Anda di halaman 1dari 19

Review Article

PENGOBATAN FARMAKOLOGIS PEREMPUAN PCOS ATAS


INDIKASI NON FERTILITAS

Disusun Oleh:
Regina Marhadisony
1907601030001

Pembimbing:
Prof. DR. Dr. Rajuddin, Sp.OG, Subsp.FER

BAGIAN/SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2023
BAB I
PENDAHULUAN

Jenis infertilitas anovulasi yang paling umum adalah polycystic ovary


syndrome, juga dikenal sebagai PCOS, yang mempengaruhi lima hingga sepuluh
persen wanita usia reproduktif. PCOS memiliki gejala yang berbeda dan dapat
berubah dari remaja hingga menopause. PCOS umumnya tidak memiliki
penyebab yang diketahui. Beberapa pendapat mengatakan bahwa ada bukti
penularan autosomal yang kuat terkait dengan genetik keluarga, dan ada bukti
bahwa genetik tersebut berasal dari reseptor insulin.
Saat ini, pengobatan PCOS bertujuan untuk mengurangi resistensi pada
insulin melalui penggunaan diet dan olahraga yang dapat meningkatkan
sensitivitas insulin, kelainan hormon, dan frekuensi menstruasi dan ovulasi.
Namun, banyak penderita yang tidak menurunkan berat badan dengan diet dan
olahraga, sehingga resistensi insulin mereka tetap meningkat. Agen peka insulin
dapat meningkatkan sensitivitas jaringan terhadap insulin selama terapi PCOS.
Biguanide oral yang meningkatkan sensitivitas insulin dapat mengurangi produksi
glukosa hati, glukosa diusus, glukosa perifer, dan serapan glukosa oleh otot dan
hati. Metformin saat ini telah menjadi pengobatan yang populer untuk wanita
yang menderita PCOS.
Studi tentang pengaruh metformin pada wanita dengan PCOS
menunjukkan bahwa itu meningkatkan sensitivitas insulin disertai dengan
penurunan kadar insulin dan androgen pada wanita infertil dengan PCOS, di mana
metformin lebih baik daripada clomiphene citrate. Pada wanita non-DM dengan
PCOS, metformin juga membantu sensitivitas insulin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Skrining, penilaian diagnostik, penilaian risiko


2.1.1. Siklus menstruasi tidak teratur dan disfungsi ovulasi
Siklus menstruasi tidak teratur dapat dikategorikan sebagai berikut :
• Normal apabila terjadi pada tahun pertama setelah menstruasi dan dianggap sebagai transisi
pubertas
• 1-3 tahun setelah menstruasi : < 21 atau > 45 hari
• 3 tahun setelah menstruasi sampai perimenopause : < 21 atau > 35 hari atau < 8 siklus dalam
satu tahun
• 1 tahun setelah menstruasi : > 90 hari pada salah satu siklus
• Amenorea primer pada usia 15 tahun atau > 3 tahun setelah tumbuhnya layu dara1

Pada wanita remaja dengan siklus menstruasi yang tidak teratur, maka penting untuk
mengetahui nilai, assessment awal yang tepat, dan diagnosis faktor psikoseksual dan budaya
yang mempengaruhi kejadian tersebut. Remaja dengan gejala PCOS akan tetapi tidak memenuhi
kriteria diagnostik, maka dapat dikategorikan sebagai “ berisiko tinggi” dan perlu diedukasi
untuk penilaian ulang pada saat atau sebelum sistem reproduksi sudah matang sepenuhnya, yaitu
8 tahun setelah menstruasi pertama. Kategori ini juga berlaku pasien dengan gejala-gejala PCOS
dan belum pernah mengonsumsi pil kontrasepsi kombinasi, Gejala PCOS yang menetap disertai
peningkatan berat badan yang signifikan. Disfungsi ovulasi dapat saja terjadi meskipun siklus
menstruasi teratur dan untuk menegakkan diagnosa anovulasi maka kadar serum progesteron
dapat dihitung.1

2.1.2 Hiperandrogenisme Biokimia


Kadar Free testosteron, indeks androgen bebas atau bioavaibilitas testosteron yang dihitung
harus digunakan untuk menilai hiperandrogenisme biokimia pada pasien PCOS. Uji berkualitas
tinggi seperti kromatografi cair - spektrometri massa (LCMS) dan imunoassay
ekstraksi/kromatografi, merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk menghitung
kadar testosteron total atau bebas pada pasien PCOS. Androstenedione dan
dehydroepiandrosterone sulfate (DHEAS) dapat dipertimbangkan jika testosteron total atau
bebas tidak meningkat; namun, ini hanya memiliki informasi tambahan yang terbatas dalam
diagnosis PCOS. Uji testosteron bebas langsung, seperti uji radiometrik atau terkait enzim
sebaiknya tidak boleh digunakan dalam penilaian hiperandrogenisme biokimia pada PCOS,
karena menunjukkan sensitivitas, akurasi, dan presisi yang buruk. Hiperandrogenisme biokimia
tidak dapat dinilai pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal, karena efek pada sec-
hormon bin dina globulin dan perubahan produksi androgen yang bergantung pada gonadotropin.
Penilaian hiperandrogenisme biokimia penting pada wanita yang menggunakan kontrasepsi
hormonal, sebelum pengukuran pasien harus berhenti mengonsumsi obat selama 3 bulan atau
lebih, dan manajemen kontrasepsi dengan alternatif non-hormonal diperlukan selama waktu ini.
Penilaian hiperandrogenisme biokimia paling berguna dalam menegakkan diagnosis PCOS
dan/atau fenotipe di mana tanda-tanda klinis hiperandrogenisme (khususnya hirsutisme) tidak
jelas atau tidak ada. Interpretasi kadar androgen perlu dipandu sesuai rentang referensi
laboratorium yang digunakan, dikarenakan rentang nilai yang berbeda dan sangat bervariasi.
Nilai normal idealnya diambil dari kadar yang dimiliki populasi kontrol yang sehat dengan
fenotipe yang baik atau dengan analisis Koas ter pada populasi yang besar dengan
mempertimbangkan usia dan tahapan pubertas yang spesifik.2

2.1.3 Hiperandrogenism klinis


Anamnesa riwayat kesehatan yang menyeluruh dan pemeriksaan fisik harus dilakukan
untuk menegakkan diagnosa pada pasien dengan gejala dan tanda- tanda Hiperandrogenisme,
seperti jerawat, alopesia, dan hirsutisme. Tenaga medis profesional harus menyadari potensi-
potensi psikososial negatif akibat gejala Hiperandrogenisme yang dialami pasien tersebut.
Kehilangan rambut berlebih atau alopesia merupakan hal yang sangat penting, pada derajat
keparahan berapapun.sebaiknya tidak boleh digunakan dalam penilaian hiperandrogenisme
biokimia pada PCOS, karena menunjukkan sensitivitas, akurasi, dan presisi yang buruk.
Hiperandrogenisme biokimia tidak dapat dinilai pada wanita yang menggunakan kontrasepsi
hormonal, karena efek pada sec-hormon bin dina globulin dan perubahan produksi androgen
yang bergantung pada gonadotropin. Penilaian hiperandrogenisme biokimia penting pada wanita
yang menggunakan kontrasepsi hormonal, sebelum pengukuran pasien harus berhenti
mengonsumsi obat selama 3 bulan atau lebih, dan manajemen kontrasepsi dengan alternatif non-
hormonal diperlukan selama waktu ini. Penilaian hiperandrogenisme biokimia paling berguna
dalam menegakkan diagnosis PCOS dan/atau fenotipe di mana tanda-tanda klinis
hiperandrogenisme (khususnya hirsutisme) tidak jelas atau tidak ada. Interpretasi kadar androgen
perlu dipandu sesuai rentang referensi laboratorium yang digunakan, dikarenakan rentang nilai
yang berbeda dan sangat bervariasi. Nilai normal idealnya diambil dari kadar yang dimiliki
populasi kontrol yang sehat dengan fenotipe yang baik atau dengan analisis Koas ter pada
populasi yang besar dengan mempertimbangkan usia dan tahapan pubertas yang spesifik.2
Standardized visual scales lebih disarankan saat melakukan pemeriksaan hirsutisme,
seperti skor Ferriman Gallwey (mFG) yang dimodifikasi dengan level ≥4–6 yang menunjukkan
bahwa hirsutisme, tergantung pada etnis, dan pengobatan sendiri sangat umum dan dapat
memperngaruhi hasil penilaian klinis. Skor visual Ludwig lebih disarankan untuk menilai derajat
dan distribusi alopecia. Tidak ada penilaian visual yang dapat diterima secara universal untuk
mengevaluasi jerawat. Prevalensi hirsutisme sama pada etnik, namun skor batas mFG untuk
menentukan hirsutisme dan tingkat keparahan hirsutisme bervariasi berdasarkan etnis. Karena
variasi etnis dalam kepadatan rambut vellus terlihat jelas, perkiraan hirsutisme yang berlebihan
dapat terjadi jika rambut vellus sulit dibedakan dengan rambut terminal; hanya rambut terminal
yang dilihat dalam hirsutisme patologis, dengan rambut terminal yang tumbuh secara klinis
dengan panjang >5 mm jika tidak dirawat, bentuk dan teksturnya bervariasi dan umumnya
berpigmen.1

2.1.3. Ultrasonografi dan Polycystic Ovarian Morphology (PCOM)


USG tidak boleh digunakan untuk diagnosis PCOS pada mereka dengan usia
ginekologis < 8 tahun (< 8 tahun setelah menarche), karena tingginya insiden ovarium multi-
folikular pada tahap kehidupan ini. Ambang batas untuk PCOM harus direvisi secara teratur
dengan kemajuan teknologi ultrasound, dan nilai batas usia tertentu untuk PCOM harus
ditentukan. Pemeriksaan ultrasonografi transvaginal lebih banyak di pilih dalam mendiagnosis
PCOS, jika aktif secara seksual dan jika individu yang dinilai menyetujuinya.1
Menggunakan transduser ultrasound endovaginal dengan frekuensi bandwidth yang
mencakup 8 MHz, ambang batas untuk PCOM pada salah satu ovarium, jumlah folikel per
ovarium ≥20 dan/atau volume ovarium ≥10 ml pada kedua ovarium, memastikan tidak ada
corpora lutea, kista, atau dominan ada folikel. Jika menggunakan teknologi lama, ambang batas
untuk PCOM bisa berupa volume ovarium ≥10 ml pada salah satu ovarium. Pada pasien dengan
siklus menstruasi yang tidak teratur dan hiperandrogenisme, USG ovarium tidak diperlukan
untuk diagnosis PCOS; namun, ultrasonografi akan mengidentifikasi fenotipe PCOS lengkap.
Dalam pelaporan ultrasound transabdominal paling baik difokuskan pada volume ovarium
dengan ambang ≥10 ml, mengingat sulitnya menilai jumlah folikel dengan pemeriksaan ini.1

Berdasarkan International Guidelines ESHRE 2018, pemeriksaan USG tidak boleh digunakan
untuk diagnosis SOPK pada perempuan dengan usia ginekologi <8 tahun (<8 tahun setelah
menarche), akibat tingginya temuan ovarium multi-folikel. Pendekatan USG transvaginal lebih
dipilih dalam diagnosis SOPK jika aktif secara seksual dan dapat dilakukan pada individu yang
dinilai.3

Gambaran ovarium polikistik berdasarkan kriteria Rotterdam 2003 adalah ditemukannya folikel
sejumlah 12 atau lebih dengan diameter 2 – 9 mm pada masing – masing ovarium dan/atau
peningkatan volume ovarium (> 10ml). . Berbeda pada kelompok pasien yang mengonsumsi pil
kontrasepsi oral, untuk memenuhi definisi di atas hanya diperlukan satu ovarium. Menurut
International Guidelines ESHRE 2018, pada penggunaan transduser USG transvaginal dengan
frekuensi 8MHz, ambang batas untuk morfologi ovarium polikistik yaitu > 20 folikel per
ovarium dan/atau volume ovarium ≥ 10ml, dengan memastikan tidak terdapat korpus luteum,
kista atau folikel dominan. Pada pasien dengan siklus menstruasi yang tidak teratur dan
hiperandrogenisme, USG ovarium tidak diperlukan untuk diagnosis SOPK; namun, USG akan
mengidentifikasi fenotipe SOPK secara lengkap.

Gambar 2.1. Gambaran ovarium polikistik pada pemeriksaan USG


2.1.4. Anti Mullerian Hormon (AMH)
Kadar AMH serum sebaiknya belum digunakan sebagai alternatif untuk deteksi PCOM
atau sebagai tes tunggal untuk diagnosis PCOS. Terdapat bukti yang menunjukkan standarisasi
pengujian yang lebih baik dan tingkat batas atau ambang batas yang ditetapkan berdasarkan
validasi skala besar pada populasi dari berbagai usia dan etnis, pengujian AMH akan lebih akurat
dalam mendeteksi PCOM.2

2.1.5. Tahap kehidupan menopause


PCOS pascamenopause dapat pertimbangkan dengan bukti hiperandrogenisme yang
berkelanjutan. Diagnosis PCOS pascamenopause dapat dipertimbangkan jika ada diagnosis
PCOS sebelumnya, riwayat jangka panjang siklus menstruasi yang tidak teratur dan
hiperandrogenisme dan/atau PCOM, selama tahun-tahun reproduksi. Wanita pascamenopause
yang mengalami hiperandrogenisme onset baru, parah atau memburuk termasuk hirsutisme,
memerlukan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan tumor yang mensekresi androgen dan
hipertekosis ovarium.1

2.1.6. Risiko penyakit kardiovaskular


Semua orang dengan PCOS harus ditawarkan pemantauan rutin untuk perubahan berat
badan dan kelebihan berat badan, dalam konsultasi dengan dan jika dapat diterima oleh masing-
masing wanita. Pemantauan dapat dilakukan pada setiap kunjungan atau minimal 6-12 bulan,
dengan frekuensi yang direncanakan dan disepakati antara profesional kesehatan dan individu.
Berat badan, tinggi badan dan idealnya lingkar pinggang harus diukur dan BMI dihitung dengan
pertimbangan sebagai berikut:
• Kategori BMI dan lingkar pinggang harus mengikuti pedoman Organisasi Kesehatan
Dunia, juga mencatat rentang etnis dan remaja.
• Pertimbangan harus diberikan untuk kelompok etnis Asia dan berisiko tinggi termasuk
pemantauan lingkar pinggang yang direkomendasikan.1

Semua wanita dengan PCOS harus dilakukan pemeriksaan faktor risiko kardiovaskular
dan risiko umum CVD. Jika skrining mengungkapkan faktor risiko CVD termasuk obesitas,
merokok, dislipidemia, hipertensi, gangguan toleransi glukosa, dan kurangnya aktivitas fisik,
wanita dengan PCOS harus dipertimbangkan pada peningkatan risiko CVD. Wanita yang
kelebihan berat badan dan obesitas dengan PCOS, tanpa memandang usia, harus memiliki profil
lipid puasa (kolesterol, kolesterol lipoprotein densitas rendah, kolesterol lipoprotein densitas
tinggi, dan kadar trigliserida saat diagnosis). Setelah itu, frekuensi pengukuran harus didasarkan
pada adanya hiperlipidemia dan risiko CVD global. Profesional kesehatan perlu menyadari
bahwa risiko CVD pada wanita dengan PCOS masih belum jelas menunggu studi berkualitas
tinggi, namun prevalensi faktor risiko CVD meningkat, yang memerlukan pertimbangan
skrining.2

2.1.7. Diabetes gestasional, gangguan toleransi glukosa dan diabetes tipe 2


Tenaga kesehatan profesional dan wanita dengan PCOS harus menyadari bahwa, tanpa
memandang usia, prevalensi diabetes gestasional, gangguan toleransi glukosa, dan diabetes tipe 2
(5 kali lipat di Asia, 4 kali lipat di Amerika, dan 3 kali lipat di Eropa) secara signifikan
meningkat pada PCOS, dengan risiko independen, namun diperburuk oleh obesitas. Status
glikemik harus dinilai sejak awal pada semua wanita dengan PCOS. Setelah itu, penilaian harus
dilakukan setiap satu sampai tiga tahun, dipengaruhi oleh adanya faktor risiko diabetes lainnya.
Tes toleransi glukosa oral (OGTT), glukosa plasma puasa atau HbA1c harus dilakukan untuk
menilai status glikemik. Pada wanita berisiko tinggi dengan PCOS (termasuk BMI > 25 kg/m2
atau pada orang Asia >23 kg/m2, riwayat gangguan glukosa puasa, gangguan toleransi glukosa
atau diabetes gestasional, riwayat keluarga diabetes melitus tipe 2, hipertensi atau hipertensi etnis
berisiko), dianjurkan OGTT. OGTT 75 g harus ditawarkan pada semua wanita dengan
prakonsepsi PCOS saat merencanakan kehamilan atau mencari pengobatan kesuburan,
mengingat risiko tinggi hiperglikemia dan penyakit penyerta terkait dalam kehamilan. Jika tidak
dilakukan prakonsepsi, OGTT harus ditawarkan pada usia kehamilan <20 minggu, dan semua
wanita dengan PCOS harus ditawarkan tes pada usia kehamilan 24-28 minggu.1

2.1.8. Obstructif Sleep Apneu (OSA)


Skrining hanya boleh dipertimbangkan pada OSA dengan PCOS untuk
mengidentifikasi dan meringankan gejala terkait, seperti mendengkur, bangun dengan tidak segar
dari tidur, kantuk di siang hari, dan potensi kelelahan yang berkontribusi pada gangguan mood.
Skrining tidak boleh dipertimbangkan dengan maksud meningkatkan risiko kardiometabolik,
dengan bukti yang tidak memadai untuk manfaat metabolik pengobatan OSA pada PCOS dan
pada populasi umum. Skrining kwisioner sederhana, lebih disukai alat Berlin tool, dapat
diterapkan dan jika positif, rujukan ke spesialis dipertimbangkan. Layar positif meningkatkan
kemungkinan OSA, namun, itu tidak mengukur beban gejala dan tidak membenarkan
pengobatan. Jika wanita dengan PCOS memiliki gejala OSA dan skrining positif, pertimbangan
dapat diberikan untuk merujuk ke pusat spesialis untuk evaluasi lebih lanjut.1

2.1.9. Kanker endometrium


Tenaga kesehatan professional dan wanita dengan PCOS harus menyadari peningkatan
risiko kanker endometrium 2 hingga 6 kali lipat, yang sering muncul sebelum menopause;
namun, risiko absolut kanker endometrium tetap relatif rendah. Tenaga kesehatan professional
memerlukan ambang batas yang rendah untuk pemeriksaan kanker endometrium pada wanita
dengan PCOS atau riwayat PCOS, dengan pemeriksaan USG transvaginal dan/atau biopsi
endometrium yang direkomendasikan dengan penebalan endometrium yang persisten dan/atau
faktor risiko termasuk amenore berkepanjangan, perdarahan vagina abnormal atau obesitas.
Namun, pemeriksaan ultrasonografi rutin pada ketebalan endometrium pada PCOS tidak
dianjurkan. Pencegahan optimal untuk hiperplasia endometrium dan kanker endometrium tidak
diketahui. Pendekatan pragmatis dapat mencakup terapi COCP atau progestin pada mereka yang
siklusnya lebih dari 90 hari.2

2.2 Prevalensi, skrining, penilaian diagnostik, dan pengobatan dalam kesejahteraan emosional
2.2.1. Kualitas hidup
Tenaga kesehatan professional dan wanita harus menyadari dampak buruk PCOS
terhadap kualitas hidup. Tenaga kesehatan professional harus menangkap dan
mempertimbangkan persepsi gejala, dampak pada kualitas hidup dan prioritas perawatan pribadi
untuk meningkatkan hasil pasien. The PCOS quality of life tool (PCOSQ), atau PCOSQ yang
dimodifikasi, mungkin berguna secara klinis untuk menyoroti fitur PCOS yang menyebabkan
tekanan terbesar, dan untuk mengevaluasi hasil pengobatan pada masalah kesehatan PCOS
subyektif wanita.2
2.2.2. Skrining dan pengobatan gejala depresif dan kecemasan

Para ahli diminta untuk lebih menyadari bahwa penderita PCOS memiliki prevalensi
kecemasan dan gejala depresi yang sedang hingga berat, dan pada beberapa kasus juga ditemui
pada remaja. Gejala kecemasan dan depresi sebaiknya secara rutin dilakukan skrining pada
semua umur dengan riwayat PCOS. Bila saat skrining didapati gejala atau ada afek emosi
didapati gangguan, maka penderita membutuhkan pemeriksaan lanjutan dan pengobatan oleh
tenaga professional, sesuai dengan alurnya.1

2.2.3. Intervensi Latihan

Beberapa diantara yang tertera di bawah ini memerlukan dukungan dan masukan dari
tenaga ahli kesehatan untuk mencegah kenaikan berat badan dan mempertahankan status
kesehatannya, yaitu:

 Para penderita yang berusia 18-64 tahun, membutuhkan minimal 150 menit aktivitas fisik
dengan intensitas sedang setiap minggu atau 75 menit aktivitas fisik dengan intensitas
berat atau kombinasi dari keduanya, termasuk aktivitas menguatkan otot dalam 2 hari
atau minggu berselang-seling

 Pada remaja, paling tidak 60 menit aktivitas fisik intensitas sedang ke berat setiap harinya
termasuk kegiatan yang menguatkan otot dan tulang minimal 3 kali dalam seminggu

 Aktivitas dilakukan minimal 10 menit atau sebanyak 1000 langkah untuk mencapai
durasi 30 menit setiap harinya1

Para ahli kesehatan juga harus mendukung dan menganjurkan untuk menurunkan berat badan
agar mencegah peningkatan berat badan berulang dan untuk mendapat manfaat kesehatan yang
lebih baik, teruntuk mereka yang:

 Melakukan aktivitas selama 250 menit dalam setiap minggunya atau 150 menit dalam
setiap minggu melakukan aktivitas dengan intensitas berat atau kombinasi dari keduanya,
dan penguatan otot, dan aktivitas ang melibatkan kelompok otot besar dalam 2 hari atau
minggu berselang-seling.

 Mengurangi kebiasaan duduk dan menonton terlalu lama

Aktivitas fisik termasuk saat kegiatan mengisi waktu luang seperti berjalan atau bersepeda,
saat melakukan pekerjaan rumah atau bermain, olahraga atau pelatihan terjadwal rutin dalam
tingkat keluarga dan lingkungan sekitar. Sepuluh ribu langkah setiap harinya perlu dilakukan,
termasuk aktivitas sehari-hari dan aktivitas fisik selama 30 menit yang terstruktur atau sebanyak
3000 langkah. Beberapa aktivitas terstruktur direkomendasikan untuk wanita dan keluarganya
sesuai dengan preferensi budaya masing-masing.2

2.4 Pengukuran berat dan obesitas

Para ahli kesehatan dan juga kaum wanita harus menyadari bahwa wanita memiliki
prevalensi tinggi dalam kelebihan berat badan hingga obesitas, sehingga mempengaruhi
kesehatan dan kestabilan emosi, yang membutuhkan pencegahan. Semua penderitas PCOS
sebaiknya dianjurkan untuk dilakukan evaluasi rutin untuk perubahan berat badannya. Ketika
mengukur berat badan pasien, karena berkaitan dengan stigma dan citra negatif dan/atau
seseorang yang tidak memiliki rasa percaya diri, pengukuran perlu dilakukan dengan saling
menghormati dan penuh perhatian.1

Sebelumnya, penjelasan tentang tujuan dan bagaimana informasi akan digunakan dan
kesempatan untuk bertanya dan pilihan perlu diberikan sehingga perizinan dapat terukur dan
terhitung cukup. Hasilnya perlu dijelaskan terutama bagaimana dampaknya terhadap kesehatan
emosional dimana dukungan diperlukan.1

2.5. Pengobatan farmakologis untuk indikasi ketidaksuburan

2.5.1 Prinsip pengobatan farmakologis dalam PCOS

Dengan mempertimbangkan karakteristik seseorang dan pilihan dan nilai merupakan hal
yang penting dalam merekomendasikan pengobatan farmakologis. Ketika hendak meresepi
pengobatan farmakologis dalam PCOS, manfaat, efek samping dan kontraindikasi dalam PCOS
dan populasi secara umum perlu dipertimbangkan dan didiskusikan sebelumnya. COCPs,
metformin dan beberapa terapi farmakologis lainnya pada umumnya tidak direkomendasikan
dalam PCOS. Namun, beberapa terapi tersebut biasanya terbukti secara ilmiah dan
diperbolehkan untuk digunakan di beberapa Negara. Ketika diizinkan, tenaga kesehatan perlu
menginformasikan pasien dan mendiskusikan terkait bukti-bukti dan kemungkinan efek samping
yang mengkhawatirkan. Pendekatan secara holistik dibutuhkan dan terapi dalam mengatasi
PCOS perlu dipertimbangkan secara berdampingan dengan keilmuan, gaya hidup, dan beberapa
pilihan lainnya termasuk pertimbangan kosmetik dan ketersediaan ruang konseling.1
2.5.2 Pil KB kombinasi

Pil KB kombinasi perlu direkomendasikan pada wanita dewasa dengan PCOS untuk
mengatasi kelebihan hormone androgen dan/atau adanya gangguan siklus menstruasi.
Penggunaan pil KB kombinasi pada remaja dengan PCOS untuk mengatasi kelebihan hormon
androgen dan/atau adanya gangguan siklus menstruasi. Pil KB kombinasi bias juga
dipertimbangkan pada remaja yang memiliki factor resiko namun belum terdiagnosis PCOS,
yakni untuk mengatasi tampakan kelainan akibat kelebihan hormone androgen dan/atau adanya
gangguan siklus menstruasi. Beberapa tipe dan dosis progestin, estrogen atau kombinasi di antara
keduanya (Pil KB Kombinasi) tidak direkomendasikan pada dewasa dan remaja dengan PCOS
sehingga perlu diinformasikan.2

Berdasarkan alurnya, Ethinyloestradiol sebanyak 35 µg dengan tambahan cryproterone


asetat tidak menjadi pilihan pertama dalam mengatasi PCOS, dikarenakan efek sampingnya
termasuk resiko terjadinya tromboemboli pada pembuluh darah vena. Ketika meresepkan pil KB
kombinasi pada dewasa dan remaja dengan PCOS, maka:

 Beberapa jenis pil KB kombinasi memiliki efektivitas yang sama dalam mengatasi
kelebihan hirutisme.

 Dosis estrogen dengan efektivitas paling rendah (seperti 20-30 µg etiniloestradiol atau
setara) dan beberapa jenis estrogen yang alami lebih dipilih, sehingga menyeimbangkan
efek, kejadian resiko gangguan metabolisme, efek samping, biaya dan ketersediaan.

 Ketidaktersediaan bukti dalam efek pil KB kombinasi dalam PCOS perlu diapresiasi
dengan praktik yang diinformasikan oleh pedoman populasi umum (Pedoman Organisasi
Kesehatan Dunia).

 Kontraindikasi absolut dan relative dan efek samping dalam penggunaan obat pil KB
kombinasi perlu dipertimbangakan dan dijadikan topik diskusi lanjutan.

 Faktor resiko pada kasus PCOS seperti BMI yang berlebih, kelebihan kadar lemak dalam
darah dan peningkatan tekanan darah perlu diperhatikan.2

Jenis Pil KB Kombinasi3


1. Monofasik

Pil jenis ini adalah jenis pil yang paling banyak digunakan. Pil yang tersedia dalam kemasan 21
tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7
tablet tanpa hormon aktif.3

2. Bifasik

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P)
dengan 2 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.3

3. Trifasik

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P)
dengan 3 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.3

2.5.3 Pil KB kombinasi ditambah dengan metformin dan/atau agen farmakologis anti-androgen

 Penggunaan pil KB kombinasi dan metformin perlu di perhatikan pada wanita dengan
PCOS dalam mengatasi gejala metabolic, dimana pil KB kombinasi dan perubahan gaya
hidup tidak akan mencapai target pengobatan yang diharapkan

 Penggunaan pil KB kombinasi dan metformin perlu diperhatikan pada remaja dengan
PCOS dan memiliki indeks masa tubuh ≥ 25 kg/ m2 dimana pil KB kombinasi dan
perubahan gaya hidup tidak akan mencapai target pengobatan yang diharapkan

 Penggunaan pil KB dengan metformin bias dapat tinggi manfaatnya dalam kelompok
yang beresiko tinggi dalam gangguan metabolic, termasuk dengan factor resiko diabetes,
gangguan toleransi glukosa atau kelompok etnis yang memiliki resiko tinggi

 Penggunaan pil KB kombinasi dengan antiandrogen hanya boleh dipertimbangkan dalam


PCOS untuk mengatasi hirutisme, setelah 6 bulan lamanya atau lebih penggunaan dari pil
KB kombinasi dan terapi kosmetik telah gagal untuk meningkatkan gejala

 Penggunaan pil KB kombinasi dan antiandrogen hanya boleh dipertimbangkan pada


kebotakan yang berkaitan dengan hormone androgen dalam kasus PCOS untuk mengatasi
hirutisme
 Dalam PCOS, antiandrogen perlu menggunakan kontrasepsi efektif untuk mencegah
undervirilisasi pada janin laki-laki. Ketersediaan variable dan status pengaturan dari agen
didapati dan beberapa agen, potensi dari toksisitas hati memerlukan perhatian.1

2.5.3 Metformin

 Metformin sebagai tambahan dengan perubahan gaya hidup bisa direkomendasikan pada
dewasa yang memiliki riwayat PCOS, untuk mengatasi gangguan berat badan, hormone
dan gangguan metabolic

 Metformin sebagai tambahan dengan perubahan gaya hidup juga perlu diberikan pada
wanita penderita PCOS dengan IMT ≥ 25 kg/m2 untuk mengatasi gangguan metabolik
dan berat badan

 Metformin sebagai tambahan dengan perubahan gaya hidup bias dipertimbangkan pada
remaja yang terdiagnosis PCOS atau dengan gejala PCOS sebelum ditegakkan
diagnosisnya secara pasti

 Metformin bisa memberikan efek yang lebih banyak dalam kelompok yang beresiko
mengalami gangguan metabolic termasuk mereka dengan factor resiko diabetes,
gangguan toleransi glukosa atau etnik dengan resiko tinggi.2

Ketika metformin diberikan, maka beberapa hal perlu di perhatikan:

Efek samping, termasuk efek samping gastrointestinal yang umumnya bergantung pada
dosis dan sembuh sendiri, perlu menjadi bahan diskusi individual.

• Memulai dengan dosis rendah, dengan peningkatan 500 mg 1–2 minggu dan sediaan
pelepasan yang diperpanjang dapat meminimalkan efek samping.

• Penggunaan metformin tampak aman untuk jangka panjang, berdasarkan penggunaan pada
populasi lain, namun, kebutuhan berkelanjutan perlu dipertimbangkan dan penggunaan
mungkin berhubungan dengan kadar vitamin B12 yang rendah.
• Penggunaan umumnya di luar label dan profesional kesehatan perlu memberi tahu wanita
dan mendiskusikan bukti, kemungkinan kekhawatiran, dan efek samping1

2.5.4 Agen farmakologi anti-obesitas

Obat anti-obesitas selain tatalaksana gaya hidup, dapat dipertimbangkan untuk


pengelolaan obesitas pada orang dewasa dengan PCOS setelah intervensi gaya hidup, sesuai
rekomendasi populasi umum. Untuk obat anti-obesitas, biaya, kontraindikasi, efek samping,
ketersediaan variabel dan status regulasi perlu dipertimbangkan dan kehamilan perlu
dihindari saat menggunakan obat ini.2

2.5.5 Agen farmakologi anti-androgen

Penggunaan terapi hormonal kombinasi dikontraindikasikan atau ditoleransi dengan


buruk, dengan adanya pilihan kontrasepsi lain yang efektif, antiandrogen dapat
dipertimbangkan untuk mengobati hirsutisme dan alopecia terkait androgen. Jenis atau dosis
antiandrogen tertentu saat ini tidak dapat direkomendasikan dengan bukti yang tidak
memadai pada PCOS.2

2.5.5 Inositol

Inositol (dalam bentuk apa pun) saat ini harus dianggap sebagai terapi eksperimental
pada PCOS, dengan bukti yang terbatasan bukti dan efikasi perlunya penelitian lebih lanjut.
Wanita yang menggunakan inositol dan terapi pelengkap lainnya dianjurkan untuk memberi
saran kepada profesional kesehatan mereka1

2.5.6. Progestin

Penggunaan kontrasepsi yang hanya mengandung progestogen saja untuk tatalaksana


SOPK yang berkaitan dengan regulasi haid adalah pil progestin (progestin Only Pil (POP)). POP
merupakan pil kontrasepsi yang mengandung progestin saja dengan dosis yang sangat rendah
seperti hormon alami progesteron dalam tubuh perempuan.3

Cara Kerja Progestin:


Progestin menekan kadar LH dan produksi androgen ovarium. Selain itu, progestin juga
memiliki efek antagonis pada reseptor androgen atau menghambat aktivitas 5-α reduktase dan
mencegah endometrium mengalami hiperplasia sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya
kanker endometrium yang meningkat pada perempuan dengan SOPK.3

Medroxyprogesterone acetate (MPA) pada dosis 5-10 mg/hari selama 10-14 hari setiap
bulan dapat digunakan untuk mengobati amenore atau perdarahan uterus abnormal pada
perempuan dengan SOPK yang tidak ingin hamil dan yang tidak beresiko untuk hamil. Terapi
progestin bulanan ini dapat menekan proliferasi endometrium abnormal.3

Progesteron berperan dalam ovulasi, implantasi embrio dan pada fase luteal dari siklus
haid. Kurangnya paparan progesteron ditemukan di fase luteal pada perempuan SOPK. Terdapat
juga perubahan kemampuan sel granulosa ovarium untuk mensintesis progesteron. Kurangnya
paparan progesteron diduga memiliki peran dalam perubahan sintesis gonadotropin atau
androgen pada penderita SOPK. Kegagalan fungsi ovarium dan adanya defisiensi progesteron ini
dapat memicu abnormalitas pada aksis hipotalamus- hipofisis yang kemudian memengaruhi
sekresi LH.3

Salah satu cara untuk mengatasi pasien SOPK yang menjalani program hamil yaitu
dengan memberikan progesteron untuk memperbaiki siklus haid dan memicu perdarahan lucut
pervaginam. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian progesteron pada perempuan
SOPK juga menekan kadar androgen.3

ALGORITMA PENANGANAN SOPK DENGAN GANGGUAN HAID

Gambar 2.2.
Algoritma Penanganan SOPK
Keterangan algoritma penanganan SOPK dengan gangguan haid

1. Pasien terdiagnosis SOPK berdasarkan 2 dari 3 kriteria Rotterdam 2003 atau pada
remaja dengan risiko SOPK.3

• Siklus haid ireguler

• Hiperandrogenisme (klinis maupun biokimia)

• USG sesuai morfologi ovarium polikistik

Dan menyingkirkan kemungkinan penyebab yang lain

2. Edukasi pola hidup dan terapi farmakologis lini pertama untuk hiperandrogenisme
dan siklus irreguler

3. Inisiasi terapi farmakologi dengan menggunakan pil kontrasepspsi kombinasi (PKK).


Beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam memberikan PKK:

 Gunakan dosis estrogen efektif terendah (20-30 mikrogram etinil estradiol atau
yang setara)
 Pertimbangkan sediaan estrogen alami yang memiliki efikasi, profil risiko
metabolik, efek samping, biaya, dan ketersediaan yang seimbang
 Ikuti pedoman PKK WHO pada populasi umum terkait risiko dan kontraindikasi
relatif dan absolut
 Hirsutisme memerlukan terapi farmakologi PKK dan kosmetik tambahan
setidaknya 6 bulan
 Pertimbangkan faktor risiko tambahan terkait SOPK seperti IMT tinggi,
hiperlipidemia, dan hipertensi
 Pil progestin only (POP) dapat menjadi pilihan pada pasien dengan kontraindikasi
pemberian PKK.

4. Tidak ada sediaan PKK yang lebih unggul pada SOPK. Perlu dipertimbangkan
pada pasien SOPK untuk manajemen gangguan metabolik, dimana PKK + pola hidup tidak
dapat mencapai target. Penambahan metformin perlu dipertimbangkan pada remaja dengan
SOPK dan IMT ≥ 25kg/m2, jika PKK dan perubahan pola hidup tidak dapat mencapai
target. Kombinasi terapi ini paling bermanfaat pada kelompok risiko tinggi kelainan
metabolik termasuk pasien dengan faktor risiko diabetes, gangguan toleransi glukosa, atau
kelompok etnis berisiko tinggi.3

5. Kombinasi terapi ini memiliki bukti ilmiah relatif terbatas untuk tatalaksana
SOPK. Anti- androgen harus digunakan dengan kontrasepsi untuk mencegah virilisasi pada
janin laki-laki. Dapat dipertimbangkan setelah perawatan hirsutisme dengan kosmetik +
PKK apabila gagal mencapai target. Dapat dipertimbangkan pada pasien SOPK dengan
alopecia androgenik.3

6. Kombinasi terapi ini paling bermanfaat pada IMT ≥ 25kg/m2 dan kelompok etnis
risiko tinggi. Efek samping, termasuk efek gastrointestinal terkait dosis dan dapat sembuh
dengan sendirinya. Pertimbangkan dimulai dari dosis rendah, dengan peningkatan dosis 500
mg per 1-2 minggu. Metformin aman untuk jangka panjang. Pemantauan berkelanjutan
diperlukan dan berkaitan dengan kadar vitamin B12 yang rendah.3

7. Kombinasi anti-obesitas dengan modifikasi gaya hidup dapat dipertimbangkan


dengan mempertimbangkan biaya, kontraindikasi, efek samping, ketersediaan dan peraturan
dan menghindari kehamilan saat menjalani terapi.3

8. Inositol (dalam bentuk apa pun) harus dianggap eksperimental pada SOPK,
dengan bukti efikasi yang ada diperlukan penelitian lebih lanjut.3

Daftar Pustaka

1. Teede H, Misso M, Costello M, Dokras A. Recommendations from the international


evidence-based guideline for the assessment and management of polycystic ovarian
syndrome. Human Reproduction, Vol.33, No.9 pp. 1602–1618, 2018
2. Fauser B, Tarlatzis B, Rebar R, Legro R. Consensus on women’s health aspects of
polycystic ovary syndrome (PCOS): the Amsterdam ESHRE/ASRM-Sponsored 3rd
PCOS Consensus Workshop Group. Fertility and Sterility, Volume 97, Issue 1, January
2012, Pages 28-38.e25

3. Permadi, W, Harzif A, Maidarti M. Konsensus Tatalaksana Sindrom Ovarium Polikistik


(SOPK). Himpinan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia, 2023.

Kalra, Bharti, Sanjay B, Sharma. The inositols and polycystic ovary syndrome. Indian Journal of
Endocrinology and Metabolism. Sep-Oct 2016. Vol 20. Issue 5,

Anda mungkin juga menyukai