KONSEP PERKEMBANGAN
I. DEFINISI
1.
2.
3.
II. EPIDEMIOLOGI
Masalah
perkembangan
anak
merupakan
masalah
yang
perlu
tulang, termasuk faktor genetik antara lain berbagai faktor bawaan yang
normal dan patologik, jenis kelamin dan suku bangsa.
b. Faktor Lingkungan
a. Faktor lingkungan pada waktu masih di dalam kandungan (faktor
prenatal). Gisi ibu waktu hamil, faktor mekanis, toksin atau zat kimia,
endokrin, radiasi, infeksi, stress, imunitas dan anoksia embrio.
b. Faktor lingkungan setelah lahir ( Faktor post natal )
1. Lingkungan biologis, meliputi Ras, Jenis kelamin, Umur, Gizi,
Perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, fungsi metabolisme
dan hormon.
2. Faktor fisik yaitu cuaca, sanitasi, keadaan rumah dan radiasi.
3. Faktor Psikososial yaitu stimulasi, motivasi belajar, ganjaran /
hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah.
4. Faktor keluarga dan adat istiadat.
( http://tutorialkuliah.wordpress.com/2008/12/12/tumbuh-kembang-anakpart)
IV. TEORI PERKEMBANGAN
A.
Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya pada anus saat
BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung
jawab.
3. Fase Urogenital atau faliks (usia 3 - 4 tahun)
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh
sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan ank laki laki pada
ibunya menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang disebut
oedipus compleks.
4. Fase Latent (4 - 5 tahun sampai masa pubertas )
Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik
dan kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak
nak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role
model) sesuai jenis kelaminnya dari orang dewasa.
5. Fase Genitalia
Alat reproduksi sudah mulai matang, heteroseksual dan mulai menjalin
hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin.
( Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1_Hal. 28)
B.
kemampuan
intelegensi,
kemampuan
berpersepsi
dan
tetap.
Perkembangan Psikososial :
1.
2.
3.
4.
5.
yang
tidak
mampu
8.
D.
Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan
hukuman terhadap prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan
atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh perilaku. Dalam tahap
selanjutnya anak mulai menyesuaikan diri dengan harapan - harapan
lingkungan untuk memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.
2.
Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau
ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis.
3.
Purna Kkonvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri.
Prinsip pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap
segala aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta
rasa hormatnya terhadap orang lain.
( Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1_Hal. 31)
E.
Refleks menggemgam/
Mengepalkan tangan
Mengikuti benda dengan mata
benda ke mulut
Genggaman tangan pada benda
dibimbing
Mendorong
berdiri
Melambaikan tangan
Berdiri sendiri,
Menunjuk
12
Gerakan menjepit
Bahasa
Mengangkat
Berceloteh(bunyi vokal)
posisi telungkup
Mengangkat kepala hingga Tersenyum
memahami tidak
Membantu membuka halaman buku 2sampai 4 kata / mengikuti
perintah dengan gerak isyarat
kepala
badan
dibimbing
4 sampai 6 kata/ mengikuti Berjalan sendiri
18
bagian tubuh.
langkah
Mengombinasi 2 3 kata / Melompat/menendang bola
langkah
respon
15
24
Pribadi-sosial
untuk
yang
di
inginkan
Minum dari cangkir/meniru
aktivitas
demi Makan sendiri dengan sendok
Melepas
dan kamu
Menyebut semua
keinginan
bagian Mengendarai sepeda roda tiga Menarik
tubuh
36
42
48
54
Meniru
lingkaran,
celana
keatas/mencuci,
mengeringkan tangan
Latihan buang air/memakai
menyebut 2 warna.
bergantian
Mengerti rasa panas, letih, Berdiri diatas
Menghitung
objek
lapar.
atau Mengerti kata depan
satu
bagian
kelompok
Berpakaian
dengan
sedikit
dan huruf
Meniru
menggambar
60
mantel/mengungkapkan
didepan). Bertanya
segiempat
orang
bagian
Menulis nama depan,
Menghitung 10 objek
dengan
Melompat
bergantian
Pamer
dengan
b.
c.
d.
e.
f.
(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/04/02/perkembangan-menurutdenver-ii-ddst-ii/)
3. Aspek Perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 125 tugas perkembangan.
Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai antara lain sebagai berikut :
a. Personal Social (perilaku sosial)
Kismis
Bel kecil
Bola tenis
Pinsil merah
Kertas-kertas kosong.
Meja
Kursi
Meja khusus dengan kasur dan selimut untuk pemeriksaan bayi tiduran
3.
5 tahun
(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/04/02/perkembangan-menurutdenver-ii-ddst-ii/)
4. Pelaksanaan DDST II (Margaglio T, 1991)
Tahap Pengkajian
a.
b.
c.
(http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/04/02/perkembangan-menurutdenver-ii-ddst-ii/)
5. Prinsip dalam melakukan denver II :
Pada saat pemeriksaan hanya alat uji coba yang berada di depan anak.
DDST II
1. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang
: 1-4-2008
Prematur
: 32 minggu
Ditanyakan
a). Advanced
Bila anak mampu melaksanakan tugas pada item disebelah kanan garis
umur, lulus kurang dari 25% anak yang lebih tua dari usia tersebut.
b). Normal
Bila anak gagal/ menolak tugas pada item disebelah kanan garis umur,
lulus/gagal/menolak pada item antara 25-75% (warna putih).
c). Caution
Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal/menolak pada item antara 75100% (warna hijau).
d). Delay
Gagal/menolak item yang ada disebelah kiri dari garis umur.
( Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Hal 158)
B. Interpretasi Hasil Test Denver II Empat Sektor.
Normal
Bila tidak ada delays
Paling banyak satu caution
Lakukan ulangan pemeriksaan pd kontrol kesehatan berikutnya
Suspect
Bila didptkan dua / lebih caution dan/ satu atau lebih delays
Lakukan uji ulang dlm 1-2 mg u/ menghilagkan faktor sesaat sep. rasa
takut, sakit dan kelelahan.
Untestable / tidak dapat diuji :
Bila ada skor menolak pd satu uji coba/ lebih item di sebelah kiri garis
umur
Atau menolak > satu item pd area 75-90%
Referal Consideration
Bila setelah uji ulang hasil uji ulang namun hasilnya tetap suspek atau
tidak dapat diuji maka dipikirkan untuk dikirim ke ahlinya, namun tentu
harus ditentukan oleh keadaan klinis atau factor-faktor lainnya.
( Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Hal 158)
VI. MASALAH PERKEMBANGAN ANAK
Secara umum terdapat beberapa ciri anak yang memiliki kelainan dan perlu
pendeteksian diantaranya apabila pada usia 1-1,5 bulan belum bisa tersenyum
secara spontan, anak usia lebih 3 bulan masih menggenggam dan belum
bersuara, usia 4-5 bulan belum tengkurap dengan kepala diangkat, pada usia 7-8
bulan anak belum bisa didudukkkan tanpa bantuan, pada usia 12 bulan belum
bisa menjinjit, pada usia 15 bulan belum berjalan, pada usia 18 bulan anak belum
mampu mengucapkan 4-5 kata, pada usia 2 tahun anak belum bisa menyebutkan
nama sendiri, pada usia 30 bulan anak belum bisa menggambar, pada usia 3
tahun anak belum bisa berpakaian, pada usia 3,5 tahun anak belum bisa
mengenal warna, pada usia 4 tahun anak belum bisa menggambar orang tiga
bagian dan pada usia 4,5 tahun anak belum bisa bercerita maka perilaku diatas
perlu dilakukan pendeteksian untuk mengenal berbagai masalah tumbuh
kembang anak. Ada beberapa masalah yang berhubungan dengan tumbuh
kembang anak :
a. Gagal Tumbuh (Failure To Thrive)
Merupakan kegagalan untuk tumbuh, dimana sebenarnya anak tersebut lahir
dengan cukup bulan akan tetapi dalam pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya mengalami kegagalan pertumbuhan fisik dengan malnutrisi dan
retardasi perkembangan sosial atau motorik.
b. Gangguan makan
Gangguan makan pada anak sering kali kita jumpai pada masyarakat awam
yang belum memahami prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak dan
memahami pentingnya nutrisi pada anak, gangguan makan pada anak,
penolakan anak, pika (keadaan anak yang sering kali makan yang tidak bergisi
seperti kapur tembok, kertas, kotoran, kancing, rambut, mainan, dll),
gangguan regurgitasi pada masa bayi, anoreksia nervosa dan bulimia.
c. Gangguan tidur
Gangguan
tidur
dapat
mempengaruhi
perkembangan
anak
apabila
berlangsung lama dan terus-menerus, dalam hal ini yaitu gangguan tidur terror
(menangis tengah malam, menjerit, merintih, dll), dan gangguan tidur berjalan
(somnambulisme).
d. Enuresis Fungsional
Merupakan gangguan dalam pengeluaran urine yang involunter pada waktu
siang atau malam hari pada anak yang berumur lebih dari 4 tahun tanpa
adanya kelainan fisik maupun penyakit organik. Kondisi ini terdapat pada
anak berumur 4 tahun ke atas mengingat pada umur tersebut kondisi sfingter
eksterna vesika urinaria sudah mampu dikontrol akan tetapi pada usia
demikian tetap belum bisa, hal tersebut dapat disebabkan beberapa faktor
diantaranya kegagalan dalam toilet training pada anak dan adanya negative
reinforcement (pemberian hukuman lebih ditekankan daripada pujian )
sehingga terjadi kegagalan dalam proses berkemih sehingga dapat terjadi
enuresis fungsional. Keadaan demikian apabila berlangsung lama dan panjang
maka akan mengganggu tugas dalam perkembangan anak.
e. Enkopresis Fungsional
Merupakan gangguan dalam pengeluaran tinja yang tidak terkontrol pada
anak yang terjadi secara berulang-ulang tanpa adanya konstipasi tanpa adanya
penyebab organik pada anak yang berumur lebih dari 4 tahun. Kondisi
demikian dapat disebabkan karena psikologis pada anak karena kegagalan
dalam melakukan buang air besar. Kondisi tersebut apabila dibiarkan terlalu
lama dapat mengganggu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada
anak.
f. Gagap
Gangguan dalam arus bicara pada anak yang ditandai dengan adanya
pengulangan suara, suku kata atau terjadi bloking dalam bicara. Gagap ini
dapat terjadi disebabkan karena faktor psikologis anak atau juga dapat
disebabkan oleh kelainan neurologis yaitu gangguan dalam dominasi serebral.
Kondisi tersebut apabila berlangsung lama pada masa pra sekolah dapat
menyebabkan gangguan dalam perkembangan.
g. Mutisme Efektif
Merupakan gangguan bicara pada anak yang ditandai dengan menolak untuk
berbicara pada situasi sosial seperti di sekolah, di tempat-tempat umu,
keadaan demikian disebabkan oleh karena gangguan psikologis pada anak,
beberapa ahli mengatakan bahwa mutisme efektif digunakan anak dalam
rangka mengurangi perasaan takut tetapi ada juga sebagai untuk menarik
perhatian agar selalu diperhatikan.
h. Gangguan Perkembangan Spesifik
Gangguan perkembangan spesifik pada anak tersebut dapat meliputi
gangguan perkembangan membaca dan menulis, gangguan perkembangan
berhitung, gangguan perkembangan berbahasa, gangguan perkembangan
artikulasi, gangguan perkembangan motorik yang spesifik
Gangguan
perkembangan
membaca
dan
menulis
merupakan
dan
menulis
terdapat
gangguan
perkembangan
berhitung
yaitu pengenalan simbol visual atau auditorik bukan karena retardasi mental,
autisme atau yang lain. Sedangkan gangguan dalam bahasa lain adalah
gangguan bahasa tipe ekspresif dimana terjadi gangguan pengembangan
ekspresi vocal bahasa sedangkan kemampuan pengertian bahasa masih baik.
Gangguan perkembangan artikulasi juga merupakan gangguan
perkembangan yang spesifik dimana terjadi gangguan dalam mengembangkan
artikulasi yang utuh dari bunyi bahasa, dimana terjadi kegagalan dalam
mengucapkan 1 huruf sampai beberapa huruf. Kemudian gangguan
perkembangan spesifik yang lain adalah gangguan perkembangan motorik
yang spesifik dimana terjadi hambatan dalam koordinasi motorik dan tidak
terjadi gangguan dalam retardasi mental
i. Retardasi mental
Merupakan gangguan dalam perkembangan dimana terjadi gangguan
dalam fungsi intelektual yang sub normal adanya perilaku adaptif social dan
timbul pada masa perkembangan yaitu di bawah umur 18 tahun.
Terjadi gangguan dalam fungsi intelektual sub normal disini adalah dilakukan
tes psikologis dengan tes angka taraf kecerdasan Intelligence Quotient (IQ)
dimana anak akan mempunyai IQ di bawah 70, kemudian perilaku adaptif
sisoal pada anak dengan retardasi mental dapat dilihat dengan cara
kemampuan anak dalam melakukan tugas kemandirian atau menyesuaikan
diri dengan lingkungan dan tugas perkembangan pada usianya belum optimal.
Berdasarkan tingkatan dalam retardasi mental dapat dibagi dalam 4 kelompok
retardasi mental diantaranya:
1.
2.
3.
4.
dan anak tersebut dapat di didik sampai kelas 6 sekolah dasar dan kelompok
ini disebut dengan kelompok mampu didik dan dapat dilatih untuk melakukan
keterampilan mandiri dengan membutuhkan bimbingan. Untuk kelompok
retardasi mental sedang ini hanya dapat dilatuh dengan keterampilan tertentu
artinya hanya mampu dilatuh sedangkan dalam pendidikan kelompok ini
hanya sampai taraf sekolah dasar kelas 2. Kemudian kelompok retardasi
mental berat ini sudah terjadi gangguan penyerta seperti perkembangan
motorik serta bicara sangat minim, keterampilan hanya dapat dilatih pada
keterampilan melakukan personal hygiene saja dan belum bisa mengambil
manfaat dan selalu diawasi sedangkan kelompok retardasi mental sangat berat
dapat ditandai dengan gangguan dan sensori motorik dan selalu bergantung
pada orang lain.
Faktor-faktor penyebab retardasi mental:
Genetik atau juga kelainan dalam kromosom.
Faktor ibu selama hamil dimana terjadi gangguan dalam gisi atau
j. Autisme
Autism atau dikenal dengan sindroma keanner dengan memiliki gejala
tidak mampu bersosialisasi atau mengalami kesulitan menggunakan bahasa,
berperilaku berulang-ulang serta bereaksi tidak biasa terhadap rangsangan
sekitarnya dengan kata lain pada anak autism dapat terjadi kelainan emosi,
intelektual dan kemauan atau gangguan pervasif. Dapat dikatakan bahwa
autisme merupakan suatu keadaan anak dapat berbuat semaunya sendiri baik
cara berpikir atau berperilaku.
Cirri-ciri anak dengan autisme:
tidak peduli dengan lingkungan sosialnya
tidak bereaksi normal dalam pergaulan social
perkembangan bahasa dan bicara tidak normal serta adanya reaksi
terhadap lingkungan terbatas sedang pada pemeriksaan status mental
ditemukan adanya kurangnya orientasi lingkungan
guncangan pada jiwa anak dan juga dapat menimbulkan kekacauan mental,
kemudian penganiayaan seksual terjadi iritasi atau laserasi pada genital
eksterna, infeksi saluran kemih atau penyakit genital sertya adanya kehamilan
dan gejala pada pengabaian adalah kurangnya perawatan diri anak dapat
terjadi kegagalan untuk tumbuh, keterlambatan perkembangan, gangguan
makan, kurangnya perawatan diri, dan lain-lain. (Betz, Cecily L, 1996).
( Pengantar Ilmu Kesehatan Anak 1. Hal 41-47)
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada anak dengan masalah perkembangan antara lain:
ditemukan adanya ketidak mampuan atau kesulitan untuk melakukan tugas
perkembangan sesuai dengan kelompok usia dalam tahap pencapaian tumbuh
kembang diatas, adanya perubahan pertumbuhan fisik, seperti berat badan, tinggi
badan tidak sesuai dengan standar pencapaian, perubahan perkembangan saraf
seperti gangguan motorik, bahasa dan adapotasi social, perubahan gangguan
perkembangan mental seperti adanya retardasi mental, perubahan perkembangan
perilaku hiperaktif, gangguan belajar, dan lain-lain. Adanya ketidakmampuan
melakukan perawatan diri atau control diri dalam beraktivitas sesuai dengan
usianya, pada bayi adanya gangguan tidur dan kurang memperhatikan.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Perubahan perkembangan berhubungan dengan:
1. Perpisahan orang terdekat atau tidak adekuatnya stimulasi sensori
2. Perubahan lingkungan (konflik atau stressor)
lain
membatasi
pemasukan
cairan
sebelum
tiur,melatih
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
http://tutorialkuliah.wordpress.com/2008/12/12/tumbuh-kembang-anak-part
http://rofiqahmad.wordpress.com/2008/04/02/perkembangan-menurut-denverii-ddst-ii/
http://ridwanamirudin.wordpress.com