Anda di halaman 1dari 5

1.

4 Tahap Perkembangan Kognitif menurut Piaget


 Sensori (0-2 tahun) anak tidak dapat memisahkan diri dengan lingkungan pembinaan
perkembangan pemikiran melalui pembiasaan. Contoh:

 Pra operasional 2 sampai 7 tahun anak dapat menjelaskan sesuatu dengan kata dan gambar
sebagai wujud adanya peningkatan dalam berpikir. Contoh:

 Operasi konkrit 7 sampai 11 tahun anak dapat membagi benda-benda ke dalam bentuk yang
berbeda-beda dan memahami hubungannya
7-8 tahun kemampuan mempertahankan ingatan
9-10 ingatan ruang
 Operasi formal 11 sampai dewasa seseorang berpikir secara abstrak logis dan ideal
berdasarkan pengalaman konkret anak dapat memprediksi untuk memecahkan masalah dan
mencapai kesimpulan secara sistematis

2. Zone of Proximal Development


Kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa melalui kerjasama dengan
teman sebaya yang lebih mampu

Scaffolding
Pemberian sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian
mengurangi bantuan dan memberi kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar setelah ia dapat melakukannya

3. Tahapan perkembangan Psikososial


a. Trust vs Mistrust Percaya dan Tidak Percaya 0-18 bulan
Kepercayaan tumbuh sejak kecil yakni saat kebutuhan-kebutuhan anak terpenuhi contoh
pengasuh
b. Autonomy Vs Shame & Doubt (Otonomi vs Ragu dan Malu) 18 bulan – 3 tahun
Kepercayaan yang diberikan orang tua ke anak akan menimbulkan rasa kemauan sedangkan
rasa kehilangan kontrol diri menyebabkan perasaan malu dan ragu contoh anak yang
diberikan kesempatan untuk bereksplor berbeda dengan anak yang dilarang berekspor
karena orang tua merasa khawatir
c. Initiative vs Guilt (Inisiatif dan Rasa Bersalah) 3-6 tahun
Perkembangan emosi anak dipengaruhi oleh lingkungan anak yang sering dikritik akan
memiliki perasaan merasa bersalah terus-menerus sedangkan anak yang memiliki kreativitas
dan aktif serta mudah bergaul akan berkembang
ke arah yang positif
d. Industry vs Inferiority (5-12 Tahun)
Pada tahapan ini, seorang anak mulai merasa bangga atas keberhasilan dan kesuksesan
dirinya. Anak mulai harus berinteraksi dengan lebih banyak orang dan mengejar kegiatan
akademis mereka. Kesuksesan dalam bersosialisasi dan menggapai suatu pencapaian akan
menimbulkan perasaaan kompeten, sementara kegagalan akan menghasilkan perasaan
inferioritas.
e. Identity vs Role Confusion (12-18 Tahun)
Tahapan ini adalah ketika seornag anak mencari jati diri mereka. Mereka mencari identitas
dengan cara mempertimbangkan kepercayaan, tujuan, dan nilai-nilai yang mereka pegang.
Bila tahapan ini dilengkapi dengan baik, seseorang akan memiliki sense of self yang kuat.
Bila seorang anak tidak berhasil mencari jati diri mereka, maka mereka tidak bisa melihat
masa depan mereka dengan jelas. Ketidakberhasilan dalam mencari jati diri ini dapat pula
terjadi bila orang tua memaksakan kepercaraan dan nilai-nilai yang mereka anut kepada
anak.
f. Intimacy vs Isolation (18-40 Tahun)
Tahapan ini adalah ketika seseorang membangun hubungan jangka panjang dengan orang
lain. Bila seseorang belum berhasil melengkapi tahapan sebelumnya dan belum memiliki
sense of identitiy yang kuat, tidak akan bisa membangun hubungan intim dengan orang lain.
Orang-orang yang kesulitan untuk membangun hubungan ini akan berakhir kesepian dan
depresi.
g. Generativity vs Stagnation (40-65 Tahun)
Pada tahapan ini, seseorang merasa dirinya harus melakukan sesuatu yang berkontribusi
kepada masyarakat. Seseorang akan merasa puas mengetahui bahwa dirinya dibutuhkan
dalam keluarga, komunitas, ataupun tempat kerjanya. Bila seseorang gagal memenuhi
tahapan ini, maka seseorang akan merasa unproductive dan akan merasa disconnect dengan
masyarakat.
h. Ego Integrity vs Despair (65 Tahun keatas)
Tahapan ini adalah ketika seseorang melihat kembali kehidupan mereka sampai saat ini. Bila
mereka beerhasil memenuhi tahapan-tahapan sebelumnya, mereka akan merasa bangga dan
puas. Namun, ketidakberhasilan akan berujung pada penyesalan.
4. Perkembangan moral pada masa kanak-kanak menurut teori Kohlberg
Teori Kohlberg (Hersh, R.H. 1977) tentang perkembangan moral dibagi menjadi 3 level, yang
masing-masing level dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
Level 1. Moralitas Pra-konvensional,
 Tahap 1 - Ketaatan dan Hukuman. Tahap awal perkembangan moral terutama terjadi pada
anak-anak kecil, tetapi orang dewasa juga mampu mengekspresikan jenis penalaran ini.
Pada tahap ini, anak-anak melihat aturan sebagai hal yang tetap dan absolut. Mematuhi
aturan itu penting karena merupakan sarana untuk menghindari hukuman.;
 Tahap 2 – Individualisme dan Pertukaran. Pada tahap perkembangan moral ini, anak-anak
menjelaskan sudut pandang individu dan menilai tindakan berdasarkan bagaimana mereka
melayani kebutuhan individu. Dalam dilema Heinz, anak-anak berpendapat bahwa
tindakan terbaik adalah pilihan yang paling baik memenuhi kebutuhan Heinz. Timbal balik
adalah mungkin, tetapi hanya jika melayani kepentingan diri sendiri.
Level 2. Moralitas Konvensional
 Tahap 3 – Hubungan Interpersonal. Seringkali disebut sebagai orientasi "good boy-good
girl", tahap perkembangan moral ini difokuskan pada memenuhi harapan dan peran
sosial. Ada penekanan pada konformitas, bersikap "baik," dan mempertimbangkan
bagaimana pilihan memengaruhi hubungan.;
 Tahap 4 - Menjaga Ketertiban Sosial. Pada tahap perkembangan moral ini, orang mulai
menganggap masyarakat secara keseluruhan ketika membuat penilaian. Fokusnya adalah
menjaga hukum dan ketertiban dengan mengikuti aturan, melakukan tugas seseorang dan
menghormati otoritas.
Level 3. Moralitas Pasca-konvensional.
 Tahap 5 – Kontrak Sosial dan Hak Perorangan. Pada tahap ini, orang mulai
memperhitungkan perbedaan nilai, pendapat, dan kepercayaan orang lain. Aturan hukum
penting untuk mempertahankan masyarakat, tetapi anggota masyarakat harus menyetujui
standar-standar ini.;
 Tahap 6 - Prinsip Universal. Tingkat penalaran moral terakhir Kolhberg didasarkan pada
prinsip-prinsip etika universal dan penalaran abstrak. Pada tahap ini, orang mengikuti
prinsip- prinsip keadilan yang diinternalisasi ini, bahkan jika mereka bertentangan
dengan hukum dan peraturan.
5. Proses terjadinya emosi dalam diri seseorang menurut Lewis dan Rose Blum. Sertailah
penjelasan anda dengan bagan.
Proses terjadinya emosi dalam diri seseorang menurut Lewis and Rose Blumada ada 5 tahapan,
yaitu:
1. Elicitors yaitu: adanya dorongan berupa situasi atau peristiwa. Contoh: ada peristiwa kebakaran.
2. Receptors yaitu: kegiatan yang berpusat pada sistem syaraf. Contoh: mata melihat peristiwa
kebakaran maka mata berfungsi sebagai indra penerima stimulasi atau reseptor awal.
3. State yaitu: perubahan spesifik yang terjadi dalam aspek fisik. Contoh: gerakan refleks atau
terkejut pada sesuatu yang terjadi.
4. Expression yaitu: terjadinya perubahan pada rasiologis. Contoh: tubuh tegang, suara keras dan
berlari kencang menjauh.
5. Experience yaitu: persepsi dan interpretasi individu pada kondisi emosionalnya

Anda mungkin juga menyukai