Anda di halaman 1dari 67

BAB I

SUMBER BELAJAR PEDAGOGIK

A. Ringkasan
1) Pengembangan Pendidikan Karakter dan Potensi Peserta Didik
Perbedaan karakteristik anak salah satunya dapat dipengaruhi oleh
perkembangan anak. Metode dalam psikologi perkembangan yang sering
dipakai dalam meneliti perkembangan manusia, yaitu metode longitudinal dan
cross sectional. Metode longitudinal dilakukan peneliti dengan mengamati dan
mengkaji perkembangan satu atau banyak orang yang sama usia dalam waktu
yang lama. Sedangkan dengan metode cross sectional, peneliti mengamati dan
mengkaji banyak anak dengan berbagai usia dalam waktu yang sama. masing-
masing metode memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kajian perkembangan manusia dapat menggunakan pendekatan
menyeluruh atau pendekatan khusus. Pendekatan menyeluruh yaitu
menganalisis seluruh segi perkembangan manusia sedangkan pendekatan
khusus, peneliti memfokuskan kajiannya pada perkambangan aspek tertentu.
Beberapa teori perkembangan yang menjadi acuan dalam pendidikan adalah
teori oleh Jean Jacques Rousseau, Stanley Hall, Robert J. Havigurst, Jean
Piaget, Lawrence Kohlberg, dan Erick Homburger Erickson. Menurut Jean
Jacques Rousseau perkembangan anak dimulai dari pertumbuhan fisik dan
fungsi fisik, perkembangan intelektual dan bernalar, sampai pada
perkembangan aspek seksual, social, moral, dan nurani. perkembangan anak
terbagi menjadi empat tahap, yaitu (a) Masa bayi infancy (0-2 tahun); (b)
Masa anak/childhood (2-12 tahun); (c) Masa remaja awal/pubescence (12-15
tahun); dan (d) Masa remaja/adolescence (15-25 tahun).
Stanley Hall menyatakan cepat lambatnya perkembangan manusia juga
dipengaruhi factor lingkungan dapat mempengaruhi. Stanley Hall membagi
masa perkembangan menjadi empat tahap, yaitu: (a) Masa kanak-
kanak/infancy (0-4 tahun), (b) Masa anak/ childhood (4-8 tahun), (c) Masa
puber/youth 8-12 tahun), dan (d) Masa remaja/ adolescence (12 – dewasa),

1
tahapan ini dimulai dari perkembangan fisik, mempelajari lingkungannya,
belajar menjadi berdab, dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
sekitarnya. Robert J. Havigurst menggabungkan antara dorongan
tumbuh/berkembang sesuai dengan kecepatan pertumbuhannya dengan
tantangan dan kesempatan yang diberikan oleh lingkungannya. Robert J.
Havigurst menyusun tahap-tahap perkembangan menjadi lima tahap, yaitu: (a)
Masa bayi/infancy (0 – ½ tahun), (b) Masa anak awal/early childhood (2/3 –
5/7 tahun), (c) Masa anak/late childhood (5/7 tahun – pubesen), (d) Masa
adolesense awal/early adolescence (pubesen–pubertas), (e) Masa
adolescence/late adolescence (pubertas – dewasa). Jean Piaget lebih
memfokuskan kajiannya dalam aspek perkembangan kognitif anak dan
mengelompokkannya dalam empat tahap, yaitu: (a) Tahap sensorimotorik (0-2
tahun), (b) Tahap praoperasional (2-4 tahun), (c) Tahap operasional konkrit (7-
11 tahun), dan (d) Tahap operasonal formal (11-15 tahun). Seluruh tahapan
perkembangan ini dimulai dari kemampuan anak yang terbatas pada gerak-
gerak, mengembangkan kemampuan menerima stimulus secara terbatas, lalu
mampu menyelesaikan tugas-tugas dalam perkembangannya, dan pada tahap
akhir sudah mampu berpikir tingkat tinggi.
Lawrence Kohlberg mengacu kepada teori perkembangan Piaget, namun
lebih berfokus pada kognitif moral atau moral reasoning. Manurut Kohlberg,
perkembangan moral kognitif anak terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu: (a)
Preconventional moral reasoning, (b) Conventional moral reasoning, dan (c)
Post conventional moral reasoning. Pada tahapan pertama orientasi anak
masih pada konsekuensi fisik dan instrument relative, yaitu anak-anak berbuat
benar untuk menghindari hukuman dan mendatangkan keuntungan.
Selanjutnya, Anak mulai patuh pada karakter tertentu yang dianggap alami
serta patuh pada aturan dan hukum. Di tahapan akhir anak mulia peduli pada
hak azasi individu, nilai dan hukum, serta prinsip-prinsip etika yang bersifat
universal, ditahap ini anak mampu memisahkan aturan hukum legal dengan
aturan moral. Erick Homburger Erickson memusatkan kajiannya pada
perkembangan psikososial anak. Erickson menyatakan anak melewati delapan

2
tahap perkembangan (developmental stages), disebut siklus kehidupan (life
cycle) yang ditandai dengan adanya krisis psikososial tertentu. Berikut
delapan tahap perkembangannya.
No Usia Tahapan Ciri-ciri perkembangan
1 0-1 Basic trust vs mistrust Mencari rasa aman dan nyaman
2 2-3 Autonomy vs shame and Mulai mempunyai keinginan dan kemauan
doubt sendiri.
3 3-6 Initiative vs guilt Mulai tumbuh inisiatif yang perlu difasilitasi
dan mulai bertanggungjawab atas dirinya
sendiri.

4 7-12 Industry vs inferiority Melakukan banyak aktifitas untuk mendapat


rasa puas dan bangga
5 12- Identity vs role confusion Pencarian identitas diri, pada masa ini
18 pengaruh lingkungan sangat penting
6 20an Intimacy vs isolation Mulai memerlukan komunikasi dengan
masyarakat dan teman sebaya, dalam hal-hal
tertentu, dan mengetahui ada yang memang
harus bersifat privat.
7 20- Generativity vs munculnya rasa tanggungjawab atas
50 stagnation generasi yang akan datang
8 >50 Ego integrity vs despair Melakukan introspeksi

2) Teori Belajar
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
menyebutkan bahwa penguasaan teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik menjadi salah satu unsur kompetensi pedagogik
yang harus dimiliki guru. Terdapat dua aliran teori belajar, yakni aliran teori
belajar tingkah laku (behavioristic) dan teori belajar kognitif. Teori belajar
tingkah laku (behavioristic) dinyatakan oleh Orton (1987: 38) sebagai
suatu keyakinan bahwa pembelajaran terjadi melalui hubungan stimulus
(rangsangan) dan respon (response). Teori Belajar dari Thorndike menyatakan
belajar akan lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera
diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Teori belajar stimulus-respon
yang dikemukakan oleh Thorndike ini disebut juga teori belajar

3
koneksionisme. Terdapat beberapa dalil atau hukum yang terkait dengan teori
koneksionisme. Teori belajar ini memberi Implikasi dalam kegiatan belajar
mengajar sehari-hari, seperti menggunakan alat peraga dan mengambil contoh
dalam kehidupan sehari-hari untuk mengenalkan suat konsep. Metode
pemberian tugas, metode latihan (drill dan practice) diterapkan untuk
penguatan dan hafalan. Hierarkis penyusunan komposisi materi dalam
kurikulum sesuai dengan kompleksitas materi, tingkat kelas, dan tingkat
sekolah.
Teori Belajar Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan (conditioning).
Terkait dengan kegiatan belajar mengajar, agar siswa belajar dengan baik
maka harus dibiasakan. Misalnya mengerjakan tugas rumah. Teori Belajar
Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan
yang amat penting dalam proses belajar. Ganjaran merupakan respon yang
sifatnya menggembirakan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya
subjektif, sedangkan penguatan merupakan sesuatu yang mengakibatkan
meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah pada hal-hal
yang dapat diamati dan diukur. Penguatan akan berbekas pada diri anak. Teori
belajar Bandura mengemukakan bahwa siswa belajar melalui meniru. tingkah
laku manusia bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan
juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan
dengan skema kognitif manusia itu sendiri. Teori belajar sosial dari Bandura
ini merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik dengan penguatan
dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi perilaku. Teori Belajar
Sosial dari Bandura didasarkan pada tiga konsep, yaitu: (a) Reciprocal
determinism, (b) Beyond reinforcement, (c) Self-regulation/ cognition. Ketiga
konsep ini menjelaskan bahwa terjadi interaksi timbal-balik yang terus
menerus antara kognitif, tingkah laku, dan lingkungan. Orang dapat belajar
melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa
yang dilihatnya, sehingga tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi.
Manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation),
mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan

4
dukungan kognitif, dan mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya
sendiri.
Teori belajar Vygotsky dikembangkan melalui pandangan konstruktivisme
tentang belajar, dimana individu akan menggunakan pengetahuan siap dan
pengalaman pribadi yang telah dimilikinya untuk membantu memahami
masalah atau materi baru. Vygotsky menyatakan bahwa siswa dalam
mengonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial. Ada dua
konsep penting dalam teori ini, yaitu Zone of Proximal Development (ZPD)
dan scaffolding. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak
antara tingkat perkembangan aktual (yang didefinisikan sebagai kemampuan
pemecahan masalah secara mandiri) dan tingkat perkembangan potensial
(kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang lain), Sedangkan
Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama
tahap- tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan
memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar setelah ia dapat melakukannya. Proses pengkonstruksian
pengetahuan seperti yang dikemukakan Vygotsky melalui beberapa tahap,
yaitu: (a) perkembangan aktual, (b) Perkembangan potensial, (c) Proses
internalisasi. Awal tahapan ini terjadi pada saat siswa berusaha sendiri
menyudahi konflik kognitif yang dialaminya, siswa menggunakan segenap
pengetahuan dan pengalamannya dalam menyelesaikan masalah/konflik. Lalu
tahap berikutnya, siswa mulai berinteraksi dengan pihak lain dalam komunitas
kelas yang memiliki kemampuan lebih. Selanjutnya, terjadi rekonstruksi
mental yaitu berubahnya struktur kognitif dari skema yang telah ada menjadi
skema baru yang lebih lengkap. Pada tahap akhir terjadi rekonseptualisasi
terhadap masalah atau informasi sedemikian sehingga terjadi keseimbangan
(keharmonisan) dari apa yang sebelumnya dipandang sebagai pertentangan
atau konflik.
Teori Belajar Van Hiele menguraikan tahap-tahap perkembangan mental
anak dalam geometri. Terdapat 5 tahap pemahaman geometri yaitu:
pengenalan, analisis, pengurutan, deduksi, dan akurasi. Pada tahap pengenalan

5
(visualisasi) siswa memandang sesuatu bangun geometri sebagai suatu
keseluruhan (holistic) dan belum memperhatikan komponen dari masing-
masing bangun. Pada tahap berikutnya (tahap analisis) menganalisis bagian-
bagian yang ada pada suatu bangun dan mengamati sifat-sifat yang dimiliki
oleh unsur-unsur tersebut, siswa bisa memahami hubungan antar ciri yang satu
dengan ciri yang lain pada sesuatu bangun. Pada tahap deduksi siswa sudah
memahami proses berpikir yang bersifat deduktif-aksiomatis dan mampu
menggunakan proses berpikir untuk memahami kesimpulan, teorema geografi,
definisi dan pembuktiannya. Di tahap akhir (tahap akurasi) anak sudah
memahami betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang
melandasi suatu pembuktian. Tahap keakuratan merupakan tahap tertinggi
dalam memahami geometri. van Hiele juga mengemukakan bahwa terdapat
tiga unsur yang utama pembelajaran geometri yaitu waktu, materi
pembelajaran dan metode penyusun yang apabila dikelola secara terpadu dapat
mengakibatkan meningkatnya kemampuan berpikir anak kepada tahap yang
lebih tinggi dari tahap yang sebelumnya. Seorang anak yang berada pada
tingkat yang lebih rendah tidak mungkin dapat mengerti atau memahami
materi yang berada pada tingkat yang lebih tinggi dari anak tersebut.
Teori Belajar Ausubel terkenal dengan belajar bermakna dan pentingnya
pengulangan sebelum belajar dimulai. Menurut Ausubel belajar dapat
dikalifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu cara informasi atau materi
pelajaran yang disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan dan
cara bagimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif
yang telah ada, yang meliputi fakta, konsep, dan generalisasi yang telah
dipelajari dan diingat oleh siswa. Prinsip-prinsip dalam teori belajar Ausubel
yang perlu diperhatikan adalah: (a) Pengaturan Awal (advance organizer), (b)
Diferensiasi Progresif, (c) Belajar Superordinat, dan (d) Penyesuaian
Integratif (Rekonsiliasi Integratif). Teori Ausubel dalam pembelajaran dapat
diterapkan dalam dua fase, yakni fase perencanaan dan fase pelaksanaan. Teori
Belajar Bruner menyatakan bahwa belajar akan lebih berhasil jika proses
pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang

6
termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang
terkait antar konsep-konsep dan struktur-struktur. Bruner mengemukakan
empat tema pendidikan, yakni: (a) Pentingnya arti struktur pengetahuan, (b)
Kesiapan (readiness) untuk belajar, (c) Nilai intuisi dalam proses pendidikan,
dan (d) motivasi. Bruner mengemukan tiga sistem keterampilan untuk
menyatakan kemampuan-kemampuan secara sempurna. Ketiga sistem
keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presents),
yaitu: (a) Cara penyajian enaktif, (b) Cara penyajian ikonik, dan (c) Cara
penyajian simbolik. Bruner memberikan arahan bagaimana peran guru dalam
menerapkan belajar penemuan pada siswa dengan merencanakan materi
pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan
masalah, menggunakan cara penyajian enaktif, ikonik. Selain itu, Pada saat
siswa memcahkan masalah, guru hendaknya berperan sebagai pembimbing
atau tutor. Dalam penilaian, hasil belajar dapat diperoleh melalui bentuk tes
berupa tes objektif atau tes esay.

3) Kurikulum 2013
Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang tertuang dalam
Permendikbud Nomor 160 tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006
dan Kurikulum 2013 telah dilakukan perbaikan kurikulum 2013 yang
bertujuan agar selaras antara ide, desain, dokumen, dan pelaksanaannya.
Selain itu juga untuk menyelaraskan KI-KD, silabus, inspirasi pembelajaran,
panduan pembelajaran, penilaian hasil pelajar dan satuan pembelajaran, dan
buku teks. Adapun peran kurikulum yaitu: (a) Peran konservatif
(melestarikan), (b) Peran kreatif (hal baru), dan (c) Peran kritis dan evaluative
(menyeleksi dan mempertahankan). Kurikulum memiliki fungsi, yaitu: (a)
mempersiapkan peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang
bertanggung jawab dan baik, (b) sebagai alat pendidikan yang memberikan
pelayanan kepada setiap siswa, (c) dapat menemukan dan mengembangkan
minat dan bakat siswa, dan (d) mengembangkan kemampuan/keahlian anak
yang didasarkan atas minat dan bakatnya. Selanjutnya, adapun prinsip

7
pengembangan kurikulum, yaitu: (a) Relevansi, (b) Fleksibilitas, (c)
Kontinuitas, (d) Efisiensi dan Efektivitas.
Terdapat 4 standar yang mengalami perubahan dalam kurikulum 2013,
yakni standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Proses, Standar Isi, dan
Standar Penilaian. Standar kompetensi lulusan yang tertuang dalam
permendikbud No 20 tahun 2016. Kompetensi inti (KI) merupakan standar
penilaian yang harus dimiliki secara berbeda pada setiap tingkatan dan kelas.
Isi KI harus mencerminkan harapan dari SKL. Kompetensi inti (KI) terdiri
dari Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial; Kompetensi Inti-
3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan Kompetensi Inti-4 (KI-4)
untuk kompetensi inti keterampilan. Kompetensi dasar pada Kurikulum 2013
berisi kemampuan dan muatan pembelajaran untuk mata pelajaran yang
mengacu pada kompetensi inti. Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai
kompetensi inti. Indikator pencapaian kompetensi (IPK) merupakan penanda
pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. IPK dikembangkan sesuai
dengan karakteristik siswa, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah
dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diobservasi. IPK berfungsi sebagai: (a) Pedoman dalam mengembangkan
materi pembelajaran, (b) Pedoman dalam mendesain kegiatan pembelajaran,
(c) Pedoman dalam mengembangkan bahan ajar, (d) Pedoman dalam
merancang dan melaksanakan penilaian hasil belajar.
Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap
bahan kajian mata pelajaran. Komponen silabus mencakup kompetensi dasar,
materi pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Uraian pembelajaran yang
terdapat dalam silabus merupakan alternatif kegiatan belajar berbasis aktivitas.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar
Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola
pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai

8
acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. Keterkaitan
antara SKL, KI-KD, dan Silabus dapat dilihat pada gambar berikut.

4) Desain Pembelajaran
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip
pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah pembelajaran
yang memfasilitasi peserta didik untuk mencari tahu, meningkatkan dan
menyeimbangkan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan
mental (softskills); mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik; menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik;
berbasis aneka sumber belajar, kompetensi, dan terpadu; pendekatan proses
sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah dengan jawaban yang
kebenarannya multi dimensi serta menuju keterampilan aplikatif dan
berlangsung di rumah, sekolah, dan masyarakat; menerapkan prinsip bahwa
siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, di mana saja
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi; dan mengakui perbedaan
individual dan latar belakang budaya peserta didik. Beberapa desain
pembelajaran yang selaras dengan prinsip pembelajaran menggunakan
kurikulum 2013 adalah: (a) Pendekatan saintifik (dalam pembelajaran) dan
metode saintifik, (b) Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based
Learning), (c) Pembelajaran Berbasis Projek (Project-based Learning, dan (d)
Pembelajaran Inquiry/Discovery.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik yaitu proses pembelajaran
untuk memperoleh pengetahuan (ilmiah) secara sistematis, pendekatan
saintifik terdiri atas lima langkah kegiatan belajar yakni mengamati
(observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi/mencoba
(experimenting), menalar atau mengasosiasi (associating), dan
mengomunikasikan (communicating). Pembelajaran Berbasis Masalah adalah
pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari
(otentik) yang bersifat terbuka (open-ended). Pemilihan masalah nyata

9
tersebut dilakukan atas pertimbangan kesesuaiannya dengan pencapaian
kompetensi dasar. Tujuan utamanya adalah mengembangkan keterampilan
menyelesaikan masalah, keterampilan berpikir, keterampilan sosial,
keterampilan untuk belajar mandiri, dan membentuk atau memperoleh
pengetahuan baru. Langkah-langkah pembelajaran Berbasis Masalah adalah
(a) Klarifikasi Permasalahan, (b) Brainstorming, (c) Pengumpulan Informasi
dan Data, (d) Berbagi Informasi dan Berdiskusi untuk Menemukan Solusi
Penyelesaian Masalah, (e) Presentasi Hasil Penyelesaian Masalah, dan (f)
Refleksi.
Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) adalah kegiatan pembelajaran yang
menggunakan projek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Pembelajaran ini berfokus
pada aktifitas pembuatan produk. Produk yang dimaksud adalah hasil projek
dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya,
dan lain-lain. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Projek adalah (a)
Penentuan projek, (b) Perancangan langkah-langkah penyelesaian projek, (c)
Penyusunan jadwal pelaksanaan projek, (d) Penyelesaian projek dengan
fasilitasi dan monitoring guru, (e) Penyusunan laporan dan
presentasi/publikasi hasil projek, dan (f) Evaluasi proses dan hasil projek.
Pembelajaran inquiry/discovery merupakan proses pembelajaran yang
didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara
sistematis. Pengetahuaan bukan sekedar sekumpulan fakta hasil dari
mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan atau mengkonstruksi.
Inquiry/Discovery Learning meliputi lima langkah yaitu: (a) Merumuskan
pertanyaan, (b) Merencanakan, (c) Mengumpulkan dan menganalisis data, (d)
Menarik simpulan, dan (e) Menarik simpulan.

5) Media Pembelajaran
Media merupakan benda fisik yang dapat menjadi penghubung
komunikasi dari sumber informasi kepada orang lain yang melihat, membaca,
atau menggunakannya. Benda tersebut dapat berbentuk cetak maupun

10
noncetak. media pembelajaran adalah segala alat yang dapat membantu
tercapainya tujuan pembelajaran, media pembelajaran merupakan alat atau
perantara untuk memfasilitasi komunikasi dari sumber belajar ke siswa dan
mendukung proses belajar guna mencapai tujuan belajar. Menurut bentuknya
media dibedakan menjadi media cetak dengan noncetak serta media audio
dengan nonaudio. Secara lebih spesifik, media dapat berupa antara lain teks,
audio, visual, media bergerak, obyek/media yang dapat dimanipulasi (media
manipulatif), dan manusia. menurut fungsinya media dibagi menjadi dua
bagian yaitu: pembawa informasi (ilmu pengetahuan) dan alat untuk
menanamkan konsep. Untuk belajar secara efektif, siswa harus ikut
berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Guru perlu merancang aktivitas
belajar dengan memanfaatkan benda fisik. Benda fisik ini dapat diartikan
sebagai benda yang dapat membantu siswa dalam membangun pengetahuan.
Salah satu tipe media yang memfasilitasi untuk melakukan gerakan fisik
untuk belajar adalah alat peraga manipulatif. Alat peraga manipulatif adalah
media berupa benda nyata tiga dimensi yang dapat menggambarkan secara
konkret suatu obyek, ide, model, atau konsep abstrak dan memungkinkan
untuk digerakkan atau dimanipulasi secara fisik dalam kaitannya dengan
pembentukan konsep bagi penggunanya, dalam hal ini siswa. Media memiliki
fungsi sebagai pembawa informasi atau pesan dari sumber (guru) menuju
penerima (siswa). tiga fungsi utama media adalah (a) Memotivasi, (b)
Menyajikan Informasi, dan (c) Memberikan Instruksi. Salah satu model
perencanaan penggunaan/ pemanfaatan media yang efektif dikenal dengan
istilah ASSURE. Model ini menyarankan enam kegiatan utama dalam
perencanaan pembelajaran yaitu: Analyze Learner Characteristics
(Menganalisa karakteristik pebelajar), State Objective (Merumuskan tujuan
pembelajaran), Select, Modify, or Design Materials (Memilih, memodifikasi,
atau merancang), Utilize Materials (Menggunakan materi dan media), Require
Learner Respon (Meminta tanggapan siswa), dan Evaluate (evaluasi).
Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

11
Media pembelajaran juga dapat mengarahkan dan meningkatkan perhatian
anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar. Selain itu, Media
pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu serta
memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa
di lingkungan mereka. Media pembelajaran setidak-tidaknya digunakan guru
pada situasi saat (a) bahan ajar yang dijelaskan guru kurang dipahami siswa,
(b) terbatasnya sumber pembelajaran, (c) guru kurang bergairah dalam
menjelaskan bahan ajar melalui verbal akibat terlalu lelah disebabkan
mengajar cukup lama, dan (d) saat perhatian siswa terhadap pembelajaran
berkurang akibat kebosanan mendengarkan uraian guru.
Adapun media yang tergolong media sederhana adalah berbagai media
visual yang tidak diproyeksikan seperti gambar, ilustrasi, poster, bagan,
diagram, grafik, peta, sketsa, dan lain-lain. Dalam mendisain suatu media
sederhana perlu diperhatikan prinsip Kesederhanaan (simplycity), Kesatuan
(unity), Penekanan (emphasis), dan Keseimbangan (balance). Dalam
pemilihan media Gagne, dkk (1988) menyarankan perlunya
mempertimbangkan Variabel Tugas, Siswa, Lingkungan Belajar, Lingkungan
Pengembangan, Ekonomi dan Budaya, serta Faktor-Faktor Praktis.
Pertimbangan yang lebih singkat dalam pemilihan media adalah: (a) tujuan
yang ingin dicapai. (b) kesesuaian media dengan materi ajar, (c) karakteristik
siswa, (d) gaya belajar siswa, (e) kondisi lingkungan, (f) fasilitas pendukung,
dan (g) waktu yang tersedia. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru
dalam menggunakan media pembelajaran, yaitu guru perlu memiliki
pemahaman terhadap media pembelajaran yang digunakan, Guru harus
terampil membuat media pembelajaran dan harus mampu menilai keefektifan
penggunaan media dalam proses pembelajarannya.

6) Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran


Rujukan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016
Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dan Permendikbud

12
No.103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP. RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk
satu pertemuan atau lebih, dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan
kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar
(KD). Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau
berkelompok di sekolah/ madrasah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi
oleh kepalasekolah/ madrasah, guru secara berkelompok antar sekolah atau
antar wilayah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh dinas pendidikan
atau kantor Kementerian Agama setempat. RPP hendaknya disusun dengan
memperhatikan prinsip (a) Perbedaan individual peserta didik, (b) Partisipasi
aktif peserta didik, (c) Berpusat pada peserta didik, (d) Pengembangan budaya
membaca dan menulis, (e) Pengembangan budaya membaca dan menulis, (f)
Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antar komponen RPP, (g)
Mengakomodasi pembelajaran, dan (h) Penerapan teknologi informasi dan
komunikasi.
Komponen RPP dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah. Demikian pula format RPP secara operasional terdapat dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016
Tentang Standar Proses dan Permendikbud No.103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Penyusunan
RPP harus sesuai dengan petunjuk dan sangat sistematik. Menggunakan
alokasi waktu yang telah ditentukan serta materi dan penilaian yang sesuai.
Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara berkala dan
berkelanjutan. Pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan
pendidikan dan pengawas. Proses Pengawasan dilakukan melalui pemantauan,
supervisi, dan pelaporan. Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam
bentuk penguatan, penghargaan, dan pemberian kesempatan kepada guru
untuk mengikuti program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan.

13
7) Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik adalah proses pengumpulan
informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap,
aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana
dan sistematis yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan
perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar. Penilaian
Hasil Belajar oleh Pendidik dilakukan secara berkesinambungan. Berdasarkan
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 Standar Penilaian Pendidikan adalah
kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar
dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik berfungsi untuk
memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi
kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dilaksanakan untuk memenuhi fungsi
formatif dan sumatif dalam penilaian.
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik bertujuan untuk mengetahui tingkat
penguasaan kompetensi, menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi,
me- netapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat
penguasaan kompetensi, dan memperbaiki proses pembelajaran. Terdapat dua
jenis penilaian hasil belajar, yaitu: formatif, dan sumatif. Fungsi Formatif
digunakan untuk memperbaiki kekurangan hasil belajar peserta didik
sedangkan Fungsi Sumatif digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar
peserta didik pada KD tertentu. Hasil dari kajian terhadap kekurangan peserta
didik digunakan untuk memberikan pembelajaran remedial dan perbaikan RPP
serta proses pembelajaran yang dikembangkan guru untuk pertemuan
berikutnya.
Penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup aspek sikap, aspek
pengetahuan, dan aspek keterampilan. penilaian sikap dilakukan untuk
mengetahui tingkat perkembangan sikap spiritual dan sikap sosial siswa. Sikap
yang dimaksud merujuk kepada Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016.

14
Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan
kecakapan berfikir siswa dalam dimensi pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, maupun metakognitif, sedangkan Penilaian keterampilan adalah
penilaian yang dilakukan untuk menilai kemampuan peserta didik menerapkan
pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu di berbagai macam konteks
sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. Penilaian seharusnya
dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu assessment of learning (penilaian
akhir pembelajaran), assessment for learning (penilaian untuk pembelajaran),
dan assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran). Selama ini
assessment of learning paling dominan dilakukan oleh pendidik dibandingkan
assessment for learning dan assessment as learning. Penilaian pencapaian hasil
belajar seharusnya lebih mengutamakan assessment as learning dan
assessment for learning dibandingkan assessment of learning.
Penilaian harus memperhatikan prinsip (a) kesahihan (valid), (b) Objektif
(reliabel), (c) Adil, (d) Terpadu, (e) Terbuka, (f) Menyeluruh dan
berkesinambungan, (g) Sistematis, (h) Beracuan kriteria, dan (i) Akuntabel.
Teknik penilaian dapat dilakukan sesuai dengan aspek yang dinilai. Penilaian
sikap dilakukan dengan teknik observasi atau teknik lainnya yang relevan,
Teknik penilaian observasi dapat menggunakan instrumen berupa lembar
observasi, atau buku jurnal (yang selanjutnya disebut jurnal). Teknik penilaian
lain yang dapat digunakan adalah penilaian diri dan penilaian antar teman.
Teknik penilaian pengetahuan yang biasa digunakan adalah tes tertulis, tes
lisan, dan penugasan. Hasil penilaian pencapaian pengetahuan oleh pendidik
disampaikan dalam bentuk angka dan/ atau deskripsi. Penilaian keterampilan
dapat dilakukan dengan berbagai teknik, antara lain penilaian praktik,
penilaian produk, penilaian proyek, dan penilaian portofolio. Teknik penilaian
keterampilan yang digunakan dipilih sesuai dengan karakteristik KD pada KI-
4. Hasil penilaian pencapaian keterampilan oleh pendidik disampaikan dalam
bentuk angka dan/atau deskripsi.
Prosedur penilaian hasil belajar oleh pendidik mencakup: (a) Penyusunan
Rencana Penilaian (menetapkan tujuan penilaian mengacu pada RPP,

15
menyusun kisi-kisi penilaian dan membuat instrumen penilaian berikut
pedoman penilaiannya serta melakukan analisis kualitas instrumen), (b)
Pelaksanaan Penilaian, (c) Pengolahan, Analisis, dan (d) Interpretasi hasil
penilaian. Perancangan penilaian dilakukan pada saat penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus. Langkah-langkah
penting dalam perencanaan penilaian meliputi: Menetapkan Tujuan Penilaian,
menentukan Bentuk Penilaian, Memilih Teknik Penilaian, menyusun kisi-kisi,
Menulis soal berdasarkan kisi-ki- si dan kaidah penulisan soal, menyusun
pedoman penskoran. Berdasarkan bentuknya, pelaksanaan penilaian, terutama
untuk penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan terdiri dari
pelaksanaan penilaian harian (PH) dan penilaian tengah semester (PTS).
Penilaian harian dilaksanakan setelah serangkaian kegiatan pembelajar- an
berlangsung sebagaimana yang direncanakan dalam RPP. Frekuensi penilaian
yang dilakukan oleh pendidik ditentukan berdasarkan hasil pemetaan
penilaian dan selanjutnya dicantumkan dalam program tahunan dan program
semester. Penilaian sikap dilakukan oleh guru mata pelajaran (selama proses
pembelajaran pada jam pelajaran) dan/atau di luar jam pembelajaran, guru
bimbingan konseling (BK), dan wali kelas (selama peserta didik di luar jam
pelajaran). Penilaian sikap spiritual dan sosial dilakukan secara terus-menerus
selama satu semester.
Pengolahan hasil penilaian sikap dilakukan untuk membuat deskripsi
nilai/perkembangan sikap selama satu semester. Kegiatan yang dilakukan guru
dan wali kelas dalam pengolahan hasil penilaian yaitu mengelompokkan,
membuat rumusan deskripsi, dan menyimpulkan. Pelaporan hasil penilaian
sikap dalam bentuk predikat dan deskripsi, sedangkan penulisan capaian
pengetahuan dan keterampilan pada rapor menggunakan angka pada skala 0 –
100 dan deskripsi. Pelaporan hasil penilaian dibuat dalam bentuk rapor untuk
setiap semester. Hasil penilaian dapat digunakan untuk mengetahui
kemampuan dan perkem- bangan peserta didik. Hasil penilaian yang diperoleh
harus diinformasikan langsung kepada peserta didik sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan peserta didik. Hasil analisis penilaian

16
pengetahuan berupa informasi tentang peserta didik yang telah mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan peserta didik yang belum mencapai
KKM. Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM perlu ditindaklanjuti
dengan remedial, sedangkan bagi peserta didik yang telah men- capai KKM
diberikan pengayaan.

8) Refleksi Pembelajaran dan PTK


Refleksi pembelajaran merupakan kegiatan evaluasi diri bagi seorang guru
dalam melihat kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Evaluasi diri
yang dapat dilakukan adalah (1) penilaian tertulis maupun lisan oleh peserta
didik (siswa) terhadap gurunya, (2) penilaian atau observasi pelaksanaan
pembelajaran oleh teman sejawat, dan (3) evaluasi diri guru dengan
melakukan analisis hasil tes tertulis, lisan maupun penugasan terhadap siswa
yang diampunya. Refleksi pembelajaran perlu dilakukan guru dalam upaya
untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Perlu adanya kegiatan introspeksi diri dalam pelaksanaan
pembelajaran, apakah pembelajaran yang dilaksanakan sudah efektif sehingga
terjadi proses belajar pada siswa atau belum. Kegiatan tersebut berupa refleksi
terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan. Adapun teknik kegiatan
refleksi pembelajaran antara lain (1) penilaian guru oleh peserta didik, (2)
evaluasi proses dan hasil belajar, (3) diagnosis kesulitan belajar, dan (4)
penilaian guru oleh teman sejawat.
Ada 3 aspek penilaian guru oleh peserta didik yaitu (1) ungkapan kesan
peserta didik terhadap pembelajaran yang telah dirancang dan dilaksanakan
oleh guru, (2) pesan dan harapan peserta didik terhadap guru pada pelaksanaan
pembelajaran yang akan datang, dan (3) kritik membangun peserta didik
terhadap guru dan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Evaluasi
pembelajaran merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan
penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam
merancang suatu sistem pembelajaran. Evaluasi pembelajaran mempunyai
fungsi sebagai alat pengukur pencapaian tujuan pembelajaran, mendiagnostik

17
kesulitan belajar siswa, dan alat penempatan siswa sesuai minat dan bakat
siswa. Dilihat dari jenisnya, penilaian terdiri atas beberapa macam yakni
penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik, penilaian selektif
dan penilaian penempatan. Kegiatan lain dalam refleksi pembelajaran dengan
cara mendiagnosis kesulitan belajar siswa. Brueckner dan Bond, dalam
Rahmadi (2004: 6) mengelompokkan sumber kesulitan belajar menjadi lima
faktor, yaitu faktor fisiologis, faktor sosial, faktor emosional, faktor
intelektual, dan faktor pedagogis.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dibagi menjadi empat jenis, yaitu: (1)
Penelitian Tindakan Kelas Diagnostik, (2) Penelitian Tindakan Kelas
Partisipan, (3) Penelitian Tindakan Kelas Empiris, dan (4) Penelitian Tindakan
Kelas Eksperimental. Model-model penelitian tindakan kelas diantaranya
adalah model penelitian tindakan kelas menurut Kurt Lewin, terdiri dari empat
langkah, yakni: (1) Perencanaan (planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3)
Observasi (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Selain itu, ada juga model
penelitian tindakan kelas menurut Kemmis & McTaggart yang dikembangkan
dari model PTK Kurt Lewin, model ini terdiri dari beberapa siklus, masing-
masing siklus mengikuti tahap perencanaan (plan), pelaksanaan dan
pengamatan (act & observe), dan refleksi (reflect). Model PTK lainnya, yaitu
Model penelitian tindakan kelas menurut John Elliot, model PTK ini lebih
detail dan rinci dibandingkan dua model sebelumnya. Setiap siklus dalam
PTK terdiri dari tahap perencanaan tindakan, Pelaksanaan Tindakan,
Pengamatan (observasi), dan Refleksi. Keempat tahap dalam penelitian
tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu
putaran kegiatan beruntun, dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan
refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. hasil refleksi digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam merancang kegiatan (siklus) berikutnya. Ada
beberapa langkah penyusunan proposal penelitian tindakan kelas, antara lain:
(1) menentukan judul penelitian, (2) menyusun latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, (3) menentukan teori
pendukung, kerangka berfikir dan hipotesis tindakan, (4) menentukan metode

18
penelitian, dan (5) menyusun instrumen penelitian. Penyusunan proposal PTK
sama halnya dengan proses penyusunan Proposal tugas akhir/skripsi dan
proposal penelitian lainnya. Hal yang membedakannya dengan PTK adalah
metode penelitian, prosedur penelitian, dan indikator kinerja yang bersifat
khusus dilakukan dengan metode siklus.

B. Deskripsi Kemajuan yang Anda Peroleh Setelah Pembekalan/Mentoring


Adapun beberapa materi dari sumber belajar yang telah peserta baca,
terdapat beberapa poin penting yang sulit dipahami, yaitu sebagai berikut.
1) Pada Bab 1 karakteristik siswa, peserta sulit memahami bagaimana cara
menyiapkan materi pelajaran dan merancang kegiatan pembelajaran yang
sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, dimana karakteristik siswa di
lapangan sangat berbeda-beda (heterogen).
2) Pada bab 4 desain pembelajaran, peserta sulit memahami bagaimana
menerapkan pendekatan dan model-model pembelajaran yang sesuai dengan
KD, dimana peserta masih memiliki keterbatasan pengetahuan tentang model-
model pembelajaran yang dapat diterapkan.
3) Pada bab 7 penilaian dan evaluasi pembelajaran, peserta sulit memahami
bagaimana menentukan nilai KKM suatu mata pelajaran dan bagaimana
membuat instrumen tes yang sesuai dengan prinsip-prinsi penilaian.

C. Materi Esensial yang Tidak Ada dalam Sumber Belajar


Berdasarkan pemahaman peserta setelah membaca sumber belajar calon
peserta program PLPG, beberapa materi esensial yang menurut peserta belum ada
dalam sumber belajar adalah:
1) Contoh aplikasi teori perkembangan peserta didik dan teori belajar dalam
kegiatan pembelajaran didukung dengan model, pendekatan, media dan
instrumen penilaian yang baik.
2) Cara pembuatan instrumen penilaian sikap dan keterampilan, serta SKL bagi
KI satu dan KI dua.
3) Cara membuat instrumen penilaian yang sesuai dengan prinsip penilaian
4) Contoh cara mengidentifikasi masalah untuk diaplikasikan pada PTK.

19
D. Materi yang Tidak Esensial Namun Ada dalam Sumber Belajar
Bagi peserta yang telah membaca sumber belajar calon peserta program
PLPG, seluruh materi yang ada dalam sumber belajar adalah materi yang esensial.
Namun, beberapa materi menjelaskan aplikasinya pada mata pelajaran atau
tingkat tertentu. Bagi pembaca yang bukan dari fokus mata pelajaran atau tingkat
yang disebutkan mengalami miskonsepsi atau kesalahpahaman karena ragu dalam
menerapkan materi tersebut pada mata pelajaran atau tingkat yang berbeda. Selain
itu, dalam bab karakteristik siswa, peserta lebih membutuhkan penjelasan yang
rinci tentang ciri-ciri dan implikasi tahap perkembangan usia anak sekolah dari
pada sekedar mengetahui teori-teori perkembangan anak.

E. Masukan-masukan yang telah diberikan oleh mentor pada saat kegiatan


pembekalan/mentoring
Kegiatan pembekalan materi PLPG yang penulis ikuti tidak lepas dari
masukan dan arahan mentor, baik pada materi pedagogik maupun materi bidang
studi yaitu bahasa indonesia. Adapun masukan yang diberi oleh mentor beberapa
diantaranya adalah tanggapan tentang hasil tugas dan laporan kemajuan yang telah
penulis selesaikan. Mentor menyatakan ringkasan yang dibuat oleh penulis secara
umun sudah bagus karena sudah mencerminkan isi secara keseluruhan.

20
BAB II
SUMBER BELAJAR BIDANG STUDI
A. Ringkasan
1) Kelas VII (Tujuh) Semester Ganjil dan Genap
a. Peradaban Bangsa Arab Sebelum Islam
Sistem Peribadatan Bangsa Quraisy Sebelum Islam Pada permulaanya bangsa
Arab Quraisy telah mengikuti dan meyakini ajaran agama Nabi Ibrahim dan Nabi
Ismail yaitu agama Hanifiyah, “hanif” artinya benar dan lurus. Karena itu sejak
dulu, ajaran tauhid sudah mengakar di hati masyarakat Arab. Pembauran dan
pergaulan dengan bangsa lain mempengaruhi kepercayaan mereka, tetapi seiring
berjalannya waktu, ajaran tersebut mengalami perubahan, penambahan dan
pengurangan yang dilakukan oleh para pengikutnya yang tidak bertanggung
jawab. Kemudian muncul berbagai ajaran yang meragukan dan akhirnya jatuh
menjadi penyembah berhala yang dibawa oleh Amr bin Luay al Khuzai.
Bangsa Arab mulai menyembah berhala ketika Ka’bah berada di bawah
kekuasaan Jurhum. Pasukan yang dipimpin oleh Amr bin Luay al Khuzai dari
keturunan Khuza’ah datang ke Mekkah dan berhasil mengalahkan Jurhum.
Kemudian Amr bin Luay al Khuzai meletakkan sebuah berhala besar bernama
Hubal yang terbuat dari batu akik berwarna merah berbentuk patung manusia,
yang ditempatkan di sisi Ka’bah. Kemudian ia menyerukepada penduduk Hijaz
supaya menyembah berhala itu. Di samping itu banyak lagi berhala-berhala yang
lain seperti al-Latta tempatnya di Thaif, menurut Tsaqif (penduduk Thaif) al-Latta
ini adalah berhala yang paling tua. Al-’Uzza tempatnya di Hejaz kedudukannya
sesudah Hubal, Manath, tempatnya di dekat kota Madinah Manath ini dimuliakan
oleh penduduk Yatsrib.
Sebelum datangnya Islam bangsa Arab Quraisy menganut beberapa bentuk
pemujaan, yaitu : menyembah malaikat, menyembah jin, ruh dan hantu,
menyembah bintang-bintang, menyembah berhala, dan agama yahudi dan nasrani
(kristen). Selain menyembah berhala orang-orang Arab Quraisy juga banyak
percaya pada takhayul, antara lain:
 Di dalam setiap perut orang ada ular, perasaan lapar timbul karena ular
menggigit usus manusia

21
 Mereka biasa mengenakan cincin dari tembaga atau besi, dengan
keyakinan untuk menambah kekuatan.
 Bila mereka mengharapkan turun hujan, mereka mengikatkan rumput
kering pada ekor kambing.
b. Keadaan Sosial Masyarakat Quraisy Sebelum Islam
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab sangat dipengaruhi oleh kondisi dan
letak geografisnya. Bagian tengah Jazirah Arab terdiri dari tanah pegunungan yang
tandus oleh sebab itu banyak penduduk yang hidupnya tidak menetap, mereka
tinggal di pedalaman, mereka adalah masyarakat Badui yang mata pencahariannya
beternak. Mereka berpindah pindah dari satu lembah ke lembah yang lain mencari
rumput untuk hewan ternaknya. Bidang pertanian dikerjakan oleh suku-suku yang
bertempat tinggal di daerah-daerah subur, terutama mereka yang mendiami daerah
subur di sekitar oase seperti Thaif. Di tempat ini mereka menanam buah-buahan
dan sayur-sayuran.
Masyarakat Arab yang tinggal diperkotaan berprofesi sebagai pedagang,
mereka juga disebut Ahlul Hadhar, kehidupan sosial ekonomi mereka sangat
ditentukan oleh keahlian mereka dalam perdagangan, bangsa Arab Quraisy sangat
terkenal dalam dunia perdagangan. Mereka melakukan perjalanan dagang pada
dua musim dalam setahun, yaitu ke Negara Syam pada musim panas dan ke
Yaman pada musim dingin. Di kota Mekkah terdapat pusat perdagangan, yaitu
pasar Ukaz, yang dibuka pada bulan-bulan tertentu, seperti Zulqa’dah, Zulhijjah,
dan Muharram. Dalam bidang sosial politik, masyarakat Arab pada masa jahiliyah
tidak memiliki sistem pemerintahan yang mapan dan teratur. Mereka hanya
mempunyai pemimpin yang disebut Syeikh atau Amir, yang mengurusi persoalan
mereka dalam masalah perang, pembagian harta dalam pertempuran tertentu. Di
luar itu seorang Syeikh tidak berkuasa atau tidak berhak mengatur anggota
kabilahnya.
Sedangkan dalam bidang ilmu pengetahuan bangsa Arab Quraisy sebelum
Islam telah mampu mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari
berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat
Arab pada waktu itu.Di antara ilmu pengetahuan yang mereka kembangkan adalah
astronomi, yang ditemukan oleh orang-orang Babilonia. Mereka ini pindah ke
negeri Arab pada waktu negara mereka diserang oleh bangsa Persia. Dari mereka

22
inilah bangsa Arab belajar banyak ilmu astronomi. Dalam bidang sosial bangsa
arab terkenal sebagai bangsa yang pemberani dalam membela pendirian, mereka
tidak mau mengubah pendirian serta tata cara hidup yang sudah menjadi
kebiasaannya, tidak mau mengalah, moral dan perilaku sangat rusak sehingga
mereka disebut kaum jahiliyah “yang bodoh”. Berjudi minum-minuman keras
dilakukan secara bersama-sama, bahkan tak jarang mereka merampok sehingga
sering menimbulkan peperangan antar suku. Yang lebih buruk lagi moralnya
adalah adanya suku Arab yang mengubur bayi perempuan mereka secara hidup-
hidup. Di antara suku yang melakukan perbuatan keji dan tak berperikemanusiaan
itu adalah suku bani Tamim dan suku bani Asad Namun dibalik kejahiliahan
mereka ada juga sisi kebiasaan yang baik, yaitu suka menghormati dan
memuliakan tamu. Dalam bidang bahasa dan seni bahasa, orang-orang Arab pada
masa pra Islam sangat maju. Bahasa mereka sangat indah dan kaya. Syair-syair
mereka sangat banyak. Dalam lingkungan mereka seorang penyair sangat
dihormati. Di samping sebagai penyair, orang-orang Arab Jahiliyah juga sangat
fasih berpidato dengan bahasa yang indah dan bersemangat. Para ahli pidato akan
mendapat derajat tinggi seperti para penyair.
c. Sejarah Dakwah Rasulullah Saw pada Periode Islam di Mekkah
Hidup di tengah-tengah orang Arab yang gemar memuja berhala tidak
membuat Nabi Muhammad Saw. ikut-ikutan memuja berhala bahkan beliau
membenci berhala-berhala itu dan kepada agama yang dianut oleh sebagian besar
bangsa Arab. Memasuki 14 tahun usia pernikahan Nabi Muhammad Saw. dengan
Siti Khadijah, Nabi Muhammad Saw. sering melakukan ibadah diiringi dengan
memohon petunjuk kepada Allah Swt, beliau berkhalwat di Gua Hira, Berkhalwat
ini dilakukan Nabi Muhammad Saw. dengan sangat khusyuk. Pada malam Jum’at
tanggal 17 Ramadhan, saat sedang duduk bertafakur di Gua Hira beliau didatangi
oleh malaikat Jibril seraya berkata kepadanya: “Bacalah!”, ya Muhammad, beliau
menjawab: “Saya tidak bisa membaca”. Malaikat Jibril memeluk Nabi
Muhammad mengulangi perintah ini untuk kedua kalinya . Dan pada yang ketiga
kalinya, Nabi Muhammad berkata apa yang harus saya baca, lalu Jibril berkata
kepadanya, dengan membawa wahyu pertama dari Allah Swt. Yaitu surat Al-Alaq
ayat 1-5 yang Artinya:

23
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah;Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam; Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Setelah Nabi Muhammad Saw. mendapat wahyu yang pertama dari Allah
Swt, Nabi Muhammad Saw, telah siap menerima wahyu kembali, tetapi wahyu
tersebut tidak kunjung datang. Baru pada malam ke-40 wahyu kedua turun, waktu
itu Nabi sedang berjalan-jalan ke suatu tempat. Tiba-tiba mendengar suara : “Ya
Muhammad, engkau benar utusan Allah”. Nabi merasa takut mendengar suara itu,
beliau segera kembali ke rumah menyuruh istrinya Siti Khatijah menyelimuti,
suara tadi terdengar lagi dengan jelas dan semakin dekat Jibril mendatanginya
sambil duduk di atas kursi antara bumi dan langit, lalu turunlah surat Al-Mudatsir
ayat 1-5 yang artinya :
‘’Hai orang yang berkemul (berselimut); Bangunlah, lalu berilah peringatan!;
Dan Tuhanmu agungkanlah!; Dan pakaianmu bersihkanlah; Dan perbuatan
dosa tinggalkanlah’’
Setelah menerima dan menghafal wahyu itu, Nabi Muhammad Saw.
menanggalkan selimutnya, rasa takut dan gemetarnya pun hilang. Mulai saat
itulah Muhammad telah diangkat oleh Allah Swt. menjadi Nabi dan Rasul. Tugas
baru telah datang, yaitu menyebarkan agama Islam kepada seluruh umat manusia,
setelah itu wahyu pun turun terus-menerus dan berkelanjutan.
d. Tahapan dakwah Nabi Muhammad Saw
Sesuai dengan kondisi masyarakat Arab pada saat itu dan juga perintah dari
Allah Swt., maka Nabi Muhammad Saw. dalam berdakwah menggunakan taktik
dan strategi melalui tahapan sebagai berikut:
 Tahap Dakwah secara sembunyi-sembunyi
Pada permulaan dakwahnya Rasulullah Saw. mempergunakan sistem
sembunyi-sembunyi, sebab ketika itu pengikutnya baru beberapa orang, sedang
keimanan dan keislaman mereka baru dalam tahap permulaan atau tahap
dasar.Materi dakwah baru dalam tahap dasar pula dalam bidang akidah dan akhlaq
meliputi : Mengesakan Allah, mensucikan dan membersihkan jiwa dan hati,
menguatkan persatuan dan meleburkan kepentingan jamaah. Kepada musuh-
musuh Islam Rasulullah menghindari dari permusuhan dan pertentangan fisik.

24
Tahap sembunyi-sembunyi ini berlangsung selama tiga tahun semenjak kerasulan
Muhammad Saw. Pengikutnya baru beberapa kaum kerabat Rasulullah, pemuka-
pemuka Quraisy, dan beberapa orang bekas hamba sahaya yang dimerdekakan.
Semuanya berjumlah 40 orang laki-laki dan wanita. Merekalah yang menjadi
tulang punggung penegak Islam, sebagai pelopor dan penganjur Islam yang
disebut ”As Sabiqunal Awwalun.”
 Tahap Dakwah secara terang-terangan
Pada tahun ke-4 setelah turun wahyu pertama Rasulullah mulai
menyampaikan dakwahnya secara terang-terangan. Tahap ini dimulai setelah
turun wahyu yang memerintahkan untuk berdakwah secara terang-terangan dan
menyatakan kebenaran ajaran Islam, serta meninggalkan kemusyrikan, yaitu
penyembahan berhala. Sepeninggal Abu Thalib dan Siti Khadijah, puncak dari
sikap permusuhan kaum Quraisy semakin keras. Dalam kondisi ini timbul
keinginan dari Nabi Muhammad Saw. untuk berlindung ke Thaif negeri yang
terkenal berhawa sejuk dan keramahan penduduknya terhadap tamu yang datang.
Dengan harapan masyarakat Thaif berkenan mendengar dakwah Islam. Perjalanan
ke Thaif ini sebenarnya tidaklah mudah, mengingat sulitnya medan yang dilalui
disebabkan gunung-gunung yang tinggi yang mengelilinginya. Akhirnya, Beliau
sampai di Thaif bersama Zaid bin Tsabit. Akan tetapi, setiap kesulitan itu menjadi
mudah bila berada di jalan Allah. Selama sepuluh hari tinggal di Thaif Nabi
menyampaikan seruan tauhid meskipun ada yang mau menerima dakwah Islam,
akan tetapi penduduk Thaif justru banyak yang menolak beliau dengan penolakan
yang lebih buruk. Mereka menyuruh anak-anak kecil untuk melempari beliau
dengan batu, sehingga kedua tumit beliau berdarah. Akhirnya, beliau kembali
melalui jalan semula menuju Mekkah dalam keadaan sedih dan susah. Lalu Jibril
bersama malaikat gunung menghampirinya. Jibril memanggil beliau dan berkata:
“Sesungguhnya Allah telah mengutus kepadamu malaikat gunung untuk kamu
suruh sesuai keinginanmu”. Setelah itu malaikat gunung berkata: “Hai
Muhammad, jika kamu mau, aku akan meruntuhkan kedua benda keras ini
(maksudnya, dua gunung yang mengelilingi Mekkah) di atas mereka”. Nabi
menjawab: “Justru saya mengharap agar Allah mengeluarkan dari keturunan

25
mereka, orang yang mau menyembah Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada
sekutu bagi-Nya”.
Tindakan-tindakan kaum Quraisy yang menghambat dan menghalangi
dakwah Nabi Muhammad Saw. itu antara lain:
 Penghinaan dan siksaan terhadap Rasulullah; Rasulullah Saw. dihina sebagai
orang gila, tukang sihir, anak celaka, dan lain-lain sebutan penghinan.Pernah
dilempari kotoran domba, rumahnya dilempari sampah dan kotoran, di depan
pintu rumahnya diletakkan duri yang tajam dan tindakan-tindakan lain yang
sangat menyakitkan.
 Ancaman dan siksaan kepada para pengikut Rasulullah Saw.; Bilal seorang
bekas hamba yang masuk Islam dijemur di panas terik matahari sambil
dilempar batu, ayah dan ibu Ammar bin Yasir dibunuh dan ditusuk
jantungnya oleh Abu Jahal, Zanirah dicungkil matanya sampai buta, Chibab
terbelah dua badannya lantaran diseret dua ekor unta dengan berlawanan arah.
 Bujukan harta, kedudukan dan wanita ; Utbah bin Rabi’ah diutus kaum
Quraisy membujuk Rasulullah saw. dengan harta seberapa dia minta, mereka
bersedia menjadikan Rasulullah saw. sebagai Kepala atau Raja, bahkan
menyediakan wanita tercantik di seluruh Arab, asalkan Rasulullah
menghentikan kegiatannyamenyiarkan agama Islam.Usaha-usaha kaum
Quraisy yang lain berupa : permintaan berganti-ganti menyembah Tuhan dan
berhala, mengancam Abu Thalib paman Rasul, meminta Nabi Muhammad
Saw. ditukar dengan pemuda lain, melarang orang Quraisy mendengar Al-
Qur’an.
 Kaum Quraisy mengasingkan dan memboikot Bani Hasyim dan Bani
Muthalib serta Kaum Quraisy dilarang menikah, berjual beli, membantu dan
menolong keluarga Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthalib.Pelanggar
ketentuan tersebut diancam hukuman berat. Pengasingan ini tidakdicabut
sebelum Muhammad diserahkan kepada kaum Quraisy. Akibatnya banyak
pengikut Rasulullah saw yang menderita kelaparan.
Di antara hal-hal yang menyebabkan kaum Quraisy menghalangi dakwah
Rasulullah adalah sebagai berikut:

26
 Mereka khawatir akan kehilangan kekuasaannya sebagai penguasa kota
Mekkah dan bangsa Arab. Dengan hilangnya kekuasaan mereka lenyap
pulalah pengaruh mereka yang sangat besar di kalangan bangsa Arab.
 Mereka tidak menyetujui penghapusan diskriminasi sosial, yang
mempersamakan bangsawan dengan rakyat jelata dan hamba sahaya.
 Mereka takut adanya pembalasan pada hari Kiamat, karena
perbuatanperbuatan semena-mena selama ini akan dibalas pada Hari Akhir
nanti.
 Mereka tidak mau meninggalkan adat dan tradisi nenek moyangnya seperti
berjudi, minum-minuman keras, dan kebisaaan-kebisaaan buruk lainnya.
 Mereka tidak mau kehilangan mata pencaharian dari penjualan arca-arca dan
berhala. Dengan tiadanya arca-arca Ka’bah, habis pulalah pengunjung Ka’bah
yang datang dari seluruh negeri Arab, dan habis pulalah penghasilan kaum
Quraisy sebagai penguasa Ka’bah.
Hal-hal di atas itulah yang menjadikan kaum Quraisy berusaha sekuat tenaga
dengan berbagai cara untuk menghentikan kegiatan dakwah Muhammad Saw.
e. Faktor-faktor penyebab hijrah Rasulullah Saw ke Madinah
Nabi Muhammad Saw. tiba di kota Yatsrib pada tanggal 16 Rabi’ul Awwal,
bertepatan dengan 2 Juli 622 M. Sebelum memasuki kota Yatsrib, beliau singgah
di desa Quba’ selama empat hari dan mendirikan Masjid diatas tanah milik
Khultsum bin Hamdan, keturunan keluarga Bani Amr bin Auf dari golongan Aus,
yang sekarang masjid itu dikenal dengan masjid Quba’ dalam Al-Qur’an disebut
juga masjid Taqwa dan merupakan masjid pertama yang didirikan Nabi
Muhammad Saw.. Setelah Nabi Muhammad Saw. memasuki kota Yatsrib maka
kota Yatsrib diubah namanya dengan “al-Madinah al-Munawarah”, artinya kota
yang bercahaya atau lebih dikenal dengan sebutan Madinah.
Pada tahun kesepuluh sesudah Nabi Muhammad Saw. diutus menjadi Rasul,
beberapa orang dari suku Khazraj datang ke Mekkah untuk mengerjakan haji.
Mereka disambut oleh Nabi Muhammad Saw., di tempat yang bernama al-
Aqabah. Pada tahun kedua belas sesudah kenabian Muhammad Saw., dibuatlah
perjanjian yang terkenal dengan sebutan ”perjanjian wanita”, atau perjanjian
’aqabah pertama. Perjanjian itu disebut perjanjian wanita karena dalam perjanjian
itu ikut hadir seorang wanita bernama Afra binti Abid Ibnu Tsa’labah. Isi

27
perjanjian Aqabah pertama antara lain: 1. Kami tidak akan mempersekutukan
Allah 2. Kami tidak akan mencuri 3. Kami tidak akan berzina 4. Kami tidak akan
membunuh anak-anak kami 5. Kami tidak akan memfitnah dan menghasut 6.
Kami tidak akan mendurhakai Nabi Muhammad Saw.Pada tahun ketiga belas
masa kenabian Muhammad Saw., 73 orang dari penduduk Madinah berkunjung ke
Mekkah untuk menemuinya dan meminta Nabi Muhammad Saw. Agar bersedia
pindah ke Madinah. Rasulullah Saw. setuju, kemudian dibuat lagi perjanjian yang
dikenal dengan ”perjanjian Aqabah yang kedua”. Dalam waktu yang relatif
singkat kurang lebih selama 23 tahun Rasullullah Saw berhasil menguasai seluruh
Jazirah Arab, hal ini menunjukkan kesuksesan Nabi Muhammad Saw. dalam
dakwahnya. Adapun beberapa rahasia kesuksesan nabi dalam dakwahnya itu
berdasarkan 2 faktor, yaitu:
 Faktor Internal: Dalam mengembangkan tugas kerasulannya senantiasa
mendapat bimbingan Allah Swt, Kepribadian Nabi Muhammad Saw. dalam
mengembangkan ajaran Islam, Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw,
Ketinggian akhlak dan kepribadian Nabi Muhammad Saw.
 Faktor Eksternal: Nabi Muhammad Saw. telah menyiapkan tenaga-tenaga
dakwah yang kuat dan tangguh, Kesungguhan para sahabat dalam
memperjuangkan wahyu tersebut, dan mereka membela mati-matian bila
menghadapi bahaya.
Seiring dengan bertambahnya jumlah kaum muslimin yang semakin
berkembang di Madinah, kaum kafir Quraisy di Mekkah semakin bertambah
marah dan bertindak nekad dalam menekan umat Islam, dengan penuh semangat
kafir Quraisy merancang dan menyusun kekuatan militernya untuk
menghancurkan umat Islam. Mengetahui hal tersebut Nabi Muhammad Saw.
kemudian membentuk satuan tentara dengan tujuan untuk melindungi dan
mempertahankan diri dari segala ancaman kekuatan kafir Quraisy dan sekutunya
Yahudi, di Mekkah atau di Madinah. Perang antara kaum muslimin dengan kafir
quraisy pun terjadi berkali-kali, Para ahli sejarah Islam mengemukakan tentang
sejarah peperangan di masa Nabi Muhammad Saw., dan membaginya ke menjadi
dua yaitu pertama: Gazwah (Peperangan yang langsung diikuti Rasulullah Saw.
dan Rasulullah Saw. Dan perang sarriyah (peperangan yang tidak diikuti oleh

28
Rasullah Saw). Peperangan Sarriyah dilakukan sebanyak ada 28 kali.Peperangan
Ghazwah antara lain Perang Badar (17 Ramadan 2 H), Perang Uhud (Syakban 3
H), Perang Khandaq (Syawal 5 H), Perang Khaibar (7 H), Perang Mu’tah (8 H),
Perang Hunain (8 Safar 8 H), Perang Ta’if (8 H), Perang Tabuk (9 H).
Peperangan Sarriyah antara lain, Sarriyah Hamzah bin Abdul Muthalib
(Ramadhan 1 H), Sarriyah Ubaidah bin Haris (Syawal 1 H), Sarriyah Abdullah bin
Jahsy (Rajab 2 H), Sariyah Biru Maunah (Safar 4 H), Sariyah Ka’ab bin Umair al-
Gifari (8 H).
f. Faktor-faktor Keberhasilan Fathul Makkah tahun 9 Hijriyah
Fathul Makkah artinya penaklukan kota Mekkah, terjadi pada tahun delapan
hijriyah, Rasulullah memutuskan untuk menaklukkan kota Mekkah. Sebab-sebab
terjadinya Fathul Makkah adalah karena kaum Quraisy telah mengkhianati
perjanjian Hudaibiyah. Maka, pada tanggal 10 Ramadhan, beliau berangkat
bersama puluhan ribu (10.000) pasukan menuju Mekkah. Kaum muslimin
memasuki Mekkah tanpa terjadi peperangan, di mana kaum Quraisy menyerah
dan tidak melakukan perlawanan karena berbagai sebab. Abbas mengajak Abu
Sufyan untuk menyerah kepada Nabi Muhammad Saw. dan menyatakan
keislamannya. Setelah penaklukan kota Mekkah, manusia berbondong-bondong
memeluk Islam. Pada tahun kesepuluh hijriyah, Rasulullah melaksanakan haji dan
itulah satu-satunya haji yang dilakukan beliau bersama seratus ribu orang, dan
setelah itu beliau kembali ke Madinah pada tanggal 25 Zulkaedah tahun 10
Hijriyah. Dengan diikuti oleh 100.000 orang kaum muslimin Rasulullah
meninggalkan Madinah menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, dan pada
tanggal 8 Zulhijjah 10 Hijriyah atau 7 Maret 632 Masehi Rasulullah Saw,
berpidato dari atas untanya lalu diulangi dengan keras oleh Rabi’ bin Umaiyyah
dan didengarkan umat dengan penuh perhatian. Pidato tersebut merupakan
nasehat terakhir Rasullah sebelum beliau wafat, setelah Rasulullah selesai
menyampaikan nasehat terakhir tiba-tiba untanya terhenyak dan turunlah wahyu
yang terakhir lalu dibacakan oleh Rasulullah Saw. Al-Maidah ayat 3 :
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah
Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telahKu-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu”

29
Pada hari Senin 12 Rabiul Awal 11 Hijrah atau 8 Juni 632 Hijrah, sepulang
dari masjid dan tiba di rumah Aisyah habislah tenaga Rasulullah, dan akhirnya
beliau wafat di atas pengkuan Aisyah. Melihat wafatnya Rasulullah segera Aisyah
keluar rumah dan memberitahukan kepada kaum muslimin, sehingga
berkumpullah kaum muslimin di masjid sekitar rumah Aisyah. Mereka bingung
dan cemas menghadapi kenyataan bahwa Rasulullah yang mereka cintai telah
berpulang ke rahmatullah.
g. Sejarah Perkembangan Islam dan Strategi Substansi Dakwah di masa
Khulafaur Rasyidin
Setelah Rasulullah Saw. wafat, tugas Nabi Muhammad Saw. sebagai kepala
pemerintahan dan kepala negara diemban oleh empat sahabat terdekatnya secara
berurutan. Termasuk dalam tugas tersebut adalah mengurus masalah keagamaan
umat Islam. Keempat penggantinya inilah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur
Rasyidin. Secara kebahasaan, Khulafaur Rasyidin berarti para khalifah yang
mendapat petunjuk. Keempat khalifah tersebut adalah Abu Bakar As-Shiddiq
(memerintah 632 – 834 M), Umar bin Khatab (634-644M), Usman bin Affan
(644-656 M) dan Ali bin Abi Thalib (656-661 M).
a. Kebijakan dan Strategi yang dilakukan oleh Abu Bakar As-Shiddieq adalah:
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun (632 – 634 M), maka
mempunyai beberapa kebijakan dan strategi ketika memimpin negara yaitu:
 Pembukuan Al-Qur’an
 Perluasan wilayah baru (Futuhat)
Abu Bakar adalah seorang figur pemimpin yang memiliki jiwa bersih, jujur,
dan sangat demokratis. Siap dikritik dan diberi saran, peduli terhadap keselamatan
dan kesejahteraan umat. Apabila sosok pemimpin seperti Abu Bakar ada pada
masa kini, pastilah kemakmuran dan keadilan akan merata pada setiap lapisan
masyarakat.
b. Kebijakan dan Strategi yang dilakukan oleh Umar bin Khattab adalah:
 Pengembangan Wilayah Islam
 Mengeluarkan Undang-Undang
 Membagi Wilayah Pemerintahan
 Membentuk beberapa dewan
Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang pemberani terhadap yang
hak, tegas menghadapi kebatilan dan pandai berdiplomasi. Beliau telah merubah

30
anak-anak padang pasir yang liar menjadi bangsa pejuang yang gagah berani,
tangguh, disiplin tinggi serta mampu menghancurkan Persia dan Byzantium.
Beliau juga mampu membangun imperium yang cukup kuat dan luas meliputi
Persia, Irak, Kaldea, Syria, Palestina, dan Mesir. Apabilapara pemimpin pada
masa sekarang mau meneladani kepribadian Umar bin Khattab, tentulah akan
terwujud stabilitas bangsa dan Negara yang ampuh.
c. Kebijakan yang dilakukan oleh khalifah Utsman Bin Affan adalah: perluasan
wilayah, standarisasi al-Qur’an, pengangkatan pejabat negara, dan
pembangunan fisik. Usman bin Affan adalah seorang pemimpin yang berjuang
meneruskan perjuangan para Khalifah pendahulunya. Beliau mampu
melakukan perluasan wilayah kekuasaan yang patut dikenang. Beliau mampu
membentuk Angkatan Laut Arab. Corak kepemimpinan beliau yang patut
dicontoh dan diterapkan yaitu sifat keterbukaan dan demokratis.
d. Kebijakan dan Strategi Ali bin Abi Thalib adalah:
 Penggantian pejabat lama dengan yang baru
 Penarikan Kembali Tanah Hadiah
 Mengadapi Para Pemberontak
Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemimpin yang ‘alim, gagah berani,
tangkas, dan pandai bermain pedang. Seluruh potensinya dipergunakan untuk
mengatasi perpecahan dan kekacauan dalam negeri. Beliau dilantik menjadi
khalifah dalam situasi dan kondisi yang kacau balau, akan tetapi ia mampu
menjalankan roda pemerintahan dengan baik. Perjuangan beliau senantiasa untuk
keutuhan umat. Apabila para pemimpin zaman sekarang mau meniru
kepemimpinan Ali bin Abi Thalib, pasti perpecahan dan kekacauan dapat diatasi
dengan mudah.

2) Kelas VIII (Delapan) Semester Ganjil dan Genap


a. Proses Lahirnya Bani Umayyah I
Lahirnya Bani Umayyah I di Damaskus tahun 40 Hijriyah oleh Muawwiyah
bin Abi sufyan, di kota kecil Illiyat di wilayah Yerussalem, diperkirakan oleh para
pakar-pakar sejarah sebagai sabotase terhadap pemerintahan Ali bin Abi Thalib
dari pemerintahan terakhir Khulafaur Rasyidin. Karena pengangkatan Ali bin Abi
thalib oleh mayoritas masyarakat Islam tidak disetujui oleh pihak muawiyah maka

31
berbagai cara dilakukan oleh muawiyah untuk menurunkan atau menghancurkan
Ali bin Abi Thalib dari pemerintahannya. Salah satu cara ialah Muawiyah dan
kelompoknya memfitnah Ali dengan menyebarkan isu bahwa Ali lah yang
membunuh Utsman bin Affan. Isu ini termakan oleh beberapa pembesar di
kalangan umat Islam. Mereka mengumumkan perang terhadap Ali bin Abi Thaib
karena sewaktu mereka memnta pertanggung jawaban khalifah Ali akan kematian
Utsman bin Affan secara tegas Ali mengatakan tidak tahu menahu tengtang
kematian Utsman bin Affan.
Kelompok Muawiyah tetap membuat propaganda untuk menghancurkan
pemerintahan Ali dengan cara menghimpun kekuatan besar dengan tujuan
menyerang Ali, tantangan Muawiyahpun dijawab oleh Ali. Perang antara Ali dan
Muawiyah terjadi 2 kali yaitu perang Shiffin dan perang Jamal, disebut perang
Shiffin karena terjadi diwilayah Sifein, sedangkan perang jamal karena Aisyah
mengendarai unta pada saat memimpin perang. Akan tetapi pihak Muawiyah
selalu kalah dalam peperangan namun Muawiyah tidak pernah mau meneriama
kekalahannya. Sikap tidak mau menerima kekalahan tersebut diwujudkan
Muawiyah dengan mengajak damai Khalifah Ali sampai 3 kali dengan cara
membujuk dan merobek-robek al-quran. Pada akhirnya Ali mau berdamai karnena
melihat Al-quran dirobek-robek oleh muawiyah.
Scenario perdamaian diatur oleh Muawiyah atas ide Amru bin Ash, dan pra
perdamaian dilakukan antara Muawiyah dan Amru bin Ash disatu pihak dan Ali
dengan Musa Asyari dipihak lawan. Pra perdamaian itu menyepakati untuk besok
saat perdamaian, Muawiyah dan Ali di umumkan diturunkan dari jabatan khalifah
dan diangkat khalifah yang baru atas pilihan masyarakat. Namun pihak
Muawwiyah mensabotase keadaan sehingga dan pakar sejarah menyebut ini
sebagai Arbitrase. Sikap damai Ali ternyata tidak memberi perdamaian yang
sesungguhnya tetapi menambah sejarah panjang pertikaian Ali dengan Muawiyah.
Kelompok Ali justru terpecah menjadi 3 kelompok, yaitu Khawarij, Syiah dan
Murjiah.
b. Fase-Fase Pemerintahan Bani Umayyah I Di Damaskus
Bani Umayyah I berdiri selama 92 tahun dan dibagi menjadi beberapa fase
pemerintahan, yaitu:
 Fase berdiri atau fase pembentukan dan pembinaan

32
Dimulai dari berdirinya Bani Umayyah tahun 40 H atau 662 M sampai
masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik khalifah ke-6 ketika Islam
masuk Eropa atau Andalusia yang dibawa oleh Thariq bin Ziad tahun 711
M. pada masa ini pembinaan peradaban Islam
 Fase kemajuan
Dimulai dari khalifah ke–7 Sulaiman bin Abdul Malik sampai masa Umar
bin Abdul Azis khalifah ke-8 dari pemerintahan Bani Umayyah I
Damaskus. Pada fase ini Islam berkembang hampir di penjuru dunia.
Seperti dari wilayah Asia tenggara sampai Asia Timur jauh dari Afrika
Utara sampai Andalusia dan dari India sampai Persia. Islam dibawa oleh
sahabat nabi, seperti Uqbah bin Nafi dan Musa bin Nusair di Afrika Utara,
Saad bin Abi Waqas di wilayah Cina dan Indonesia, Abdullah bin Abi Sara
di India dan Thariq bin Ziad di Eropa atau Andalusia.
 Fase lemah sampai runtuh
Fase ini dimulai dari masa kekuasaan Yazid bin Abdul Malik khalifah ke –
9 yang tidak bisa mengendalikan pemerintahan seperti kedua kakaknya
Walid dan Sulaiman. Pada saat dia diangkat banyak terjadi pemberontakan
dan khalifah Yazid sendiri tidak dapat mengendalikan pemberontakan –
pemberontakan tersebut. Kondisi ini terjadi sampai puncaknya pada saat
pengangkatan 2 khalifah dalam satu tahun berjalan yaitu putra dari khlifah
Walid, khalifah ke – 12 Yazid bin Walid dank e – 13 Ibrahim bin Walid.
Menurut pakar sejarah Islam masa puncak lemahnya Bani Umayyah
dikarenakan masyarakat benci dan marah kepada pemerintahan Bani
Umayyah Lantaran terjadi pengangkatan 2 khalifah dalam satu tahun
pemerintahan, dan tidak segera mengambil kebujakan siapa diantara kedua
putra mahkota Walid 2 itu menjadi khlaifah yang sah.Kondisi ini berlanjut
sampai hancurnya pada tahun 132 H ketika khalifah terakhir (14) Marwan
bin Muhammad terbunuh dalam pertempuran Al-zab melawan keturunan
Abasi yang dipimpin oleh Abu Abbas Assafah.
c. Khalifah-Khalifah Bani Umayyah Yang Terkenal
1. Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan
Prestasi : Membentuk Depertemen dan Duta, Mengangkat beberapa
professional dalam bidang Adsministrasi keuangan dari orang-orang

33
Byzamtium untuk dipekerjakan dalam pemerintahan Islam, Memperluas
wilayah kekuasaan Islam.
2. Khalifah Marwan bin Hakam
Prestasi : meriwayatkan Hadits, menertipkan alat-alat timbangan dan
takaran, menciptakan mata uang sebagai alat jual beli, memberantas para
pemberontak dengan cara yang tegas.
3. Khalifah Walid bin Abdul Malik
Prestasi : Mengirim 12.000 pasukan Islam yang dipimpin oleh Tariq bin
Ziad ke Andalusia, melakukan perluasan wilayah kedaerah-daerah Afrika dan
Eropa Barat, Prestasi.
4. Khalifah Umar bin Abdul Azis
Prestasi : Jabatan khalifah yang akan dipangkunya ditawarkan lebih
dahulu kepada rakyat, akan tetapi mayoritas masyarakat lebih memilih Umar
bin Abdul Azis, lebih mementingkan agama dari pada politik, mementingkan
persatuan umat Islam dari pada golongan, penyiaran Islam dilakukan atau
disiarkan dengan cara damai, adil terhadap semua pihak, sopan dan santun
dalam bertutur, mementingkan kebutuhan umum dari pada kebutuhan pribadi,
membuka forum untuk masyarakat luas, bertanya tentang hal agama, hukum
dan persoalan sosial lainnya, masa pemerintahannya singkat 3 tahun, akan
tetapi mampu mengangkat status sosial dan derajat masyarakat menjadi
makmur sehingga sulit mencari orang miskin untuk mengeluarkan zakat pada
saat itu, memberi instruksi kepada gubernur Madinah agar mengumumkan
kepada masyarakat Islam Madinah supaya segera mengumpulkan dan
menyeleksi hadits
d. Peradaban Yang Tumbuh Pada Masa Bani Umayyah I
1) Ilmu Pengetahuan
 Ilmu Tafsir
Setelah daulah Bani Umayyah I berdiri, maka kaum muslimin berhajat
keoda hukum dan undang-undang yang bersumber dari al-quran
sedangkan para qurra dan mufassirin menjadi tempat bertanya
masyarakat dalam bidang hukum. Pada zaman ini keberadaan tafsir
masih berkembang dalam bentuk lisan dan belum dibukukan.
 Ilmu Hadits
Pada saat mengartikan makna ayat-ayat al-quran, kadang-kadang para
ahli hadits kesulitan mencari pengertian dalam hadits karena terdapat

34
banyak hadits yang sebenarnya bukan hadits. Dari kondisi semcam ini
maka timbullah usaha para muhaddisin untuk mencari sanad dan riwayat
hadis. Proses seperti ini pada akhirnya berkembang menjadi ilmu hadits
dengan segala cabng-cabangnya. Perkembangan ilmu hadits dimulai dari
masa khalifah Umar bin Abdul Azis dan ulama hadits yang mula-mula
membukukan hadits yaitu Ibnu Az Zuhri atas perintah khalifah Umar bin
Abdul Azis.
 Ilmu Qiraat
Dalam sejarah perkembangan ilmu, yang pertama kali erkembang adalah
ilmu qiraat. Cabang ilmu ini mempunyai kedudukan yang sangat penting
pada permulaan Islam sehingga orang-orang yang pandai membaca al-
quran pada saat itu disebut para Qurra.
 Ilmu Nahwu
Memulai mempelajari tata Bahasa Arab yang dikenal dengan nama
nahwu adalah ketika seorang bayi memulai berbicara dilingkungannya.
Tanpa tata bahasa maka pembicaraan tidak akan baik dan benar. Setelah
banyak bangsa diluar bangsa Arab masuk Islam dan sekaligus
wilayahnya masuk ke dalam wilayah kekuasaan Islam maka barulah
terasa bagi bangsa Arab dan mulai diperhatikan dengan cara menyusun
ilmu nahwu. Adapun ilmuwan bidang bahsa pertama yang tervatat dalam
sejarah perkembangan ilmu yang menyusun ilmu nahwu adalah Abu
Aswad Ad Dualy yang wafat pada tahun 69 H. tercatat beliau belajar dari
sahabat Ali bin ABi Thalib.
 Tarikh dan Geografi
Penulisan sejarah Islam dimulai pada saat terjadi peristiwa–peristiwa
penting dalam Islam dan dibukukannya dimulai pada saat Bani Umayyah
dan perkembangan pesat terjadi pada saat Bani Abbasiyah.
 Seni Bahasa
Pada masa ini seni dan bahasa mengambiol tempat yang paling penting
dalam hati pemerintah dan masyarakat Islam pada umumnya. Pada saat
kota-kota seperti Bashra dan Kuffah adalah pusat perkembangan ilmu
dan sastra. Orang-orang Arab muslim berdiskusi dengan bangsa-bangsa
yang telah maju dalam hal bahasa dan sastra. Dikota-kota tersebut umat

35
Islam menyusun riwayat Arab: seni bahasa dan hikmah atau sejarah,
nahwu, saraf, balaghah dan juga berdiri klub-klub para pujangga.
Deperteman yang berkembang pada masa Bani Umayyah I adalah
perkembangan dari pemerintahan sebelumnya yaitu Khulafaur Rasyidin. Pada
masa pemerintahan khalifah Umar beliau telah membentuk 5 depertemen, ialah
An Nidhamul Maaly, An Nidhamul Harbi, An Nidhamul Idary, An Nidhamul
Siashi, dan An Nidhamul Qadhi. Adapun badan pengadilan ada tiga macam:
a. al-Qadhaa’ merupakan tugas qadhi dalam menyelesaikan perkara-perkara
yang berhubungan dengan agama. Disamping itu badan ini juga mengatur
institusi wakaf, harta anak yatim, dan orang yang cacat mental.
b. al-Hisbah merupakan tugas al-muhtasib (kepala hisbah) dalam menyelesaikan
perkara-perkara umum dan soal-soal pidana yang memerlukan tindakan cepat.
Selain itu al-muhtasibjuga bertindak sebagai pengawas perdagangan dan
pasar, memeriksa takarandan timbangan serta ikut mengawasi kasus-kasus
perjudian, seks amoral, dan busana yang tidak layak di depan umum.
c. al-Nadhar fi al-Mazhalimmerupakan mahkamah tinggi atau mahkamah
banding dari mahkamah di bawahnya (al-qadha dan al-Hisbah). Lembaga ini
juga dapat mengadili para hakim dan pembesar Negara yang berbuat salah.
Pusat-pusat peradaban Bani Umayyah I adalah: Kufah, Basrah, Syiria,
Andalusia, Kordoba, Granada, Mesir, Kairawan, dan Damaskus. Kelebihan dan
kekurangan dari bani Umayyah I adalah sebagai berikut:
Faktor kekurangan dari Bani Umayyah I
 Memakai sistem monarchi, yang menyebabkan putra mahkota yang masih
kecil dan tidak professional menjadi khalifah.
 Banyak wilayah baru yang ditaklukkan tetapi tidak dibina secara intensif
 Banyak kasus penyelewengan dalam istana yang tidak ditindak dengan
tegas oleh pemerintah, seperti korupsi dan nepotisme.
Sedangkan faktor kelebihan Bani Umayyah I diantaranya adalah :
 Sikap berani dan tegas dari beberapa khalifah Bani Umayyah, seperti
Muawiyah bin Abi Sufyan, Marwan bin Hakam dan Walid bin Abdul
Malik
 Sikap adail, jujur dan religious dari khalifah Umar bin Abdul Azis

36
 Sikap berani berperang dari kaum muslim (ruh jihad tinggi) yang
menyebabkan umat Islam banyak mendapat Ghanimah.
2) Proses Runtuhnya Bani Umayyah I
Ketidak senangan masyarakat islam terhadap pemerintahan Bani Umayyah I
disebabkan oleh praktek-praktek rusaknya akhlak dari para khalifah melalui acara-
acara seremonial yang dilaksanakan di dalam istana dengan alas an untuk
menghibur para pembasar-pembasar istana. Acara tahunan tersebut dilakukan
secara rutin. Acara seremonial tersebut di atas termasuk faktor internal yang
banyak berpengaruh terhadap proses lemahnya Bani Umayyah I. Perebutan
kekuasaan dalam istana juga termasuk factor internal penyebab lemahnya bani
umayyah I seperti yang terjadi pada masa pemerintahan setelah khalifah yang ke-
12 wafat pada tahun 126 H, pada tahun tersebut masyarakat saling mengklaim
mengangkat 2 putra mahkota dari walid, yaitu yazid bin walid dan Ibrahim bin
walid. Selama 1 bulan berjalan masyarakat tidak dapat menetapkan siapa yang
menjadi khalifah menggantikan bapaknya, akan tetapi yang terjadi adalah bentrok
dan pertikaian anatar keluarga istana. Kondisi demikian menimbulkan respon
buruk masyarakat terhadap pemerintahan Bani Umayyah I
a. Proses Lahirnya Bani Abbasiyah
Bani Abbasiyah lahir tahon 750 M dalam sebuah kemenangan besar atas
lawan politiknya Bani Umayyah I sebagai bukti bahwa hegonomi keluarga
Muawwiyah telah berakhir, dan tampuk kepeminpinan berikutnya adalah keluarga
Hasyim yang dikomandani oleh Abu Abbas Assalafah.
1. Fase-fase pemerintahan Bani Abbasiyah
Pemerintahan bani Abbasiyah berlangsung selama 505 tahun dan diperintah
oleh 37 khalifah dapat diklasifikasikan menjadi 5 fase pemerintahan:
 Fase pembentukan tahun 132-232 H
Disebut pengaruh Persia pertama yaitu berlanjut dari kekuasaan khalifah
pertama Abu Abbas assafah tahun 750 M =132 H sampai khalifah ke 9 (al
Wastiq ) tahun 847 M = 232 H. Abu Abbas assafah dan Abu Ja’far al
Mansur khalifah pertama dan kedua disebut sebagai peletak pondasi yang
kuat. Abu Abbas dengan sikap tegas dan beraninya mampu mengusir paksa
semua bekas keturunan Muawiyah dari wilayah yang baru direbutnya dari
kekuasaan bani Umaiyah, sehingga wilayah Islam Abbasiyah pada saat itu
menjadi aman dan kondusif. Sedangkan khalifah Abu Ja’far al Mansur

37
dikenal sebagai penerus kebijakan khalifah pertama dengan merintis
berdirinya, baitul hikmah (pepustakaan). Abu Ja’far juga yang membuat
kebijakan memindahkan ibu kota Abbasiyah dari Damaskus ke wilayah yang
lebih luas dan jauh dari pengaruh bani Umaiyah 1 yaitu Baghdad di wilayah
Persia.
Khalifah Harun Al-Rasyid khalifah ke 5 membangun peradaban ilmu
pengetahuan dengan menyediakan berbagai fasilitas pendidikan bagi
masyarakat luas, mahasiswa, ulama atau para para pencinta ilmu
pegetahuan. Harun al-Rasyid membangun lembaga-lembaga pendidikan
seperti kuttab, madrasah dan perguruan tinggi seperti Universitas Nizamiah,
Universitas Naisabur dan lain sebagainya. Mahasiswa, Ulama, Guru dan
pemerhati ilmu pengetahuan yang ingin talabul ilmu (belajar) dibayar oleh
pemerintah dan disedikan tempat penginapan di dalam baitul hikmah yang
dibangun dengan diameter yang sangat luas. Tercatat ada 3 khalifah yang
berkuasa pada masa puncak dan kegemilangan peradaban Islam ini. Pada
masa ini para pencari ilmu dari Eropa datang dari wilayah Inggris dan
Prancis untuk talabul ilmu dari Islam, mereka datang ke Andalusia seperti
kota di Toledo University, Sevilla Unversity, Granada University dan
Kordova University. Di Abbasiyah mereka datangi Nizamiyah University,
Sammara University, Naisabury University. Mereka para pelajar dari Eropa
itu belajar sambil mengamati suasana perkembangan ilmu pengetahuan
seperti penulisan ilmu pengetahuan oleh ulama-ulama Islam, dan lembaga
lembaga ilmu pengetahuan terutama baitul hikmah yang didirikan hampir di
semua kota-kota kekuasaan Abbasiyah. Selesai dari belajar di kota-kota
Islam mereka kembali kemudian mengembangakan ilmu dan pengalaman
belajar di kota-kota Islam dengan mendirikan lembaga pengajian yang di
beri nama House of Wisdom di Inggris dan Prancis.
Kegiatan belajar yang menonjol lainnnya adalah penerjemahan buku-buku
filsafat Yunani dan buku-buku asing, dengan cara menyewa para ahli-ahli
bahasa yang beragama Kristen dan penganut agama lainnya. Fase ini
kegiatan sosial juga dikembangkan oleh khalifah Harun al Rasyid sebagai
wujud kepeduian sosial Bani Abbasiyah. Rumah sakit, lembaga pendidikan,

38
dokter dan farmasi didirikan. Di kota Bahgdad pada saat itu telah tersedia
paling sedikit 800 orang dokter di Permandian-permandian umum juga
dibangun sebagai sarana umum disediakan bagi masyarakat yang kurang
mampu untuk mempergunakan fasiitas-fasilitas tersebut secara bebas.
Fase ini disebut dengan pengaruh Persia karena beberapa khalifah yang
berkuasa berkebangsaan Persia, sepeti al Amin dan al Makmum putra dari
Harun al Rasyid ibunya orang Persia dan beberapa khalifah lainnnya.
Meskipun pada fase ini khalifah al Muktasim mulai memberi peluang kepada
bangsa Turki untuk berkiprah dalam pemerintahan Abbasiyah sebagai tentara
pengawal khalifah dan pengawal istana.
 Fase kedua tahun 232-334 H
Fase kedua ini dikenal dengan pengaruh kekuasaan Turki pertama
Fase ini dimulai dari khalifah ke sepuluh Al Mutawakkil. Pada fase ini
perkembangan peradaban masih bisa berkembang akan tetapi tidak sepesat
fase sebelumnya. Peradaban ilmu dan peradaban lainnya, seperti
membangun istana, mesjid, dan kota masih tetap berjalan baik. Baru
pada akhir abad ke 9 pada saat diwilayah Islam yang begitu luas terjadi
disintegrasi atau pecahnya kekuasaan Islam menjadi wilayah-wilayah kecil
yang lepas dan merdeka dari pemerintahan Abbasiyah sebagai pusat
pemerintahan Islam, pada waktu itu proses pengembangan peradaban
mulai menurun, tetapi para pelajar dari eropa masih berbondong-bondong
belajar di pusat-pusat peradaban baik di Bahgdad maupun di kota-kota di
Andalusi. Dalam hitungan para pakar sejarah, bahwa masa ini masih
masuk dalam masa kejayaan peradaban Islam. Fase ini banyak pembesar
istana berasal dari bangsa Turki, terutama yang bekerja sebabai
pengawal istana dan pengawal khalifah.
 Fase ketiga tahun 334-447 H
Fase pengaruh dinasti Buwaihi atau disebut juga pengaruh Persia
kedua ini dikenal dengan masa disintegrasi di kekuasaan dinasti
Abbasiyah dan Mulukt Tawaif di dinasti Umaiyah 2 Andalusia. Wilayah-
wilayah jauh Abbasiyah seperti di Afrika Utara, dan di India minta
merdeka dari Abbasiyah. Tuluniyah dan Fatimiyah di Mesir, serta Idrisi
di Maroko dan Sabaktakim di India mengumumkan merdeka dan lepas

39
dari kekuasaan Pusat Abaiyah. Pada fase ini perkembangan ilmu masih
berjalan meskipun sudah menurun. Mahasiswa dari eropa tetap masih
belajar di pusat pusat peradan Islam baik di Bahgdad maupun di
Andalusia masih diramaikan dengan kegiatan belajar mengajar. Karya
karya monumental dari Muhammad al khawarizmi, al gibra= al jabar
dalam bidang matematika dan logaritma serta karya ad Dawa, al Qonun
fil Tbb, asy syifa dari ilmuan Umaiyah Andalusia seperti Ibnu Sina, Ibnu
Zuhr mash menjadi idola para pelajar eropa untuk mempelajarinya.
 Fase keempat tahun 447 – 590 H
Dalam sejarah fase keempat ini disebut dengan fase kekuasaan bani
Saljuk atau dalam sejarah sering juga disebut juga dengan nama fase
pengaruh Turki kedua. Kegiatan ilmu pengetahuan masih berjalan yang
dikebangkan oleh Bani Abbasiyah dan Umaiyah Andalusia, meskipun
bersifat konserfativ atau berjalan di tempat. Diwilayah Islam seprti
Mesir telah berkobar perang salib mengahadapi kaum Nasrani yang
berlansung selama 2 abad. Menarik untuk dicermati dalam sejarah
bahwa, orang-orang Nasrani pada waktu itu selain berperang dengan
umat Islam dalam perang salib, mereka juga belajar di universitas-
universitas Islam yang masih bertahan dengan proses belajar mengajar.
 Fase kelima tahun 590 – 656 H
Fase ini dikenal dalam sejarah perkembangan Islam sebagai fase
lemah sampai fase hancurnya kekuasaan Islam Abbasiyah. Setelah terjadi
disintegras dan perang salib dalam wilayah Islam, maka kekuasaan Islam
Abbasiyah di Bahgdad maupun kekuasaan Umaiyah 2 Analusia semakin
menurun. Bahkan pada tahun 1258 M Abbasiyah diserang dan
dibombarbir oleh kekuasaan Mongol dengan membakar sekian banyak
fasilitas ilmu pengetahuan serta membakar mati para ilmuan Islam
Abbasiyah dengan cara membakar perpustakaan, sekolah-sekolah serta
membakar fasilitas-fasiitas umum sampai hancur. Sedangkan pusat
Peradaban Islam yang ada di wilayah Andalusia diserang dan dihancurkan
oleh dua kerajaan Nasrani Aragon dan Castelia, maka lengkaplah
kehancuran Islam pada fase ini. Kondisi peradaban islam di Bahgdad pada

40
saat itu hancur lebur, dua sungai yang besar yang membelah kota
Bahgdad, Trigis dan Eufhart hitam beberapa bulan lantara dibuangnya abu
pembakaran peradaban itu ke dua sungai terebut. Setelah kejadian tragis
itu maka kekuasaan Islam yang selama 5 Abad lebih membangun
peradaban dengan susah payah, telah takluk dan hancur binasa, suramlah
peradaban Islam, lesuhlah wajah peradaban Islam dan berahirlah
kegemerlapan peradaban Islam.
Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, terdapat 19 orang khalifah yang
terkenal, yaitu:
No Khalifah Tahun No Khalifah Tahun
1 Abu Abbas As Saffah 132-136 H 20 Ar-Radhi 322-329 H
2 Abu Ja’far Al-Mansur 136-158 H 21 Al-Muttaqi 329-333 H
3 Al Mahdi bin Al Mansur 158-169 H 22 Al-Mustqfi 333-334 H
4 Abu Musa Al-Hadi 169-170 H 23 Al- Muthi’ 334-362 H
5 Harun Ar-Rasyid 170-193 H 24 Al-Thai’ 362-381 H
6 Muhammad Al-Amin 193-198 H 25 Al-Qadir 381-422 H
7 Abdullah Al-Makmun 198-218 H 26 Al-Qaim 422-467 H
8 Al-Muktasim 218-227 H 27 Al-Muqtadir 467-487 H
9 Al-Wastiq 227-232 H 28 Al-Mustadir 487-412 H
10 Al-Mutawakkil 232-247 H 29 Al-Mustarsyid 412-429 H
11 Al-Muntasir 247-248 H 30 Ar-Rasydi 429-530 H
12 Al-Mustain 248-252 H 31 Al-Muktafi 530-555 H
13 Al-Mu’taz 252-255 H 32 Al-Mustanji 555-566 H
14 Al-Muhtadi 255-256 H 33 Al-Mustadhi 566-575 H
15 Al-Mu’tamid 256-279 H 34 An-Nasyir 575-622 H
16 Al-Mu’tadhid 279-289 H 35 Az-Zahir 622-623 H
17 Al-Muktafi 289-295 H 36 Al-Mustansir 623-640 H
18 Al-Muktadir 295-320 H 37 Al-Mustahim Billah 640-656 H
19 Ar-Qahir 320-322 H
Dari 37 khalifah Abbasiyah yang memerintah terdapat beberapa khalifah
yang terkenal diantaranya:
1. Abu Ja’far Al-Mansur
Abu Ja’far dilahirkan di kota Humayyah (Hamimah) Yordaniyah 101 H/712
M. Ibunya bernama Salamah al-Barbariyah, dan ayahnya bernama Muhammad
bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib pada masa khalifah Abu Ja’far
Al-Mansur Kebijakan-kebijakan yang diambil dalam masa pemerintahan beliau
diantaranya:

41
 Usaha-usaha untuk menciptakan kemajuan Dinasti Abbasiyah adalah sebagai
berikut:
a. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
b. Pengaturan dan Penertiban Pemerintahan
c. Peningkatan Ekonomi Sosial
d. Bidang Politik
 Pengembangan Ilmu Pengetahuan:
a. Menyalin buku-buku ilmu pengetahuan
b. Menyusun buku-buku yang beraitan dengan agama Islam.
c. Mendatangkan kaum cendekiawan dari berbagai negara
 Pengaturan dan Penertiban Pemerintahan:
a. Menyusun dan menertiban administrasi pemerintahan.
b. Menjalin kerjasama antarsektor aparat negara
c. Memberikan tugas dan tanggung jawab kepada semua aparat
 Peningkatan Ekonomi
Dengan mendirikan dan membangun kota baru, yang semula yaitu “Madinah
as-Salam” (kota perdamaian) menjadi Baghdad (nama Persia) yang berarti
pemberian Allah
 Dalam bidang politik.
Dalam upaya pembinaan politik luar negeri, Khalifah Abu Ja’far mengadakan
serangan dan penaklukan kota-kota yang dikuasai oleh raja Bizantium Kaisar
Komstantin V.

 Sistem Pemerintahan Pada Masa al-Mansur


Berkembang pengaruh Persia secara jelas. Dia mengangkat seorang wazir
yang bertugas sebagai seorang koordinator antar departemen yang ada. Abu
Ja’far juga mulai menerapkan tradisi prokoler.
 Melakukan pembangunan di kota Baghdad
a. Tahun 157 H, Abu Ja’far al-Manshur membangun istana yang di beri
nama al Khuld
b. Al-Manshur memindahkan pasar yang berdekatan dengan Dar al-Imarah,
ke Bab al-Karak
c. Al-Manshur mengeluarkan instruksi untuk melakukan pelebaran jalan-
jalan
e. Menginstruksikan pembangunan jembatan di Bab as-Sya’ir
f. Manshur mendemonstrasikan pasukannya dengan seragam dan
persenjataan- nya di Dajlah
2. Harun Al-Rasyid

42
Harun Ar-Rasyid lahir di Rayy pada tahun 763 (150 H), nama lengkapnya
yaitu Harun bin Muhammad Al-Mahdi bin Abdillah Al-Mansur. Ia adalah cucu
pendiri kota Baghdad, Al-Mansur.Harun Ar-Rasyid adalah khalifah kelima dari
kekhalifahan Abbasiyah dan memerintah 14 September 786 – 24 Maret 809 M,
ayahnya bernama Muhammad Al-Mah, Ibunya bernama Jurasyiyah. Harun Ar-
Rasyid banyak dihormati raja-raja Eropa, mereka saling berkirim surat. Di
antaranya adalah Raja Charle Magne dan Ratu Irene. Bagi orang-orang Eropa,
nama Harun Ar-Rasyid beserta Shalahuddin Al-Ayyubi dijajarkan dalam daftar
raja-raja terkenal yang pernah ada di dunia ini. kebijakan pada masa khalifah
Harun Al-Rasyid adalah:
• Mewujudkan keamanan, kedamaian serta kesejahteraan rakyat.
• Membangun kota Baghdad dengan bangunan-bangunan megah.
• Membangun tempat-tempat peribadatan.
• Membangun sarana pendidikan, kesehatan, dan perdagangan.
• Mendirikan Baitul Hikmah, sebagai lembaga penerjemah yang berfungsi
sebagai perguruan tinggi, perpustakaan, dan penelitian.
• Membangun majelis Al-Muzakarah, yakni lembaga pengkajian masalah-
masalah keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, mesjid-mesjid,
dan istana.
• pada masa ke pemimpinannya. Perhatiannya tertuju pada kesejahteraan rakyat
serta kesuksesannya mendorong perkembangan ilmu pengetahuan,
tekonologi, ekonomi, perdagangan, politik, wilayah kekuasaan, serta
peradaban Islam, membuat Dinasti Abbasiyah menjadi salah satu negara
adikuasa dunia di abad ke-8 M.
• Harun Ar-Rasyid adalah Amir para Khalifah Abbasiyah. Dia adalah raja
agung pada zamannya. Konon, kehebatannya hanya dapat dibandingkan
dengan Karel Agung (742 M – 814 M) di Eropa. Pada masa kekuasaannya,
Baghdad ibu kota Abbasiyah – menjelma menjadi metropolitan dunia.
Jasanya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban hingga abad ke-21
masih dirasakan dan dinikmati masyarakat dunia.
• Masyarakat Baghdad merasakan dan menikmati suasana aman dan damai di
masa pemerintahannya.
• Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid tak mengenal
kompromi dengan korupsi yang merugikan rakyat. Sekalipun yang berlaku

43
korup itu adalah orang yang dekat dan banyak berpengaruh dalam hidupnya.
Tanpa ragu-ragu Harun Ar-Rasyid memecat dan memenjarakan Yahya bin
Khalid yang diangkatnya sebagai perdana menteri (wazir).
• Berbagai pemberontakan pun tercatat sempat terjadi di era kepemimpinannya.
Pemberontakan yang sempat terjadi di masa kekuasaannya antara lain;
pemberontakan Khawarij yang dipimpin Walid bin Tahrif (794 M);
pemberontakan Musa Al-Kazim (799 M); serta pemberontakan Yahya bin
Abdullah bin Abi Taglib (792 M).
• Salah satu puncak pencapaian yang membuat namanya melegenda adalah
perhatiannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Di masa
kepemimpinannya terjadi penerjemahan karya-karya dari berbagai bahasa.
• Harun Ar Rasyid tutup usia pada 24 Maret 809 M pada usia yang terbilang
muda 46 tahun. Meski begitu pamor dan popularitasnya masih tetap
melegenda hingga kini. Namanya juga diabadikan sebagai salah satu tokoh
dalam kitab 1001 malam yang amat populer.
3. Al-Makmum
Khalifah Al-Makmun mempunyai nama lengkap Al-Ma’mun Abdullah bin
Ar-Rasyid bin Al-Mahdi anak dari Khalifah Harun Al-Rasyid dan ibunya
bernama Marajil, beliau Lahir pada tanggal 15 Rabi'ul Awal 170 H /14
Sepetember 786 M, Meninggal: 18 Rajab 218 H /9 Agustus 833 M.
• Gelar kepemimpinan
Semasa kepemimpinannya khalifah Al-Makmun dianugrahkan beberapa
gelar, yaitu:
- Singa podium
Tidak seorang pun dari khalifah Bani Abbasiyyah yang lebih pintar darinya.
Dia adalah seorang pembicara yang fasih dan singa podium yang lantang.
- Al Ma’mun The Great
Gelar dari para ahli barat karena kecerdasan dan keuletannya. Kebijakan Al-
Ma’mun adalah mengatasi gerakan pemberontakan dan penertiban
administrasi negara. Terjadi sedikit sekali penyimpangan yang dilakukan oleh
para pejabat dan petinggi negara, karena didukung oleh kepandaiannya dalam
menjalankan tata tertib administrasi.
• Penataan Ulang sistem Pemerintahan
1. Menetapkan adanya jabatan kepala rumah tangga istana.
2. Jabatan pemerintahan harus dipegang oleh orang yang mempunyai
keahlian sesuai bidangnya.

44
• Pembentukan Badan Intelejen
1. Di dalam negeri untuk menanggulangi kemungkinan gangguan dari para
pejabat atau masyarakat yang tidak puas dengan kebijakannya atau
permasalahan di masyarakat.
2. Di luar negeri untuk mengantisipasi terjadinya pemberontakan.

• Pembentukan Badan Negara


1. Untuk memeperlancar tugas khalifah.
2. Beranggotakan wakil-wakil dari masyarakat tanpa membedakan kelas
maupun agama.
3. Tugasnya menjadi pelayan masyarakat.
• Tolerensi Agama
1. Sangat menghormati perbedaan agama.
2. Masyarakat non muslim yang berada di bawah wilayah kekuasaannya
tetap mendapatkan perlindungan keamanan dan haknya sebagai warga
negara.
• Pembentukan Baitul Hikmah
Kemajuan yang paling besar yang dalam bidang bidang pendidikan yaitunya
didirikannya perpustakaan yang dibangun disisi gedung observatorium di
Baghdad yang dikenal dengan nama Baitul Hikmah.
• Masa aman dan makmur
1. Bidang pertanian
Dengan keamanan yang telah terjamin, maka kegiatan pertanian disana
sini berkembang kembali dengan pesat.
2. Bidang Perdagangan
Kegiatan perdagangan berjalan dengan lancar. Lalu lintas dagang dengan
Tiongkok melalui dataran tinggi Pamir yang disebut dengan Jalan Sutera
(Silk Road), dan Jalur Laut (Sea Routes) dari teluk parsi menuju bandar-
bandar lainya kembali ramai.
3. Bidang Pendidikan
Gerakan penerjemahan karya-karya kuno dari Yunani dan Syria ke dalam
bahasa Arab. Muncul pula sarjana Muslim di bidang musik, yaitu Al-
Kindi, didirikannya Baitul Hikmah
4. Bidang kesehatan
- Berdirinya beberapa rumah sakit.

45
- Dokter diwajibkan menempuh beberapa ujian sebelum diizinkan
untuk membuka praktek.
- Laboratorium-laboratorium didirikan unutk melakukan eksperimen
terhadap tumbuhan-tumbuhan yang berkhasiat.
4. Al-Muktasim
Nama lengkapnya adalah Abu Ishak Muhammad Al-Mu’tashim bin Harun
Ar-Rasyid Lahir pada tahun 187 H dari ibu Maridah, ia dikenal dengan julukan
Al-Mu’tashim Billah (yang berlindung kepada Allah), ahli sejarah ada yang
menyebutnya dengan Al-Mutsammimatau “Sang Delapan. Mu’tasim wafat dalam
usia 38 tahun, pada tahun 842 H dan akhirnya digantikan oleh putranya Al-
Watsiq.
Masa pemerintahannya menurut kalender Hijriyah berusia 8 tahun 8 bulan 8 hari,
ketika wafat, ia meninggalkan 8 putra dan 8 putri.
 Masa Pemerintahan
- Al-Mu’tashim menjadi khalifah usia 39 tahun.
- Dibaiat di wilayah kekuasaan Byzantium
- Al-Mu’tashim dikenal memiliki keberanian, kekuatan, ambisi besar, dan
suka tantangan.
- Kekuatan fisik Al-Mu’tasim sangat kuat, Ia sanggup membengkokkan
besi berkali-kali
- Khalifah al-Mu’tashim sangat lemah dalam hal baca-tulis.
- Menghadapi perlawanan dari Alawiyah yang dipimpin oleh Muhammad
bin Qasim bin Umar bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi
Thalib.
- Mengubah hukuman mati dengan hukuman penjara.
- Membangun sebuah kota dengan nama Sarra Man Ra'a
(menggembirakan orang yang melihatnya), lalu dikenal dengan nama
Samarra.
- Memenangkan pertempuran Dasymon (perang dasymon melawan
Byzantium)

 Kebijakan Moneter

46
Sumber pendapatan tetap negara yang masuk ke Baitul Mal, yaitu harta fai',
ghanîmah, anfâl, kharâj, jizyah, berbagai sumber harta kepemilikan umum,
harta milik negara, 'usyûr, khumus, rikâz, barang tambang dan zakat.
b. Proses Perkembangan Ilmu Pengetahuan Masa Bani Abbasiayah
Pada masa Dinasti Abbasiyah kehidupan peradaban Islam sangat maju,
sehingga pada masa itu dikatakan sebagai zaman keemasan Islam. Kaum
muslimin sudah sampai pada puncak kemuliaan, baik kekayaan, bidang
kekuasaan, politik, ekonomi, dan keuangan lebih lagi dalam bidang kebudayaan
dan ilmu pengetahuan, baik pengetahuan agama dan pengetahuan umum
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Berbagai ilmu telah lahir, hal ini
dikarenakan antara lain:
 Penelitian-penelitian dan kajian-kajian tentang ilmu pengetahuan yang
dilakukan oleh para kaum muslimin itu sendiri, Penerjemahan buku
berbahasa asing seperti halnya Yunani, Mesir, Persia, India, dan lain-lain
ke dalam bahasa Arab dengan sangat gencar. Buku-buku yang
diterjemahkan antara lain: ilmu kedokteran, kimia, ilmu alam, mantiq
(logika), filasat al jabar, ilmu falak, matematika, seni, dan lain-lain.
Penerjemahan dan penelitian tersebut pada umumnya dilakukan pada
masa pemerintahan Abu Ja’far, Harun ar-Rasyid, al-Makmum, dan Mahdi.
 Khalifah Harun ar-Rasyid sangat serius dalam memajukan pengetahuan
tersebut. Beliau mendirikan lembaga ilmu pengetahun yang diberi nama
‘Baitul Hikmah” sebagai pusat penerjemahan, penelitian, dan pengkajian
ilmu perpustakaan serta lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi).
Dengan begitu kaum muslimin dapat mempelajari berbagai ilmu dalam
bahasa Arab. Dan hasilnya bermunculan sarjana-sarjana besar muslim dari
berbagai disiplin ilmu yang sangat terkenal juga ulama-ulama besar yang sangat
tersohor seperti halnya Imam Abu Hanafi-Imam Malik-Imam Syafei-Imam
Hambali, Imam Bukhari, dan Imam Muslim. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai
sesuatu yang sangat penting dan mulia. Para khalifah dan pembesar lainnya
membuka peluang seluas-luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Para khalifah sendiri pada umumnya adalah ulama-ulama yang
mencintai ilmu, menghormati para sarjana dan memuliakan para pujangga.

47
Mereka benar-benar menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, mereka mempraktikkan
syariat Islam: bahwa tinggi rendahnya derajat dan martabat seseorang tergantung
pada banyak sedikitnya pengetahuan yang ia miliki di samping ketakwaannya
pada Allah swt. Allah swt. berfiman dalam Q.S al-Mujaddalah/58: 11: Artinya:
“Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (Q.S al-
Mujadalah/58: 11)
Para khalifah dalam memandang ilmu pengetahuan sangat menghargai dan
memuliakannya. Oleh karena itu, mereka membuka peluang seluas-luasnya
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan kepada seluruh mahasiswa baik dari
kalangan Islam maupun kalangan lainnya. Para khalifah sendiri pada umumnya
seorang ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan para pujangga.
Kebebasan berfikir sangat dijunjung tinggi. Para sarjana (ulama) dibebaskan
untuk berijtihad mengembangkan daya intelektualnya dan bebas dari belenggu
taqlid. Hal ini menjadikan ilmu pengetahuan umum atau agama berkembang
sangat tinggi. Sebagai bukti antara lain dibentuk Korps Ulama yang anggotanya
terdiri dari berbagai negara dan berbagai agama yang bertugas menerjemahkan,
membahas, dan menyusun sisa-sisa kebudayaan kuno, sehingga pada masa itu
muncullah tokoh-tokoh muslim yang menyebarluaskan agama Islam dan
menghasilkan karya-karya yang besar. Didirikanlah Baitul Hikmah sebagai pusat
penterjemahan, penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan baik agama maupun
umum. Didirikan ‘Majelis Munazarat’ yaitu suatu tempat berkumpulnya para
sarjana muslim, untuk membahas ilmu pengetahuan, para sarjana muslim diberi
kebabasan berfikir atas ilmu pengetahuan tersebut.
c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan Islam pada masa Dinasti
Abbasiyah sangat pesat, sehingga lahir beberapa ilmu dalam agama Islam, antara
lain sebagai berikut.
a. Ilmu Hadis

48
Ilmu hadis adalah ilmu yang mempelajari tentang hadis dari sunat, perawinya,
isi, dll. Pada masa itu bermunculan ahli-ahli hadis yang besar dan terkenal
beserta hasil karyanya, antara lain:
1. Imam Bukhari, lahir di Bukharo 194 H di Bagdad, kitabnya yang
termasyur adalah al-Jami’us sahih dan terkenal dengan sahih Bukhari.
2. Imam Muslim wafat tahun 216 H di Naisabur. Kitabnya Jami’us dan
terkenal dengan ‘Sahih Muslim”.
3. Abu Dawud dengan kitab hadisnya berjudul “Sunan Abu Dawud”.
4. Ibnu Majah dengan kitab hadisnya Sunan Ibnu Majah.
5. At-Tirmidzi sebagai kitabnya ‘Sunan Tirmidzi’.
b. Ilmu Tafsir
Ilmu tafsir adalah ilmu yang menjelaskan tentang makna/kandungan ayat Al-
Qur’an. Sebab-sebab turunnya ayat/Asbabun nuzulnya, hukumnya, dan lain-
lain. Adapun ahli tafsir yang termasyur ketika itu antara lain:
1. Abu Jarir at-Tabari dengan tafsirnya Al-Qur’anul Azim sebanyak 30 juz.
2. Abu Muslim Muhammad bin Bahr Isfahany (mu’tazilah), tafsirnya
berjumlah 14 jilid.
c. Ilmu Fikih
Ilmu fikih yaitu ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum Islam (segala
sesuatu yang diwajibkan, dimakruhkan, dibolehkan, dan yang diharamkan
oleh agama Islam).
d. Filsafat Islam
Filsafat Islam adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi
mengenai hakikat segala sesuatu yang ada, sebab asal hukumnya atau
ketentuan-ketentuannya berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. Manfaat filsafat
Islam adalah untuk menemukan hakikat segala sesuatu sebagai ciptaan Allah
dan merupakan bukti kebesaran-Nya. Allah swt. berfirman: Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.” (Q.S.
Ali-‘Imran/3: 190)

49
e. Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf yaitu ilmu yang mengajarkan cara-cara membersihkan hati,
pikiran, dan ucapan dari sifat yang tercela sehingga tumbuh rasa taqwa dan
dekat kepada Allah swt. Untuk dapat mencapai kebahagiaan abadi (bersih
lahir dan batin). Orang muslim yang menjalani kehidupan tasawuf disebut
sufi.
f. Sejarah
Sejarah ialah ilmu yang mempelajari tentang berbagai peristiwa masa lampau
yang meliputi waktu dan tempat peristiwa itu terjadi, pelakunya, peristiwanya
dan disusun secara sistematis. Dengan mempelajari sejarah seseorang dapat
mengambil pelajaran, manfaat, dan hikmahnya dari peristiwa tersebut. Allah
swt. berfirman dalam Surah Yusuf ayat 111 : Artinya: “Sungguh, pada kisah-
kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal.”
(Q.S. Yusuf/12: 111)
g. Kedokteran
Pada masa Dinasti Abbasiyah kedokteran mengalami perkembangan dan
kemajuan, khususnya tatkala pemerintahan Harun ar-Rasyid dan khalifah-
khalifah besar sesudahnya. Pada waktu itu sekolah-sekolah tinggi kedokteran
didirikan sehingga banyak mencetak sarjana kedokteran.
h. Matematika
Para tokohnya antara lain:
1. Al-Khawarizmi (194-266 H). Beliau telah menyusun buku Aljabar dan
menemukan angka nol (0). Angka 1-9 berasal dari Hindu, yang telah
dikembangkan oleh umat Islam (Arab).
2. Umar Khayam. Buku karyanya adalah Treatise On Algebra dan buku ini
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis.
i. Astronomi
Astronomi ilmu yang mempelajari perjalanan matahari, bumi, bulan, dan
bintang-bintang serta planet-planet yang lain. Tokoh-tokohnya antara lain:
1. Abu Mansur al-Falaqi
2. Jabir al-Batani, beliau pencipta alat teropong bintang yang pertama.

50
d. Ilmuwan/Tokoh-Tokoh Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah
1) Ahli Filsafat Islam antara lain:
Al-Kindi (185-252 H/805-873 M), terkenal dengan sebutan ‘Filosof Arab’,
beliau menerjemahkan buku-buku asing ke dalam bahasa Arab. Bermacam-
macam ilmu telah dikajinya, terutama filsafat. Al-Kindi bukan hanya filosof,
tetapi juga ahli ilmu matematika, astronomi, farmakologi, dan sebagainya.
Al Farabi (180-260 H/780 – 863 M), beliau menerjemahkan buku-buku asing
ke dalam bahasa Arab. Al Farabi banyak menulis buku mengenai logika,
matematika, fisika, metafisika, kimia, etika, dan sebagainya. Filsafatnya
mengenai logika antara lain dalam bukunya “Syakh Kitab al Ibarah Li
Aristo”, menjelaskan logika adalah ilmu tentang pedoman yang dapat
menegakkan pikiran dan dapat menunjukkannya kepada kebenaran. Dia
diberi gelar guru besar kedua, setelah Aristoteles yang menjadi guru besar
pertama. Buah karyanya banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa.
Ibnu Sina (Abdullah bin Sina) (370 - 480H/980 - 1060 M). Di Eropa dikenal
dengan nama Avicena. Sejak kecil ia telah belajar bahasa Arab, geometri,
fisika, logika, teolog Islam, ilmu-ilmu kedokteran dan Islam. Beliau seorang
dokter di kota Hamazan, Persia, yang aktif mengadakan penelitian tentang
berbagai macam jenis penyakit. Beliau juga terkenal dengan idenya mengenai
faham serba wujud atau wahdatul wujud, juga ahli fisika dan ahli jiwa. Pada
usia 17 tahun ia sangat terkenal. Karangan Ibnu Sina berjumlah lebih dari dua
ratus buku, yang terkenal antara lain: (a) Asy Syifa, buku ini adalah buku
filsafat, terdiri atas empat bagian yaitu logika, fisika, matematika, dan
metafisika dan (b) Al-Qanun atau Canon of Medicine. Menurut penyebutan
orang-orang barat, buku ini pernah diterjemahkan ke dalam bahasa latin dan
pernah menjadi buku standar untuk Universitas-universitas Eropa sampai
akhir abad ke-17.
Ibnu Rusyd dilahirkan di Cardova pada tahun 250 H/1126 M dan meninggal
dunia tahun 675 H/1198 M. Dia dikenal di Eropa dengan nama Averoes. Dia
adalah ahli filsafat yang dikenal dengan sebutan bapak Rasionalisme, dia juga
ahli ilmu hayat, ilmu fisika, ilmu falak, ilmu akhlak dan juga ilmu

51
kedokteran, ilmu fikih. Karyanya antara lain: a. Fasul Maqal fima Baina al
Hikmati Wasyari’at Minal Ittisal. b. Bidayatul Mujtahid c. Tahafutut Tahafud
d. Fikih. Karangan beliau hingga kini masih banyak dijumpai di perpustakaan
Eropa dan Amerika.
2) Ahli Kedokteran Muslim
Hunain Ibnu Iskak, lahir pada tahun 809 M dan meninggal pada tahun 874 M.
Beliau adalah dokter spesialis mata, karyanya adalah buku-buku tentang
berbagai penyakit, dan banyak menerjemahkan buku-buku kedokteran yang
berbahasa Yunani ke dalam bahasa Arab.
Ibnu Sina, di samping filosof juga sebagai tokoh kedokteran, bukunya yang
sangat terkenal di bidang kedokteran adalah Al-Qanun Fi Al-tib dijadikan
buku pedoman kedokteran di Universitas-universitas Eropa maupun negara-
negara Islam.
3) Ahli Sejarah
Ibnu Qutaibah (828 M – 889 M) dengan hasil karyanya Uyun Al Akhbar yang
berisi sejarah politik negeri-negeri Islam. At-Thabari (839 M – 923 M)
menulis tentang sejarah para rasul dan raja-raja. Ibnu Khaldun (1332 M –
1406 M) hasil karyanya Al Ihbar banyaknya 7 jilid dan setiap jilidnya berisi
500 halaman.
4) Ahli Fikih
1. Imam Abu Hanifah (80 – 150 H/700 – 767 M) beliau menyusun
madzhabnya yaitu madzhab Hanafi.
2. Imam Malik Bin Anas, lahir di Madinah tahun 93 H/788 M dan meninggal
di Hijaz pada tahun 170 H/788 M, beliau menyusun madzhab Maliki.
3. Imam Syafii nama lengkapnya Muhammad bin Idris bin Syafi’i (150 – 204
H/767 – 802 M), sewaktu berumur 7 tahun sudah hafal Al Quran dan
menyusun madzhabnya yaitu madzhab Syafi’i.

52
4. Imam Hambali (164 – 241 H/780 – 855 M), beliau menyusun
madzhabnya, yaitu madzhab Hambali.
Para mujtahidin mencurahkan segala kemampuannya untuk mendapatkan
ilmu-ilmu praktis dalam syariat Islam sehingga umat Islam dengan mudah
melaksanakannya.
5) Ahli Tasawuf
1. Rabi’ah Adawiyah (lahir di Baghdad tahun 714 M ajaran tasawufnya
dinamakan ‘Mahabbah’.
2. Abu Hamid bin Muhammad bin ahmad Ghozali (1059– 111 M) - hasil
karyanya yang terkenal adalah ‘Ihya Ulumuddin’.
3. Abdul Farid Zunnu Al Misri, lahir tahun 156 H/773 M – 245 H/860 M),
beliau dapat membaca Hieroglif yang ditinggalkan di zaman Firaun
(Mesir).
e. Masa Kehancuran Bani Abbasiyah
Kemunduran dinasti Abbasiyah, secara umum disebabkan oleh dua faktor;
Internal dan Eksternal. Secara internal dapat dirinci sebagai berikut:
1. Tampilnya penguasa lemah yang sulit mengendalikan wilayah yang sangat
luas ditambah sistem komunikasi yang masih sangat lemah dan belum
maju menyebabkan lepasnya daerah satu per satu.
2. Kecenderungan para penguasa untuk hidup mewah, mencolok dan
berfoya-foya kemudian diikuti oleh para hartawan dan anak-anak pejabat
ikut menyebabkan roda pemerintahan terganggu dan rakyat menjadi
miskin.
3. Dualisme pemerintahan, secara de jure dipegang oleh Abbasiyah, tetapi
secara de facto digerakkan oleh oleh tentara profesional asal Turki yang
semula diangkat oleh al-mu’tashim untuk mengambil kendali
pemerintahan.
4. Praktek korupsi oleh penguasa diiringi munculnya nepotisme yang tidak
profesional di berbagai propinsi.
5. Perang saudara antara al-Amin dan al-Ma’mun secara jelas membagi
Abbasiyah dalam dua kubu, yaitu kubu Arab dan Persia, Pertentangan

53
antara Arab-non Arab, perselisihan antara muslim dengan non-muslim, dan
perpecahan di kalangan umat Islam sendiri.
Secara ekternal disebabkan oleh karena Abbasiyah menghadapi perlawanan
yang sangat gencar dari dunia luar. Pertama, mereka mendapat serangan secara
tidak langsung dari pasukan Salib di Barat. Kedua, serangan secara langsung dari
orang Mongol yang berasal dari Timur ke wilayah kekuasaan Islam.

3) Kelas IX (Sembilan) Semester Ganjil dan Genap


a. Islam Nusantara
Secara garis besar Islam masuk ke Nusantara melalui: (1) perdagangan,
perkawinan, pendidikan, tasawuf (etika), dan kesenian. (2) Islam masuk ke
Indonesia melalui 2 rute, yaitu rute Utara dan rute Selatan. (3) Ada tiga teori yang
menjelaskan mengenai masuknya Islam ke Indonesia. Yakni, teori Gujarat (India),
teori Persia, dan teori Makkah. (4) Bukti tertua tentang agama Islam di Pulau
Jawa berasal dari batu nisan Fatimah Binti Maimun di Leran Gresik, yang
berangka tahun 1082 M. (5) Ada beberapa faktor penyebab agama Islam dapat
cepat berkembang di Nusantara, antara lain: (a) Syarat masuk agama Islam sangat
mudah, yaitu dengan mengucapkan kalimat syahadat. (b) Upacara-upacara dalam
Islam sangat sederhana. (c) Islam tidak mengenal sistem kasta. (d) Islam
menyebar di Indonesia disesuaikan dengan adat dan tradisi bangsa Indonesia. (e)
Dalam penyebarannya, dilakukan dengan jalan damai. (f) Runtuhnya Kerajaan
Majapahit memperlancar penyebaran agama Islam.
b. Kerajaan Islam Jawa
Kerajaan Islam Di Jawa Kerajaan Demak: Demak berdiri tahun 1500 sebagai
sebuah kerajaan yang terletak di daerah Bintoro, dekat muara sungai Demak.
Raja-raja yang memerintah di Demak yaitu: Raden Fatah sebagai pendiri dan Raja
pertama, Pati Unus, Sultan Trenggono, Sunan Prawoto. Kerajaan Mataram Islam:
Mataram berdiri pada tahun 1586 dengan Raja pertamanya Sutawijaya yang
bergelar Penembahan Senopati. Setelah Penambahan Senopati wafat pada tahun
1601 (dimakamkan di Kotagede Yogyakarta), kemudian dilanjutkan putranya
yang bernama: Mas Jolang, Raden Mas Rangsang (Sultan Agung). Mataram

54
mencapai kejayaan pada masa Sultan Agung. Pengaruh Mataram memudar setelah
Sultan Agung meninggal pada tahun 1645 M.
Kerajaan Islam Cirebon: Asal-usul nama Cirebon terdapat dua pendapat,
menurut Babad Cirebon menyebutkan bahwa kota Cirebon berasal dari kata ci dan
rebon (udang kecil). Nama tersebut berkaitan dengan kegiatan para nelayan di
Muara Jati, Dukuh Pasambangan, yaitu membuat terasi dari udang kecil (rebon).
Adapun versi lain yang diambil dari kitab Nagarakertabhumi menyatakan bahwa
kata cirebon adalah perkembangan kata caruban yang berasal dari istilah
sarumban yang berarti pusat percampuran penduduk. Pendiri Kerajaan Cirebon
adalah Walangsungsang, namun orang yang berhasil meningkatkan statusnya
menjadi sebuah kesultanan adalah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati),
Sunan Gunung Jati adalah keponakan sekaligus menggantikan Pangeran
Cakrabuana sebagai Penguasa Cirebon. Dialah pendiri dinasti raja-raja Cirebon
dan kemudian juga Banten. Sepeninggal Fatahillah, oleh karena tidak ada calon
lain yang layak menjadi raja, tahta kerajaan jatuh kepada Pangeran Emas putra
tertua Pangeran Dipati Carbon atau cicit Sunan Gunung Jati. Pangeran Emas
kemudian bergelar Panembahan Ratu I dan memerintah Cirebon selama kurang
lebih 79 tahun; hingga tahun 1649. Saat kepemimpinan Sultan Ageng Tirtayasa,
Kesultanan Cirebon dibagi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman. Pangeran
Martawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton Kasepuhan dan memerintah hingga
1703, sedangkan Pangeran Kartawijaya diangkat menjadi Sultan Keraton
Kanoman dan memerintah hingga tahun 1723.
Kerajaan Islam Banten: Pada awalnya kawasan Banten juga dikenal dengan
Banten Girang merupakan bagian dari Kerajaan Sunda. Kedatangan pasukan
Kerajaan Demak di bawah pimpinan Maulana Hasanuddin ke kawasan tersebut
selain untuk perluasan wilayah juga sekaligus penyebaran dakwah Islam.
Kemudian dipicu oleh adanya kerjasama Sunda-Portugal dalam bidang ekonomi
dan politik, hal ini dianggap dapat membahayakan kedudukan Kerajaan Demak
selepas kekalahan mereka mengusir Portugal dari Melaka tahun 1513. Atas
perintah Trenggana, Maulana Hasanudin bersama dengan Fatahillah melakukan
penyerangan dan penaklukkan Pelabuhan Kelapa sekitar tahun 1527, yang waktu

55
itu masih merupakan pelabuhan utama dari Kerajaan Sunda. Masa Sultan Ageng
Tirtayasa (bertahta 1651-1682) dipandang sebagai masa kejayaan Banten. Di
bawah dia, Banten memiliki armada yang mengesankan, dibangun atas contoh
Eropa, serta juga telah mengupah orang Eropa bekerja pada Kesultanan Banten.
Dalam mengamankan jalur pelayarannya Banten juga mengirimkan armada
lautnya ke Sukadana atau Kerajaan Tanjungpura (Kalimantan Barat sekarang) dan
menaklukkannya tahun 1661. Pada masa ini Banten juga berusaha keluar dari
tekanan yang dilakukan VOC, yang sebelumnya telah melakukan blokade atas
kapal-kapal dagang menuju Banten.
c. Kerajaan Islam Sumatra
Kerajaan Islam Di Sumatera: Kesultanan Samudra Pasai: Raja-raja yang
memerintah di Kesultanan Samudera Pasai: Sultan Malik as-Shaleh, Sultan
Muhammad Malik Zahir, Sultan Mahmud Malik Zahir, Sultan Zainal Abidin
Malik Zahir, Sultanah Nahrisyah, Abu Zain Malik Zahir, Mahmud Malik Zahir.
Kerajaan Aceh: Kerajaan Aceh didirikan Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun
1530, kemudian digantikan oleh: Sultan Alaudin al-Kahar, Alaudin Riayat Syah
(Sultan Muda), Sultan Iskandar Muda, Sultan Iskandar Thani/ ‘Sani.
d. Kerajaan Islam Sulawesi
Kerajaan Islam Di Sulawesi: Kerajaan Islam yang terdapat di Sulawesi di
antaranya Gowa Tallo/ Makasar, Bone, Wajo dan Soppeng, dan Kesultanan Buton.
Dari sekian banyak kerajaan itu, yang terkenal antara lain Kerajaan Gowa Tallo.
Pada awalnya di daerah Gowa terdapat sembilan komunitas, yang dikenal dengan
nama Bate Salapang (Sembilan Bendera yaitu: Tombolo, Lakiung, Parang-Parang,
Data, Agangjene, Saumata, Bissei, Sero dan Kalili), yang kemudian menjadi pusat
kerajaan Gowa. Kerajaan ini mencapai puncak kebesarannya pada masa
pemerintahan Sultan Hasannudin. Atas keberanian Sultan Hasannudin melawan
Belanda, maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari
Timur.
e. Walisongo
Ada empat pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang
sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam

56
bahasa Jawa. Kedua menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata
“tsana” yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Ketiga menyebut kata “sana”
berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat. Keempat mengatakan bahwa
Walisongo adalah sebuah majelis dakwah di Nusantara (yang meliputi Indonesia,
Malayu/Malaysia, dan sekitarnya) yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik
(Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Mereka adalah:
(1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim). Dia inilah wali pertama yang datang
ke Jawa Timur pada abad ke-13 dan menyiarkan Islam di sekitar Gresik, lalu
dimakamkan di Gresik, Jawa Timur. (2) Sunan Ampel (Raden Rahmat)
menyiarkan Islam di Ampel Surabaya, Jawa Timur; beliau merupakan perancang
Masjid di Demak. (3) Sunan Drajat (Syarifudin) anak dari Sunan Ampel.
Menyiarkan agama di sekitar Surabaya, beliau adalah seorang Sunan yang sangat
berjiwa sosial. (4) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). putra dari Sunan Ampel,
menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. (5) Sunan Kalijaga (Raden
Mas Said alias Jaka Said). Murid dari Sunan Bonang yang menyiarkan Islam di
Jawa Tengah. (6) Sunan Giri (Raden Paku) menyiarkan Islam di luar Jawa. Yaitu
Madura, Bawean, Nusa Tenggara, Maluku. (7) Sunan Kudus (Ja’far Shodiq)
menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. (8) Sunan Muria (Raden Umar Said)
menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, Jawa Tengah. (9) Sunan Gunung Jati
(Syarif Hidayatullah) menyiarkan Islam di Banten Sunda Kelapa, dan Cirebon.
Beliau seorang pemimpin yang berjiwa besar.
f. Syaikh Abdur Rauf as-Singkili (Tengku Syaikh Kuala)
Syaikh Abdur Rauf as-Singkili (Singkil, 1035 H/1615 M – Banda Aceh, 1105
H/1693 M) adalah ulama besar dan tokoh tasawuf dari Aceh yang pertama kali
membawa dan mengembangkan Tarekat Syattariah di Indonesia Pada tahun 1604
H/1643 M, Abdur Rauf berangkat ke tanah Arab dengan tujuan mempelajari
agama. Ia mengunjungi pusat-pusat pendidikan dan pengajaran agama di
sepanjang jalur perjalanan haji antara Yaman dan Mekah. Abdur Rauf memiliki
sekitar 21 karya tertulis, yang terdiri dari (1) kitab tafsir, (2) kitab hadis, (3) kitab
fikih, dan sisanya kitab tasawuf. Syaikh Abdur Rauf as-Singkili meninggal tahun
1105 H/1693 M. Dia dimakamkan di dekat kuala atau mulut sungai Aceh. Tempat

57
tersebut juga menjadi kuburan untuk istri-istrinya, murid kesayangannya Dawud
Al-Rumi, dan murid-murid lainnya. Di kemudian hari, ia dikenal dengan nama
Tengku Syaikh Kuala yang namanya diabadikan pada perguruan tinggi di Banda
Aceh yakni Universitas Syiah Kuala. As-Singkili pun dikenal sebagai Wali Tanah
Aceh. Makamnya, hingga kini, ramai dikunjungi para peziarah.
g. Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari (KH. Hasyim Asy’ari)
Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari lahir di desa Lok Gabang pada hari
kamis dinihari 15 Safar 1122 H, bertepatan 19 Maret 1710 M. Sejak kecil ia
mempunyai bakat di bidang seni lukis dan kaligrafi (Khat). Muhammad Arsyad
al-Banjari, ketika berumur 7 tahun, dijadikan anak angkat oleh Sultan
Tahmidullah (Sultan Kerajaan Banjar saat itu) karena Sultan sangat terpesona
melihat hasil lukisan beliau yang indah nan menawan. Menginjak dewasa, beliau
merantau ke negeri Arab (Makkah) untuk menuntut agama Islam lebih mendalam.
Di antara guru beliau ketika di Makkah adalah Syaikh ‘Athoillah bin Ahmad al
Mishry, al Faqih Syaikh Muhammad bin Sulaiman al Kurdi dan al ‘Arif Billah
Syaikh Muhammad bin Abd. Karim al Samman al Hasani al Madani. Ketika di
Makkah bawah bimbingan al ‘Arif Billah Syaikh Muhammad bin Abd. Karim al
Samman al Hasani al Madani, Muh. Arsyad melakukan suluk dan khalwat,
sehingga mendapat ijazah darinya dengan kedudukan sebagai khalifah thariqah
Sammaniyah. Menurut riwayat, Khalifah al Sayyid Muhammad al Samman di
Indonesia pada masa itu, hanya empat orang, yaitu Syaikh Muhammad Arsyad al
Banjari, Syaikh Abd. Shamad al Palembani (Palembang), Syaikh Abd. Wahab
Bugis dan Syaikh Abd. Rahman Mesri (Betawi). Mereka berempat dikenal dengan
“Empat Serangkai dari Tanah Jawi” yang sama-sama menuntut ilmu di al
Haramain al Syarifain. Setelah 35 tahun lamanya menimba ilmu di Makkah, rindu
akan kampung halamannya, pada bulan Ramadhan 1186 H bertepatan 1772 M,
sampailah Muh. Arsyad di kampung halamannya Martapura pusat Kerajaan
Banjar pada masa itu. Ketika perjalanan pulang dari Makkah ke Martapura, Muh.
Arsyad singgah di Betawi. Salah satu peristiwa penting selama di Betawi adalah
ketika Syaikh Muhammad Arsyad membetulkan arah kiblat Masjid Jembatan
Lima, Masjid Luar Batang dan Masjid Pekojan. Untuk mengenang peristiwa

58
tersebut, masyarakat sekitar Masjid Jembatan Lima menuliskan di atas batu dalam
aksara Arab Melayu (tulisan Jawi) yang bertuliskan bahwa kiblat masjid ini telah
diputar ke kanan sekitar 25 derajat oleh Muhammad Arsyad Al-Banjari pada
tanggal 4 Safar 1186 H. Sultan Tamjidillah (Raja Banjar) menyambut kedatangan
beliau dengan upacara adat kebesaran. rakyat Banjar memberinya julukan
“Matahari Agama” yang cahayanya diharapkan menyinari seluruh Kerajaan
Banjar. Aktivitas beliau sepulangnya dari Tanah Suci dicurahkan untuk
menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Yaitu kepada keluarga,
kerabat ataupun masyarakat pada umumnya. Bahkan, sultanpun termasuk salah
seorang muridnya sehingga jadilah dia Raja yang ‘alim lagi wara’. Pada hari
Selasa, 6 Syawal 1227 H (1812 M) Allah Swt. memanggil Syaikh Muhammad
Arsyad ke hadirat-Nya. Usia beliau 102 tahun dan dimakamkan di desa
Kalampayan, sehingga beliau juga dikenal dengan sebutan Datuk H. Hasyim
Asy’ari lahir pada tanggal 10 April 1875. Ayahnya bernama Kiai Asy’ari,
pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Ibunya
bernama Halimah. KH. Hasyim Asy’ari memiliki garis keturunan baik dari Sultan
Pajang Jaka Tingkir juga mempunyai keturunan ke Raja Hindu Majapahit, Raja
Brawijaya V (Lembupeteng). Salah seorang putranya, Wahid Hasyim adalah salah
satu perumus Piagam Jakarta yang kemudian menjadi Menteri Agama RI (1949-
1952), sedangkan cucunya, Abdurrahman Wahid, menjadi Presiden Indonesia
yang ke-4. KH. Hasyim Asy’ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan
kakeknya, Kiai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Gedang Diwek Jombang.
Sejak usia 15 tahun, ia berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain
Probolinggo, Langitan Tuban, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren
Siwalan di Sidoarjo. Pada tahun 1892, KH. Hasyim Asy’ari pergi menimba ilmu
ke Mekah, dan berguru pada ulama terkemuka di sana, awalnya KH. Hasyim
Asy’ari belajar di bawah bimbingan Syaikh Mafudz atTarmasi dari Termas
(Pacitan) yang merupakan ulama dari Indonesia pertama yang mengajar Sahih
Bukhori di Makkah.

59
h. Syaikh Mafudz at-Tarmasi
Syaikh Mafudz at-Tarmasi adalah ahli hadis dan hal ini sangat menarik minat
belajar KH. Hasyim Asy’ari sehingga sekembalinya ke Indonesia pesantren ia
sangat terkenal dalam pengajaran ilmu hadis. Ia mendapatkan ijazah langsung dari
Syaikh Mafudz at-Tarmasi untuk mengajar Sahih Bukhari, di mana Syaikh
Mahfudz at-Tarmasi merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima (isnad)
hadis dari 23 generasi penerima karya ini. Pada tahun 1899, sepulangnya dari
Mekah, KH. Hasyim Asy’ari mendirikan Pesantren Tebuireng, yang kelak menjadi
pesantren terbesar dan terpenting di Jawa pada abad ke-20. Pada tahun 1926, KH.
Hasyim Asy’ari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU),
yang berarti kebangkitan ulama. KH. M. Hasyim Asy’ari wafat pada pukul 03.00
pagi, Tanggal 25 Juli 1947, bertepatan dengan Tanggal 07 Ramadhan 1366 H, dan
dimakaman di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur.
i. K H. Ahmad Dahlan
K H. Ahmad Dahlan adalah anak keempat dari tujuh bersaudara, putra dari
KH. Abu Bakar bin Kiai Sulaiman dan Siti Aminah binti almarhum KH. Ibrahim.
Ayahnya seorang khatib tetap Masjid Agung Yogyakarta. Sedangkan ibunya
adalah putri dari Penghulu Besar di Yogyakarta. KH. Ahmad Dahlan lahir di
Kauman, Yogyakarta, tahun 1869. Sebelum ia mendapat gelar dan nama KH.
Ahmad Dahlan, nama yang diberikan orangtuanya adalah Muhammad Darwisy.
Nama Ahmad Dahlan, ia peroleh dari salah satu gurunya di Semarang. KH.
Ahmad Dahlan mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah pada 8 Dzulhijjah 1330
H/18 November 1912. Pendirian organisasi ini dipengaruhi oleh gerakan tadjid
(reformasi, pembaruan pemikiran Islam ) yang dicetuskan oleh Muhammad bin
Abd Al-Wahab di Arab Saudi, Muhammad Abduh, Muhammad Rasyid Ridha di
Mesir dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut, salah satu tindakan nyata yang
dilakukannya adalah memperbaiki arah kiblat, yang awalnya lurus ke barat, tapi
kemudian dengan mengacu pada ilmu falak dibuat agak condong ke utara 22
derajat. Pembetulan arah kiblat ini dimulai dari Langgar Kidul milik KH. Ahmad
Dahlan. Caranya dengan membuat garis shaf. Semenjak didirikan,
Muhammadiyah banyak bergerak di bidang pendidikan. Selain giat memberikan

60
pengajian kepada ibu-ibu dan anak-anak, ia juga mendirikan berbagai sekolah.
Gerakan membangun pendidikan itu terus berkembang hingga saat ini. KH.
Dahlan meninggal pada Jumat malam, 7 Rajab tahun 134 Hijriah atau 23 Februari
1923 dan dimakamkan di makam milik keluarganya di Karangkajen, Yogyakarta.
j. Budaya Lokal Nusantara
Kata “budaya” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddayah bentuk jamak
dari kata budhi yang berarti perilaku, budi atau akal Kesenian adalah salah satu
media yang paling mudah diterima dalam penyebaran agama Islam. Salah satu
buktinya adalah menyebarnya agama Islam dengan menggunakan wayang kulit
dan gamelan oleh Sunan Kalijaga. Sedangkan yang dimaksud dengan tradisi
adalah suatu adat istiadat yang biasa dilakukan namun didalamnya mengandung
ajaran-ajaran Islam. Seni budaya lokal yang bernafaskan Islam adalah segala
macam bentuk kesenian yang berasal dan berkembang dalam masyarakat
Indonesia serta telah mendapat pengaruh dari agama Islam. Para ulama dan wali
pada zaman dahulu bukanlah manusia yang bodoh dan tidak tahu hukum agama
Islam/ Syariat Islam. Para ulama dan wali itu adalah orang-orang yang cerdas lahir
batin dan mampu menerjemahkan pesan Islam ke dalam seni budaya dan tradisi
yang ada pada masyarakat Indonesia. Untuk itulah perlu adanya pemahaman
secara bersama, bahwa seni budaya dan tradisi tidak harus diharamkan secara total
karena memang mengandung nilai-nilai keislaman. Contoh budaya lokal dan
budaya yang bernuansa Islami: Wayang, Hadrah dan salawat kepada Nabi
Muhammad Saw, Qasidah, Tari Zapin, Mauludan.
k. Tradisi islam jawa
Di Indonesia, syiar agama termasuk proses yang unik, menarik sekaligus
cukup dinamis. Meski sudah berlangsung berabad-abad lamanya seperti yang
dilakukan oleh Walisongo di pulau Jawa. Walisongo masuk ke Jawa melalui
akulturasi budaya Jawa dengan Islam yang menghasilkan budaya Jawa bernuansa
Islami. Di Jawa Setiap ada musibah atau sesuatu yang menyenangkan seperti
perkawinan, sakit, panen padi, menanam padi selalu mengadakan upacara
selamatan. Selamatan dilakukan sebagai rasa syukur, dengan permohonan agar
selalu mendapatkan keselamatan. Sebelum Islam masuk ke Jawa pelaksanaan

61
selamatan biasanya dimulai dengan bacaan mantramantra, namun setelah Islam
masuk ke Jawa, selamatan dikemas Islami, seperti dengan tahlilan, pengajian.
Tradisi Jawa bernuansa Islami yang masih terpelihara hingga saat ini, di antaranya
seperti: tahlilan, sekaten, grebeg maulid, sekaten, penggalan Hijriyah, sekaten,
selikuran, megengan, suronan, nyadran, lebaran ketupat, dan lain-lain.
l. Tradisi Islam Sunda
Tradisi Dan Budaya Islam Sunda Adat istiadat yang diwariskan leluhurnya
pada masyarakat Sunda masih dipelihara dan dihormati. Dalam daur hidup
manusia dikenal upacara-upacara yang bersifat ritual adat seperti: upacara adat
Masa Kehamilan, Masa Kelahiran, Masa Anak-anak, Perkawinan, Kematian dll.
Demikian juga dalam kegiatan pertanian dan keagamaan dikenal upacara adat
yang unik dan menarik. Itu semua ditujukan sebagai ungkapan rasa syukur dan
mohon kesejahteraan dan keselamatan lahir bathin dunia dan akhirat. Beberapa
kegiatan upacara adat Sunda di antaranya adalah: upacara mengandung tujuh
bulan/tingkeban, upacara reuneuh mundingeun, upacara memelihara tembuni,
upacara gusaran, upacara sepitan/sunatan, cucurak.
m. Tradisi Islam Melayu
Indonesia sebagai negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan kaya
akan budaya Nusantara, masyarakat muslim di Indonesia punya tradisi tersendiri
untuk menyambut datangnya bulan suci tersebut. Meski tata cara tradisi
menyambut bulan puasa beragam, namun semangatnya tetap sama, yakni sebagai
bentuk ucap syukur serta kegembiraan umat muslim akan datangnya bulan puasa.
Tradisi Islam Melayu, di antaranya: Petang Megang (Pekanbaru). Kata petang di
sini berarti petang hari atau sore hari, sesuai dengan waktu dilaksanakan tradisi ini
yang memang dilaksanakan pada sore hari. Sedangkan Megang di sini berarti
memegang sesuatu yang juga dapat diartikan memulai sesuatu. Hal ini sesuai
dengan waktu diadakan tradisi ini yaitu sebelum Ramadhan dan ingin memulai
sesuatu yang baik dan suci yaitu puasa. Mandi Balimau Kasai (Kampar) adalah
Upacara tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan
memasuki bulan puasa, juga merupakan simbol penyucian dan pembersihan diri.
Balimau Kasai sendiri bermakna mandi dengan menggunakan air yang dicampur

62
jeruk yang oleh masyarakat setempat disebut limau. Jeruk yang biasa digunakan
adalah jeruk purut, jeruk nipis, dan jeruk kapas. Sedangkan kasai adalah wangi-
wangian yang dipakai saat berkeramas. Jalur pacu Kuantan Singingi adalah yang
mirip dengan lomba dayung. Ini digelar di sungai-sungai di Riau dengan
menggunakan perahu tradisional, seluruh masyarakat akan tumpah ruah jadi satu
menyambut acara tersebut. Tradisi yang hanya digelar setahun sekali ini akan
ditutup dengan “Balimau Kasai” atau bersuci menjelang matahari terbenam
hingga malam. Tahlil Jamak/Kenduri Ruwah (Kepulauan Riau) itu berupa zikir
serta berdoa untuk para arwah orang tua atau sesama muslim. Selain doa, juga
dilaksanakan kenduri dengan sajian menu kenduri yang bersumber dari
sumbangan sukarela warga. Sedangkan Tradisi Barzanji adalah pembacaan
Barzanzi yang diiringi musik tradisional Islami atau musik modern.
n. Tradisi Islam Bugis
Upacara Adat Ammateang atau Upacara Adat Kematian yang dalam adat
Bugis merupakan upacara yang dilaksanakan masyarakat Bugis saat seseorang
dalam suatu kampung meninggal dunia. Pelayat yang hadir biasanya membawa
sidekka (sumbangan kepada keluarga yang ditinggalkan), selain itu ada juga yang
membawa passolo (amplop berisi uang sebagai tanda turut berduka cita). Islam
masuk di Sulawesi Selatan, dengan cara yang sangat santun terhadap kebudayaan
dan tradisi masyarakat Bugis Makassar. Bukti nyata dari sikap kesantunan Islam
terhadap budaya dan tradisi Bugis Makassar dapat kita lihat dalam tradisi-tradisi
keislaman yang berkembang di Sulawesi Selatan hingga kini. Tradisi Islami Bugis
lainnya yaitu pembacaan Barzanji, sebuah kitab yang berisi sejarah kehidupan
Nabi Muhammad Saw, dalam setiap hajatan dan acara, doa-doa selamatan, bahkan
ketika membeli kendaraan baru, dan lain sebagainya.
o. Tradisi Islam Minang
Tradisi Islami di Minang di antaranya adalah: Salawat dulang atau Salawaik
Dulang adalah sastra lisan Minangkabau bertemakan Islam. Sesuai dengan
namanya, Salawat Dulang berasal dari dua kata yaitu salawat yang berarti salawat
atau doa untuk nabi Muhammad Saw, dan dulang atau talam, yaitu piring besar
dari Loyang atau logam yang biasa digunakan untuk makan bersama.

63
Dipertunjukkan oleh minimal dua klub diiringi tabuhan pada ‘dulang’, yaitu
nampan kuningan yang bergaris tengah sekitar 65 cm. Makan bajamba atau juga
disebut makan barapak adalah tradisi makan yang dilakukan oleh masyarakat
Minangkabau dengan cara duduk bersama-sama di dalam suatu ruangan atau
tempat yang telah ditentukan. Tradisi ini umumnya dilangsungkan di hari-hari
besar agama Islam dan dalam berbagai upacara adat, pesta adat, dan pertemuan
penting lainnya. Mandi balimau adalah satu kata yang mengandung satu kegiatan
tradisi yang bernuansa religious di Minangkabau pada masa dahulu hingga
sekarang. Biasanya tradisi ini dilakukan selang satu hari menjelang datangnya
bulan Ramadhan. Balimau dalam terminologi orang Minang adalah mandi
menyucikan diri (mandi wajib, mandi junub) dengan limau (jeruk nipis).
p. Tradisi Islam Madura
Tradisi Atau Adat Madura Islami Madura adalah salah satu suku di kawasan
pulau Jawa yang mayoritas penduduknya Muslim, dan salah satu suku di
Indonesiayang sangat kental sekali menjaga tradisi atau adat nenek moyangnya.
Kebanyakan tradisi di Madura adalah tradisi Islami seperti tradisi-tradisi suku
lainnya di Indonesia. seperti: Shalawatan (bukan membaca Shalawat saja, akan
tetapi tradisi ini adalah membaca yasin dan tahlil yang terjadwal setiap seminggu
sekali secara bergantian dari rumah satu ke rumah lainnya setiap minggunya),
Rokat Tase’ atau Petik Laut (tasyakuran atas hasil tangkapan nelayan Madura),
Kebudayaan Rokat yang ada di Madura dilakukan dengan maksud jika dalam
suatu keluarga hanya ada satu orang laki-laki dari lima bersaudara, tradisi Maulid
Nabi dan lain sebagainya

B. Deskripsi Kemajuan yang Anda Peroleh Setelah Pembekalan/Mentoring


Berdasarkan beberapa materi dari sumber belajar yang telah peserta baca,
terdapat beberapa materi yang sulit dipahami, yaitu:
1) Mengidentifikasi terjadinya aliran linguistik deskriptif dan fungsional
dalam bahasa Indonesia
2) Contoh aliran linguistik deskriptif dan fungsional dalam bahasa Indonesia.
3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi pemerolehan bahasa

64
4) Alat pemerolehan bahasa (language acquisition device atau LAD)
5) Bagaimana mengaplikasikan kaidah pragmatik sebagai rujukan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
6) Pengertian dan penggolongan gendre
7) Faktor yang mempengaruhi perkembangan puisi, prosa, drama lama dan
baru

C. Materi Esensial yang Tidak Ada dalam Sumber Belajar


Berdasarkan pemahaman peserta setelah membaca sumber belajar bidang
studi calon peserta program PLPG, beberapa materi esensial yang menurut peserta
belum ada dalam sumber belajar adalah penjelasan tentang penerapan materi
khususnya untuk diterapkan dalam pembelajaran di sekolah. Sehingga materi
yang diperoleh peserta dapat diwujudkan dalam pembelajaran di kelas.
Bagaimana kengiatan yang dapat dilakukan siswa dalam meneladani sikap arif
dan bijaksana sebagai implementasi dari pemahaman mengenai sejarah masuknya
Islam di Nusantara dan cara menghargai nilai-nilai sejarah perkembangan Islam di
Indonesia.

D. Materi yang Tidak Esensial Namun Ada dalam Sumber Belajar


Berdasarkan hasil bacaan sumber belajar bidang studi peserta program
PLPG oleh peserta, seluruh materi yang ada dalam sumber belajar adalah materi
yang esensial. Materi pada setiap kelas telah dipaparkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Begitu pula pada setiap semesternya, setiap materi telah dijelaskan
secara sruktural dan mudah dipahami. Namun, peserta mengharapkan materi yang
bersifat aplikatif sehingga lebih mudah guru dalam mengarahkan siswa untuk
meneladani dan menghargai sejarah kebudayaaan Islam.

E. Kemajuan dalam Menyelesaikan Latihan Soal Uraian

65
1. Soal uraian yang dapat anda selesaikan sendiri tanpa bantuan mentor
Selama penyelesaian soal uraian penulis selalu mengkomunikasikan
hasil jawaban kepada mentor. Penulis menerima arahan dan masukan
sehingga mendapat jawaban yang pasti dan tidak meragukan.
2. Soal uraian yang dapat anda selesaikan setelah mendapat bantuan mentor
Selama penyelesaian soal uraian terdapat beberapa soal yang penulis
kerjakan dengan bantuan mentor. Yaitu soal uraian pada laporan kemajuan
ke empat.
3. Soal uraian yang masih belum dapat anda selesaikan dengan baik atau
belum sempat dilakukan pembimbingan oleh mentor.
Selama penyelesaian soal uraian tidak ada soal uraian yang belum
dapat penulis selesaikan dengan baik atau belum sempat dilakukan
pembimbingan oleh mentor.

66
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pengalaman penulis setelah mengikuti kegiatan pembekalan
(Prakondisi) selama dua bulan, penulis dapat menyimpulkan bahwa kegiatan
pembekalan (Prakondisi) sangat bermanfaat bagi penulis dan peserta
sertifikasi guru. Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah kegiatan
pembekalan ini yaitu penulis mendapat wawasan baru dan dapat mengkaji
kembali materi pedagogik dan materi bidang studi, kedua materi tersebut
dapat meningkatkan kompetensi diri penulis dan peserta sertifikasi guru,
sehingga penulis lebih siap dalam mengikuti kegiatan PLPG dan dapat
memperoleh hasil yang maksimal, lebih bertanggung jawab, dan profesional
sebagai guru.

B. Saran
Penulis mengharapkan kegiatan pembekalan (prakondisi) PLPG 2017 ini
tetap berlanjut untuk peserta sertifikasi selanjutnya, bahkan bagi guru yang
ingin menambah wawasan dan pengalamannya dalam mengikuti sertifikasi.
Harapan penulis pembekalan ini juga disediakan dalam bentuk forum terbuka
bagi para guru yang sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti sertifikasi,
sehingga Kegiatan pembekalan ini sangat membantu peserta sebelum
mengikuti kegiatan PLPG, sehingga tingkat ketidaklulusan guru dalam
kegiatan PLPG dapat dikurangi.

67

Anda mungkin juga menyukai