Defenisi
B. Rentang respon
F. Proses keperawatan
1. Faktor predisposisi
a. Genetika
b. Neurobiology
c. Neurotransmitter
d. Abnormal perkembangan syaraf
e. Psikologis
2. Faktor presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
3. Mekanisme koping
a. Regresi
b. Proyeksi
c. Menarik diri
4. Perilaku halusinasi
a. Isi halusinasi
b. Waktu terjadinya
c. Frekuensi
d. Situasi pencetus
e. Respon klien saat halusinasi
Pantau pelaksanaan
jadwal kegiatan, berikan
penguatan terhadap
perilaku yang ( + )
Setelah …….x SP 4
pertemuan, pasien Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu ( SP 1, 2,
Menyebutkan dan 3)
kegiatan yang sudah Tanyakan program
dilakukan pengobatan
Menyebutkan Jelaskan pentingnya
manfaat dari program penggunaan obat
pengobatan pada gangguan jiwa
Jelaskan akibat bila
tidak digunakan
sesuai program
Jelaskan akibat bila
putus obat
Jelaskan cara
mendapatkan
obat/berobat
Jelaskan pengobatan
(5B)
Latih pasien minum
obat
Masukkan dalam
jadwal harian pasien
Keluarga mampu : Setelah ……x SP 1
Merawat psien di pertemuan keluarga Identifikasi masalah
rumah dan menjadi mampu menjelaskan keluarga dalam
system pendukung tentang halusinasi merawat pasien
yang efektif untuk Jelaskan tentang
pasien halusinasi
- Pengertian
halusinasi
- Jenis halusinasi
yang dialami
pasien
- Tanda dan gejala
halusninasi
- Cara merawat
pasien halusinasi (
cara
berkomunikasi,
pemberian obat,
dan pemberian
aktivitas kepada
pasien)
- Sumber-sumber
pelayanan
ksehatan yang
bias dijangkau
- Bermain peran
cara merawat
- Rencana tindak
lanjut keluarga,
jadwal keluarga
untuk merawat
psien
Setelah…….x SP 2
pertemuan keluarga Evaluasi kemampuan
mampu : keluarga (SP 1)
Menyelesaikan Latih keluarga
kegiatan yang sudah merawat pasien
dilakukan RTL keluarga/jadwal
Memperagakan cara keluarga untuk
merawat pasien merawat pasien
Setelah …….x SP 3
pertemuan keluarga Evaluasi kemampuan
mampu : keluarga (SP 2)
Menyebutkan Latih keluarga
kegiatan yang sudah merawat pasien
dilakukan RTL keluarga/jadwal
Memperagakan cara keluarga untuk
merawat pasien serta merawat pasien
mampu membuat
RTL
Setelah …….x SP4
pertemuan keluarga Evaluasi kemampuan
mampu : keluarga
Menyebutkan Evaluasi kemampuan
kegiatan yang sudah pasien
dilakukan RTL keluarga
Melaksanakan - Follow up
Follow up rujukan - Rujukan
A. Defenisi
B. Rentang respon
Tanda dan gejala pada klien dengan perubahan proses pikir : waham
adalah sebagai beriku :
1. Menolak makan
2. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
3. Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan
4. Gerakan tidak terkontrol
5. Mudah tersinggung
6. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan
7. Menghindar dari orang lain
8. Mendominasi pembicaraan
9. Berbicara kasar
10. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan
D. Faktor predisposisi
1. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas
yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menakan perasaannya
sehingga pengamatan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
2. Faktor sosial budaya
Sesorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat
menyebabkan timbulnya waham
3. Faktor psikologis
Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda/bertentangan, dapat
menimbulkan ansietas dan berakhir dengan peningkaran terhadap
kenyataan
4. Faktor biolgis
Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran
vertical di otak, atau perubahan pada sel kortikal dan limbic.
5. Faktor genetik
E. Faktor presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Waham dapat dipicu karena adanya perpisahan dengan orang yang
berarti atau diasingkan dari kelompok
2. Faktor biokimia
Dopamine, neropinerpin, dan zat halusinogen lainnya diduga dapat
menjadi penyebab waham pada seseorang
3. Faktor psikologis
Kecemasan yang memandang dan terbatasnya kemampuan untuk
mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk
menghindari kenyataan yang menyenangkan.
F. Jenis waham
1. Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa dirinya memiliki kekuatan
khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
“saya ini pejabat di kementrian kesehatan”
“saya punya perusahaan paling besar di dunia lho…..”
2. Waham agama
Keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
“kalau saya mau masuk syurga, saya harus memakai pakaian serba putih
dan mengalungkan tasbih setiap hari”
“ saya adalah tuhan yang bias mengendalikan makhluk ”
3. Waham curiga
Keyakinan seseorang atau sekelompok orang berusaha merugikan
atau mencederai dirinya, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
Contoh :
“saya tahu…..semua keluarga saya ingin menghancurkan hidup saya
kerna mereka semua iri dengan kesuksesan yang dialami saya”
4. Waham somatic
Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau bagian tubunha terganggu
atau terserang penyakit, diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
Contoh :
“saya menderita kanker ” (padahal hasil pemeriksaan lab tidak ada sel
kenker pada tubuhnya)
5. Waham nihilistic
Keyakinan seseorang bahwa dirinya sudah meninggal dunia,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh :
“ini alam kubur kan ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”
a. Status mental
Berdandan dengan baik dan berpakain rapi, tetapi mungkin terlihat
eksentrik dan aneh. Tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan
terhadap orang lain. Klien biasanya cerdik ketika dilakukan pemeriksaan
sehingga dapat memanipulasi data.Selain itu perasaan hatinya konsisten
dengan isi waham.
G. Pohon masalah
A. Pengertian
B. Etiologi
C. Faktor Predisposisi
1. Faktor tumbuh kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam
hubungan sosial.
Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak dipenuhi maka
akan menghambat fase perkembangan sosial yang nantinya akan dapat
menimbulkan masalah.
F. Rentang respons
Adaptif Maladaptif
Berikut ini akan dijelaskan tentang respons yang terjadi pada isolasi
sosial :
1. Respons adaptif
Respons adaptif adalah respons yang masih dapat diterima
oleh norma-norma sosial dan kebudayaan secara umum yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas
normal ketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap
yang termasuk respons adaptif.
a. Menyendiri, respons yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.
b. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan
menpaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan
satu sama lain.
d. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan
orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
2. Respons maladaptif
a. Respons maladaptif adalh respons yang menyimpang dari
norma sosial dan kehidupan disuatu tempat. Berikut ini adalah
perilaku yang termasuk respons maladaptif.
b. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam
membina hubungan secara terbuka dengan orang lain
c. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya dirisehingga tergantung dengan orang lain.
d. Manipulasi, seseorang yang mengganggu orang lain sebagai
objek individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial
secara mendalam
e. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya
terhadap orang lain.
G. Pohon masalah
Objektif :
Kurang spontan
Apatis (acuh terhadap lingkungan)
Ekspresi wajah kurang berseri
Tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan kebersihan diri
Tidak ada atau kurang komunikasi
verbal
Mengisolasi diri
Tidak atau kurang sadar terhadap
lingkungan sekitarnya
Asupan makanan dan minuman
terganggu
Retensi urine dan feses
Aktivitas menurun
Kurang berenergi atau bertenaga
Rendah diri
Postur tubuh berubah, misalnya sikap
fetus atau janin (khususnya pada posisi
tidur).
J. Diagnose keperawatan
Isolasi sosial
SP 2
Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP1)
Latih berhubungan
sosial secara
bertahap
Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
SP 3
Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP 1dan
SP 2)
Latih cara
berkenalan dengan
2 orang atau lebih
Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
Keluarga mampu Setelah ……x SP 1
merawat pasien pertemuan, keluarga Identifikasi masalah
dengan isolasi sosial di mampu menjelaskan yang dihadapi
rumah tentang : dalam merawat
Masalah isolasi pasein
sosial dan Penjelasan isolasi
dampaknya pada sosial
pasien Cara merawat
Penyebab isolasi pasien isolasi sosial
sosial Latih (stimulus)
Sikap keluarga RTL
untuk membantu Keluarga/jadwal
pasien mengatasi keluarga untuk
isolasi sosialnya merawat pasien
Pengobatan yang SP 2
berkelanjutan dan Evaluasi
mencegah putus kemampuan SP 1
obat Latih (langsung ke
Tempat rujukan pasien)
dan fasilitas RTL
kesehatan yang Keluarga/jadwal
tersedia bagi keluarga untuk
pasien merawat pasien
SP 3
Evaluasi
kemampuan SP 2
Latih (langsung ke
pasien)
RTL
Keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
SP 4
Evaluasi
kemampuan
keluarga
Evaluasi
kemampuan pasien
Rencana tindak
lanjut keluarga
- Follow up
- Rujukan
A. Pengertian
C. Rentang respons
D. Faktor predisposisi
1. Faktor psikologis
a. Terjadi asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang
memotivasi perilaku kekerasan
b. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masakecil
yang tidak menyenangkan
c. Rasa frustasi
d. Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga atau lingkungan
e. Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya
ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan
dapat memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan
citra diri serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya
berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindakan kekerasan
merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri perilaku tindak
kekerasa.
f. Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilku yang
dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap
perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh
peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predsiposisi
biologic
3. Faktor biologis
Selain itu berdasarkan teori biologic, ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai
berikut:
E. Faktor presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam,
baik berupa injuri secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa
fakor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan
yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik,
merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri
maupun eksternal dari lingkunga.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising
hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan
antara lain sebagai berikut :
1. Kesulitan kondisi sosial ekonomi
2. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu
3. Ketidaksipan seoarng ibu dalam merawat anaknya
danketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang dewasa
4. Pelaku mungkin mempunyiai riwayat antisocial seperti penyalahgunaan
obat dan alcohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat
menghadapi rasa frustasi
5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
F. Mekanisme koping
Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga
dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme kpoing yang
konstruktif dan mengeksplorasikan kemarahannya.Mekanisme koping yang
umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement,
sublimasi, proyeks i, represif, denial dan reaksi formal.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan anatara lain :
1. Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf
otonom bereaksi terhadap sekresi epinerprin yang menyebabkan tekanan
darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual sekresi
HCL meningkat, peristaltic gaster menurun, pengeluaran juga meningkat,
tangan mengepal, tubuh menjadi kaku dan diserta reflek yang cepat
2. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, dan asertif.
Perilaku asertif adalah cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan
rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis
dan dengan perilaku tersebut individu juga dapat mengembangkan diri.
3. Memberontak
Perilaku yang muncul biasanya diserta kekerasan akibat konflik perilaku
untuk menarik perhatian orang lain
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan.
G. Pohon masalah
Perilaku kekerasan
GPS : Halusinasi
Regimen terapeutik
inefektif
Harga diri rendah
kronis
Isolasi sosial : menarik
diri
H. Masalah keperawatan
1. Perilaku kekerasan
2. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Harga diri rendah kronis
5. Isolasi sosial
6. Berduka disfungsional
7. Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
8. Koping keluarga inefektif
I. Data yang perlu dikaji
J. Diagnose keperawatan
Perilaku kekerasan
D. Rentang respons
F. Faktor Presipitasi
Faktor presipistasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri
: harga diri rendah kronis in dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
G. Pohon masalah
Isolasi sosial
Objektif :
Mengkriktik diri sendiri
Persaan tidak mampu pandangan hidup pesimis
Tidak menerima pujian
Penurunan produktivitas
Penolakan terhadap kemampuan diri
Kurang memperhatikan perawatan diri
Berpakaian tidak rapi
Berkurang selera makan
Tidak berani menatap lawan bicara
Lebih banyak menunduk
Bicara lambat dengan nada suara lemah
J. Diagnose keperawatan
Harga diri rendah kronis
Sp 2
Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP1)
Pilih kemampuan
kedua yang dapat
dilakukan
Latih kemampuan
yang dipilh
Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
SP 3
Evaluasi kegiatan
yang lalu (SP
1dan 2)
Memilih
kemampuan
ketiga yang dapat
dilakukan
Masukkan dalam
jadwal egiatan
pasien
Keluarga mampu Setelah.…..x SP 1
merawat pasien pertemuan, keluarga Identifikasi
dengan HDR di rumah mampu : masalah yang
dan menjadi system Mengidentifikasi dirasakan dalam
pendukung yang kemampuan yang merawat pasien
efektif bagi pasien dimiliki pasien Jelaskan proses
Menyediakan terjadinya HDR
fasilitas untuk Jelaskan tentang
pasien melakukan cara merawat
kegiatan pasien
Mendorong pasien Main peran dalam
melakukan kegiatan merawat pasien
Memuji pasien saat HDR
pasien dapat Susun RTL
melakukan kegiatan Keluarga/jadwal
Membantu melatih keluarga untuk
pasien merawat pasien
Membantu SP 2
menyusun jadwal Evaluasi
kegiatan pasien kemampuan SP1
Membantu Latih keluarga
perkembangan langsung ke
pasien pasien
Menyusun RTL
keluarga/jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
SP 3
Evaluai
kemampuan
keluarga
Evaluasi
kemampuan
pasien
RTL kleuarga
- Follow up
- Rujukan
A. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan adasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri.
Deficit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.Poter pery.
Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan dirinya.
C. Pohon masalah
Objektif :
Ketidakmampuan
mandi/membersihkan diri
ditandai dengan rambut kotor,
gigi kotor, kulit berdaki, dan
berbau, serta kuku panjang dan
kotor
Ketidakmampuan
berpakaian/berhias ditandai
dengan rambut acak-acakan.
Pakaian kotor dan tidak rapi,
pakaian tidak sesuai tidak
bercukur (laki-laki), atau tidak
berdandan (wanita)
Ketidakmampuan makan secra
mandiri ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil
makan sendiri, makan
berceceran, dan makan tidak
pada tempatnya.
Ketidakmampuan BAB/BAK
secara mandiri ditandai
BAB/BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan
diri dengan baik steleh
BAB/BAK.
F. Diagnosa keperawatan
Defisit perawatan diri
SP 3
Evaluasi kemampuan SP
2
Latih keluarga merawat
langsung ke pasien cara
makan
RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
SP 4
Evaluasi kemampuan
keluarga
Evaluasi kemapuan
pasien
Rencan tindak lanjut
keluarga
- Follow up
- Rujukan
A. Pengertian
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko
untuk menyakiti diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam
nyawa.
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh
seseorang untuk mengakhiri kehidupannya
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh
diri, niatnya adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu
yang diinginkan.
C. Rentang respons
Rentang respons protektif diri
1. Peningkatan diri
Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara
wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri.Sebagai
contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda
mengenai loyalitas terhadap pimpinan di tempat kerjanya.
2. Berisiko deskruktif
Seseorang memiliki kecenderungan atau berisiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang
segharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa
patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap
pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan secara optimal.
3. Deskruktif diri tidak langsung
Seseorang tidak mengambil sikap yang kurang tepat (maladaptive)
terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan
diri. Misalnya, karena apandangan pimpinan terhadap kerjanya yang
tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau
bekerja seenaknya dan tidak optimal
4. Pencederaan diri
Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri
akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri
Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.
D. Faktor predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor
preidisposisi, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu :
1. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau amuk.Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiya atau saksi
penganiayaan.
2. Perilaku
Reinforcement yang dietrima pada saat melakukan kekerasan,
sering mengobservasi kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua
aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
control sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasaan akan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (premisive).
4. Bioneurolggis, banyak pendapat bahwa kerusakan system limbic, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut
berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan
E. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi
dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),
keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi
penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang
rebut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang
yang dicintai/pekerjaan dan kekerasaan merupakan faktor penyebab yang
lain. Interkasi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku
kekerasan.
F. Mekanisme koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping
yang berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial,
rasionalization, dan magical thinking.Mekanisme pertahanan diri yang ada
seharusnya tidak ditentang tanpa memberikan koping allternatif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan kegagalan mekanisme
koping.Ancaman bunuh diri mungkin menujukkan upaya terakhir upaya
terkahir untuk mendapatkan pertolongan agar dapat mengatsi masalah.Bunuh
diri yang terjadi merupakan kegagalan koping dan mekanisme adaptif pada
diri seseorang.
G. Pohon masalah
Objektif :
Implusif
Menujukkan perilaku yang
mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh)
Ada riwayat penyakit mental (depresi),
psikosis, dan penyalahgunaan alcohol
Ada riwayat penyakit fisik (penyakit
kronis, atau penyakit terminal)
Pengangguran (tidak bekerja,
kehilangan pekerjaan, atau kegagalan
dalam karier0
Status perkawinan yang tidak haromins
J. Diagnose keperawatan
Risiko bunuh diri