Anda di halaman 1dari 17

RUMAH ADAT BUBUNGAN LIMA

ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDER PEIRCE

Disusun Oleh : SABRINA PUTRI APRILAJ


NIM : 221471005

PRODI KRIYA JURUSAN KRIYA


FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL… ii
DAFTAR GAMBAR iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah… 1
1.2 Rumusan Masalah… 3
1.3 Metode Penelitian… 3
BAB II LANDASAN TEORI

2.1 …………………….……………………………………………..... 5
2.1.1 …………………………………………………………………... 6
2.1.2 ………..…………………………………………………………. 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 …………………….……………………………………………..... 9
3.1.1 …………………………………………………………………... 12
3.1.2 ………..…………………………………………………………. 15
BAB III PEMBAHASAN

3.1 …………………….……………………………………………..... 16
3.1.1 …………………………………………………………………... 18
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 21
B
A
B
1.1 Latar Belakang 1
P
e
n
d
a
h
u
l
u
a
n
Bengkulu merupakan kota terbesar kedua di pantai Pulau Sumatra Barat
setelah kota Padang. Ibu kota Bengkulu sama dengan kotanya, yakni Bengkulu.
Bengkulu merupakan wilayah perairan yang terkenal dengan keindahan
perairannya, banyak pantai-pantai indah yang terdapat di kota Bengkulu. Selain
memiliki keindahan pemandangan alamnya yang menawan, Bengkulu juga kaya
akan wisata sejarahnya, seperti Rumah Ibu Fatmawati istri Soekarno, hingga
kebudayaanya yang khas dan keunikan rumah adat Bengkulu.
Bengkulu memiliki rumah adat yang bernama rumah bubungan lima.
Rumah adat ini memiliki beberapa keunikan yang membuatnya berbeda dengan
lainnya. Rumah bubungan lima memiliki jumlah anak tangga ganjil, kolong
rumah bubungan lima digunakan untuk menyimpan gerobak, hasil panen, alat
pertanian serta banyak juga yang memanfaatkannya sebagai kendang ternak.
Nama rumah adat tersebut diambil dari bentuk atapnya yang sama seperti
bubungan lima. Tidak seperti rumah adat kebanyakan, rumah adat bubungan
lima tidak difungsikan sebagai rumah tinggal tetap. Masyarakat Bengkulu lebih
sering menggunakan rumah bubungan lima sebagai tempat untuk
menyelenggarakan kegiatan adat. Meskipun memiliki fungsi yang sedikit
berbeda, bubungan lima tetap disebut sebagai rumah adat dan menjadi salah satu
identitas budaya masyarakat Bengkulu.
Rumah adat bubungan lima diperkirakan sudah berdiri sejak 1916.
Rumah adat ini termasuk dalam jenis rumah panggung. Intania Poerwaningtias
dan Nindya K.Suwarto dalam Rumah Adat Nusantara (2017) menyebutkan
bahwa kebanyakan rumah adat di Indonesia berbentuk panggung. Hal ini
berkaitan dengan kondisi lingkungan di Indonesia yang rawan banjir dan banyak
terdapat binatang buas. Rumah bentuk panggung seperti rumah adat bubungan
lima dirancang sedemikian rupa untuk melindungi penghuninya dari ancaman-
ancaman tersebut. Bentuk atap rumah bubungan lima berbentuk limas yang
menjual dengan tinggi 3,5 meter. Menurut Arimbi, atap bubungan lima dibuat
menggunakan ijuk enau atau sirap. Badan rumah ditopang oleh 15 tiang dengan
tinggi sekitar 1,8 meter dan beralas batu. Bahan utama struktur rumah dibangun
menggunakan kayu medang kemuning atau surian balam yang banyak
ditemukan di wilayah setempat.
Jenis kayu tersebut digunakan untuk hampir setiap bagian rumah,
termasuk tiang, dinding, lantai, maupun tangga. Anak tangga di rumah bubungan
lima selalu dibangun dengan jumlah ganjil yang memiliki makna religius bagi
masyarakat setempat.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja keunikan dari rumah adat bubungan lima?


2. Apa saja bagian yang terdapat pada rumah adat bubungan lima?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dibuatnya makalah ini antara lain :
1. untuk memberikan informasi kepada Masyarakat terkait keunikan-keunikan rumah adat
bubungan lima
2. untuk memberikan informasi mengenai bagian-bagian yang terdapat pada rumah adat
tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat pembuatan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan informasi terkait keunikan
serta ciri khas rumah adat khas Bengkulu yakni rumah adat bubungan lima. Makalah ini juga
diharapkan mampu memberikan gambaran mengenai bagian-bagian pada rumah adat bubungan
lima serta mampu menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dan bisa dikembangkan menjadi
lebih sempurna.

1.5 Tinjauan Pustaka


1.5.1 Semiotika
Menurut Tinarbuko (2008), semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda supaya
dapat mengetahui bagaimana tanda tersebut berfungsi dan menghasilkan suatu makna. Sementara
itu, menurut Christomy dan Yuwono (2004), berpendapat bahwa semiotika adalah studi tentang
tanda-tanda (sign), fungsi tanda, dan produksi tanda.
Dalam hal ini, tanda yang dimaksud nantinya dapat menunjukkan pada makna atau sesuatu
hal lainnya yang tersembunyi di balik tanda itu sendiri. Dengan kata lain, keberadaan tanda ini
nantinya akan mewakili suatu hal yang berkaitan dengan objek tertentu. Objek-objek tersebut
dapat membawa informasi dan mengkomunikasikannya dalam bentuk tanda.
Misalnya, dalam sebuah kemasan atau di gedung perusahaan, terdapat tanda berupa gambar asap.
Dari tanda tersebut, kebanyakan orang menginterpretasikannya sebagai api.
1.5.2 Bengkulu
Bengkulu merupakan Provinsi di Sumatera yang terletak pada koordinat 5°40’ – 2° 0’ LS
40’ – 104° 0’ BT dengan luas area sebesar 19.788.70 km2 (7,640,46 ) yang berbatasan dengan
Sumatera barat (bagian utara), Lampung (bagian Selatan), Samudra hindia (bagian barat), serta
Jambi dan Sumatera selatan (bagian timur). Source: SEKILAS BENGKULU – PEMERINTAH
PROVINSI BENGKULU (bengkuluprov.go.id)
Di wilayah Bengkulu pernah berdiri kerajaan-kerajaan yang berdasarkan etnis seperti
kerajaan Sungai Serut, kerajaan Selebar, kerajaan Pat Petulai, kerajaan Balai Buntar, Kerajaan
Sungai Lemau, Kerajaan Sekiris, Kerajaan Gedung Agung dan Kerajaan Marau Riang dibawah
Kesultanan Banten mereka menjadi vazal. Sebagian wilayah Bengkulu, juga pernah berada
dibawah kekuasaan Indera Pura semenjak abad ke XVII. Berithis East India Company (EIC) sejak
1685 mendirikan pusat perdagangan lada bencoolen/ coolen yang berasal dari bahasa Inggris Cut
Land yang berarti Tanah Patah. Wilayah ini adalah wilayah patahan Gempa Bumi yang paling
aktif di dunia dan kemudian gudang penyimpanan ditempat yang sekarang menjadi Kota
Bengkulu. Saat itu, ekspedisi EIC dipimpin oleh Ralph Ord dan William Cowley untuk mencari
pengganti pusat perdagangan lada setelah pelabuhan Banten jatuh ketangan VOC, dan EIC
dilarang berdagang disana. Traktat dengan kerajaan Selebar pada tanggal 12 tahun 1685
mengijinkan Inggris untuk mendirikan Benteng dan berbagai gedung perdagangan. Benteng York
didirikan tahun 1685 di sekitar Muara Sungai Serut.

1.5.3RumahAdatBubunganLima
Rumah Adat adalah bangunan yang memiliki ciri khas khusus, digunakan untuk tempat
hunian oleh suatu suku bangsa tertentu.Rumah adat merupakan salah satu representasi
kebudayaan yang paling tinggi dalam sebuah komunitas suku/masyarakat.

Rumah Bubungan Lima adalah rumah berstruktur panggung yang didesain mampu
menahan guncangan gempa. Perlu diketahui bahwa Provinsi Bengkulu sejak dulu memang
termasuk provinsi rawan gempa karena terletak di atas pertemuan lempengan batuan benua.
Desain tahan gempa dari rumah ini diperoleh dari susunan tiang-tiang penyangga rumah yang
berjumlah 15 dengan tinggi 1,8 meter. Tiang-tiang penyangga rumah tersebut ditumpangkan di
atas batu datar sebagai peredam saat gempa terjadi. Penggunaan batu datar sebagai pengganjal
tiang juga berfungsi untuk mencegah tiang rumah cepat melapuk. Untuk nama Bubungan Lima
sendiri sebetulnya berasal dari nama desain atap dari rumah ini. Selain bubungan lima, ada
beberapa desain atap yang dapat kita temukan pada rumah adat Bengkulu ini, misalnya desain
atap bubungan haji, bubungan limas, dan bubungan jembatan. Atap tersebut biasanya dibuat dari
bahan ijuk, kendati belakangan penggunaan genteng dan seng lebih populer. Strukturnya yang
berupa rumah panggung mewajibkan rumah Bubungan Lima untuk memiliki sebuah titian tangga
sebagai jalan masuk menaiki rumah. Tangga pada rumah adat Bengkulu ini umumnya memiliki
anak tangga berjumlah ganjil, biasanya 7, 9, atau 11 tergantung dari tinggi rumahnya. Jumlah
ganjil ini berkaitan dengan kepercayaan masyarakat Melayu Bengkulu pada simbol adat dan
ketuhanan.
BAB II
LANDASAN TEORI
Semiotika adalah pemahaman mengenai penggunan tanda-tanda sehingga dapat
diketahui manfaat serta makna-maknanya. Pada makalah ini penulis akan membahas
mengenai keunikan rumah adat yang ada di provinsi Bengkulu. Bengkulu merupakan kota
terbesar kedua dengan luas area sebesar 19.788.70 km2 (7,640,46 ) yang berbatasan
dengan Sumatera barat (bagian utara), Lampung (bagian Selatan), Samudra hindia
(bagian barat), serta Jambi dan Sumatera selatan (bagian timur). Salah satu hal
yang menarik dari Bengkulu adalah rumah adatnya, yaitu rumah adat bubungan
lima.
Rumah Bubungan Lima adalah rumah berstruktur panggung yang didesain
mampu menahan guncangan gempa. Nama Bubungan Lima sendiri sebetulnya
berasal dari nama desain atap dari rumah ini, misalnya desain atap bubungan haji,
bubungan limas, dan bubungan jembatan. Atap tersebut biasanya dibuat dari bahan
ijuk, kendati belakangan penggunaan genteng dan seng lebih populer. Strukturnya
yang berupa rumah panggung mewajibkan rumah Bubungan Lima untuk memiliki
sebuah titian tangga sebagai jalan masuk menaiki rumah. Tangga pada rumah adat
Bengkulu ini umumnya memiliki anak tangga berjumlah ganjil, biasanya 7, 9, atau
11 tergantung dari tinggi rumahnya. Jumlah ganjil ini berkaitan dengan
kepercayaan masyarakat Melayu Bengkulu pada simbol adat dan ketuhanan.

2.1 Bubungan Lima


Rumah Bubungan Lima merupakan salah satu rumah adat Bengkulu yang tetap
dijaga kelestariannya hingga kini. Rumah bubungan lima juga termasuk rumah
panggung karena struktur dari Rumah Bubungan Lima dibuat agar bisa tahan terhadap
gempa. Dinamakan Bubungan Lima karena rumah ini memang memiliki atap yang
terdiri dari 5 limas yang disusun secara bertumpuk-tumpuk sehingga membentuk atap
yang unik.
Pada masanya, rumah Bubungan Lima menjadi hunian bagi para raja dan kaum
bangsawan di Bengkulu. Namun kini, rumah ini tidak lagi difungsikan sebagai hunian
melainkan sebagai tempat dilangsungkannya berbagai upacara adat penduduk setempat.
Rumah adat bubungan lima memang tidak biasa ditempati oleh masyarakat
umum. Rumah adat ini umumnya digunakan untuk berbagai kegiatan adat sakral sesuai
dengan kepercayaan setempat. Menurut Arimbi, terdapat beberapa kegiatan adat yang
umum dilakukan di rumah adat bubungan lima termasuk upacara atau pesta pernikahan,
menyambut tamu penting, menyambut kelahiran, melaksanakan ritual adat, serta
melaksanakan upacara kematian.
Setiap bagian yang terdapat pada rumah adat Bubungan Lima Bengkulu
terdapat berbagai ukiran yang menghiasinya. Tiap jenis ukiran memiliki bentuk-bentuk
yang diambil dari bentuk alam. Selain itu bentuk-bentuk ukiran tersebut memiliki
penempatan yang berbeda-beda.

2.2 Pengertian dan Ruang Lingkup Semiotika


Charles Sander Peirce membedakan tipe-tipe tanda menjadi :
Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu
mudah dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon hubungan antara
representamen dan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas.
Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan fenomenal atau eksistensial
di antara representamen dan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara tanda
dengan objeknya bersifat konkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara yang
sekuensial atau kausal.
Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbitrer dan konvensional
sesuai kesepakatan atau konvensi sejumlah orang atau masyarakat. Tanda-tanda
kebahasaan pada umumnya adalah simbol-simbol. (Wibowo, 2013)

2.3 kajian anjungan Bubungan Lima dengan menggunakan pendekatan


semiotika
Kajian anjungan Bubungan Lima di TMII yang akan dibahas menggunakan
pendekatan teori semiotika dari Charles sanders pierce.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian


Pada penelitian yang akan disampaikan menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian bersifat deskriptif dan analisis dengan
menggunakan pendekatan teori semiotika
3.2 Paradigma Penelitian
Masyarakat Bengkulu masih sangat baik dalam menjalankan kewajiban
agama, hal ini dapat dilihat dari mayoritas masyarakat beragama islam. Dalam
hubunvan sosial antar masyarakat serta pemdidikan di Kota Bengkulu telah masuk
pada kategori yang baik sehingga budaya yang terbentuk menjadi baik pula.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
a) Subjek dan objek penelitian
Subjek dan objek penelitian merupakan rumah adat bubungan lima yang berada di TMII
b) Sumber Data
Sumber data yang penulis gunakan bersumberkan dari internet
c) Observasi
Observasi yang digunakan oleh penulis melalui media internet dan e-jurnal.
d) Dokumentasi
Penulis menggunakan dokumentasi asli yang dipotret pada saat kunjungan di TMII serta
beberapa diambil dari internet
3.4 Analisis Data
Penelitian ini mengambil unit analisis berupa tanda dan simbol pada
anjungan Rumah Adat Bubungan Lima. Teori semiotika siapa yang digunakan
dalam menganalisa tanda dan simbol. Contoh pada landasan teori menggunakan
teori semiotika Charles Sander Peirce
BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian


Rumah Adat Bubungan Lima terbagi atas tiga bagian yaitu rumah bagian
atas, rumah bagian tengah, dan rumah bagian bawah. Rumah Bubungan Lima
memiliki materi dasar yaitu kayu. Kayu yang biasanya digunakan untuk
membangun Rumah Bubungan Lima adalah Kayu Medang Kemuning. Rumah
Bubungan Lima dibangun tinggi agar menghindari dari serangan binatang liar dan
juga dari bencana alam seperti banjir. Rumah Bubungan Lima memiliki tiang
yang menampung badan rumah serta bagian atap yang unik. Ada sekitar 15 tiang
dengan ukuran kurang lebih 1,8 meter yang menopang rumah ini. Karena
memiliki banyak tiang penopang, maka rumah ini bisa tahan dengan gempa.
Keunikan lain rumah ini terletak pada anak tangganya. Anak tangga rumah
Bubungan Lima selalu berjumlah ganjil yang berkaitan dengan kepercayaan adat
setempat. Pada zaman dahulu rumah bubungan lima menjadi tempat tinggal para
raja ataupun kaum bangsawan.

Bagian-Bagian Rumah Adat Bubungan Lima

a. Bagian atas
- Bagian atap yang bermaterial injuk enau, sirap atau seng. Bentuk atapnya ada yang berbentuk
limas, bubungan haji dan bubungan jembatan.
- Pacu atau plafon yang terbuat dari papan atau pelupuh
- Pera adalah balok-balok bagian atas yang menghubungkan tiang-tiang di atas
- Kap adalah kerangka untuk menempel kasau
- Reng adalah tempat untuk menempelnya atap
- Kasau, berfungsi untuk mendasi reng
- Lisplang yaitu bagian penyunting.
b. Bagian tengah
- kusen berfungsi sebagai kerangka jendela dan pintu
- pintu, ada yang berbentuk biasa dan berbentuk ram
- Jendela, ada yang bentuk biasa dan bentuk ram
- Dinding berbahan dasar papan atau pelupuh
- Tulusi atau lubang angin berguna sebagai ventilasi udara, biasanya terletak di atas pintu dan
jendela yang dilengkapi ragam ukiran
- Tiang penjuru
- Piabung yaitu tiang penjuru halaman
- Tiang tengah
- Bendu yaitu balok yang melintang sepanjang dinding.
c. Bagian bawah
- Lantai berbahan dasar papan, bambu atau pelupuh
- Geladak, merupakan rangkaian papan selebar 50 yang dipasangkan disepanjang dinding luar dan
di atas balok.
- Balok besar, yaitu kerangka lantai yang memanjang ke depan.
- Tailan, yaitu balok berukuran sedang yang berfungsi sebagai tempat menempelnya lantai.
- Blandar adalah penahan talian
- Bedu adalah balok yang berada di atas sebagai tempat meletakan rel
- Pelupuh kamar tidur, posisinya sejajar dengan lantai papan lantai, namun di atas bidai
- Lapik tiang adalah batu pondasi rumah
- Tangga depan dan tangga belakang.

Bentuk motif ukiran rumah Adat Bubungan Lima Bengkulu ditemukan sebelas pola bentuk
dan nama ukiran yang terdapat pada rumah adat Bubungan Lima Bengkulu. bentuk-bentuk ukiran
ini terdiri dari ukiran timbul dan ukiran tembus dengan nama-nama ukiran Pohon Ru, Pohon
Hayat, Bunga Melati, Pucuk Rebung, Daun, Kembang Empat, Raflesia, Paku Lipan, Matahari,
Kipas, Anak Tanggo.
Berikut ini akan diuraikan dengan jelas masing-masing struktur dari setiap pola bentuk dan
nama ukiran yang terdapat pada rumah adat Bubungan Lima Bengkulu. Namun sebelum mengkaji
atau menguraikan bentuk ukiran yang terdapat pada rumah adat Bubungan Lima Bengkulu, maka
perlu diketahui terlebih dahulu ukiran tembus dan ukiran timbul. Ukiran tembus disebut juga
ukiran terawang, ukiran timbul merupakan ukiran yang menyembul dari permukaan yang rata
(Sugono, 2008 : 1581).
a) Pohon Ru
Ukiran Pohon Ru adalah penyederhanaan bentuk dari pohon cemara yang banyak tumbuh
di wilayah Bengkulu. Bentuk ukiran geometris dengan satu warna dibuat dengan jenis
ukiran timbul
b) Pohon Hayat
Pohon Hayat dipercaya oleh masyarakat sekitar bahwa kehidupan manusia didunia akan
tercatat di pohon hayat. Makna dari ukiran pohon hayat adalah pohon kehidupan. Ukiran
pohon hayat dibuat oleh pengrajin dengan bentuk yang sederhana dengan pola geometris
dan jenis ukiran timbul, ukiran ini dibuat satu warna.
c) Bunga Melati
Ukiran Bunga Melati memiliki bentuk yang menyerupai empat kelopak bunga, yang
dibuat simetris antara kiri dan kanan serta atas dan bawah. Ukiran bunga melati dibuat
dengan jenis ukiran timbul pada ukiran.
d) Pucuk Rebung
Ukiran Pucuk Rebung memiliki bentuk yang sederhana dengan pola berbentuk geometris
antara elips dan segitiga. Ukiran pucuk rebung dibuat dengan jenis ukiran timbul.
e) Daun Ukiran
Daun terdiri dari bentuk penyederhanaan tumbuhan yang menyerupai lengkungan dan
biasanya di ukir ke dalam bentuk ukiran tembus.
f) Kembang Empat
Kembang Empat merupakan bentuk ukiran yang sederhana dengan bentuk pola dasar
menyerupai jajar genjang disusun secara simetris. Ukiran ini dibuat dengan jenis ukiran
tembus. Terdiri dari empat pola menyerupai jajar genjang.
g) Raflesia
Ukiran Raflesia memiliki bentuk yang sederhana, terdiri dari lima kelopak menyerupai
bunga Raflesia yang tumbuh di hutan yang berada di Bengkulu. Bentuk ukiran raflesia
dibuat dengan jenis ukiran timbul.
h) Paku Lipan
Ukiran Paku Lipan memiliki bentuk relung yang dibuat simetris antara kiri dan kanan.
Ukiran ini dibuat dengan jenis ukiran timbul. Di tengah bagian ukiran paku lipan dihiasi
oleh ukiran Bunga Melati.
i) Matahari
Bentuk ukiran Matahari terdiri dari pola setengah lingkaran yang disusun berurutan dari
lingkaran yang kecil sampai lingkaran besar. Bentuk ukiran Matahari dibuat dengan jenis
ukiran timbul.
j) Kipas
Ukiran Kipas merupakan ukiran timbul, dengan bentuk sederhana menyerupai kipas.
Umumnya hanya sepertiga dari bentuk kipas dipindahkan kedalam ukiran jenis timbul.
k) Anak Tanggo
Ukiran Anak Tanggo merupakan bentuk sederhana dengan pembuatan ukiran tembus,
dibuat menyerupai jenjang/anak tangga. Bentuk ukiran dibuat dengan jenis ukiran bentuk
tembus. Pernyataan yang didapat dari informan tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk
motif ukiran rumah adat Bubungan Lima Bengkulu berasal dari bentuk flora, fauna dan
geometris.

Rumah Adat Bubungan Lima didominasi dengan warna coklat dan putih. Warna coklat bermakna
mahal, aman, nyaman serta menimbulkan kesan hangat sedgkan warna putih bermakna bersih dan
suci. Pada bagian atas melambangkan hubungan manusia dengan sang pencipta yang dicirikan
dengan ornamen selembayung pada ujung atap rumah sebagai lambang penghormatan dan rasa
syukur terhadap Tuhan YME.

4.2 Hasil Penelitian


IKON
Jeni Tanda Objek Interpretan
s
Tan
da
IKON Tulisan Sebagai tanda
anjungan informasi bahwa
rumah adat rumah adat tersebut
Bengkulu merupakan Rumah
Adat Kota Bengkulu

IKON Bentuk atap Sebagai ikon rumah


bubungan bubungan serta asal muasal
dinamakan rumah
bubungan serta strukturnya
yang dibuat tinggi
melambangkan hubungan
baik antara manusia dengan
Tuhan
IKON
IKON
INDEKS

Jeni Tanda Objek Interpretan


s
Tan
da
Indeks 15 15 tiang
tiang dimaksudkan agar
penyan rumah kuat
gga menahan
guncangan gempa
serta menjadi
pegangan untuk
kekokohan iman.

Anak tangga jumlah anak tangga


ganjil dibuat ganjil
berkaitan dengan
kepercayaan
masyarakat bengkulu
Indeks Ukiran melambangkan
selembayung ucapan rasa syukur
pada atap dan penghormatan
tinggi terhadap Tuhan
yang Maha Esa.
SIMBOL

Jeni Tanda Objek Interpretant


s
Tan
da
Simbol ukiran bunga Menggambarka
matahari n matahari
sebagai
penerangan
kehidupan

Simbol Bunga 5 kelopak bunga


raflesia dengan melambangkan 5
5 kelopak rukun iman serta
sholat 5 waktu
sebagai pondasi
hidup
Simbol ornamen sebagai lambang
bunga melati kesucian serta
hadiah dari Tuhan
atas kesederhanaan
Simbol

4.3 Pembahasan Hasil Analisa

1. Pembahasan Hasil Analisa pada tanda dan makna tanda-tanda tipe ikon

Dari hasil analisa tanda pada Bubungan Lima diatas ditemukan


terdapat dua tanda-tanda yang bersifat Ikon. Dari kelompok tanda ini,
merepresentasikan bahwa Rumah Adat Bubungan Lima ini memiliki bentuk
atap yang unik serta tinggi sebagai lambang kedekatan antara manusia
dengan Tuhannya.

2. Pembahasan Hasil Analisa pada tanda dan makna tanda-tanda tipe indeks

Dari hasil analisa diatas ditemukan tiga tanda indeks Rumah Adat Bubungan Lima. Dalam
kelompok tanda ini, ketaatan, kepercayaan dan rasa bersyukur.
Secara umum, indeks-indeks yang terdapat pada anjungan ini lebih
cenderung kepada ketaatan masyarakat terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Anjungan rumah adat dalam bentuk demikian, menurut peneliti mengarah
pada beberapa interpretant, yaitu:
- Bahwa masyarakat Bengkulu merupakan orang-orang yang taat
beragama.
- Bahwa masyarakat Bengkulu selalu bersyukur atas rahmat dari
Tuhan Yang Maha Esa.

3. Pembahasan Hasil Analisa pada tanda dan makna tanda-tanda tipe simbol
Dari hasil analisa diatas ditemukan tiga tanda simbol representasi dari
Rumah Adat Bubungan Lima. visualisasi bunga juga memunculkan
suatu pandangan mengenai keindahan, kesucian serta kebesaran Allah
SWT. Warna emas pada bunga matahari dan melati melambangkan
kemakmuran dan kemewahan, serta warna merah pada bunga raflesia
melambangkan kegembiraan.
4.4 KESIMPULAN
Menurut hasil analisa tanda pada Rumah Adat Bubungan Lima, maka dapat
disimpulkan bahwa representasi bentuk rumah adat, warna, motif
serta keunikan-keunikannya merupakan bentuk rasa syukur terhadap Allah SWT
serta kesederhanaan atas kehidupan masyarakat Bengkulu. Pada rumah bubungan
ini memperlihatkan bahwa masyarakat Kota Bengkulu selalu melibatkan Tuhan
dalam segala hal serta tidak melupakan sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai