang individu pertama kali mengidap virus ini, biasanya
masalah hati belum begitu parah, bahkan gejalanya masih ringan. Namun, apabila
virus yang masuk dalam tubuh ini sudah terlalu lama maka akan berkembang biak
di seluruh sel hati. Akibatnya virus ini menghancurkan dan merusak sel.
Kerusakan inilah yang pada akhirnya akan membentuk jaringan parut (fibrosis)
dan lama kelamaan jaringan parut akan saling menyatu membentuk sirosis.
Dengan adanya jaringan parut yang luas (sirosis), maka aliran darah tidak dapat
mengalir ke hati sehingga fungsi hatipun berubah. Proses ini dapat berlangsung
lama dan makin memburuk jika tidak ditangani.
d. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika
e. Penyakit Wilson (penumpukan tembaga yang berlebihan bawaan)
Penyakit ini muncul karena adanya perubahan atau mutasi pada gen yang
berfungsi mengatur kinerja organ hati. Gen yang mengalami gangguan ini
memiliki tugas untuk mengeluarkan kelebihan tembaga dari dalam tubuh. Mutasi
menyebabkan terjadinya penumpukan tembaga dalam organ hati. 
f. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
Hemokromatosis yang tidak ditangani dapat menyebabkan zat besi
menumpuk di dalam hati, akibatnya terbentuklah jaringan parut di hati.
g. Zat toksik
Ada 3 tipe sirosis atau pembetukan parut dalam hati :
a. Sirosis Laennec (alkoholik, nutrisional), dimana jaringan parut secara khas
mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
b. Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai
akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
5

c. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati disekitar
saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi
(kolangitis).

2.1.3. Patofisiologi

Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis,


konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama.
Sirosis terjadi dengan frekuensi paling tinggi pada peminum minuman keras.
Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan
kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan
faktor penyebab yang utama pada
perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian,
sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan minum
minuman keras dan pada individu yang dietnya normal tetapi dengan konsumsi
alkohol yang tinggi(Smeltzer & Bare, 2001).
Sebagian individu tampaknya lebih rentan terhadap penyakit ini dibanding
individu lain tanpa ditentukan apakah individu tersebut memiliki kebiasaan
meminum minuman keras ataukah menderita malnutrisi. Faktor lainnya dapat
memainkan peranan, termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon
tetraklorida, naftalen terklorinasi, asen atau fosfor) atau infeksi skistosomiasis
yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis adalah dua kali lebih banyak
daripada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia 40-60 tahun (Smeltzer &
Bare, 2001).
Sirosis alkoholik atau secara historis disebut sirosis Laennec ditandai oleh
pembentukan jaringan parut yang difus, kehilangan selsel hati yang uniform, dan
sedikit nodul regeneratif. Sehingga kadangkadang disebut sirosis mikronodular.
Sirosis mikronodular dapat pula diakibatkan oleh cedera hati lainnya. Tiga lesi
utama akibat induksi alkohol adalah perlemakan hati alkoholik, hepatitis
alkoholik, dan sirosis alkoholik (Tarigan, 2001)
6

2.1.4. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan laboraturium pada sirosis hati meliputi hal-hal berikut.


1. Kadar Hb yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih menurun (leukopenia),
dan trombositopenia.
2. Kenaikan SGOT, SGPT dan gamma GT akibat kebocoran dari sel-sel yang
rusak. Namun, tidak meningkat pada sirosis inaktif.
3. Kadar albumin rendah. Terjadi bila kemampuan sel hati menurun.
4. Kadar kolinesterase (CHE) yang menurun kalau terjadi kerusakan sel hati.
5. Masa protrombin yang memanjang menandakan penurunan fungsi hati.
6. Pada sirosis fase lanjut, glukosa darah yang tinggi menandakan
ketidakmampuan sel hati membentuk glikogen.
7. Pemeriksaan marker serologi petanda virus untuk menentukan penyebab sirosis
hati seperti HBsAg, HBeAg, HBV-DNA, HCV-RNA, dan sebagainya.
8. Pemeriksaan alfa feto protein (AFP). Bila ininya terus meninggi atau >500-
1.000 berarti telah terjadi transformasi ke arah keganasan yaitu terjadinya
kanker hati primer (hepatoma).
Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain
ultrasonografi (USG), pemeriksaan radiologi dengan menelan bubur barium untuk
melihat varises esofagus, pemeriksaan esofagoskopi untuk melihat besar dan
panjang varises serta sumber pendarahan, pemeriksaan sidikan hati dengan
penyuntikan zat kontras, CT scan, angografi, dan endoscopic retrograde
chlangiopancreatography (ERCP).

2.1.5. Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan medis menurut Tarigan (2001) adalah:


a. Pasien dalam keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan kontrol
yang teratur, istirahat yang cukup, susunan diet tinggi kalori tinggi protein, lemak
secukupnya.
b. Pasien sirosis dengan penyebab yang diketahui seperti :
● Alkohol dan obat-obatan dianjurkan menghentikan penggunaannya.
Alkohol akan mengurangi pemasukan protein ke dalam tubuh. Dengan diet
7

tinggi kalori (300 kalori), kandungan protein makanan sekitar 70-90 gr


sehari untuk menghambat perkembangan kolagenik dapat dicoba dengan
pemberian D penicilamine dan Cochicine.
● Hemokromatis
Dihentikan pemakaian preparat yang mengandung besi/ terapi kelasi
(desferioxamine). Dilakukan vena seksi 2x seminggu sebanyak 500cc
selama setahun.
● Pada hepatitis kronik autoimun diberikan kortikosteroid.
c. Terapi terhadap komplikasi yang timbul
● Asites
Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2
gram/ hari. Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-obatan diuretik.
Awalnya dengan pemberian spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali
sehari. Respons diuretik bisa dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5
kg/ hari, tanpa adanya edema kaki atau 1 kg/ hari dengan adanya edema
kaki. Bilamana pemberian spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasi
dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/ hari. Pemberian furosemid bisa
ditambah dosisnya bila tidak ada respons, maksimal dosisnya 160 mg/ hari.
Parasentesis dilakukan bila asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa
hingga 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin.
● Perdarahan varises esofagus (hematemesis, hematemesis dengan melena
atau melena saja)
a) Lakukan aspirasi cairan lambung yang berisi darah untuk mengetahui
apakah perdarahan sudah berhenti atau masih berlangsung.
b) Bila perdarahan banyak, tekanan sistolik dibawah 100 mmHg, nadi
diatas 100 x/menit atau Hb dibawah 99% dilakukan pemberian IVFD
dengan pemberian dextrose/ salin dan tranfusi darah secukupnya.
c) Diberikan vasopresin 2 amp 0,1 gr dalam 500cc D5% atau normal salin
pemberian selama 4 jam dapat diulang 3 kali.
● Ensefalopati
a) Dilakukan koreksi faktor pencetus seperti pemberian KCL pada
hipokalemia.
b) Mengurangi pemasukan protein makanan dengan memberi diet sesuai.
8

c) Aspirasi cairan lambung bagi pasien yang mengalami perdarahan pada


varises.
d) Pemberian antibiotik campisilin/ sefalosporin pada keadaan infeksi
sistemik.
e) Transplantasi hati
● Peritonitis bakterial spontan
Diberikan antibiotik pilihan seperti cefotaksim, amoxicillin, aminoglikosida
● Sindrom hepatorenal/ nefropatik hepatik
Mengatur keseimbangan cairan dan garam.

2.1.6. Komplikasi

a. Komplikasi sirosis hepatis menurut Tarigan (2001) adalah:


b. Hipertensi portal
c. Coma/ ensefalopaty hepatikum
d. Hepatoma
e. Asites
f. Peritonitis bakterial spontan
g. Kegagalan hati (hepatoselular)
h. Sindrom hepatorenal

2.1.7. Prognosis

Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor, meliputi


etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang menyertai.
Prognosis sirosis hati dapat diukur dengan kriteria Child-Turcotte-Pugh.
Kriteria Child-Turcotte-Pugh
Kriteria Child-Turcotte-Pugh merupakan modifikasi dari kriteria Child-Pugh,
banyak digunakan oleh para ahli hepatologi saat ini. Kriteria ini digunakan untuk
mengukur derajat kerusakan hati dalam menegakkan prognosis kasus-kasus
kegagalan hati kronik.
PARAMETER SKOR
9

1 2 3
Asites - Ringan Sedang-Berat
Ensefalopati - Ringan-Sedang Sedang-Berat
Bilirubin serum (mg/dL) <2 2-3 >3
Albumin serum (mg/L) > 3,5 2,8-3,5 < 2,8
Prothrombin time (detik) 1-3 4-6 >6

.2. Asuhan Keperawatan

2.2.1. Pengkajian

1. Identifikasi klien

Meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, alamat, No RM, dan diagnose medis.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien datang dengan keluhan lemah atau letih,otot lemah,


anoreksia, kembung, perut terasa tidak enak, keluhan perut terasa semakin
membesar, berat badan menurun, gangguan buang air kecil, gangguan
buang air besar, sesak napas.

3. Riwayat kesehatan dahulu

Klien dengan sirosis hepais memiliki riwayat hepatitis kronis, riwayat gagal
jantung.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Adanya keluarga yang menderita penyakit hepatitis atau sirosis hepatis.

a. Pemeriksaan fisik

1. Wajah

Terdapat bintik-bintik merah, ukuran 5-20 mm, ditengahnya tampak


pembuluh darah, suatu arteri kecil yang kadang-kadang dapat teraba
berdenyut disebut spider nevy (angio laba-laba).
2. Mata
10

Konjungtiva tampak pucat, sklera ikterik.

3. Mulut

Bau napas khas disebabkan karena peningkatan konsentrasi dimetil sulfide


akibat pintasan porto sistemik yang berat. Membran mukosa kering dan
ikterus. Bibir tampak pucat.
4. Hidunng

Terdapat pernapasan cuping hidung

5. Thorax

a. Jantung

 Inspeksi : biasanya pergerakan apeks kordis tidak terlihat

 Palpasi : biasanya apeks kordis tidak teraba

 Pelkusi : biasanya tidak terdapat pembesaran jantung

 Auskultasi : biasanya normal, tidak ada bunyi suara ketiga

b. Paru-paru

 Inspeksi : biasanya pasien menggunakan otot bantu pernapasan

 Palpasi : biasanya premitus kiri dan kanan sama

 Perkusi : biasanya resonance, bila terdapat efusi pleura


bunyinya redup

 Auskultasi : biasanya vesikuler

c. Abdomen

 Inspeksi : umbilicus menonjol, asites.

 Palpasi : sebagian besar penderita hati mudah teraba dan terasa


keras. Nyeri tumpul atau perasaan berat pada epigastrium atau
kuadran kanan atas.
 Perkusi : dulnes.

 Auskultasi : biasanya bising usus cepat


11

d. Ekstremitas
Pada ekstremitas atas telapak tangan menjadi hiperemesis (erithema palmare).
Pada ekstremitas bawah ditemukan edema. cavilari revil lebih dari 2 detik.
e. Kulit

Karena fungsi hati terganggu mengakibat bilirubin tidak terkonjugasi


sehingga Kulit tampak ikterus. Turgor kulit jelek.

b. Pemeriksaan Penunjang
1. Uji faal hepar

 Bilirubin menningkat (N: 0,2-1,4 gr%).

 SGOT meningkat (N: 10-40 u/c).

 SGPT meningkat (N: 5-35 u/c).

 Protein total menurun (N: 6,6-8 gr/dl).

 Albumin menurun.

2. USG

Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya penyakit. Pada tingkat
permulaan sirosis akan tampak hati membesar, permulaan irregular, tepi hati
tumpul, . Pada fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaitu tampak penebalan
permukaan hati yang irregular. Sebagian hati tampak membesar dan sebagian lagi
dalam batas nomal.
3. CT (chomputed tomography)
Memberikan informasi tentang pembesaran hati dan aliran darah hepatic serta
obstruksi aliran tersebut.
4. MRI
Memberikan informasi tentang pembesaran hati dan aliran darah hepatic serta
obstruksi aliran tersebut.
5. Analisa gas darah
Analisa gas darah arterial dapat mengungkapkan gangguan keseimbangan
ventilasi-pervusi dan hipooksia pada sirosis hepatis.
12

2.2.2. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis

2) Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

3) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

4) Resiko perfusi gastrointestinal tidak efektif dibuktikan dengan disfungsi hati


(sirosis hepatis)

2.2.3. Luaran Keperawatan (SLKI) dan Intervensi Keperawatan (SIKI)

Diag SLKI SIKI


n
o
s
a
K
e
p
e
r
a
w
at
a
n
Setelah dilakukan Manajemen nyeri
1. Nyer
tindakan keperawatan Observasi
i
selama 1x24 jam
a - Identifikasi
“tingkat nyeri”
k lokasi,
menurun dengan
u karakteristi
kriteria hasil:
t k, durasi,
1. Keluhan
b frekuensi,
13

nyerimenurun
/ kualitas,
2. Meringis menurun
d intensitas
3. Gelisah menurun
a nyeri
4. Kesulita tidur menurun
g - Identifikasi skala nyeri
5. Frekuensi nadi membaik
e
6. Pola tidur membaik - Identifikasi respins nyeri
n
non verbal
p
- Identifikasi faktor yang
e
memperberat dan
n
memperingan nyeri
c
- Monitor keberhasilan
e
terapi komplementer yang
d
sudah diberikan
e
- Monitor efek samping
r
penggunaan analgesik
a
Terapeutik
fi
- Berikan teknik
si
nonfarmakologis untuk
o
mengurangi rasa nyeri
l
(mis, hipnosis, terapi
o
musik, aromaterapi)
g
- Kontrol lingkungan yang
is
memperberat rasa nyeri
(s
(mis. Suhu ruangan,
ir
pencahayaan, kebisingan)
o
- Fasilitas istirahat dan tidur
si
- Pertimbangkan jenis dan
s
sumber nyeri dalam
h
pemilihan strategi
e
meredakan nyeri
p
Edukasi
at
is - Jelaskan penyebab,
) periode, dan pemicu nyeri
14

- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Ajarkan teknik

nonfarmakolog
is untuk
mengurang
i rasa nyeri
Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian
analgesik,
jika perlu
Setelah dilakukan Manajemen hipervolemia
2. Hipe
tindakan keperawatan Observasi
r
selama 1x24 jam
v - Periksa tanda dan gejala
“Keseimbangan cairan”
o hipervolemia (dispnea,
meningkat dengan
le edema, JVP meningkat,
kriteria hasil:
m suara napas tambahan)
1. Edema menurun
ia - Identifikasi penyebab
b 2. Asites menurun hipervolemia
/ - Monitor intake dan
3. Berat badan
d output cairan
membaik
g - Monitor efek diuretik
4. Denyut nadi radial
a membaik Terapeutik
n 5. Turgor kulit
- Timbang berat badan
g membaik
setiap hari pada waktu
g
yang sama
u
- Batasi asupan cairan dan
a
garam
n
- Tinggikan kepala tempat
m
tidur 30-400
e
Edukasi
k
15

a - Anjurkan melapor jika


n haluaran urin < 0,5
is mL/kg/jam dalam 6 jam
m - Anjurkan melapor jika
e BB bertambah > 1 kg
r dalam sehari
e - Ajarkan cara membatasi
g cairan
u Kolaborasi
la
Kolaborasi
si
pemberian
diuretik
Pola napas Setelah dilakuakan Manajemen Jalan Napas
3.
tidak efektif tindakan keperawatan Observasi
b.d hambatan 1x1jam diharapakan 1. Monitor pola napas
upaya napas ”pola napas membaik” (frekuensi,kedalaman,usah
dengan keriteral hasil: a napas).
1. Disnpnea menurun 2. Monitor bunyi napas
2. Penggunaan otot tambahn .Gurgling, mengi,
bantu napas wheezing, ronkhikering)
menurun 3. Monitor sputum
3. Frekuensi napas (jumlah, warna,aroma)
membaik
Terapeutik:
1. Pertahankan kepatenan
jalannapas dengan head.till
dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga traumaservikal)
2. Posisikan semi-fowler
atau fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
16

5. Lakukan penghisapan
lendirkurang dari 15detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan
benda pada dengan forsep
8. Berikan oksigen, jika
perlu

Edukasi:

1. Anjurkan asupan cairan


2000 ml/hari, jika tidak
kontraindikasi

2. Ajarkan teknik batuk


efektif

Kolaborasi

1.pembeian bronkodilator,
ekspekto ran, mukolitik,
jika perlu
Resiko Setelah dilakukan Pencegahan Perdarahan
4.
perdarahan tindakan keperawatan Observasi
dibuktikan selama 1x24 jam
- Identifikasi penyebab
dengan “Tingkat Perdarahan”
perdarahan
gangguan hati membaik dengan
- Periksa adanya dara pada
kriteria hasil:
muntah, feses, sputum,
1. Hematemisis menurun
dll
2. Perdaraahan anus
- Periksa ukuran dan
menurun
karakter hematoma
3. Distensi abdomen
- Monitor terjadinya
menurun
perdarahan
4. Hemoglobin membaik
- Monitor nilai HB dan Ht
5. Tekanan darah
17

membaik
- Monitor tekanan darah
6. Nadi apikal membaik
- Monitor intake dan
output cairan
- Monitor koagulasi darah

Terapeutik

- Istirahatkan daerah yang


mengalami perdarahan
- Pertahankan akses IV
line
- Berikan kompres dingin,
jika perlu
Edukasi

- Jelaskan tanda-tanda
perdarahan
- Anjurkan melapor jika
ada perdarahan
- Anjurkan membatasi
aktivitas
Kolaborasi

- Permberian cairan jika


perlu
- Pemberian transfusi
darah
- Pemberian obat

pengontrol perdarah

2.2.4. Implementasi Keperawatan

Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya dilakukan tindakan keperawatan yang


nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya atau hilangnya
masalah pada klien.
18

2.2.5. Evaluasi Keperawatan

No. Diagnosa Evaluasi


Keperawatan
1. Nyeri akut b/d S : keluarga mengatakan
agen tampak nyeri yag
pencedera dirasakan anak sudah
fisiologis berkurang
(sirosis
O : meringis berkurang
hepatis)
A : nyeri akut nyeri
menunjukkan ringan (4)

P : intervensi dilanjutkan
2. Hipervolemia b/d S : klien mengatakan intake
gangguan dan output cairan tubuh
mekanisme mulai membaik
regulasi
O : edema berkurang, bb
mulai normal

A : Hipervolemia (4)

P : intervensi dilanjutkan
3. Pola napas tidak S : keluarga klien
efektif b.d mengatakan anak sudah
hambatan bernafas tidak dengan
upaya napas otot bantu nafas

O : pernafasan membaik

A : Pola napas tidak efektif


(4)

P : intervensi dilanjutkan
4. Resiko S : klien mengatakan
perdarahan distensi pada abdomen
19

dibuktikan mulai membaik


dengan
O : tekanan darah membaik,
gangguan hati
nadi membaik, hb
membaik

A : resiko perdarahan ringan


(3)

P : intervensi dilanjutkan
BAB III PEMBAHASAN

3.1. Asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan disfungsi hati (Sirosis
Hepatis)

KASUS

Seorang An.Y laki-laki berusia 11 tahun dengan keluhan nyeri yang tidak
kunjung hilang, nafas sesak dan sulit untuk bernafas, sehingga orang tua klien
membawanya ke rumah sakit. Orang tua klien mengatakan perut semakin membesar.
Orang tua klien juga mengatakan 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit, klien awalnya
mengeluhkan nafasnya sesak dan sulit untuk bernafas, klien juga mengeluhkan perut
semakin membesar disertai kaki yang juga semakin membesar, pembesaran merata,
badan terasa semakin lemas, dan nafsu makan menurun.
Satu minggu sebelum masuk Rumah Sakit keluhan klien mulai terasa berat
dengan perut dan kaki semakin membesar, klien mengatakan ada yang bergerak
didalam perutnya disaat klien mengatur posisi. nyeri pada ulu hati, nyeri menjalar dan
terasa menyesak ke dada sehingga sulit bernafas, mual ada, muntah tidak ada, BAK
berwarna seperti teh pekat, BAB tidak lancar, warna BAB kuning seperti biasanya.
Saat pengkajian dilakukan klien merasa nyeri diskala 7, nyeri terasa sampai ke
dada, nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk saat perawat bertanya bagaimana
rasa nyeri yang dirasakan.
Klien mengatakan ayah klien pernah menderita penyakit serosis hepatis dan
telah meninggal 5 tahun yang lalu dan juga didalam keluarga klien ada penyakit DM.

Didaptkan hasil TTV klien : Tekanan darah : 130/80mmHg, Nadi:


90x/menit, frekuensi nafas: 22x/menit, Suhu 36,8oC.

PENGKAJIAN

1. 1 Identitas Klien

Nama klien : An. Y

Alamat : Jl. Moh. Hatta, No.17, Pauh, Padang

Rekam Medis : 191200

20
Umur : 11 tahun

Pekerjaan :-

Pendidikan : SD

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Tanggal Masuk RS : 20 September 2021

Tgl Pengkajian : 20 September 2021

Diagnosa Medis : Sirosis Hepatis

Penangung Jawab

Nama : Ny. S

Umur : 33 Tahun

Hubungan : Ibu

Alamat : Jl. Moh. Hatta, No.17, Pauh, Padang

1.2 Keluhan Utama

Klien mengeluhkan nyeri, nafas sesak dan sulit untuk bernafas. klien
juga menyampaikan perut semakin hari semakin membesa dan terasa nyeri.

1.3 Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 20 September 2021, klien


mengatakan 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit, klien awalnya
mengeluhkan nafasnya sesak dan sulit untuk bernafas, klien juga
mengeluhkan perut semakin membesar disertai kaki yang juga semakin
membesar, pembesaran merata, badan terasa semakin lemas, nafsu makan
menurun.
Satu minggu sebelum masuk Rumah Sakit keluhan klien mulai terasa
berat dengan perut dan kaki semakin membesar, nyeri pada ulu hati, nyeri
tidak menjalar dan terasa menyesak ke dada sehingga sulit bernafas, mual
ada, muntah tidak ada, BAK berwarna seperti teh pekat, BAB tidak
lancar, warna BAB kuning seperti biasanya.

Nyeri juga dirasakantak kunjung hilang sehingga orang tua klien


membawa klien ke rumah sakit

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan sebelumnya klien tidak ada mempunyai riwayat


penyakit hepatitis dan klien sebelumnya belum pernah dirawat di rumah
sakit. Klien mengatakan tidak mempunyai riawayat penyeakit hipertensi,
DM, asma, dan lain-lain.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan ayah klien pernah menderita penyakit serosis hepatis
dan telah meninggal 5 tahun yang lalu dan juga didalam keluarga klien
ada penyakit DM.
1.4 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan head to toe
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital :

- Tekanan darah : 130/80mmHg,

- Nadi : 90x/menit

- frekuensi nafas : 22x/menit

- Suhu : 36,8oC

1. Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala bulat, tidak ada luka

Palpasi : Tidak ada lesi,tidak ada benjolan.

2. Mata
Inspeksi : Simetris, penglihatan jelas,sclera ikterik

Palpasi : Tidak ada lesi,tidak ada nyeri tekan

3. Leher

Inspeksi : Tidak terlihat pembesaran vena jugularis

Palpasi : Tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan

4. Telinga

Inspeksi : Tidak ada serumen, bersih

Palpasi : Tidak ada lesi,tidak ada nyeri tekan

Pandengaran : Pendengaran baik

5. Hidung

Inspeksi : Tidak ada lendir, tidak ada luka, simetris

Palpasi : Tidak teraba benjolan, tidak ada nyeri benjolan

Penciuman : Penciuman baik, dapat mengenali rangsang bau

6. Mulut

Inspeksi : Tidak ada luka, perasa baik

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

7. Kulit

Inspeksi :Warna kulit ikterik, tidak ada luka, bersih

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

8. Paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris

Palpasi : Pengembangan dada kanan dan kiri sama

Perkusi : Sonor

Auskaltasi : Terdengar bunyi vasikuler, Frekuensi 22 kali/mnit

9. Jantung
Inspeksi :Tidak terlihat ictus cardis

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi : Bunyi peka

Auskultasi : Terdengar BJ 1 : Lub BJ 2 : Dub

10. Perut

Inspeksi : Simetris, Asites

Auskultasi : Terdengar bunyi bising usus 10 kali/ menit

Palpasi : Nyeri tekan bagian kanan atas, turgor baik, hepar


terasabatas hepar teraba tegas.

Perkusi : Pekak

11. Ekstermitas

Inspeksi : Terpasang IVFD RL 10 tetes/mnt

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, kurgor kulit baik

ANALISIS DATA

No. Data Etiologi Masalah


1. DS: Agen cedera Nyeri Akut
fisiologis
● Klien mengeluh nyeri sebelum
mengunjungi rumah sakit

● Klien mengeluh nyeri juga


dirasakan sampai ke dada

● Orang tua klien mengatakan


perut klien semakin membesar
satu minggu sebelum klien
datang ke RS

DO:

● P: Sirosis Hepatis
Q: Nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk-tusuk

R: Nyeri yang dirasakan


menyebar ke dada yang
menimbulkan sesak napas

S: Nyeri yang dirasakan Skala


7

T: Nyeri yang dirasakan terus


menerus sebelum klien
mengunjungi RS

● Paien mual
DS :
2. Hambatan upaya Pola napas tidak
- Klien mengatakan napas efektif
nafas nya sesak

- Klien mengatakan
nafasnya tidak
teratur

DO :

- Klien tampak
sesak nafas

- Klien tampak
pergerakan dada
cepat

- Klien tampak tidak


nyaman

- Tanda-tanda
Vital :

Tekanan darah : 130/80mmHg,

Nadi: 90x/menit
frekuensi nafas: 22x/menit

Suhu : 36,8oC
DS :
3. gangguan Hipervolemia
mekanisme
- Klien mengatakan regulasi
perutnya
membesar

- Klien mengatakan
ada yang
bergerak
didalam perut
nya disaat klien
mengatur posisi
nya.

DO :

- Perut klien besar.

- Klien tampak
perutnya
mengandung
cairan berlebih.

- Tanda-tanda
Vital :

Tekanan darah : 130/80mmHg,

Nadi: 90x/menit

frekuensi nafas: 22x/menit

Suhu : 36,8oC

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas

3. Hipervolemia berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi

INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagn SLKI SIKI


osa
ke
per
aw
ata
n
Setelah dilakuakan
1. Nyeri Manajemen
tindakan keperawatan
ak Nyeri
1x24jam diharapakan
ut
”Tingkat nyeri
b.d
menurun” dengan Observasi
age
keriteral hasil:
n ● lokasi, karakteristik,
1. Keluhan nyeri
ced durasi, frekuensi,
ditingkatkan dari
era kualitas, intensitas
2 ke 4
fisi nyeri
2. Mual ditingkatkan
olo
● Identifikasi skala nyeri
dari 2 ke 4
gis
3. Pola napas ● Identifikasi respon
diringkatkan dari nyeri non verbal
2 ke 4
● Identifikasi faktor yang
4. Nafsu makan
memperberat dan
ditingkatkan dari
memperingan nyeri
2 ke 4
● Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik

● Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)

● Control lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

● Fasilitasi istirahat dan


tidur

● Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi

● Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri

● Jelaskan strategi
meredakan nyeri

● Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat

● Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

● Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Setelah dilakuakan Manajemen Jalan Napas
2. Pola
tindakan keperawatan
na
1x24am diharapakan Observasi
pas
”pola napas ● Monitor pola napas
tid
membaik” dengan (frekuensi,kedalaman,u
ak
keriteral hasil: saha napas).
efe
4. Disnpnea ● Monitor bunyi napas
ktif
menurun tambahn .Gurgling,
b.d
ditingkatkan dari mengi, wheezing,
ha
2 ke 4 ronkhikering)
mb
5. Penggunaan otot
ata
bantu napas Terapeutik:
n
menurun ● Pertahankan kepatenan
up
ditingkatkan dari jalan napas
aya
2 ke 4 ● Posisikan semi-fowler
na
6. Frekuensi napas atau fowler
pas
membaik ● Berikan minum hangat
ditingkatkan dari ● Lakukan fisioterapi
2 ke 4 dada, jika perlu
● Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi:

● Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi

Kolaborasi

● 1.pembeian
bronkodilator,
ekspekto ran,
mukolitik, jika perlu
Setelah dilakukan Manajemen hipervolemia
3. Hiperv
tindakan keperawatan
ole
selama 1x24 jam Observasi
mi
“Keseimbangan
a ● Periksa tanda dan gejala
cairan” meningkat
ber hipervolemia (dispnea,
dengan kriteria hasil:
hu edema, JVP meningkat,
6. Edema menurun
bu suara napas tambahan)
ditingkatkan dari 2
ng ● Identifikasi penyebab
ke 4
an hipervolemia
de 7. Asites menurun ● Monitor intake dan
ng ditingkatkan dari 2 output cairan
an ke 4 ● Monitor efek diuretik
ga 8. Denyut nadi radial
Terapeutik
ng membaik
● Timbang berat badan
gu ditingkatkan dari 2
setiap hari pada waktu
an ke 5
yang sama
me
● Tinggikan kepala
ka
tempat tidur 30-400
nis
me
Edukasi
reg
ula ● Anjurkan melapor jika
si haluaran urin < 0,5
mL/kg/jam dalam 6 jam
● Anjurkan melapor jika
BB bertambah > 1 kg
dalam sehari
● Ajarkan cara membatasi
cairan

Kolaborasi

● Kolaborasi pemberian
diuretik

EVALUASI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Evaluasi


Keperawa
tan
1. Nyeri akut S : Keluarga klien mengatakan
b.d agen anak sudah makan dengan
cedera teraatur walaupun sedikit
fisiologis dan nyeri yang dirasakan
hilang timbul

O : Nyeri hilang timbul

A : Nyeri menurun

P : Intervensi dilanjutkan
2. Pola napas S : keluarga klien mengatakan
tidak anak sudah bernafas tidak
efektif b.d dengan otot bantu nafas
hambatan
O : pernafasan membaik
upaya
napas A : Pola napas tidak efektif (4)

P : intervensi dilanjutkan
3. Hipervolemia S : klien mengatakan intake dan
b/d output cairan tubuh mulai
gangguan membaik
mekanism
O : edema berkurang, bb mulai
e regulasi
normal

A : Hipervolemia (4)

P : intervensi dilanjutkan

3.2. Analisis jurnal terkait dengan kasus sirosis hepatis

Judul Peningkatan Status Gizi Pasien Sirosis Hepatis Melalui Regimen


Nutrisi di Rs Sari Mutiara Medan
Jurnal Idea Nursing Journal
Volume dan Vol. IX No. 2 2018
Halaman
Tahun 2018
Penulis ● Lasma Rina Sinurat
● Bunga Theresia Purba
Published Tanggal 09 Februari 2018
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan status gizi
pasien sirosis hati melalui regimen nutrisi di Rumah Sakit Sari
Mutiara Medan.
Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh penulis adalah analitik komparatif
dengan menggunakan desain quasi eksperimental dengan
pendekatan control group pre-posttest design.
Langkah ● Penelitian ini terbagi dua yaitu 20 responden kelompok
Penelitian kontrol dan 20 responden kelompok intervensi, sehingga
total jumlah sampel 40 responden.
● Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah non probability sampling dengan teknik
consecutive sampling.
● Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
lembar pengkajian status nutrisi yaitu Form Full The Mini
Nutritional Assessment dan pengukuran BMI (Body Mass
Indeks).
● Data dianalisa dengan menggunakan dependentT-test yang
bertujuan untuk membandingkan rata-rata status nutrisi
sebelum dan sesudah perlakukan pada masing-masing
kelompok, sedangkan untuk menganalisis perbandingan
rata-rata status nutrisi pada kelompok intervensi dan kontrol
dengan menggunakan independent T-test.

Hasil penelitian Pada pasien yang mengalami sirosis hepatis pada kasus yang
akut dan kronik sering ditemukan nitrogen negative. Oleh karena
itu, ditemukan adanya pemecahan protein oleh otot karena
sintesis protein atau pemecahan protein yang dilakukan oleh hati
telah menurun fungsinya.

Dalam memberikan treatment mengenai protein,yang perlu


diperhatikan adalah menghindarkan pasien sirosis dari kejadian
malnutrisi serta menghindarkan pasien dari encephalopathy
hepar. Untuk itu, selain mengatur protein yang diberikan, asupan
karbohidrat dan lemak juga perlu diperhatikan untuk mencegah
terjadinya pemecahan yang mengakibatkan malnutrisi.

Pada pasien sirosis, hepatis rasio asam amino rantai cabang


(BCAA) misalnya isoleusin, leusin, dan valine) terhadap asam
amino aromatic misalnya fenilalanin, triptofan, dan tirosin sering
ditemukan abnormal terutama pada pasien yang mengalami
malnutrisi. Menjaga resiko kedua macam asam amino ini dapat
menghindarkan pasien dengan sirosis terhadap kejadian
ensefalopathy hepatic.

Hasil penelitian pada kelompok intervensi didapatkan bahwa


berdasarkan analisis uji paired t-test diperoleh bahwa ada
perbedaan yang bermakna antara status nutrisi sebelum dan
sesudah diberikan regimen nutrisi.
Kesimpulan Penerapan regimen nutrisi memiliki pengaruh terhadap status
nutrisi pasien yang menderita sirosis hepatis dalam jangka waktu
tiga bulan setelah intervensi. Untuk mengatasi efek samping
malnutrisi yang tidak diinginkan, regimen nutrisi seharusnya
diberikan berkelanjutan tidak hanya sekali.
Kelebihan  Penulisan judul dan abstrak sudah sesuai dengan kaidah
penulis jurnal.
 Metodologi yang digunakan sudah dijelaskan secara rinci
 Sudah menggunakan tata bahasa yang sesuai dengan
EYD
 Pada jurnal ini terdapat perbandingan hasil penelitian
yang di lakukan peneliti dengan penelitian sebelumnya
Kekurangan Beberapa sumber referensi jurnal yang digunakan oleh penulis
lebih dari 10 tahun terakhir.
BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Sirosis Hepatis (SH) merupakan penyakit hati menahun membaur (difus)
yang ditandai dengan pembentukan jaringan ikat dan benjolan kecil. Kasus SH
hampir dijumpai di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Kejadian SH lebih banyak ditemukan di laki-laki pada usia 30–60 tahun
dan puncaknya pada usia 40–49 tahun. Secara klinis SH dibedakan antara sirosis
hepatis kompensata dan dekompensata.
SH dekompensata sendiri artinya sudah terlihat gejala klinis yang nyata
misalnya: asites, edema, dan ikterus. Penderita sirosis kompensata
berpengharapan hidup lebih lama atau berkembang menjadi sirosis
dekompensata. Diperkirakan penderita sirosis kompensata berpengharapan hidup
10 tahun sekitar 47%.

4.2. Saran
Menurut pendapat saya, untuk kasus sirosis hepatis pada anak merupakan
masalah serius yang terjadi, walaupun untuk angka kejadiannya sangat rendah.
Karena memiliki komplikasi yang serius, untuk itu diperlukannya asuhan
keperawatan yang tepat serta pengobatan yang khusus agar penderita tidak
mengalami komplikasi

35
Daftar Pustaka

Thaha, R., Yunita, E., & Sabir, M. (2020). SIROSIS HEPATIS. Jurnal Medical
Profession (Medpro), 2(3), 166-175.
Lindseth GN. Gangguan hati, kandung empedu, dan pankreas. Dalam: Price SA,
Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit volume 1.
Edisi ke 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013. 472-515.
Purba, B. T., & Sinurat, L. R. (2018). Peningkatan Status Gizi Pada Pasien Sirosis
Hepatis Melalui Regimen Nutrisi Di Rsu Sari Mutiara Medan. Idea Nursing
Journal, 9(2), 1-6.
Mu, K., Zhang, J., Gu, Y., Li, H., Han, Y., Cheng, N., ... & Wang, H. (2018). Cord-
derived mesenchymal stem cells therapy for liver cirrhosis in children with
refractory Henoch–Schonlein purpura: A case report. Medicine, 97(47).
Koncoro, H., Primadharsini, P. P., Mariadi, I. K., Somayana, G., Suryadarma, I. G.
A., Purwadi, N., & Wibawa, I. D. N. (2017). Kadar resistin serum
berhubungan dengan Skor child-turcotte pugh pada penderita sirosis
hati. Jurnal Penyakit Dalam Udayana, 1(1), 30-37.

36

Anda mungkin juga menyukai