Anda di halaman 1dari 9

TUGAS II.

KEPERAWATAN HIV/AIDS

HIV/AIDS

NAMA : WIJRA RAMADANI


NIM : 201801091
KELAS : 2B KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2020
PERTANYAAN :

1. Bagaimana prinsip asuhan pada penderita dengan HIV ditinjau dari


psikososialnya
2. Bagaimana melakukan pengkajian pada penderita HIV
3. Tentukan diagnosa keperawatan
4. Bagaimana kita bisa merespon pada pengguna narkoba

JAWABAN :

1. PRINSIP ASUHAN PADA PENDERITA DENGAN HIV DITINJAU DARI


PSIKOSOSIALNYA
Dukungan sosial sangat diperlukan terutama pada Penderita HIV yang
kondisinya sudah sangat parah. Individu yang termasuk dalam memberikan
dukungan sosial meliputi pasangan (suami/istri), orang tua, anak, sanak
keluarga, teman, tim kesehatan, atasan, dan konselor.
dukungan sosial adalah Sebagai satu diantara fungsi pertalian/ ikatan
sosial (Rook, 1985 dikutip Smet, 1994) segi fungsionalnya mencakup
dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, memberi
nasehat atau informasi, pemberian bantuan material (Ritter, 1988 dikutip
Smet, 1994).
Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan atau
non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial
atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional
atau efek perilaku bagi pihak penerima (Gottlieb, 1983 dikutip Smet, 1994).
Jenis dukungan social yaitu :
a. Dukungan Emosional : Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan
b. Dukungan Penghargaan Terjadi lewat ungkapan hormat/ penghargaan
positif untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan
gagasan atau perasaan individu dan perbandingan positif orang itu dengan
orang lain misalnya orang itu kurang mampu atau lebih buruk keadaannya
(menambah harga diri)
c. Dukungan Instrumental Mencakup bantuan langsung misalnya orang
memberi pinjaman uang, kepada orang yang membutuhkan atau
menolong dengan memberi pekerjaan pada orang yang tidak punya
pekerjaan.
d. Dukungan Informatif Mencakup pemberian nasehat, petunjuk, sarana.

Hubungan Dukungan Sosial dengan kesehatan yaitu dengan dukungan


sosial tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan tidak
peduli banyaknya stres yang dialami orang-orang, dukungan sosial yang
positif sebanding dibawah intensitas stres tinggi dan rendah. Contohnya
orang-orang dengan dukungan sosial tinggi dapat memiliki penghargaan diri
yang lebih tinggi yang membuat mereka tidak begitu mudah diserang stres.

a. Dimensi dukungan social


Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal (Jacobson, 1986):
1) Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan
diperhatikan)
2) Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat
3) Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu
barang dalam mengatasi suatu masalah
b. Mekanisme bagaimana dukungan sosial berpengaruh terhadap kesehatan.
Dikenal ada 3 mekanisme Social support secara langsung atau tidak
berpengaruh terhadap kesehatan seseorang (Pearlin & Aneshensel, 1986:
418) :
1) Mediator perilaku Mengajak individu untuk mengubah perilaku yang
jelek dan meniru perilaku yang baik (misalnya, berhenti merokok)
2) Psikologis. Meningkatkan harga diri dan menjembatani suatu interaksi
yang bermakna.
3) Fisiologis. Membantu relaksasi terhadap sesuatu yang mengancam
dalam upaya meningkatkan sistem imun seseorang
c. Intervensi yang diberikan pada sistem pendukung adalah :
1) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
2) Menegaskan tentang pentingnya pasien bagi orang lainnya
3) Mendorong agar pasien mengungkapkan perasaan negative
4) Memberikan umpan balik terhadap perilakunya
5) Memberikan rasa percaya dan keyakinan
6) Memberi informasi yang diperlukan
7) Berperan sebagai advokat
8) Memberi dukungan: moril, materiil (khususnya keluarga); spiritual
9) Menghargai penilaian individu yang cocok terhadap kejadian

2. FOKUS PENGKAJIAN
a. Aktivitas / istirahat
Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelahan / malaise, Perubahan pola tidurTanda:
Kelemahan otot, menurunnya massa ototRespon fisiologis terhadap
aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung, pernapasan.
b. Sirkulasi
Gejala: Proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia);
perdarahan lama pada cedera (jarang terjadi)Tanda: Takikardia, perubahan
TD postural, Menurunnya volume nadi perifer,Pucat atau sianosis:
perpanjangan kapiler
c. Integritas ego
Gejala: Faktor stres yang berhubungan dengan kehilangan, mis:
dukungankeluarga, hubungan dengan orang lainPenghasilan, gaya hidup
tertentu dan stres spiritualMengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat
dan menurunnya BBMengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya, putus
asa, tidak berguna, rasa bersalahKehilangan kontrol diri dan depresiTanda:
Mengingkari, cemas, defresi, takut, menarik diriPerilaku marah, postur
tubuh mengelak, menangis, dan kontak mata kurangGagal menepati janji
atau banyak janji untuk periksa dengan gejala yang sama
d. Eliminasi
Gejala: Diare yang intermitten, terus menerus, sering dengan atau
tanpadisertai kram abdominal, Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda: Feces dengan atau tanpa disertai mukus dan marah, Diare pekat
yang sering
Nyeri tekan abdominal, Lesi atau abses rectal, personal, Perubahan dalam 
jumlah, warna dan karakteristik urin
e. Makanan / cairan
Gejala: Anoreksia, perubahan dalam kemampuan mengenali
makanan / mual /muntah Disfagia, nyeri retrostenal saat
menelanPenurunan berat bada: perawakan kurus, menurunnya lemak
subkutan / massaotot, turgor kulit buruk, Lesi pada rongga mulut, adanya
selaputnya putih dan perubahan warnaKesehatan gigi / gusi yang buruk,
adanya gigi yang tanggalEdema (umum, dependen)
f. Higiene
Gejala: Tidak dapat menyelesaikan aktivitasTanda: Memperlihatkan
penampila yang kurang rapi, Kekurangan dalam banyak atau perawatan
diri, aktivitas perawatan diri
g. Neurosensori
Gejala: Pusing, pening / sakit kepala, perubahan status mental.
Kehilanganketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi masalah,
tidak mampumengingat dan konsentrasi menurun, Kerusakan sensasi atau
indera posisi dangetaranKlemahan otot, tremor dan perubahan ketajaman
penglihatan, Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki tampak
menunjukkan perubahan paling awal) Tanda : Perubahan status mental
dan rentang antara kacau mental sampai dimensia,lupa, konsentrasi buruk,
tingkat kesadaran menurun, apatis, retardasi psikomotor / respon
melambatIde paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang
tidak realistis Timbul refleksi tidak normal, menurunnya kekuatan otot
dan gaya berjalanataksiaTremor pada motorik kasar / halus, menurunnya
motoric Vocalis: hemi paresis; kejang Hemoragi retina dan eksudat
h. Nyeri / kenyamanan
Gejala: Nyeri umum atau local, sakit, rasa terbakar pada kaki Sakit
kepala, Nyeri dada pleuritis Tanda: Pembengkakan pada sendi, nyeri pada
kelenjar, nyeri tekan Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan /
pincang, Gerak otot melindungi bagian yang sakit
i. Pernapasan
Gejala: Isksering, menetap Napas pendek yang progresifBatuk (sedang
sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari adanya
PCP mungkin batuk spasmodic saat napas dalam) Bendungan atau sesak
dada Tanda: Takipnea, distres pernapasan Perubahan pada bunyi napas /
bunyi napas adventisius Sputum: kuning (pada pneumonia yang
menghasilkan sputum)
j. Keamanan
Gejala: Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses
penyembuhannya, Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau
berulang (mis: hemofilia, operasi vaskuler mayor, insiden traumatis)
Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjutRiwayat /
berulangnya infeksi dengan PHS. Demam berulang ; suhu rendah,
peningkatan suhu intermitten / memuncak; berkeringat malam Tanda:
Perubahan integritas kulit: terpotong, ruam mis: ekzema, eksantem,
psoriasis, perubahan warna / ukuran mola; mudah terjadi memar yang tida
k dapat dijelaskan sebabnya Rektum, luka-luka perianal atau abses
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada 2 area tubuh atau
lebih (mis: leher, ketiak, paha) Menurunnya kekuatan umum, tekanan otot,
perubahan pada gaya berjalan
k. Seksualitas
Gejala: Riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan hubungan
seksual dengan pasangan yang positif HIV, pasangan seksual multipel,
aktivitas seksual yang tidak terlindung dan seks anal Menurunnya libido,
terlalu sakit untuk melakukan hubungan seks Penggunaan kondom yang
tidak konsisten Menggunakan pil pencegah kehamilan (meningkatkan
kerentanan terhadap virus pada wanita yang diperkirakan dapat karena
peningkatan kekurangan(pribilitas vagina) Tanda: Kehamilan atau resiko
terhadap hamil
l. Genetalia
Manifestasi kulit (mis: herpes, kulit); rabas
m. Interaksi social
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis, mis: kehilangan
kerabat / orang terdekat, teman, pendukung, rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan / kehilangan
pendapatan Isolasi, kesepian, teman dekat ataupun pasangan seksual yang
meninggal akibat AIDS Mempertanyakan kemampuan untuk tetap
mandiri, tidak mampu membuat rencana Tanda: Perubahan pada interaksi
keluarga / orang terdekat Aktivitas yang tidak terorganisasi, perubahan
penyusunan tujuan
n. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala:Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku
beresiko tinggi (misal: seksual ataupun penggunaan obat-obatan IV)
Penggunaan / penyalahgunaan obat-obatan IV, saat ini
merokok, penyalahgunaan alcohol

3. DIAGNOSA
Adapun diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
sistemimunologis HIV / AIDS adalah:
a. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d pertahanan primer tidak efektif.
b. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang
berlebihan, diare berat.
c. Resiko tinggi terhadap tidak efektifnya pola nafas b/d
ketidakseimbanganmuscular.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan faktor pembekuan b/d
penurunanabsorpsi Vitamin K.
e. Perubahan nutrisi kurang dari tubuh b/d perubahan pada
kemampuanuntuk mencerna d/d penurunan berat badan
f. Nyeri kronik b/d inflamasi d/d keluhan nyeri.
g. Kerusakan integritas kulit b/d defisit imunologi d/d lesi kulit

4. RESPON KITA TERHADAP PENDERITA NARKOBA


Sampai saat ini masih banyak masyarakat memiliki pendapat dan
pandangan bahwa pengguna narkoba adalah “penjahat” karena sebelumnya
pecandu yang sebenarnya korban selalu dianggap salah dimata hukum dan
dijebloskan ke penjara. Karena itu hingga sekarang masih banyak masyarakat
yang salah satu anggota keluargganya enggan untuk menggungkap diri,
bahkan cenderung ditutupi bagaimanapun caranya. Bahkan yang lebih
memprihatinkan sebagian lebih khawatir, sebab jika diketahui oleh
masyarakat bahwa salahsatu anggota keluarganya adalah pecandu narkoba.
Permasalahan yang dihadapi seorang pecandu narkoba bukan hanya
sebatas program pemulihan direhabilitasi, karena ketika seorang pecandu
keluar dari rehabilitasi, maka ia harus menghadapi respon dari lingkungannya
dan berharap akan dapat dukungan bukan penolakan. Namun tidak sedikit
pecandu narkoba yan telah pulih dan kembli ke masyarakat merasa rendah diri
dan tidak nyaman karena berbagai stigma negatif yang ditujukan kepada
dirinya, bahkan dari keluarganya sendiri. Diskriminasi terasa sangat
menyakitkan karena mereka seolah-olah dibedakan dari orang lain yang
dianggap “normal”. Stigma negatif dari lingkungan dapat membuat pecandu
menstigma dirinya sendiri dengan menganggap bahwa hal-hal negatif yang di
terimanya sebagai suatu kenyataan.
a. Dampak Yang Diterima si Penyalahguna
Stigma negatif masyarakat inilah yang menimbulkan dampak sosial
pagi para penyalahguna narkoba seperti gangguan mental, anti-sosial dan
asusila. Jika dikaitkan dengan teori komunikasi yaitu teori Behaviorisme
dimana seseorang dapat berubah sikap dan perilakunya berdasarkan pada
stimulus dan respon yang ia terima di lingkungan sekitarnya. Stigma
negative itulah yang ia terima sebagai stimulus dan respon sebagai
dampak sosialnya.
Seorang pengguna narkoba yang hidup berdampingan dengan
masyarakat di sekitarnya pada dasarnya memiliki sifat anti-sosial, mereka
cenderung tidak berinteraksi dengan lingkungan nya dan lebih memilih
menyendiri, mereka hanya menjalin hubungan antara pengedar dan
pengguna lainya sehingga tercipta pasar gelap yang sulit diputus mata
rantai peredaranya.
Dampak lainya yaitu pendidikan menjadi terganggu, suasana hidup
nyaman menjadi tidak tenang. Keluarga resah karena barang barang
berharga di rumah hilang, sering berbohong, mencuri, menipu, bersikap
kasar, acuh tak acuh, hidup semaunya dan tidak bertanggung jawab.Pada
kenyataanya banyak pengguna narkoba yang menemui jalan buntu.
Ketika mereka pulih dan siap terjun kedalam masyarakat, terjadi
penolakan terhadap mereka. Bentuk frustasi yang mereka dapat bisa
mengubah mereka kembali menjadi pecandu. Di sisi lain, masyarakat pun
sering dikecewakan, ketika pintu kesempatan dibuka, pecandu sering labil
dan kembali ke kubang lama mereka yang menyebabkan tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap mantan pecandu menurun.
b. Perlu Ada Jalan Keluar Hapuskan Stigma
Upaya menghapuskan stigma negatif di masyarakat akan menjadi
tantangan tersendiri. Memperlakukan seorang pecandu bukan lagi
kriminal yang harus dipenjara tetapi mereka sebagai korban dan orang
sakit yang wajib ditolong untuk dipulihkan melalui rehabilitasi tentu
bukan semudah membalikan telapak tangan, butuh keseriusan, kepedulian,
kerelaan dan komitmen kuat seluruh komponen masyarakat.
c. Partisipasi Masyarakat Penting
Peran serta masyarakat untuk berperilaku hidup sehat tanpa narkoba
sangat penting untuk terus dikembangkan. Hal ini dapat berpengaruh
terhadap masyarakat lainya secara perlahan sehingga kebiasaan di
masyarakat yang dapat mehindarkan dari penggunaan obat terlarang.
d. Vonis Hakim Humanis
Kemudian perlu adanya perlakuan yang bijak dalam sistem hukum,
terutama keputusan hakim dalam memvonis tersangka penyalahgunaan
narkoba untuk menjalani proses pengobatan dan perawatan dipanti
rehabilitasi medis ataupun sosial.
e. Keluarga Kondusif
Menciptakan kondisi positif di lingkungan keluarga dan masyarakat
pun menjadi faktor yang penting di mana penerimaan sehingga seorang
pecandu akan merasa di anggap di lingkungannya dan akan membantu
proses pemulihanya. Hadirnya keluarga amatlah dibutuhkan selagi
pecandu narkoba sedang menjalani proses rehabilitasi. Kehadiran dari
pihak keluarga bisa menolong pecandu narkoba untuk segera cepat
berhenti memakai obat-obatan haram tersebut.
f. Fasilitas Rehabilitasi
Selain mengubah pola pikir masyarakat, dukungan instansi
pemerintahan, swasta untuk membangun sarana dan prasarana dan
infrastruktur rehabilitasi baik medis, sosial maupun religi juga menjadi
faktor penting yang tidak boleh diabaikan. Rehabilitasi pada dasarnya
bertujuan untuk memulihkan keadaan fisik dan mental seorang pecandu
narkoba. Di samping itu, rehabilitasi merupakan langkah proses yang
harus dijalani sebagai pemulihan untuk dapat hidup normal kembali
seperti semula. Karena itulah, sarana dan prasarana dan juga sumber daya
manusia petugasnya harus ditingkatkan agar dapat memberikan layanan
yang prima.

Anda mungkin juga menyukai