Anda di halaman 1dari 23

Endometriosis merupakan suatu kondisi yang

dicerminkan dengan keberadaan dan


pertumbuhan jaringan endometrium di luar
uterus.
Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di
ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk
uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks,
colon, ureter dan pelvis.
Ada beberapa faktor resiko penyebab
terjadinya endometriosis, antara lain:
Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang

pendek (<27>7 hari)


Spotting sebelum menstruasi
Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
Keturunan : memiliki ibu yang menderita

penyakit yang sama.


 Memiliki saudara kembar yang menderita
endometriosis
 Terpapar Toksin dari lingkungan, Biasanya

toksin yang berasal dari pestisida,


pengolahan kayu dan produk kertas,
pembakaran sampah medis dan sampah-
sampah perkotaan.
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1. Nyeri
2. Perdarahan abnormal
3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
 Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Hal ini disebabkan
adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.
 Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat
mempengaruhi sistem hormonal tubuh.
 Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel
endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar
estrogen dan progesteron dalam tubuh.
 Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-
sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme
masuk ke dalam tubuh
 Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus,

terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen


endometrial tersebut dilemparkan dari
infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang
akan menjadi tempat tumbuhnya.
 Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran
darah dan limpa.
 Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial

ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin


normal.
 Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan

progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan


endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi
perdarahan di daerah pelvic.
 Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena
iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat
menstruasi (dysmenorea).
 Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba

fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus


mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba
fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-
ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus
menjadi terhambat
1. Uji serum
• CA-125
⇛Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
• Protein plasenta 14
⇛Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi
dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
• Antibodi endometrial
⇛Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2. Teknik pencitraan
a. Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan
sensitifitas 11%
b. CT Scan dan MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
c. Pembedahan
Laparoskopi
d. Biopsi Endometrium
e. USG Rahim
Pengobatan hormonal dimaksudkan untuk
menghentikan ovulasi, sehingga jaringan
endometriosis akan mengalami regresi dan
mati.
 Farmakologi: merupakan suatu hormon sintentik, yang diturunkan dari
ethisterone, dengan aktivitas antigonadotropik kuat (menghambat LH dan
FSH) dan kerja androgenic lemah tanpa efek samping virilizing dan
 masculinizing. Penggunaan androgen mungkin bisa menstimulasi
eritropoiesis dan efisiensi penggumpalan. Androgen merubah jaringan
endometrium menjadi tidak aktif dan atropik. Setelah pemberian oral,
danocrine secara cepat diabsorpsi dan dimetabolisme secara ekstensif. Kadar
puncak plasma, bervariasi antara 2 dan 8 jam. Waktu paruh plasma danocrine
berkisar 4,5-29 jam.
 Mekanisme: Mencegah keluarnya FSH, LH, dan pertumbuhan endometrium
 Indikasi: Endometriosis yang terbukti secara visual (misalnya dengan
laparoskopi) yang mensyaratkan end-point terapi, fertilitas.
 Dosis & Cara Pemberian: 200-800 mg per hari dengan dosis terbagi 2-4.
Direkomendasikan untuk terapi awal diberikan dosis 800 mg per hari dengan
dosis terbagi 4. Pengobatam diteruskan tanpa terputus 3-6 bulan, dan jika
perlu sampai 9 bulan. Efek samping: Jerawat, meningkat berat badan, rambut
rontok, hirsutism, gangguan menstruasi berupa perubahan siklus, ruam pada
kulit, nausea, vomiting, konstipasi, kram otot, sakit kepala, emosi labil,
ansietas, dan gangguan selera makan.
 Progestin dapat menginduksi anovulasi dan hypooestrogenism, dan
menyebabkan atrofi eutopic serta endometrium ektopik. Efektivitasnya
juga sebagai anti-inflamasi.progestin menyebabkan penurunan cairan
volume peritoneal dan jumlah leukosit. Progestin menghambat
ekspresi metaloproteinase, enzim yang berkontribusi terhadap
kapasitas fragmen endometrium menyerang peritoneal permukaan dan
membentuk implan endometriosis.mekanisme Progestin adalah
menurunkan kadar FSH, LH, dan estrogen efek samping dari progestin
yang paling umum terjadi seperti perdarahan, kembung. Keuntungan
utama dari progestin adalah biaya yang lebih rendah dan mengurangi
dampak metabolik dibandingkan dengan obat lain yang tersedia untuk
pengobatan endometriosis, seperti GnRH analog dan danazol.
 Dosis:
 10 mg oral selama 3 bln
 15 mg oral 1x sehari
 Antagonis GnRH banyak digunakan dalam pengobatan gejala
endometriosis. Digunakan untuk persiapan merangsang
menopause buatan; dengan mengikat reseptor GnRH
pituitari. Mekanisme dari agonis GnRH adalah menekan
sekresi hormon GnRH dan endometrium. Efek samping yang
disebabkan oleh agonis GnRH adalah hypooestrogenism,
yang berkaitan dengan fisiologis menopause - hot flushes,
kekeringan vagina, mood perubahan dan insomnia.
 11,25 mg IM tiap 3 bln
 3,6 mg SC tiap bulan
 200 mcg intranasal 2x sehari
 Dosis: 1 tablet sehari
Dosis :
 400 mg oral tiap 4-6 jam
 250 mg oral tiap 6-8 jam
 Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri
dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta
 Sperof, Leon. 2005. Clinical Gynecologic

Endocrinology and Infertility. Lippincot


Williams & Wilkins : Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai