A. Humanisme
Humanisme menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk
menyatakan diri (self-realization). Humanisme menentang pesimisme dan keputusasaan
pandangan psikoanalitik dan konsep kehidupan “robot” pandangan behaviorisme. Pandangan
humanisme dalam kepribadian menekankan hal-hal berikut:
1. Holisme
Holisme menekankan bahwa organisme selalu bertingkahlaku sebagai kesatuan yang utuh, bukan
sebagai rangkaian bagian/komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang
terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan dan apa yang terjadi di bagian satu akan mempengaruhi
bagian lain. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah;
Menurut Maslow, manusia memiliki struktur psikologik yang analog dengan struktur fisik:
mereka memiliki “kebutuhan, kemampuan, dan kecenderungan yang sifat dasarnya genetik”.
Beberapa sifat menjadi ciri umum kemanusiaan, sifat-sifat lainnya menjadi ciri unik individual.
Kebutuhan, kemampuan dan kecenderungan itu secara esensial sesuatu yang baik, atau paling
tidak sesutau yang netral, itu bukan setan. Sifat setan yang jahat, destruktif dan kekerasan adalah
hasil dari frustasi atau kegagalan memuaskan kebutuhan dasar, dan bukan bagian dari hereditas.
4. Potensi Kreatif
Kreativitas merupakan ciri universal manusia, sejak dilahirkan. Itu adalah sifat alami, sama
dengan sifat biji yang menumbuhkan daun, burung yang terbang, maka manusia kreatif.
Kreativitas adalah potensi semua orang, yang tidak memerlukan bakat dan kemampuan yang
khusus. Sayangnya, umumnya orang justru kehilangan kreativitas ini karena proses
pembudayaan (enculturated).
Pendekatan humanistik mengarahkan pusat perhatiannya kepada manusia sehat, kreatif dan
mampu mengaktualisasikan diri. Ilmu jiwa seharusnya memusatkan analisisnya kepada tema
pokok kehidupan manusia, yakni aktualisasi diri. Maslow berpendapat psikopatologi umumnya
hasil dari penolakan, frustasi, atau penyimpangan dari hakekat alami seseorang. Dalam
pandangan ini, apa yang baik adalah semua yang memajukan aktualisasi diri, dan yang buruk
atau abnormal adalah segala hal yang menggagalkan atau menghambat atau menolak
kemanusiaan sebagai hakekat alami. Karena itu psikoterapi adalah usaha mengembalikan orang
ke jalur aktualisasi dirinya dan berkembang sepanjang lintasan yang diatur oleh alam di dalam
dirinya.
Jenjang motivasi bersifat mengikat, maksudnya: kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah harus
relatif terpuaskan sebelum orang menyadari atau dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya
lebih tinggi. Jadi, kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulusebelum muncul kebutuhan
rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan, baru muncul kebutuhan
kasih sayang, begitu seterusnya sampai kebutuhan dasar terpuaskan – baru akan muncul
kebutuhan meta.
Pada umumnya kebutuhan yang lebih rendah mempunyai kekuatan atau kecenderungan yang
lebih besar untuk diprioritaskan. Namun bisa terjadi perkecualian, akibat sejarah perkembangan
perasaan, minat, dan pola berfikir sejak anak-anak, orang yang kreatif lebih mementingkan
ekspresi bakat khususnya alih-alih memuaskan dorongan sosialnya, orang memprioritaskan
kebutuhan kepuasan self esteem di atas kebutuhan kasih sayang dan cinta, atau orang
memprioritaskan nilai-nilai/idea tertentu dan mengabaikan kebutuhan fisiologis dan rasa aman.
Kebutuhan keamanan sudah muncul sejak bayi, dalam bentuk menangis dan berteriak ketakutan
karena perlakuan yang kasar atau karena perlakuan itu dirasa sebagai sumber bahaya.
Sesudah kebutuhan fisiologi dan keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau menjadi
bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang sangat peka dengan
kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan dan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta.
Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup.
Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency atau D-love dan Being atau B-love. Kebutuhan
cinta karena kekurangan, itulah D-love; orang mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti
harg diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak sendirian. D-love adalah
cintaa yang mementingkan diri sendiri, lebih memperoleh daripada memberi.
B-love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan mengubah
atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak mempengaruhi, dan
terutama brtujuan memberi orang lain gambaran positif, penerimaan diri dan perasaan dicintai,
yang membuka kesempatan orang itu untuk berkembang.
Manakala kebutuhan dimiliki dan mencintai telah relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya
melemah, diganti motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri:
Kepuasan kebutuhan harga diri menimbulkan perasaan dan sikap percaya diri, diri berharga, diri
mampu, dan perasaan berguna dan penting di dunia. Sebaliknya, frustasi karena kebutuhan harga
diri tak terpuaskan akan menimbulkan perasaan dan sikap inferior, canggung, lemah, pasif,
tergantung, penakut, tidak mampu mengatasi tuntutan hidup dan rendah diri dalam bergaul.
Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan
aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu orang itu mampu mewujudkannya memakai (secara
maksimal) seluruh bakat – kemampuan – potensinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk
memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (self fulfilment), untuk menyadari semua potensi
dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan
bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi
diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang
lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu.
Kebutuhan neurotik bersifat nonproduktif, mengembangkan gaya hidup yang tidak sehat, gaya
hidup yang tidak memiliki nilai dalam kaitannya dengan perjuangan mencapai aktualisasi diri,
gaya hidup reaktif, berperan sebagai kompensasi dari kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi.
Orang yang kebutuhan keamanannya tidak terpuaskan, mungkin mengambangkan keinginan
yang kuat untuk menimbun uang dan harta benda. Dorongan menimbun semacam itu adalah
dorongan neurotik, tidak berharga sebagai motivator menuju kesehatan jiwa.
Kebutuhan neurotik berbeda dengan kebutuhan hirarkis karena kepuasan kebutuhan neurotik
tidak membuat orang berkembang menjadi sehat. Memberi semua kekuatan yang diinginkan oleh
orang kebutuhan neurotiknya haus kekuasaan, tidak membuat neurotiknya mereda dan jenuh.
Apakah kebutuhan neurotik itu terpenuhi atau tidak, kesehatan jiwa tidak menjadi lebih baik.
Aktualisasi diri dapat dipandang sebagai kebutuhan tertinggi dari suatu hirarki kebutuhan, namun
juga dapat dipandang sebagai tujuan final, tujuan ideal dari kehidupan manusia. menurut
Maslow, tujuan mencapai aktualisasi diri itu bersifat alami, yang dibawa sejak lahir. Secara
genetik manusia mempunyai potensi dasar yang positif. Di samping itu manusia juga mempunyai
potensi dasar jalur perkembangan yang sehat untuk mencapai aktualisasi diri. Jadi orang yang
sehat adalah orang yang mengembangkan potensi positifnya mengikuti jalur perkembangan yang
sehat, lebih mengikuti hakekat alami di dalam dirinya, alih-alih mengikuti pengaruh lingkungan
di luar dirinya.
Aktualisasi sebagai tujuan final-ideal hanya dapat dicapai oleh sebagian kecil dari populasi,
itupun hanya dalam prosentase yang kecil. Menurut Maslow rata-rata kebutuhan aktualisasi diri
hanya terpuaskan 10%. Kebutuhan aktualisasi ini jarang terpenuhi karena orang sukar
menyeimbangkan antara kebanggaan dengan kerendahan hati, antara kemampuan memimpin
dengan tanggung jawab yang harus dipikul, antara mencemburui kebesaran orang lain dengan
perasaan kurang berharga.
1. Pengembangan Diri
Maslow mengemukakan dua jalur untuk mencapai aktualisasi diri; jalur belajar
(mengembangkan diri secara optimal pada semua tingkat kebutuhan hirarkis) dan jalur
pengalaman puncak. Ada delapan model tingkah laku yang harus dipelajari dan dilakukan agar
orang dapat mencapai aktualisasi diri melalui jalur belajar – pengembangan diri, sebagai berikut:
1. Alami sesuatu dengan utuh, gamblang, tanpa pamrih. Masukkan diri ke dalam
pengalaman mengenai sesuatu, berkonsentrasi mengenainya seutuhnya, biarkan sesuatu
itu menyerapmu.
2. Hidup adalah perjalanan proses memilih antara keamanan (jauh dari rasa sakit dan
kebutuhan bertahan) dengan resiko (demi kemajuan dan perkembangan): buat pilihan
pertumbuhan “sesering mungkin tiap hari”.
3. Biarkan self tegak. Usahakan untuk mengabaikan tuntutan eksternal mengenai apa yang
seharusnya kamu fikirkan, rasakan dan ucapkan. Biasakan pengalaman membuatmu
dapat mengatakan apa yang sesugguhnya kamu rasakan.
4. Apabila ragu, jujurlah. Jika kamu melihat ke daam dirimu dan jujur, kamu akan
mengambil tanggung jawab, bertanggung jawab adalah aktualisasi diri.
5. Dengar dengan seleramu sendiri, bersiaplah untuk tidak populer
6. Gunakan kecerdasanmu, kerjakan sebaik mungkin apa yang ingin kamu kerjakan, apakah
itu latihan jari di atas tuas piano, mengingat nama setiap tulang-otot-hormon.
7. Buatlah pengalaman puncak (peak experience) seperti terjadi, buang ilusi dan pandangan
salah, pelajari apa yang kamu tidak bagus dan kamu tidak potensial.
8. Temukan siapa dirimu, apa pekerjaanmu, apa yang kamu senangi, apa yang baik dan
buruk bagimu, kemana kamu pergi, apa misimu. Bukalah dirimu sampai kamu dapat
mengenali pertahanan dirimu, dan usahakan mendapat keberanian untuk menyerah.
2. Pengalaman Puncak
Maslow menemukan dalam penelitiannya bahwa banyak orang yang mencapai aktualisasi diri
ternyata mengalami pengalaman puncak: suatu pengalaman mistik mengenai perasaan dan
sensasi yang mendalam, psikologik dan fisiologik. Suatu keadaan di mana seseorang mengalami
ekstasi-keajaiban-terpesona-kebahagiaan yang luar biasa, seperti pengalaman keilahian yang
mendalam, di mana saat itu diri seperti hilang atau mengalami transendensi. Pengalaman puncak
itu bisa diperoleh dari mengalami sesuatu yang sempurna, nyata dan luar biasa, menuju keadilan
atau nilai yang sempurna. Maslow menerima gambaran pengalaman puncak yang disusun oleh
William James, sebagai berikut:
Aktualisasi diri yang dicapai melalui pengalaman puncak membuat orang lebih religius, mistikal,
sholeh, dan indah (poetical) dibanding dengan aktualisasi yang diperoleh melalui pengembangan
diri (yang lebih praktis, membumi, terikat dengan urusan keduniaan). Namun secara umum
orang yang mencapai aktualisasi diri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
D. Organisasi Kepribadian
1. Sindrom Kepribadian
Menurut Maslow, orang behubungan dengan dunia luar dalam dua bentuk, alam-kekuaranagn
dan alam-menjadi. Alam kekurangan atau D-realm adalah D-need, bisa berwujud D-love, D-
value, dan D-lainnya, (D= deficiency=kekurangan); merupakan bentuk hubungan di mana orang
terlibat dengan kegiatan memuaskan kebutuhan dasar untuk bertahan hidup – orang berusaha
untuk mengatasi atau menghindari kebutuhan kekurangan seperti makanan, minuman, tempat
istirahat. Alam menjadi, atau B-realm adalah B-need, bisa berwujud B-love, B-value, dan B-
lainnya (B= Being = menjadi) lainnya. Bentuk hubungan alam menjadi adalah hubungan orang
dengan dunia luarnya sesudah kebutuhan dan motiv dasar terpenuhi. Orang kemudian terlibat
dalam kegiatan mengembangkan aktualisasi diri dan memperluas eksistensi.
DAFTAR PUSTAKA
Teori Abraham Maslow dimasukkan kedalam paradigma traits karena teori itu menekankan
pentingnya peran kebutuhan dalam pembentukan kepribadian. Dalam hal ini kedudukan Maslow
menjadi unik. Pada mulanya dia adalah pengikut setia John Watson, sehingga dapat dimasukkan
kedalam kelompok behavioris. Namun kemudian menyadari bahwa behaviorisme dan psikoanalisis
yang mengembangkan teori berdasarkan penelitian binatang dan orang neorotik, tidak berhasil
menangkap keajaiban nilai-nilai kemanusiaan. Abraham Maslow akhirnya menjadi orang pertama
yang memproklamirkan aliran humanistik sebagai kekuatan ketiga dalam psikologi (kekuatan
pertama: psikoanalisis, dan kekuatan kedua: behaviorisme)
HUMANISME
Humanisme menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan
untuk menyatakan diri (self-realization). Humanisme menentang pesimisme dan keputus-asaan
pandangan psikoanalitik dan konsep kehidupan "robot" pandangan behaviorisme. Humanisme
yakin bahwa manusia memiliki didalam dirinya potensi untuk berkembang sehat dan kreatif, dan
jika orang mau menerima tanggung jawab untuk hidupnya sendiri, dia akan menyadari
potensinya, mengatasi pengaruh kuat dari pendidikan orang tua, sekolah, dan tekanan sosial
lainnya. Pandangan humanisme dalam kepribadian menekankan hal-hal berikut :
a. Holisme
Holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkah laku sebagai kesatuan yang utuh,
bukan sebagai rangkaian bagian/ komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang
terpisah tetapi bagian dari satu kesatuan, dan apa yang terjadi dibagian satu akan mempengaruhi
bagian lain. Hukum yang berlaku umum mengatur fungsi setiap bagian. Hukum inilah yang
mestinya ditemukan agar dapat difahami berfungsinya tiap komponen.
Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah ;
1. Kepribadian normal ditandai oleh unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi (unity, integration,
consistency, dan coherence). Organisasi adalah keadaan normal, dan disorganisasi berarti
patologik.
2. Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang
dapat dipelajari dalam isolasi. Keseluruhan berfungsi menurut hukum-hukum yang tidak terdapat
dalam bagian-bagian.
3. Organisme memiliki satu drive yang berkuasa yakni aktualisasi diri (self actualization). Orang
berjuang tanpa henti (continous) untuk merealisasi potensi inheren yang dimilikinya pada ranah
manapun yang terbuka baginya.
4. Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi organisme,
jika bisa terkuak dilingkungan yang tepat, akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan
integral.
5. Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna daripada penelitian ekstensif
terhadap banyak orang mengenai fungsi psikologis yang diisolir.
Potensi Kreatif
Kreatifitas merupakan ciri universal manusia, sejak dilahirkan. Itu adalah sifat alami, sama
dengan sifat biji yang menumbuhkan daun, burung yang terbang, maka manusia kreatif.
Kreativitas adalah potensi semua orang, yang tidak memerlukan bakat dan kemampuan yang
khusus. Sayangnya, umumnya orang justru kehilangan kreativitas ini karena proses
pembudayaan (enculturated). Termasuk didalamnya pendidikan formal, yang memasung
kreativitas dengan menuntut keseragaman berfikir kepada semua siswanya. Hanya sedikit orang
yang kemudian menemukan kembali potensi kreatif yang segar, naif, dan langsung, dalam
memandang segala sesuatu.