Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan:

Penelusuran beberapa jurnal literature review atau tinjauan literatur terkait terapi kontrasepsi
terhadap penderita sindrom ovarium polikistik PCOS telah dilakukan untuk menyediakan
pembahasan terkait pro dan kontra terapi tersebut. Kejadian sindrom ovarium polikistik
(PCOS) di beberapa negara seperti Brazil, India, dan Australia juga diterapkan terapi
kontrasepsi hormonal kombinasi (Combined Hormonal Contraception/CHC). Pendapat yang
menyetujui (Pro) terhadap terapi ini muncul berdasarkan manfaat dari terapi kontrasepsi
hormonal yang efektif menghilangkan gejala PCOS seperti anovulasi atau menstruasi yang
tidak teratur. Kontra terkait terapi ini biasanya muncul dari efek samping resiko penyakit
kardiovaskular dan resiko berkembangnya kanker endometrium pada penderita PCOS yang
diberikan terapi kontrasepsi hormonal.

Resume Jurnal berjudul: Hormonal contraceptive choice for women with PCOS: a
systematic review of randomized trials and observational studies (published online 25
Sept 2014)

Jurnal ini membahas tinjauan dari beberapa literatur dari database PubMed tentang PCOS yang
diterbitkan sebelum Oktober 2013. Pembahasan pada jurnal ini berfokus pada tinjauan kritis
terhadap data mengenai efek kontrasepsi hormonal kombinasi (CHC) untuk sindrom ovarium
polikistik (PCOS). Tujuannya adalah untuk menentukan pilihan pengobatan terbaik untuk
setiap fenotip PCOS. Desain penelitiannya berupa Randomized Clinical Trials (RCT). Jurnal
ini membahas 27 studi yang telah diseleksi dari 167 jurnal atau artikel yang berhubungan
dengan studi terkait PCOS.

Hyperandrogenism (HA) adalah kriteria diagnostik penting untuk PCOS dan sering dikaitkan
dengan resistensi insulin (IR) atau obesitas. Kombinasi kriteria ini perlu diketahui untuk
menetapkan skala risiko terhadap efek samping metabolik dan kardiovaskular. Kombinasi
kontrasepsi hormonal atau CHC (Combined Hormonal Contraception) merupakan pengobatan
yang efektif dan aman pada wanita dengan fenotipe PCOS. Pada pasien hiperandrogenisme
atau pada pasien PCOS, CHC apa pun yang dianalisis dalam tinjauan ini dapat digunakan untuk
menghilangkan gejala. Untuk pasien dengan risiko metabolik, kelebihan berat badan atau IR
sedang yang tidak memerlukan metformin, kontrasepsi ring vagina tampaknya lebih banyak
digunakan daripada etinil-estradiol (EE) atau drospirenone (DRP) oral. Pada pasien dengan
resiko metabolik ini, kombinasi CHC dan myo-inositol mungkin lebih efektif dalam
mengendalikan profil endokrin dan metabolik. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
menentukan durasi optimal dan untuk mengklarifikasi efek pengobatan pada hasil metabolisme
jangka panjang.

Sebagian besar penelitian menggunakan etinil-estradiol (EE) dengan dosis 30 mcg sebagai
komponen estrogen, sedangkan komponen progestin bervariasi antara drospirenone (DRP),
cyproterone acetate (CPA), chlormadinone acetate (CMA) dan desogestrel (DSG). Secara
umum, ketika digunakan sebagai monoterapi, semua rejimen CHC terbukti mengurangi gejala
HA setelah 6 bulan. Sebagian besar studi pengamatan yang termasuk dalam ulasan ini terbatas
pada enam bulan intervensi atau tindak lanjut dan menggunakan CHC dengan 30 mcg EE.
Setelah melakukan beberapa penulusaran literatur dari beberapa penelitian, diantara kelompok
yang diteliti didapatkan data bahwa, CHC-metformin menjadi pilihan terapi yang lebih efektif
karena efek menguntungkan tambahan pada resistensi insulin. Selain itu, kombinasi CHC-
metformin mungkin sangat bermanfaat pada wanita yang kelebihan berat badan dengan PCOS
karena meningkatkan fungsi endotel vaskular. Ketika CHC dibandingkan dalam monoterapi,
CHC oral yang mengandung DRP memiliki profil lipid yang lebih baik dan profil glikemik dan
hormon yang lebih baik daripada CHC oral dengan DSG.
(Mendoza, Simoncini, & Genazzani, 2014)

Resume Jurnal berjudul: Hormonal contraception in women with polycystic ovary


syndrome: choices, challenges, and noncontraceptive benefits (published online 2 feb
2017)
Polycystic ovary syndrome (PCOS) atau Sindrom Ovarium Polikistik adalah kelainan endokrin
pada antara wanita usia reproduktif yang ditandai oleh anovulasi kronis dan morfologi ovarium
polikistik dan/atau hiperandrogenisme. Gejala atau manifestasi klinis PCOS, seperti
menstruasi yang tidak teratur dan gejala hiperandrogenisme, dilakukan tata laksana perubahan
gaya hidup dan terapi kontrasepsi hormonal kombinasi (CHC). CHC mengandung hormon
estrogen yang memberikan sifat antiandrogenik dengan memicu sintesis globulin pengikat
hormon seks untuk mengurangi kadar testosteron bebas. Selain itu, progestogen yang ada
dalam CHC dan kontrasepsi khusus progestogen menekan sekresi hormon luteinizing.
Beberapa jenis progestogen secara langsung kontra indikatif terhadap efek androgen pada
reseptornya dan juga mengurangi aktivitas enzim 5a reduktase. PCOS berhubungan dengan
komorbiditas klinis dan metabolik yang dapat membatasi peresepan CHC. Dokter harus
menyadari faktor risiko, seperti usia, merokok, obesitas, diabetes, hipertensi arteri sistemik,
dislipidemia, dan riwayat pribadi atau keluarga, dari kejadian tromboemboli vena atau
trombofilia. Artikel ini membahas ulasan naratif dari bukti yang tersedia tentang keamanan
penggunaan terapi kontrasepsi hormonal pada wanita dengan PCOS. Pertimbangan ini dibuat
untuk memperhitungkan kemungkinan dampak kontrasepsi hormonal pada kesehatan
endokrin, metabolisme, dan kardiovaskular.

Walaupun CHC adalah pilihan terapi pertama untuk PCOS, namun, gangguan metabolisme
dapat diperburuk atau bahkan dipicu oleh penggunaan beberapa CHC. Pada penelitian yang
dilakukan oleh de Melo, dos Reis, Ferriani, & Vieira pada tahun 2017 disebutkan bahwa adanya
beberapa kondisi kesehatan wanita PCOS yang mendapat terapi CHC, mengalami gangguan
metabolik dan kardiovaskular yang diperburuk dan dipicu oleh penggunaan terapi kontrasepsi
hormonal. Terdapat banyak rekomendasi pedoman klinis untuk penggunaan kontrasepsi
hormonal pada wanita dengan PCOS didasarkan pada penelitian pada wanita tanpa PCOS.
Akibatnya, dokter harus tetap mengevaluasi setiap pasien secara individual dan
mempertimbangkan keberadaan faktor risiko, seperti usia, merokok, obesitas, diabetes,
dislipidemia, dan riwayat pribadi atau keluarga dari kejadian tromboemboli vena atau
trombofilia. Ketika penggunaan estrogen dikontraindikasikan untuk pasien atau ketika
beberapa faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular muncul atau saat intoleransi EE terjadi,
penggunaan kontrasepsi non-hormonal untuk terapi progesteron lebih dianjurkan. Jika metode
CHC tidak cukup mengontrol gejala hiperandrogenisme, alternatifnya adalah menggabungkan
Progesteron Only Contraception (POC) atau metode non-hormonal dengan obat antiandrogen,
seperti spironolactone, cyproterone, atau finasteride.
(de Melo, dos Reis, Ferriani, & Vieira, 2017).

Resume Jurnal berjudul: Consensus Statement on the Use of Oral Contraceptive Pills in
Polycystic Ovarian Syndrome Women in India (published April 2018)

Jurnal ini diterbitkan berdasarkan penelitian dengan tujuan untuk memberikan rekomendasi
konsensus bagi penyedia layanan kesehatan tentang penggunaan pil kontrasepsi oral (Oral
Contraception Pills) pada wanita sindrom ovarium polikistik (PCOS) di India. Literatur yang
diterbitkan diambil melalui penelusuran Medline dan The Cochrane Database dari Januari 2003
hingga Desember 2017 menggunakan kosa kata terkontrol yang tepat (mis., Pil kontrasepsi
oral, sindrom ovarium polikistik, hasil jangka panjang, infertilitas). Beberapa pedoman praktik
klinis, registrasi uji klinis, dan publikasi serta data masyarakat spesialisasi medis nasional dan
internasional juga dikumpulkan dan ditinjau untuk membentuk rekomendasi ini.

Meskipun obesitas adalah gejala umum untuk sebagian besar pasien PCOS, 'lean PCOS' atau
penderita PCOS dengan tubuh yang kurus juga ada. Selama beberapa tahun, pil kontrasepsi
oral atau OCP telah memainkan peran penting dalam manajemen gejala wanita PCOS. Hal ini
disebabkan oleh fakta bahwa OCP mengurangi hormon luteinisasi, mengurangi produksi
androgen, dan meningkatkan globulin pengikat hormon seks, yang mengikat androgen.
Beberapa formulasi baru OCP telah dikembangkan untuk mengurangi efek samping. Ini
termasuk penggunaan progestin yang kurang androgenik dan dosis rendah etinil estradiol.
Rekomendasi konsensus ini membantu penyedia layanan kesehatan untuk memilih jenis
kontrasepsi hormonal oral yang tepat, yang akan mengurangi gejala dengan efek samping yang
paling sedikit. Ini juga memberikan wawasan tentang indikasi, kontraindikasi, dan
kekhawatiran tentang penggunaannya jangka pendek, menengah dan jangka panjang.

Ada dua jenis OCP: pil kombinasi, yakni kombinasi kontrasepsi oral, mengandung estrogen
dan progestogen, dan pil yang kandungannya hanya progestogen. Di India, beberapa kasus
wanita dengan PCOS mengalami efek samping dari terapi kontrasepsi hormonal seperti
kenaikan berat badan, perubahan mood, dan efek yang merugikan pada faktor risiko
kardiometabolik mungkin di kali memperburuk masalah pada wanita PCOS. Dengan demikian,
sebelum memulai pengobatan dengan OCP, konseling menyeluruh sangat penting dan ini harus
didukung oleh pemantauan yang ketat pada setiap kunjungan tindak lanjut. Data tentang
peningkatan risiko kanker ovarium dan payudara pada wanita PCOS dengan terapi kontrasepsi
hormonal sangat terbatas. Risiko kanker pada wanita dengan terapi hormonal untuk PCOS sulit
dipisahkan dari faktor-faktor risiko lain yang telah terbukti klinis seperti nulliparitas, infertilitas
dan perawatannya, anovulasi, dan obesitas. Selain itu, tidak ada bukti yang cukup untuk
mendukung hubungan sebab akibat antara penggunaan OCP dan penambahan berat badan.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari jurnal ini adalah bahwa kombinasi kontrasepsi oral dosis
rendah yang mengandung progestin netral atau antiandrogenik mungkin merupakan
kontrasepsi oral pilihan dalam pengobatan PCOS. Terlepas dari potensi efek kardiovaskular
dan metabolik kontrasepsi oral yang merugikan, bukti saat ini menunjukkan bahwa manfaatnya
lebih besar daripada risiko penggunaannya pada sebagian besar wanita PCOS. Penggunaan
kontrasepsi oral pada wanita PCOS harus disesuaikan secara individual dan
mempertimbangkan risiko dan pemberhentian segera jika ada kontraindikasi.
(National PCOS Working Group India, 2018)

Resume jurnal berjudul Impact of Hormonal Contraception and Weight Loss on HDL-C
efflux and Lipoprotein Particles in Women with Polycystic Ovary Syndrome
Jurnal ini membahas tentang dampak dari kontrasepsi hormonal dan penurunan berat badan
pada efflux HDL-C dan Partikel Lipoprotein pada wanita dengan PCOS. Hasil pembahasan
dari jurnal ini adalag bahwa penggunaan kontrasepsi oral dikaitkan dengan peningkatan fungsi
HDL-C dan profil LDL-C aterogenik yang bersamaan. Kesimpulan dari jurnal ini yaitu bahwa
kombinasi program Gaya Hidup Sehat dengan kontrasepsi oral menggunakan fungsi HDL-C
yang ditingkatkan dan mengurangi efek samping kontrasepsi oral pada lipoprotein, yang
dibuktikan dengan kapasitas efflux HDL-C meningkat secara signifikan pada 16 minggu pada
kelompok OCP (0,11; 95% CI 0,03, 0,18, p = 0,008) tetapi tidak dalam Gaya Hidup (p = 0,39)
atau kelompok Gabungan (p = 0,18). Setelah disesuaikan untuk tingkat HDL-C dan TG, ada
perubahan rata-rata yang signifikan dalam eflux pada kelompok Gabungan (0,09; 95% CI 0,01,
0,15; p = 0,01). Perubahan eflux HDL-C berkorelasi terbalik dengan perubahan testosteron
serum (rs = -0,21; p = 0,05). Sebaliknya, penggunaan OCP menginduksi profil LDL-C
aterogenik dengan peningkatan kecil (p = 0,006) dan partikel LDL besar (p = 0,002). Perubahan
dalam LDL-partikel kecil berkorelasi dengan perubahan testosteron serum (rs = .30,31, p =
0,009) dan indeks sensitivitas insulin (rs = −0,31, p = 0,02). Kedua kelompok Gaya Hidup dan
Gabungan tidak menunjukkan perubahan signifikan dalam partikel LDL aterogenik. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa yang mempengaruhi efek samping pada wanita PCOS dengan
kontrasepsi oral adalah gaya hidupnya, bukan kontrasepsi oralnya.
(Dokras, A., et. Al, 2017)

Anda mungkin juga menyukai