Anda di halaman 1dari 29

PERKEMBANG ANAK DAN DENVER II

KONSEP PERKEMBANGAN
I. DEFINISI
1.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan


fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil
dari proses pematangan. (Soetjiningsih, 1995)

2.

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur / fungsi


tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan
dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistemnya yang terorganisasi. (IDAI, 2002)

3.

Perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara


bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi
dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran terhadap
perkembangan emosi, social dan intelektual anak. (Whaley and Wong).

II. EPIDEMIOLOGI
Masalah

perkembangan

anak

merupakan

masalah

yang

perlu

diketahui/dipahami sejak konsepsi hingga dewasa yang menurut WHO sampai


18 tahun, sedang menurut undang-undang kesejahteraan anak RI No 4 tahun
1979 dengan usia 21 tahun sebelum menikah. Beberapa masalah perkembangan
anak yang perlu di jadikan acuan dalam mendeteksian diantaranya : 10% anak
akan mencapai kemampuan pada usia dini, 50% anak akan mencapai
kemampuan kemudian, 75% anak akan mencapai kemampuan lebih kemudian,
90% anak akan sudah harus dapat mencapai kemampuan pada batas usia paling
lambat masih dalam batas normal dan 10% anak dimasukkan dalam kategori
terlambat apabila belum bias mencapai kemampuannya.
( Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1_Hal. 41)

III. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG


a. Faktor Genetik
Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitifitas
jaringan

terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan

tulang, termasuk faktor genetik antara lain berbagai faktor bawaan yang
normal dan patologik, jenis kelamin dan suku bangsa.
b. Faktor Lingkungan
a. Faktor lingkungan pada waktu masih di dalam kandungan (faktor
prenatal). Gisi ibu waktu hamil, faktor mekanis, toksin atau zat kimia,
endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas dan anoksia embrio.
b. Faktor lingkungan setelah lahir ( Faktor post natal )
1. Lingkungan biologis, meliputi Ras, Jenis kelamin, Umur, Gizi,
Perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, fungsi metabolisme
dan hormon.
2. Faktor fisik yaitu cuaca, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi.
3. Faktor Psikososial yaitu stimulasi, motivasi belajar, ganjaran /
hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah.
4. Faktor keluarga dan adat istiadat.
( http://tutorialkuliah.wordpress.com/2008/12/12/tumbuh-kembang-anakpart)
IV. TEORI PERKEMBANGAN
A.

SIGMEUN FREUD ( PERKEMBANGAN PSYCHOSEXUAL )


1. Fase Oral (0 - 1 tahun)
Pusat aktivitas yang menyenagka di dalam mulutnya, anak mendapat
kepuasaan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan aktifitas
mengisap jari dan tangannya atau benda benda sekitarnya.
2. Fase Anal (2 - 3 tahun)

Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya pada anus saat
BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung
jawab.
3. Fase Urogenital atau faliks (usia 3 - 4 tahun)
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh
sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan ank laki laki pada
ibunya menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang disebut
oedipus compleks.
4. Fase Latent (4 - 5 tahun sampai masa pubertas )
Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik
dan kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak
nak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role
model) sesuai jenis kelaminnya dari orang dewasa.
5. Fase Genitalia
Alat reproduksi sudah mulai matang, heteroseksual dan mulai menjalin
hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin.
( Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1_Hal. 28)
B.

PIAGET (PERKEMBANGAN KOGNITIF)


Meliputi

kemampuan

intelegensi,

kemampuan

berpersepsi

dan

kemampuan mengakses informasi, berfikir logika, memecahkan masalah


kompleks menjadi simple dan memahami ide yang abstrak menjadi konkrit,
bagaimana menimbulkan prestasi dengan kemampuan yang dimiliki anak.
1. Tahap sensori - motor ( 0 - 2 tahun)
Perilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan mental
yang bersifat simbolis (berpikir). Sekitar usia 18 - 24 bulan anak mulai
bisa melakukan operations, awal kemampuan berfikir.
2. Tahap pra operasional ( 2 - 7 tahun)
a. Tahap pra konseptual (2 - 4 tahun) anak melihat dunia hanya dalam
hubungan dengan dirinya, pola pikir egosentris. Pola berfikir ada dua

yaitu : transduktif ; anak mendasarkan kesimpulannya pada suatu


peristiwa tertentu ( ayam bertelur jadi semua binatang bertelur ) atau
karena ciri - ciri objek tertentu ( truk dan mobil sama karena punya
roda empat ). Pola penalaran sinkretik terjadi bila anak mulai selalu
mengubah - ubah kriteria klasifikasinya. Misal mula - mula ia
mengelompokkan truk, sedan dan bus sendiri - sendiri, tapi kemudian
mengelompokan mereka berdasarkan warnanya, lalu berdasarkan
besar - kecilnya, dst.
b. Tahap intuitif ( 4 - 7 tahun)
Pola pikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku, terpusat pada
bagian bagian terentu dari objek dan semata - mata didasarkan atas
penampakan objek.
c. Tahap operasional konkrit ( 7 - 12 tahun)
Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang diubah
bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi maka
volumenya

tetap.

Seriasi menunjukan anak mampu mengklasifikasikan objek menurut


berbagai macam cirinya seperti : tinggi, besar, kecil, warna, bentuk,
dst.
d. Tahap operasional formal (mulai usia 12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek
- objek yang ia pikirkan. Pola pikir menjadi lebih fleksibel melihat
persoalan dari berbagai sudut yang berbeda.
( Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1_Hal. 28)
C.

ERIKSON ( PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL )


Proses perkembangan psikososial tergantung pada bagaimana individu
menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting
adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada penyelesaian konflik yang
baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas perkembangannya.

Perkembangan Psikososial :
1.

Trust vs. Misstrust ( 0 - 1 tahun)


Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan konflik
basic trust dan misstrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka
anak akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya,
ibu sangat berperan penting.

2.

Autonomy vs shame and doubt ( 2 - 3 tahun)


Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi
peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian,
pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan
terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat anak bertindak
dan berfikir ragu - ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan
anak.

3.

Initiatif vs Guilty (3 - 6 tahun)


Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan
mandiri, anak akan mengembangkan kemampuan berinisiatif yaitu
perasaan bebas untuk melakukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila
tahap sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia
akan selalu merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas
kehendak sendiri.

4.

Industry vs inferiority (6 - 11 tahun)


Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan
peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak
masa ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern
lebih banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya diri tetapi
bila sebaliknya, anak akan rendah diri.

5.

Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)


Anak mulai dihadapkan pada harapan - harapan kelompoknya dan
dorongan yang makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai

berpikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas dirinya


serta perannya, jika ia berhasil melewati tahap ini maka ia tidak akan
bingung menghadapi perannya.
6.

Intimacy vs Isolation ( dewasa awal )


Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina
hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman,
sedang

yang

tidak

mampu

melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil atau tersaing.


7.

Generativy vs self absorbtion ( dewasa tengah )


Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya,
pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di
masa lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk
kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap - tahap
silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka mungkin ia
terkurung dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.

8.

Ego integrity vs Despair ( dewasa lanjut )


Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan
prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbbulkan perasaan
puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul
kekecewaan yang mendalam.
( Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1_Hal. 29)

D.

KOHLBERG (PERKEMBANGAN MORAL)


1.

Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan
hukuman terhadap prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan
atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh perilaku. Dalam tahap
selanjutnya anak mulai menyesuaikan diri dengan harapan - harapan
lingkungan untuk memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.

2.

Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau
ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis.

3.

Purna Kkonvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri.
Prinsip pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap
segala aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta
rasa hormatnya terhadap orang lain.
( Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1_Hal. 31)

E.

HUROLCK (PERKEMBANGAN EMOSI)


Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa kegairahan
umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan emosi heran, malu,
gembira, marah dan takut. Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh
faktor kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangat tergantung
dari seberapa jauh individu dapat mengerti rangsangan yang diterimanya.
Otak yang matang dan pengalaman belajar memberikan sumbangan yang
besar terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembngan emosi
dipengaruhi oleh harapan orang tua dan lingkungan

Peristiwa Penting selama Perkembangan Sejak Lahir hinnga Usia 5 Tahun


Usia
Bulan
1

Refleks menggemgam/

Mengepalkan tangan
Mengikuti benda dengan mata

melewati garis tengah


Tangan membuka atau membawa Tertawa dan menjerit

450 dalam posisi telungkup.


terhadap orang lain
Duduk : posisi kepala tegak/ Senyum sepontan

benda ke mulut
Genggaman tangan pada benda

Berpaling ke arah suara


Berceloteh (suara konsonan)

berguling keposisi terlentang


Duduk sendiri/berdiri, tangan Mencapai mainan

Menyebutkan mama, dada

dibimbing
Mendorong

secara non spesifik/

berdiri

Melambaikan tangan

Berdiri sendiri,

Menunjuk

12

Adaptif/ Gerak Motorik Halus

Gerakan menjepit

Bahasa

Gerak Motorik Kasar

Respon wajah terhadap suara

Mengangkat

Berceloteh(bunyi vokal)

posisi telungkup
Mengangkat kepala hingga Tersenyum

memahami tidak
Membantu membuka halaman buku 2sampai 4 kata / mengikuti
perintah dengan gerak isyarat

kepala

badan

dalam Menatap wajah


sebagai

Berjalan, dengan satu tangan mengidentifikasi

Tulisan cakar ayam

dibimbing
4 sampai 6 kata/ mengikuti Berjalan sendiri

18

Membolak balik halaman buku

perintah tanpa gerak isyarat


10 20 kata / menunjuk 4 Berjalan

Memecahkan teka-teki tunggal

bagian tubuh.
langkah
Mengombinasi 2 3 kata / Melompat/menendang bola

langkah

respon

Mengenal orang asing


untuk Makan sendiri

15

24

Pribadi-sosial

untuk
yang

di

inginkan
Minum dari cangkir/meniru
aktivitas
demi Makan sendiri dengan sendok
Melepas

menggunakan kata saya


30

Meniru garis horizontal dan vertical

dan kamu
Menyebut semua

keinginan
bagian Mengendarai sepeda roda tiga Menarik

tubuh
36

42
48

54

Meniru

lingkaran,

dengan menggunakan pedal

menggambar Menyebutkan nama lengkap, Melempar bola diatas tangan

celana

keatas/mencuci,
mengeringkan tangan
Latihan buang air/memakai

orang dealam tiga bagian

usia, dan jenis kelamin / Menaiki tangga dengan kaki baju-mengetahui

Meniru tanda silang

menyebut 2 warna.
bergantian
Mengerti rasa panas, letih, Berdiri diatas

Menghitung

objek

lapar.
atau Mengerti kata depan

satu

bagian

depan dan belakang


kaki Terlibat dalam permainan

selama 2-3 detik


Melompat diatas satu kaki

kelompok
Berpakaian

dengan

sedikit

mengidentifikasi beberapa angka (dibawah, diatas, dibelakang,

bantuan/memakai sepatu pada

dan huruf

kaki yang tepat

Meniru
menggambar

60

mantel/mengungkapkan

didepan). Bertanya
segiempat
orang

bagian
Menulis nama depan,
Menghitung 10 objek

dengan

bagaimana dan mengapa


atau Mengerti lawan kata
6

Loncat sejauh 24 inci/(sekitar Memerintah dan mengkritik


60 cm)

Menanyakan arti kata

Melompat
bergantian

(Pedoman Klinis Pediatrik_Hal.34)

Pamer
dengan

kaki Mengikat sepatu

V. Pemantauan Perkembangan Denver II


Dalam menilai anak pertama yang dapat di lakukan dengan wawacara tentang
factor kemungkinana ganguan dalam perkembangan, kemudian melakukan test
scrining perkembangan anak dengan Denver II.
1. Pengertian
Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver
Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental
Screening Test (DDST-R). DDST adalah salah satu metode skrining terhadap
kelainan perkembangan anak. Waktu yang dibutuhkan antara 15 - 20 menit.
(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/04/02/perkembangan-menurutdenver-ii-ddst-ii/)
2. Tujuan
Adapun tujuan dari DDST II antara lain sebagai berikut :
a.

Mendeteksi dini perekembangan anak.

b.

Menilai dan memantau perkembangan anak sesua usia (0 - 6 tahun)

c.

Salah satu antisipasi bagi orang tua

d.

Identifikasi perhatian orang tua dan anak tentang perkembangan

e.

Mengajarkan perilaku yang tepat sesuai usia anak

f.

Memonitor anak dengan resiko perkemb.

(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/04/02/perkembangan-menurutdenver-ii-ddst-ii/)
3. Aspek Perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 125 tugas perkembangan.
Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai antara lain sebagai berikut :
a. Personal Social (perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan


berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu
dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
c. Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti
perintah dan berbicara spontan.
d. Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh
Alat yang digunakan
Alat untuk denver II :

Benang sulaman merah

Kismis

Kerincingan dgn gagang kecil

Balok-balok berwarna luas 10 inci

Botol kaca kecil bening dengan lubang 5/8 inci

Bel kecil

Bola tenis

Pinsil merah

Boneka kecil dangan botol susu

Cangkir plastik dengan gagangnya

Kertas-kertas kosong.

Semua material ditempatkan dalam satu kotak

Alat-alat yang lain :

Meja

Kursi

Meja khusus dengan kasur dan selimut untuk pemeriksaan bayi tiduran

Ruangan yang cukup luas

Lembar formulir DDST II


Dalam lembar pertama berisi nama pemeriksa, tanggal pemeriksaan, nama
anak, tanggal lahir dan No CM. Pada bagianini juga berisi grafik pengkajian
motorik kasar, bahasa, motorik halus, adaptif, dan perkembangan sosialpersonal pada anak-anak dari 1 bulan sampai 6 tahun. Setiap kotak berisi
kemampuan-kemampuan yang harus dicapai dalam tiap perkembangan anak.
Penguji dapat mencocokan perkembangan yang dicapai oleh anak sesuai usia.
Selain itu dilembar pertama dibagian pojok kanan bawah terdapat kotak test
perilaku selama anak mengikuti test denver. Pada halaman berikutnya berisi
petunjuk pelaksanaan pengujian yang telah berisi nomor yang disesuaikan
dengan grafik halaman sebelumnya. Petunjuk ini berisi berisi semua kegiatan
yang harus dilakukan oleh anak yang nantinya akan berpengaruh terhadap
keberhasilan atau tercapainya perkembangan anak sesuai usianya.
Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1.

Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang


berusia:
a. 3-6 bulan
b. 9-12 bulan
c. 18-24 bulan
d. 3 tahun
e. 4 tahun
f.

3.

5 tahun

Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya


hambatan perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan
dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/04/02/perkembangan-menurutdenver-ii-ddst-ii/)
4. Pelaksanaan DDST II (Margaglio T, 1991)

Tahap Pengkajian
a.

Kaji pengetahuan keluarga/ anak mengenai DDST II

b.

Kaji pengetahuan tentang tumbang normal dan riwayat social

c.

Tentukan/ kaji ulang usia kronologis anak

(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/04/02/perkembangan-menurutdenver-ii-ddst-ii/)
5. Prinsip dalam melakukan denver II :

Bertahap dan berkelanjutan

Uji coba yang kurang aktif dilakukan lebih dahulu

Dimulai dari tahapan perkembangan yang telah dicapai oleh anak.

Uji coba yg mudah didahulukan

Uji coba yg menggunakan alat yang sama dilakukan berurutan

Perhatikan gerakan spontan oleh anak

Dilakukan dengan wajar dan tanpa paksaan, tidak menghukum

Pada saat pemeriksaan hanya alat uji coba yang berada di depan anak.

Anak dipuji apabila dapat melakukan atau kurang diberi semangat.

6. Cara pemerikasaan DDST II


a. Buat garis lurus dari atas sampai bawah sesuai usia anak pada lembar

DDST II
1. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang

akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12


bulan untuk satu tahun.

2. Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah,

jika sama dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.


b. Uji semua item dengan cara :

1) Pertama :Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong


garis horisontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
2) Kedua : Pada tiap sektor, uji 3 item yang berada di sebelah kiri garis
umur tanpa menyentuh batas usia
3) Ketiga : Uji item yang berpotongan pada garis usi
4) Keempat : Item sebelah kanan tanpa menyentuh garis usia sampai anak
gagal
(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/04/02/perkembangan-menurutdenver-ii-ddst-ii/)
7. Pengukuran DDST pada Anak Prematur
Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia
2 tahun:
Contoh perhitungan anak dengan prematur:
An. Lula lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5
Agustus 2006. Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1
April 2008. Hitung usia kronologis An. Lula!
Diketahui

Tanggal lahir An. Lul : 5-8-2006


Tanggal periksa

: 1-4-2008

Prematur

: 32 minggu

Ditanyakan

Berapa usia kronologis An. Lula?


Jawab:
2008 4 1 An. Lula prematur 32 minggu

2006 8 5 Aterm = 37 minggu


_________ Maka 37 32 = 5 minggu
1 7 - 26
Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari
atau
1 tahun 8 bulan atau 20 bulan
Usia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35
hari, sehingga usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II adalah:
1 tahun 7 bulan 26 hari 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hari
Atau
1 tahun 7 bulan atau 19 bulan
(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/04/02/perkembangan-menurutdenver-ii-ddst-ii/)
6. Tanda item penilaian
a. O = F (Fail/gagal)
Bila anak tidak mampu melakukan uji coba dengan baik, ibu/pengasuh
memberi laporan anak tidak dapat melakukan tugas dengan baik
b. M = R (Refusal/menolak)
Anak menolak untuk uji coba.
c. V = P (Pass/lewat)
Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik, ibu/pengasuh
memberi laporan tepat/dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukan
dengan baik.
d. No = No Opportunity
Anak tidak punya kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada
hambatan, uji coba yang dilakukan orang tua.
7. Penilaian Denver II
A. Interpretasi dari nilai Denver II

a). Advanced
Bila anak mampu melaksanakan tugas pada item disebelah kanan garis
umur, lulus kurang dari 25% anak yang lebih tua dari usia tersebut.
b). Normal
Bila anak gagal/ menolak tugas pada item disebelah kanan garis umur,
lulus/gagal/menolak pada item antara 25-75% (warna putih).
c). Caution
Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal/menolak pada item antara 75100% (warna hijau).
d). Delay
Gagal/menolak item yang ada disebelah kiri dari garis umur.
( Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Hal 158)
B. Interpretasi Hasil Test Denver II Empat Sektor.
Normal
Bila tidak ada delays
Paling banyak satu caution
Lakukan ulangan pemeriksaan pd kontrol kesehatan berikutnya
Suspect
Bila didptkan dua / lebih caution dan/ satu atau lebih delays
Lakukan uji ulang dlm 1-2 mg u/ menghilagkan faktor sesaat sep. rasa
takut, sakit dan kelelahan.
Untestable / tidak dapat diuji :
Bila ada skor menolak pd satu uji coba/ lebih item di sebelah kiri garis
umur
Atau menolak > satu item pd area 75-90%
Referal Consideration

Bila setelah uji ulang hasil uji ulang namun hasilnya tetap suspek atau
tidak dapat diuji maka dipikirkan untuk dikirim ke ahlinya, namun tentu
harus ditentukan oleh keadaan klinis atau factor-faktor lainnya.
( Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Hal 158)
VI. MASALAH PERKEMBANGAN ANAK
Secara umum terdapat beberapa ciri anak yang memiliki kelainan dan perlu
pendeteksian diantaranya apabila pada usia 1-1,5 bulan belum bisa tersenyum
secara spontan, anak usia lebih 3 bulan masih menggenggam dan belum
bersuara, usia 4-5 bulan belum tengkurap dengan kepala diangkat, pada usia 7-8
bulan anak belum bisa didudukkkan tanpa bantuan, pada usia 12 bulan belum
bisa menjinjit, pada usia 15 bulan belum berjalan, pada usia 18 bulan anak belum
mampu mengucapkan 4-5 kata, pada usia 2 tahun anak belum bisa menyebutkan
nama sendiri, pada usia 30 bulan anak belum bisa menggambar, pada usia 3
tahun anak belum bisa berpakaian, pada usia 3,5 tahun anak belum bisa
mengenal warna, pada usia 4 tahun anak belum bisa menggambar orang tiga
bagian dan pada usia 4,5 tahun anak belum bisa bercerita maka perilaku diatas
perlu dilakukan pendeteksian untuk mengenal berbagai masalah tumbuh
kembang anak. Ada beberapa masalah yang berhubungan dengan tumbuh
kembang anak :
a. Gagal Tumbuh (Failure To Thrive)
Merupakan kegagalan untuk tumbuh, dimana sebenarnya anak tersebut lahir
dengan cukup bulan akan tetapi dalam pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya mengalami kegagalan pertumbuhan fisik dengan malnutrisi dan
retardasi perkembangan sosial atau motorik.
b. Gangguan makan
Gangguan makan pada anak sering kali kita jumpai pada masyarakat awam
yang belum memahami prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak dan
memahami pentingnya nutrisi pada anak, gangguan makan pada anak,

penolakan anak, pika (keadaan anak yang sering kali makan yang tidak bergisi
seperti kapur tembok, kertas, kotoran, kancing, rambut, mainan, dll),
gangguan regurgitasi pada masa bayi, anoreksia nervosa dan bulimia.
c. Gangguan tidur
Gangguan

tidur

dapat

mempengaruhi

perkembangan

anak

apabila

berlangsung lama dan terus-menerus, dalam hal ini yaitu gangguan tidur terror
(menangis tengah malam, menjerit, merintih, dll), dan gangguan tidur berjalan
(somnambulisme).
d. Enuresis Fungsional
Merupakan gangguan dalam pengeluaran urine yang involunter pada waktu
siang atau malam hari pada anak yang berumur lebih dari 4 tahun tanpa
adanya kelainan fisik maupun penyakit organik. Kondisi ini terdapat pada
anak berumur 4 tahun ke atas mengingat pada umur tersebut kondisi sfingter
eksterna vesika urinaria sudah mampu dikontrol akan tetapi pada usia
demikian tetap belum bisa, hal tersebut dapat disebabkan beberapa faktor
diantaranya kegagalan dalam toilet training pada anak dan adanya negative
reinforcement (pemberian hukuman lebih ditekankan daripada pujian )
sehingga terjadi kegagalan dalam proses berkemih sehingga dapat terjadi
enuresis fungsional. Keadaan demikian apabila berlangsung lama dan panjang
maka akan mengganggu tugas dalam perkembangan anak.
e. Enkopresis Fungsional
Merupakan gangguan dalam pengeluaran tinja yang tidak terkontrol pada
anak yang terjadi secara berulang-ulang tanpa adanya konstipasi tanpa adanya
penyebab organik pada anak yang berumur lebih dari 4 tahun. Kondisi
demikian dapat disebabkan karena psikologis pada anak karena kegagalan
dalam melakukan buang air besar. Kondisi tersebut apabila dibiarkan terlalu
lama dapat mengganggu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada
anak.
f. Gagap

Gangguan dalam arus bicara pada anak yang ditandai dengan adanya
pengulangan suara, suku kata atau terjadi bloking dalam bicara. Gagap ini
dapat terjadi disebabkan karena faktor psikologis anak atau juga dapat
disebabkan oleh kelainan neurologis yaitu gangguan dalam dominasi serebral.
Kondisi tersebut apabila berlangsung lama pada masa pra sekolah dapat
menyebabkan gangguan dalam perkembangan.
g. Mutisme Efektif
Merupakan gangguan bicara pada anak yang ditandai dengan menolak untuk
berbicara pada situasi sosial seperti di sekolah, di tempat-tempat umu,
keadaan demikian disebabkan oleh karena gangguan psikologis pada anak,
beberapa ahli mengatakan bahwa mutisme efektif digunakan anak dalam
rangka mengurangi perasaan takut tetapi ada juga sebagai untuk menarik
perhatian agar selalu diperhatikan.
h. Gangguan Perkembangan Spesifik
Gangguan perkembangan spesifik pada anak tersebut dapat meliputi
gangguan perkembangan membaca dan menulis, gangguan perkembangan
berhitung, gangguan perkembangan berbahasa, gangguan perkembangan
artikulasi, gangguan perkembangan motorik yang spesifik
Gangguan

perkembangan

membaca

dan

menulis

merupakan

keterlambatan dalam hal membaca dan menulis keadaan tersebut disebut


dengan disleksia yang artinya kesulitan dalam kata atau bahasa, biasanya
ditandai dengan kesalahan dalam membaca seperti mami dibaca imam dan
anak sulit membedakan kanan dan kiri dan lain-lain, untuk mengatasi masalah
tersebut dapat dilakukan dengan terapi wicara. Disamping perkembangan
membaca

dan

menulis

terdapat

gangguan

perkembangan

berhitung

merupakan keterlambatan pada anak dalam masalah berhitung, keadaan


tersebut dapat disebut sebagai diskalkulia, kemudian keterlambatan dalam
berbahasa hal ini terdapat 2 hal keterlambatan atau gangguan diantaranya tipe
reseptif yang merupakan gangguan dalam mengembangkan pengertian bahasa
dan ekspresi vocal bahasa yang merupakan gangguan dalam persepsi sensori

yaitu pengenalan simbol visual atau auditorik bukan karena retardasi mental,
autisme atau yang lain. Sedangkan gangguan dalam bahasa lain adalah
gangguan bahasa tipe ekspresif dimana terjadi gangguan pengembangan
ekspresi vocal bahasa sedangkan kemampuan pengertian bahasa masih baik.
Gangguan perkembangan artikulasi juga merupakan gangguan
perkembangan yang spesifik dimana terjadi gangguan dalam mengembangkan
artikulasi yang utuh dari bunyi bahasa, dimana terjadi kegagalan dalam
mengucapkan 1 huruf sampai beberapa huruf. Kemudian gangguan
perkembangan spesifik yang lain adalah gangguan perkembangan motorik
yang spesifik dimana terjadi hambatan dalam koordinasi motorik dan tidak
terjadi gangguan dalam retardasi mental
i. Retardasi mental
Merupakan gangguan dalam perkembangan dimana terjadi gangguan
dalam fungsi intelektual yang sub normal adanya perilaku adaptif social dan
timbul pada masa perkembangan yaitu di bawah umur 18 tahun.
Terjadi gangguan dalam fungsi intelektual sub normal disini adalah dilakukan
tes psikologis dengan tes angka taraf kecerdasan Intelligence Quotient (IQ)
dimana anak akan mempunyai IQ di bawah 70, kemudian perilaku adaptif
sisoal pada anak dengan retardasi mental dapat dilihat dengan cara
kemampuan anak dalam melakukan tugas kemandirian atau menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan tugas perkembangan pada usianya belum optimal.
Berdasarkan tingkatan dalam retardasi mental dapat dibagi dalam 4 kelompok
retardasi mental diantaranya:
1.
2.
3.
4.

Retardasi mental ringan dengan taraf IQ 50-70


Retardasi mental sedang dengan taraf IQ 35-49
Retardasi mental berat dengan taraf IQ 20-34
Retardasi mental sangat berat dengan taraf IQ kurang dari 20
Di samping criteria taraf IQ maka seseorang dengan retardasi mental

tersebut mempunyai criteria masing-masing seperti untuk kelompok retardasi


mental ringan dapat dilihat ketika anak beberapa kali gagal dalam naik kelas

dan anak tersebut dapat di didik sampai kelas 6 sekolah dasar dan kelompok
ini disebut dengan kelompok mampu didik dan dapat dilatih untuk melakukan
keterampilan mandiri dengan membutuhkan bimbingan. Untuk kelompok
retardasi mental sedang ini hanya dapat dilatuh dengan keterampilan tertentu
artinya hanya mampu dilatuh sedangkan dalam pendidikan kelompok ini
hanya sampai taraf sekolah dasar kelas 2. Kemudian kelompok retardasi
mental berat ini sudah terjadi gangguan penyerta seperti perkembangan
motorik serta bicara sangat minim, keterampilan hanya dapat dilatih pada
keterampilan melakukan personal hygiene saja dan belum bisa mengambil
manfaat dan selalu diawasi sedangkan kelompok retardasi mental sangat berat
dapat ditandai dengan gangguan dan sensori motorik dan selalu bergantung
pada orang lain.
Faktor-faktor penyebab retardasi mental:
Genetik atau juga kelainan dalam kromosom.
Faktor ibu selama hamil dimana terjadi gangguan dalam gisi atau

penyakit pada ibu seperti Rubela, atau adanya virus lain


Faktor setelah lahir di mana dapat terjadi kerusakan otak apabila terjadi
infeksi seperti terjadi meningitis, encephalitis, dan lain-lain.

j. Autisme
Autism atau dikenal dengan sindroma keanner dengan memiliki gejala
tidak mampu bersosialisasi atau mengalami kesulitan menggunakan bahasa,
berperilaku berulang-ulang serta bereaksi tidak biasa terhadap rangsangan
sekitarnya dengan kata lain pada anak autism dapat terjadi kelainan emosi,
intelektual dan kemauan atau gangguan pervasif. Dapat dikatakan bahwa
autisme merupakan suatu keadaan anak dapat berbuat semaunya sendiri baik
cara berpikir atau berperilaku.
Cirri-ciri anak dengan autisme:
tidak peduli dengan lingkungan sosialnya
tidak bereaksi normal dalam pergaulan social
perkembangan bahasa dan bicara tidak normal serta adanya reaksi
terhadap lingkungan terbatas sedang pada pemeriksaan status mental
ditemukan adanya kurangnya orientasi lingkungan

rendahnya ingatan meskipun kejadian baru saja terjadi


kurang peduli terhadap lingkungan sekitar
Autisme terdiri dari 3 jenis yaitu jenis persepsi, jenis reaksi, dan jenis

autisme yang timbul kemudian. Pertama, autisme persepsi merupakan autisme


yang timbul sebelum lahir dengan gejala adanya rangsangan dari luar baik
kecil maupun kuat dapat menimbulkan kecemasan. Kedua, autisme reaktif
yakni dengan gejala penderita membuat gerakan-gerakan tertentu berulangulang dan kadang-kadang disertai kejang dan dapat diamati pada usia 6
sampai 7 tahun, memiliki sikap rapuh mudah terpengaruh oleh dunia luar.
Ketiga, autisme yang timbul kemudian jenkis ini diketahui setelah anak agak
besar dan akan mengalami kesulitan dalam mengubah perilakunya karena
sudah melekat atau ditambah dengan adanya pengalaman yang baru. (Faisal
Yatim)
k. Gangguan pemusatan perhatian / hiperaktif
Gangguan pemusatan perhatian atau dikenal dengan kurangnya
konsentrasi ini ditandai dengan gangguan konsentrasi, sifat impulsive dan
hiperaktivitas. Anak dengan gangguan ini dapat menunjukkan adanya
kurangnya koordinasi sensori motorik, kecerobohan atau masalah orientasi
tempat atau orang, suka mengacau, ledakan kemarahan, aktivitas motorik
tanpa tujuan sering menjengkelkan sesame sebaya atau anggota keluarga, hal
tersebut dapat diakibatkan ketidakmampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas
pencapaian tumbuh kembang.
l. Penganiayaan dan pengabaian anak.
Merupakan tindakan yang disengaja yang dapat memberikan orang
lain dapat menimbulkan sakit, cedera fisik dan emosional pada anak atau
berisiko terdapat sakit atau cedera. Terdapat 4 jenis penganiayaan pada anak
diantaranya penganiayaan fisik, emosional, seksual dan pengabaian,
kesemuanya dapat sipacu oleh lingkungan yang ada di sekitar anak. Gejala
dari jenis penganiayaan tersebut adalah apabila jenis penganiayaan fisik maka
dapat terjadi cedera, apabila penganiayaan jenis emosional dapaty terjadi

guncangan pada jiwa anak dan juga dapat menimbulkan kekacauan mental,
kemudian penganiayaan seksual terjadi iritasi atau laserasi pada genital
eksterna, infeksi saluran kemih atau penyakit genital sertya adanya kehamilan
dan gejala pada pengabaian adalah kurangnya perawatan diri anak dapat
terjadi kegagalan untuk tumbuh, keterlambatan perkembangan, gangguan
makan, kurangnya perawatan diri, dan lain-lain. (Betz, Cecily L, 1996).
( Pengantar Ilmu Kesehatan Anak 1. Hal 41-47)

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH TUMBUH


KEMBANG

A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada anak dengan masalah perkembangan antara lain:
ditemukan adanya ketidak mampuan atau kesulitan untuk melakukan tugas
perkembangan sesuai dengan kelompok usia dalam tahap pencapaian tumbuh
kembang diatas, adanya perubahan pertumbuhan fisik, seperti berat badan, tinggi
badan tidak sesuai dengan standar pencapaian, perubahan perkembangan saraf
seperti gangguan motorik, bahasa dan adapotasi social, perubahan gangguan
perkembangan mental seperti adanya retardasi mental, perubahan perkembangan
perilaku hiperaktif, gangguan belajar, dan lain-lain. Adanya ketidakmampuan
melakukan perawatan diri atau control diri dalam beraktivitas sesuai dengan
usianya, pada bayi adanya gangguan tidur dan kurang memperhatikan.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Perubahan perkembangan berhubungan dengan:
1. Perpisahan orang terdekat atau tidak adekuatnya stimulasi sensori
2. Perubahan lingkungan (konflik atau stressor)

3. Keterbatasan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sosialisasi, bermain


atau pendidikan, dan lain-lain.
C. PERENCANAAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Apabila anak dengan masalah khusus seperti :
1) Masalah gagal tumbuh dapat dilakukan adalah dengan cara memberikan
stimulus lingkungan pada anak,memberikan makanan tambahan untuk
mengurangi defisiensi protein, vitamin dan lain-lain, memberikan
psikoterapi pada keluarga dan memberikan alternative orang tua asuh.
2) Gangguan makan dapat dilakukan antara lain dengan memberikan terapi
simtomatis apabila terjadi gangguan malnutrisi, melakukan psikoterapi
pada keluarga, dan memberikan terapi kombinasi alam makanan.
3) Gangguan tidur dapat dilakukan antara lain dengan cara melindungi anak
dari kecelakaan ( cedera ), memberikan kenyamanan dan bantu anak
sewaktu tidur dan melakukan kolaborasi dengan dokter bila terjadi
gangguan berkepanjangan.
4) Enuresis fungsional dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut
antara

lain

membatasi

pemasukan

cairan

sebelum

tiur,melatih

mengendalikan retensi,latiham menahan kencing, positive reinforcement,


toileting training yang benar dan melakukan kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian : obatgolongan amfetamin untuk mengurangi kedalaman
tidur anak, golongan antikolinergik untuk mengurangi kontraksi otot
detrusor sehingga diharapkan terjadi retensi urine dan lain-lain.
5) Enkopresis fungsional dapat dilakukan adalah sebagai berikut melatih
anak untuk toileting dalam buang air besar, memberikan psikoterapi pada
keluarga dan melakukan kolaborasi dengan dokter apabila terjadi lebih
lanjut.
6) Gagap dapat dilakukan antara lain dengan cara terapi psikologis
membantu mengatasi masalah anak, psikoterapi pada orang tua dan
melakukan kolaborasi dengan dokter dalam mengatasi patologis.

7) Multisme efektif dapat dilakukan dengan cara memberikan terapi suportif


pada anak agar mau berbicara, dapat dilakukan reinforcement yang positif
dan psikoterapi pada keluarga anak.
8) Retardasi metal dapat dilakukan adalah dengan cara mencegah terjadinya
gangguan kesehatan lain dan selalu mmperbaiki gizi pada anak disamping
itu melatih dan membantu dalam melakukan tugas atau keterampilan yang
minimal dapat dikuasai sesuai dengan tingkatan retardasinya dan selalu
melibatkan dalam ahli terapi wicara, ahli rehabilitasi medis, psikiater, dan
lain-lain.
1. Ajarilah orang tua terhadap tugas perkembangan anak sesuai dengan
kelompok usia anak.
2. Berikan kesempatan anak untuk melaksanakan tugas perkembangan anak.
3. Lakukan tindakan keperawatan sesuai dengan kelompok usia tumbuh
kembang seperti di bawah ini :
1) 0 1 tahun
Berikan stimulasi dengan menggunakan bermacam mainan yang
berwarna di tempat tidur seperti mobil, mainan dengan music, dan
lain-lain
Pangku atau gendong anak saat mau makan dalam lingkungan yang
tenang
Berikan waktu istirahat dan lakukan observasi kepada orang tua
selama interaksi dan makan
Berikan perwatan secara penuh ( pengasuhan )
Biarkan tangan dan kaki bebas jika memungkinkan.
2) 1-3,5 tahun
Anjurkan melakukan perawatan diri sendiri seperti makan sendiri,
pakai baju sendiri, mandi, dan lain-lain.
Berikan stimulasi atau dorongan untuk mengemukakan kata atau
bahasa.
Beri kesempatan bermain dengan kelompok sebayanya seperti tekateki, buku dengan gambar-gambar, mobil-mobilan, balok mainan, dan
lain-lain.
Anjurkan orang tua untuk aktif dalam perawatan anak.
3) 3,5-5 tahun

Anjurkan melakukan perawatan diri sendiri seperti pakai baju sendiri,


mandi, merawat mulut rambut, dan lain-lain.
Beri kesempatan bermain dengan kelompok seperti model mainan
music,boneka, buku-buku, kendaraan sepeda roda tiga, dan lain-lain.
Berikan buku cerita.
Anjurkan orang tua untuk aktif dalam perawatan anak.
4) 5-11 tahun
Bicarakan dengan anak tentang perawatan yang akan dilakukan dan
mintakan masukan dari anak.
Beri kesempatan pada anak untuk berinteraksi dengan anak-anak
lainnya.
Hargai perilaku yang positif.
Berikan buku cerita dan mainan seperti buku teka-teki, video games,
melukis atau lainnya.
Orientasikan dengan lingkungan sekitar.
5) 11-15 tahun
Bicarakan dengan anak tentang perawatan yang akan dilakukan dan
mintakan masukan dari anak.
Beri kesempatan pada anak untuk berinteraksi dengan anak-anak
lainya.
Libatkan dalam segala tindakan keperawatan.
Anjurkan orang tua, saudaranya untuk berkunjung atau berinteraksi
dengan anak.
Lakukan identifikasi minat atau hobi anak.
D. EVALUASI KEPERAWATAN
Anak menunjukan perubahan dan perkembangan yang lebih baik dan terjadi
pencapaian dalam tugas perkembangan sesuai dengan kelompok usia dan ukuran
fisik sesuai dengan batasan ideal anak.
( Pengantar Ilmu Kesehatan Anak 1. Hal 47-50)

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Azis Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta :


Salemba Medika.

Dr. Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta :
Salemba Medika.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Schwariz, M William. 2004. Pedoman Klinis Pediatrik. Jakatta : EGC

http://tutorialkuliah.wordpress.com/2008/12/12/tumbuh-kembang-anak-part

http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/04/02/perkembangan-menurut-denverii-ddst-ii/

http://ridwanamirudin.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai